Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN RISIKO

DEFINISI, ILUSTRASI, PENILAIAN KUALITATIF DAN

KUANTITATIF PADA RISIKO KREDIT

Disusun Oleh:

Fahim Ahmad Pahrefi 1801551021

Tessa Arta Paramitha 1801554044

M. Zidhan Pradipta 1811521041

Arsy Chairunnisa 1811521046

Tentri Meliana Putri 1811521047

Johanes Sagrario 1811521055

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam setiap perusahaan tentu memiliki manajemen yang mengatur dalam


pengoperasian suatu perusahaan tersebut agar berjalan sesuai rencana yang sudah disusun
agar berhasil. Dalam menjalankan suatu usaha bahkan segala risiko tentunya harus sudah
siap dihadapi, jenis apapun resikonya tentu perusahaan harus sudah siap dalam
menghadapinya baik mencari solusinya maupun menyelesaikan masalah yang timbul baik
karena faktor internal maupun eksternal. Sehingga di dalam suatu perusahaan tentu sudah
ada manajemen yang khsusu untuk mengatur rencana dan menganalisis suatu risiko di
masa yang akan datang walaupun perusahahn tersebut baru beroperasional.

Setiap perusahaan yang memiliki manajemen risiko tentu harus menganalisa dan
memahami dan siap menghadapi risiko dalam sebuah perusahaan, seperti membuat
ilustrasi, penilaian kualitatif, maupun kuantitatif. Sehingga dengan adanya manajemen
risiko yang baik suatu perusahaan akan terhindar dari suatu risiko yang besar, tetapi bukan
berarti risiko tersebut dapat terhindar, karena dalam setiap perusahaan tentu memiliki
masalahnya masing-masing, tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan adanya sistem
manajerial terhadap risiko yang akan timbul.

Risiko memang sudah menjadi tantangan yang harus dihadapi maupun dilewati
oleh suatu perusahaan, begitu banyak risiko yang harus dianalisis sebelum perusahaan
tersebut berjalan, untuk mengurangi masalah dalam perusahaan tersebut. Salah satunya
seperti pada perusahaan keuangan mereka haurs bisa menganalisis risiko kredit sehingga
dalam operasionalnya tidak terjadi masalah yang begitu berat.

Melihat masalah di atas, maka kelompok kami hendak menulis masalah tersebut
dengan judul penulisan “DEFINISI, ILUSTRASI, PENILAIAN KUALITATIF DAN
KUANTITATIF PADA RISIKO KREDIT”.
1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan ini dapat diangkat masalah sebagai acuan penulisan ini, sebagai
berikut:

1. Bagaimana Definisi dan Ilustrasi dari Risiko Kredit?


2. Bagaimana Penilian Kualitatif dalam analisis Risiko Kredit?
3. Bagaimana Penilaian Kuantitatif : Rating dan Analisis diskriminan?
4. Bagaimana Manajemen Risiko Kredit?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Definisi dan Ilustrasi dari Risiko Kredit,
2. Untuk mengetahui Penilian Kualitatif dalam analisis Risiko Kredit,
3. Untuk mengetahui Penilaian kuantitatif : Rating dan Analisis diskriminan,
4. Untuk mengetahui Manajemen Risiko Kredit.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Ilustrasi Risiko Kredit


a. Definisi Risiko Kredit
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tahun 2009
adalah risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Menurut Ikatan bankir Indonesia (2016 : 23)
adalah risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Definisi
ini dapat diperluas yaitu bahwa risiko kredit adalah risiko yang timbul dikarenakan
kualitas kredit semakin menurun. Memang penurunan kualitas kredit dimaksud belum
tentu berimplikasi pada terjadinya default, namun paling tidak kemungkinan terjadinya
default akan semakin besar.

b. Ilustrasi Risiko Kredit


Risiko kredit terjadi jika counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis)
tidak bisa memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Risiko kredit semakin penting
karena akhir–akhir ini banyak peristiwa gagal bayar yang dialami perusahaan–
perusahaan domestik, luar negeri bahkan negara sekalipun.
Contohnya adalah pada tahun 1980-an pinjaman ynag diberikan kepada
negara berkembang mengalami masalah sehingga mendorong bank-bank yang
memberi pinjaman mengalami kesulitan. Pada saat krisis ekonomi, tingkat bunga yang
tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, persoalan risiko kredit menjadi lebih serius.

2.2 Penilaian Kualitatif dalam Risiko Kredit


Kerangka 3R dan 5C digunakan dalam menganalisis kemampuan melunasi
kewajiban dari calon nasabah pada bank, namun bisa juga dipakai untuk menganalisis
risiko kredit secara kualitatif pada perusahaan.
Pedoman 3R, dapat dijelaskan berikut ini :
1. Returns
Hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit tersebut, apakah kredit tersebut
bisa menghasilkan return (pendapatan) yang memadai untuk melunasi pokok
pinjaman dan bunganya.
2. Repayment capacity
Kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat
pembayaran tersebut jatuh tempo.
3. Risk-bearing ability
Kemampuan perusahaan dalam menanggung risiko gagal bayar atau
ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan kredit. Ketika debitur memiliki
jaminan untuk risiko gagal bayar akan lebih dipertimbangkan oleh kreditur dalam
kaitannya dengan risk-bearing ability.

Sedangkan pedoman 5C berkaitan dengan karakteristik adalah :


1. Character
Kemauan peminjam (debitur) untuk memenuhi kewajibannya. Kemauan
tersebut lebih berkaitan dengan sifat dan watak peminjam. Seorang yang
mempunyai kemampuan mengembalikan pinjaman, tetapi tidak mau
mengembalikan, akan mempunyai character yang tidak mendukung pemberian
kredit. Pemberi pinjaman akan dan harus memperhatikan karakteristik ini dengan
sesama.
2. Capacity
Kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban utangnya melalui
pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien. Jika peminjam bisa
mengelola perusahaannya dengan baik, perusahaan bisa memperoleh keuntungan,
maka kemungkinan bisa mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi. Capacity
bisa dilihat melalui masa lalu (prestasi masa lalu atau track of record masa lalu.
3. Capital
Posisi keuangan perusahaan (peminjam) secara keseluruhan. Kondisi
keuangan dapat dilihat melalui analisis keuangan, seperti analisis rasio. Dalan hal
ini, bank atau lembaga keuangan harus memperhatikan komposisi utang dengan
modal sendiri. Jika utang terlalu besar, maka kemungkiknan perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan juga akan semakin besar dan sebaliknya.
4. Collateral
Asset yang dijaminkan (dijadikan agunan) untuk suatu pinjaman. Jika
karena suatu hal pinjaman tidak bisa dikembalikan, jaminan bisa dijual untuk
menutup jaminan tersebut. Lembaga keuangan bisa meminta jaminan yang nilainya
melebihi jumlah jaminan.
5. Conditions
Sejauh mana kondisi perekonomian akan mempengaruhi kemampuan
mengembalikan jaminan. Jika kondisi perekonomian memburuk, maka
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan akan semakin tinggi,
yang membuat kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan melunasi pinjaman,
juga semakin tinggi.

2.3 Penilaian Kuantitatif : Rating dan Analisis Diskriminan


James W. Meritt, dalam A Method for Quantitative Risk Analysis, menjelaskan
bahwa Analisis Risiko Kuantitatif merupakan satu metode analisis resiko yang mengenali
pengendalian pengamanan apa dan bagaimana yang seharusnya diterapkan serta besaran
biaya untuk menerapkannya. Analisis kuantitatif melibatkan penentuan nilai numerik
spesifik untuk risiko dampak pada proyek, dan analisis ini dapat berguna untuk mengelola
risiko dan merencanakan respon pada risiko. Ketika menganalisis risiko dengan
menggunakan analisis risiko kuantitatif hasil akhir yang didaptkan adalah berupa jumlah
uang ataupun jangka waktu. Misalnya, ketika menganalisa dampak risiko yang
terkuantifikasi seperti jumlah anggaran atau jadwal proyek. Saat suatu hal yang tidak
terduga terjadi maka dibutuhkan biaya ataupun waktu tambahan.
Setelah melalui analisis risiko kualitatif, setiap risiko yang termasuk dalam
toleransi risiko suatu proyek harus melalui analisis risiko kuantitatif untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang risiko dan hal-hal yang dapat mencapai keberhasilan
untuk proyek tersebut.
Analisisa kuantitatif di tekankan pada penilaian aspek keungan calon nasabah.
Laporan keuangan perusahaan merupkan potret dari suatu perusahaan. Dari hasil analisis
atas laporan keuangan dapat mengambarkan kondisi keuangan perusahaan secara rill dan
menyeluruh, apakah telah di kelola dengan baik atau tidak, serta memiliki performance
yang baik atau tidak .
1. Rating Perusahaan
Perusahaan atau bahkan negara seperti Indonesia yang akan menerbitkan
surat utang, baik jangka panjang (obligasi) atau jangka pendek (commercial paper)
biasanya akan di rating oleh perusahaan pe-rating. Rating tersebut menunjukkan
tingkat resiko perusahaan tersebut. Melalui rating tersebut, calon pembeli obligasi
diharapkan memperoleh gambaran mengenai resiko perusahaan yang akan
menerbitkan surat utang tersebut. Perusahaan tidak harus memperoleh rating
tersebut (kecuali kalua diseretkan) dan ketika rating tersebut sudah jadi,perusahaan
mempunyai hak atau opsi untuk tidak mepublikasikan rating tersebut. Tetapi,
resikonya adalah calon pembeli surat utang tidak akan percaya terhadap perusahaan
yang tidak mempunyai rating.
Contoh perusahaan pe-rating di Indonesia adalah PT. Pefindo dan di
Amerika Serikat contoh perusahaan pe-rating adalah Standard and Poor’s (S&P)
dan Moodys.

Tabel beriku ini menyajikan klasifikasi rating dari PT. Pefindo dengan penjelasannya.

Rating Keterangan
AAA Instrument hutang dengan tingkat resiko sangat rendah.
Tingkat pengembalian teramat baik(excellent); perubahan
pada kondisi keuangan, bisnis atau ekonomi tidak akan
berpengaruh secara signifikan terhadap resiko investasi.
AA Instrument hutang dengan resiko sangat rendah. Tingkat
pengembalian yang sangat baik, perubahan pada kondisi
keuangan, bisnis, atau ekonomi barangkali akan berpengaruh
pada resiko investasi , tetapi tidak terlalu besar.
A Pengembalian hutang dengan resiko rendah. Tingkat
pengembalian yang baik, meskipun perubahan pada kondisi
keungan , bisnis atau ekonomi akan meningkatakan resiko
investasi.
BBB Tingkat pengembalian yang memadai. Perubahan pada
kondisi keuangan , bisnis, atau ekonomi mempunyai
kemungkinan besar meningkatkan resiko investasi
dibandingkan dengan kategori yang lebih tinggi.
BB Investasi. Perusahaan mempunyai kemampuan membayar
bunga dan pokok pinjaman, tetapi kemampuan tersebut rawan
terhadap perubahan pada kondisi ekonomi, bisnis, dan
keuangan.
B Instrument hutang saat ini mengandung resiko investasi.
Tingkat pengembalian tidak terlindungi secara memadai
terhadap kondisi ekonomi, bisnis , dan keuangan.
C Instrument keuangan yang bersifat spekulatif dengan
kemungkinan besar bangkrut.
D Instrument keuangan sedang default/bangkrut

Catatan : tanda (+) atau (-) bisa ditambahkan dibelakang rating untuk menegaskan
tingkat rating lebih lanjut. Sebagai contoh suatu perusahaan mempunyai rating A+ yang
berarti rating A tingkat atas.
Perusahaan dengan tingkat rating AAA mempunyai resiko kredit paling rendah.
Sedangkan perusahaan rating C memiliki tingkat resiko kredit paling tinggi. Berikut ini
merupakan tabel tingkat kebangkrutan sesudah pengeluaran obligasi (%).

Tahun 1 2 3 4 5
Aaa Marjinal 0,00 0,00 0,00 0,07 0,16
Kumulatif 0,00 0,00 0,00 0,07 0,23
Aa1 Marjinal 0,00 0,00 0,00 0,31 0,00
Kumulatif 0,00 0,00 0,00 0,31 0,31
Aa2 Marjinal 0,00 0,00 0,09 0,20 0,36
Kumulatif 0,00 0,00 0,09 0,29 0,35
Aa3 Marjinal 0,09 0,06 0,12 0,15 0,18
Kumulatif 0,09 0,15 0,27 0,42 0,60
A1 Marjinal 0,00 0,04 0,45 0,30 0,22
Kumulatif 0,00 0,04 0,49 0,79 1,01
A2 Marjinal 0,00 0,04 0,17 0,36 0,31
Kumulatif 0,00 0,04 0,21 0,57 0,88
A3 Marjinal 0,00 0,20 0,17 0,15 0,09
Kumulatif 0,00 0,20 0,37 0,52 0,61
Baa1 Marjinal 0,06 0,33 0,40 0,38 0,36
Kumulatif 0,06 0,39 0,79 1,17 1,53
Baa2 Marjinal 0,06 0,20 0,09 0,72 0,63
Kumulatif 0,06 0,26 0,35 1,07 1,70
Baa3 Marjinal 0,45 0,61 0,74 1,07 0,82
Kumulatif 0,45 1,06 1,80 2,87 3,69
Ba1 Marjinal 0,85 1,83 1,78 2,57 2,49
Kumulatif 0,85 2,68 4,46 7,03 9,52
Ba2 Marjinal 0,73 2,64 3,10 2,96 2,85
Kumulatif 0,73 3,37 6,47 9,43 12,28
Ba3 Marjinal 3,12 4,97 5,40 5,06 4,60
Kumulatif 3,12 8,09 13,49 18,55 23,15
B1 Marjinal 4,50 6,40 6,43 6,11 5,61
Kumulatif 4,50 10,90 17,33 23,44 29,05
B2 Marjinal 8,75 6,43 6,92 5,85 3,91
Kumulatif 8,75 15,18 22,10 27,95 31,86
B3 Marjinal 13,49 8,37 5,98 4,24 4,02
Kumulatif 13,49 21,86 27,84 32,08 36,10

Sebagai contoh untuk rating AAA, pada 1 tahun sesudah obligasi


dikeluarkan (rating juga dikeluarkan), tidak ada perusahaan yang mengalami kegagalan
bayar (default). Empat tahun sesudah obligasi dikeluarkan ada perusahaan mengalami
kegagalan bayar sebesar 0,07%, sehingga kumulatif kegagalan bayar pada tahun ke
empat adalah sebesar 0,07%. Pada tahun ke-5 terjadi kegagalan bayar sebesar 0,16%,
sehingga kegagalan bayar kumulatif menjadi 0,23% (0,07 + 0,16) dengan cara yang
sama kegagalan bayar marginal dan komulatif bisa dihitung untuk kategori rating yang
lain bisa dilakukan.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa rating yang dikeluarkan oleh
perusahaan rating cukup baik memprediksi risiko kegagalan bayar (default risk).
Perusahaan yang mempunyai kategori rating buruk mempunyai kemungkinan untuk
default lebih besar.

Model Skoring Kredit


Model skoring kredit pada dasarnya ingin melihat Risiko kredit (potensi
kegagalan bayar) berdasarkan skor tertentu yang dihasilkan melalui modal tertentu.
Bagian berikut ini membicarakan beberapa model skoring, yaitu model diskriminan,
model probabilitas linear, dan model probilitas logit.

1. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan pada dasarnya ingin melihat apakah suatu perusahaan
sebaiknya dimasukkan kedalam kategori tertentu. Sebagai contoh, kita mempunyai
dua kategori yaitu, perusahaan yang mengalami kegagalan bayar dan perusahaan
yang tidak mengalami kegagalan bayar. Kemudian kita mengumpulkan informasi,
misalnya informasi laporan keuangan seperti rasio lancar, rasio profitabilitas, yang
akan digunakan untuk memprediksi apakah suatu perusahaan layak dimasukkan
kedalam kategori gagal bayar atau tidak. Yang perlu dilakukan pertama kali adalah
mengestimasi persamaan diskriminan yaitu dengan menggunakan variabel
dependen (tidak bebas) yang bersifat kategori yaitu, gagal bayar dan tidak gagal
bayar dengan menggunakan rasio – rasio keuangan sebagai variabel tidak bebas.
Sebagai contoh, berikut ini fungsi diskriminan yang diestimasi oleh
penelitian Altman (1968):

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5


Keterangan :
X1 = Rasio modal kerja / total asset
X2 = Rasio laba ditahan / total asset
X3 = Rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset
X4 = Rasio nilai pasar saham / nilai buku saham
X5 = Rasio penjualan / total asset

Setelah fungsi diskriminan diestimasi maka tahap berikutnya adalah


menggunakan fungsi untuk memprediksi kegagalan bayar. Model diatas
memasukkan harga pasar saham, sehingga model tersebut bisa digunakan banyak
untuk perusahaan publik. Altman kemudian memperluas model diatas supaya bisa
digunakan untuk perusahaan non publik. Model baru tersebut adalah sebagai
berikut:

Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,104 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5

Keterangan :
X1 = Rasio modal kerja / total asset
X2 = Rasio laba ditahan / total asset
X3 = Rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset
X4 = Rasio nilai buku saham preferen dan saham biasa / nilai buku total
X5 = Rasio penjualan / total asset

Cut-off Rate Model Diskriminan


Cut-off atau batas untuk pengambilan kesimpulan kedua model tersebut bisa dilihat
dalam tabel berikut ini.

Model Pasar Model Nilai Buku


Batas tidak bangkrut 2,99 2,90
Batas bangkrut 1,81 1,20
Wilayah abu-abu 1,81 – 2,99 1,20 – 2,90
Misalkan ada dua perusahaan dengan data rasio keuangan sebagai berikut.
X Y
Rasio modal kerja / total asset 0,25 0,005
Rasio laba ditahan / total asset 0,1 0,01
Rasio laba sebelum bunga dan pajak / total 0,1 -0,2
asset
Rasio nilai pasar saham / nilai buku saham 2 1,2
Rasio penjualan / total asset 2 1,25

Karena menggunakan informasi harga pasar saham, maka kita menggunakan model
yang pertama, sehingga perhitungan nilai Z bisa dilihat berikut ini.

Nilai Z untuk A
𝑍𝐴 = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
𝑍𝐴 = 1,2 (0,25) + 1,4 (0,1) + 3,3 (0,1) + 0,6 (2) + 1,0 (2)
𝑍𝐴 = 3,97

Nilai Z untuk B
𝑍𝐵 = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
𝑍𝐵 = 1,2 (0,005) + 1,4 (0,01) + 3,3 (-0,2) + 0,6 (1,2) + 1,0 (1,25)
𝑍𝐵 = 1,33

Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai Z untuk A diatas batas
bangkrut (3,97 > 2,99), maka Altman memprediksi bahwa perusahaan A tidak bangkrut.
Sebaliknya, karena nilai Z untuk B dibawah batas bawah (1,33 < 1,81), maka Altman
memprediksi bahwa perusahaan B akan mengalami kebangkrutan.

2.4 Manajemen Risiko Kredit


a. Penerapan Manajemen Risiko Kredit
Penerapan manajemen risiko kredit di perusahaan mencakup :
1. Pengawasan aktif dewan direksi dan komisaris
2. Kebijakan dan prosedur manajemen serta penetapan limit
3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengenalan risiko
4. Sistem pengendalian internal

b. Pengawasan Aktif Dewan Direksi dan Komisaris


Kewenangan dan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris :
1. Direksi bertanggungjawab agar seluruh aktivitas penyediaan dana dilakukan
sesuai dengan strategi dan kebijakan risiko kredit yang disetujui oleh dewan
komisaris.
2. Direksi harus memastikan bahwa penerapan manajemen risiko dilakukan secara
efektif pada pelaksanaan aktivitas penyediaan dana, dengan cara memantau
perkembangan dan permasalahan dalam aktivitas bisnis lembaga keuangan
terkait risisko kredit, termasuk penyelesaian kredit bermasalah
3. Dewan komisaris memantau penyediaan dana, termasuk meninjau penyediaan
dana dengan jumlah besar atau diberikan kepada pihak terkait.

c. Kecukupan Sumber Daya Manusia untuk Risiko Kredit


Harus memiliki sumber daya manusia (relationship officer, account officer,
analisi kredit) yang memadai.

d. Organisasi Manajemen Risiko Kredit


Beberapa unit terkait adalah :
1. Unit bisnis yang melaksanakan aktivitas pemberian kredit
2. Unit pemulihan kredit yang melakukan penanganan kredit bermasalah,
3. Unit manajemen risiko, khusunya yang menilai dan memantau risiko kredit

e. Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko serta Penetapan Limit


1. Strategi Manajemen Risiko
Strategi manajemen risiko kredit harus sejalan dengan tujuan perusahaan
untuk menjaga kualitas kredit, laba, dan pertumbuhan usaha.
2. Tingkat Risiko yang akan Diambil dan Toleransi Risiko Perusahaan
Tingkat Risiko yang akan Diambil dan Toleransi Risiko Perusahaan harus
menetapkan limit risiko kresit sesuai tingkat risiko yang diambil, toleransi
risiko, dan strategi korporasi.

3. Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko


Lembaga keuangan harus mengembangkan dan mengimplementasikan
kebijakan dan prosedur secara tepat sehingga :
a. Mendukung penyediaan dana yang sehat
b. Memantau dan mengendalikan risiko kredit
c. Melakukan evaluasi secara benar dalam memanfaatkan peluang usaha
baru
d. Mengidentifikasi dan menangani kredit bermasalah

4. Analisis Kredit
a. Analisis Generik
Banker Association for Risk Management (2012) memberikan
beberapa faktor pertimbangan dalam persetujuan kredit, yaitu :
1. Tujuan kredit dan sumber pembayaran
2. Profil risiko debitur terdiri kinerja historis industri tempat debitur
menjalankan usaha
3. Kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi
4. Analisis pemasaran dan aspek teknis dasar menentukan asumsi
proyeksi keuangan.
5. Analisis keuangan
6. Aspek legal dan agunan untuk mementukan persyaratan kredit

b. Analisis Kinerja Keuangan Historis


a. Analisis rasio keuangan
b. Analisis vertikal
c. Analisis horizontal

Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/OJK.03/2016 tanggal


29 Januari 2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, ada dua model
pengukuran risiko kredit yaitu :
Pendekatan terstandardisasi (standardized approach) dan pendekatan
berdasarkan internal rating (internal rating based approach).
1. Pendekatan terstandardisasi, peringkat kredit dtetapkan oleh lembaga
pemerintah eksternal yang diakui oleh Bank Indonesia/Otoritas Jasa
Keuangan.
2. Parameter Internal Rating Based (IRB), yaitu : Probability of default (PD)
Besarnya kemungkinan debitur mengalami ketidakmampuan dalam
pengembalian kewajiban, pokok maupun bunga pinjaman. Loss Given
Default (LGD) Estimasi potensi kerugian jika terjadi wanprestasi. Besar
LGD adalah (recovery rate), recovery rate adalah tingkat pengembalian
kredit setelah dilakukan upaya penagihan dan atau penjualan agunan atas
kredit macet.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tahun 2009 adalah
risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank. Risiko kredit terjadi jika counterparty (pihak lain dalam transaksi
bisnis) tidak bisa memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Penilaian kualitatif dalam risiko
kredit adalah kerangka 3R dan 5C digunakan dalam menganalisis kemampuan melunasi
kewajiban dari calon nasabah pada bank, namun bisa juga dipakai untuk menganalisis
risiko kredit secara kualitatif pada perusahaan. Sedangkan penilaian kuantitatif dibedakan
menjadi rating perusahaan dan analisis diskriminan. Perusahaan atau bahkan negara seperti
Indonesia yang akan menerbitkan surat utang, baik jangka panjang (obligasi) atau jangka
pendek (commercial paper) biasanya akan di rating oleh perusahaan pe-rating. Sedangkan
analisis diskriminan pada dasarnya ingin melihat apakah suatu perusahaan sebaiknya
dimasukkan kedalam kategori tertentu. Sebagai contoh, kita mempunyai dua kategori
yaitu, perusahaan yang mengalami kegagalan bayar dan perusahaan yang tidak mengalami
kegagalan bayar. Selanjutnya ada manajemen risiko kredit yang terdiri dari penerapan
manajemen risiko kredit, pengawasan aktif dewan direksi dan komisaris, kecukupan
sumber daya manusia untuk risiko kredit, organisasi manajemen risiko kredit dan kebijakan
dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2016. Manajemen Risiko Edisi Ketiga. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.

Project Managemen. Qualitative Risk Analysis. Dikutip pada 28 Februari 2021.


https://www.project-management-skills.com/qualitative-risk-analysis.html 7

Study. Quantitative Risk Analysis Definition Benefits Example. Dikutip pada 28 Februari 2021.
https://study.com/academy/lesson/quantitative-risk-analysis-definition-benefits-
examples.html 7

Simplilearn. Quantitative Risk Analysis. Dikutip pada 2 Maret 2021.

https://www.simplilearn.com/perform-quantitative-risk-analysis-rrt3co14vd62-video 5

Anda mungkin juga menyukai