Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN INSTRUMENT

DERIVATIF PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK

Riska Oktya Anggarsari

1. Latar Belakang Masalah


Perbankan merupakan lembaga keuangan yang menjalankan fungsinya sebagai tempat
menerima simpanan uang, memberikan jasa pengiriman uang dan meminjamkan uang
kepada nasabah.
Di era globalisasi saat ini telah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan industri perbankan di Indonesia. Perkembangan industri perbankan
ditandai dengan semakin banyaknya kantor perbankan yang berdiri dan kantor cabang
yang teresebar luas di Indonesia. Pihak perbankan menyediakan berbagai macam layanan
produk yang mampu menjawab semua kebutuhan yang ditawarkan kepada nasabah. Salah
satu produk yang membantu menjawab kebutuhan masyarakat / nasabah adalah produk
layanan pemberian kredit.
Menurut Teguh Pudjo : “Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan
dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.
Kredit banyak dijadikan sebagai sumber dana untuk modal usaha. Masyarakat yang
memiliki usaha ataupun tidak namun dengan pendapatan yang terbatas banyak yang
dalam memenuhi kebutuhan baik untuk modal kerja, investasi maupun konsumtif
menggunakan cara kredit. Persaingan dalam penyaluran kredit semakin ketat karena
tekanan dari pemerintah dan Bank Indonesia yang melihat dari beberapa sektor terutama
ekonomi.
PT. Bank Danamon Indonesia merupakan salah satu lembaga keuangan swasta yang
menjalankan kegiatan pemberian atau penyaluran kredit kepada nasabah. Dari proses
kredit ini terdapat kesepakatan pelunasan utang dan bunga yang akan diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama, artinya kedua belah pihak akan
mematuhi kewajibannya masing - masing melalui dasar ketentuan yang diterapkan Bank
Indonesia agar PT. Bank Danamon Indonesia terus dapat berjalan lancar, aman dan sehat.

1
Bank Indonesia dapat mengatakan Bank itu normal berjalan dilihat dari NPL ( None
Performance Loan).
Risiko yang dihadapi dalam kegiatan pemberian kredit adalah terjadinya kredit
bermasalah. Kredit berkembang menjadi bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal
yang berasal dari faktor intern Bank dan faktor ekstern Bank. Dalam penyaluran kredit
tidak selalu berjalan lancar dan bebas dari risiko kredit, oleh karena itu kredit yang
disalurkan oleh suatu Bank harus dikelola dengan baik agar dapat meminimalisir
terjadinya kerugian. Keberhasilan PT. Bank Danamon Indonesia ada ditangan nasabahnya
sejalan dengan Visinya adalah peduli dan membantu jutaan orang untuk mencapai
kesejahteraan.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko pada PT. Bank Danamon Indonesia
Tbk dalam meminimalisir risiko kredit.
2. Manajemen risiko pada kredit yang bermasalah sesuai dengan kesepakatan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) mengenai penerapan manajemen risiko PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk.

3. Literatur
Pengertian kredit menurut Undang Undang perbankan No. 10 Tahun 1998 pada
dasarnya merupakan pemberian pinjaman oleh Bank kepada nasabahnya untuk
pembiayaan kegiatan usahanya dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu yang
disepakati bersama yang antar Bank sebagai kreditor dan nasabah sebagai debitur dengan
ketentuan ketentuan yang disepakati bersama yang dituangkan dalam suatu perjanjian
kredit yang berisi antara lain kesediaan debitur untuk membayar kembali kreditnyya
termasuk beban bunganya.

Menurut para Ahli : “Kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti
kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan.
Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima
kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah
dijanjikan”.

2
Mengapa seseorang melakukan kredit ?, karena manusia adalah Homo Economicus
dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia
beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu meningkat , sedangkan kemampuan untuk
mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini yang menyebabkan manusia
memerlukan bantuan bentuk permodalan untuk memenuhi hasrat dan cita - citanya.
Bantuan dari Bank dalam bentuk tambahan modal inilah yang sering disebut dengan
kredit.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah dikenal adanya
prinsip 5C / prinsip 6C sebagai berikut :

1. Character
Manfaat dari penilaian soal character ini untuk mengetahui sampai sejauh mana
tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi
kewajiban - kewajibannya dari calon debitur.
2. Capacity
Penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban -
kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan
dilakukannnya yang akan dibiayai dengan kredit dari Bank.
3. Capital
Jumlah dana / modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.
4. Collateral
Barang - barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam / debitur sebagai jaminan
atas kredit yang diterimanya.
5. Condition of Economy
Situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain lain yang mempengaruhi
keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu
yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan
yang memperoleh kredit.
6. Constraint
Batasan - batasan atau hambatan - hambatan yang tidak memungkinkan seseorang
melakukan business di suatu tempat.

Kredit bermasalah adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga atau
kredit induk yang telah jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama

3
sekali tidak ada pembayaran. Dalam kasus kredit bermasalah, ada kemungkinan kreditur
terpaksa melakukan tindakan hukum atau menderita kerugian dalam jumlah yang jauh
lebih besar dari jumlah yang diperkirakan (pada saat pemberian kredit) dapat ditolerir.
Bank indonesia membagi kredit bermasalah menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Kredit Kurang Lancar


Jika terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi kriteria kredit kurang lancar dengan
angsuran di luar KPR atau kredit kurang lancar tanpa angsuran.
2. Kredit Diragukan
Apabila tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar dan kredit kurang lancar. Kredit
ini dapat diselamatkan serta mempunyai jaminan kredit yang nilainya tidakkurang dari
75% jumlah nilai pinjaman pokok dan bunga tertunggak.
3. Kredit Macet
Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit
diragukan.

Menurut Frianto Pandia : “Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan


metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank”.

Manajemen risiko merupakan elemen penting dalam menjalankan bisnis perbankan


karena semakin berkembangnya dunia perbankan serta meningkatnya tingkat risiko yang
dihadapi perbankan. Sasaran utama implementasi manajemen risiko adalah melindungi
Bank terhadap kerugian yang mungkin timbul serta menjaga tingkat risiko agar sesuai
dengan risk appetite yang telah ditetapkan. Bank mengelola risiko dengan
menyeimbangkan antara strategi bisnis dengan pengelolaan risikonya sehingga Bank akan
mendapat hasil optimal dari operasionalnya.

Berikut data NPL, Kredit Bermasalah dan Kredit yang diberikan (Bruto) Pada PT.
Bank Danamon Indonesia Tbk pada tahun 2011 - 2018 :

Tabel 3.1

NPL, Kredit Bermasalah dan Kredit yang Diberikan

Tahun NPL Kredit Bermasalah Kredit yang Diberikan


2015 3.0% 3.895 129.367

4
2016 3.1% 3.735 122.385
2017 2.8% 3.412 124.766
2018 2.7% 3.656 134.519

Berdasarkan data Tabel 3.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa NPL Pada PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2015 sampai tahun 2018 mengalami penurunan berada
pada level 2.7% artinya PT. Bank Danamon Indonesia tergolong Bank sehat dalam
melakukan aktivitas kegiatan penyaluran krdeit dengan baik dan optimal. Diketahui bahwa
standar NPL yang telah ditetapkan OJK adalah 5%.

NPL adalah data persentase keseluruhan kredit macet berdasarkan data sesuai dengan
laporan Bank untuk mengukur tingkat kesehatan dalam penyaluran kredit. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 Tanggal 20 Mei 2013 bahwa tingkat NPL
yang wajar adalah kurang dari 5% dari total kredit. Semakin tinggi nilai NPL maka Bank
tersebut tidak sehat.

Rumus :
NPL = Total OS Macet/Menunggak

OS Kredit Lancar x 100%

4. Rekomendasi
Dalam semua aktivitas Bank, Bank harus mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan
mengontrol semua risiko yang bersifat material melalui penggunaan proses, teknologi dan
model yang sesuai. Hal ini harus didukung oleh Sistem Informasi Manajemen yang tepat
waktu dan laporan keuangan yang akurat. Sistem Informasi Manajemen harus mencakup
laporan yang meliputi eksposur risiko. Kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur dan limit
serta pencapaian aktual terhadap target yang ditetapkan.
Penerapan Manajemen Risiko Kredit, termasuk pengelolaan Risiko Konsentrasi Kredit
(Credit Concentration Risk), dilakukan Bank secara individual maupun secara konsolidasi
dengan Perusahaan anak. Penerapan Manajemen Risiko Kredit meliputi proses end to end
dari kriteria penerimaan kredit, originasi dan persetujuan, penetapan suku bunga,
pemantauan, penagihan, manajemen agunan, proses manajemen kredit bermasalah dan
manajemen portfolio. Bank juga menerapkan prinsip kehati – hatian dan manajemen
risiko dalam memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait, penyediaan dana besar
5
(large exposure) dan atau penyediaan dana kepada pihak lain yang memiliki kepentingan
terhadap Bank.
Bank telah mengembangkan struktur organisasi yang jelas dalam mengelola risiko.
Struktur manajemen risiko terdiri atas : Komite Risiko dan Divisi Risiko dengan berbagai
tingkat dan tanggung jawab. Organisasi Manajemen Risiko Bank melibatkan pengawasan
dari Dewan Komisaris dan Direksi Komite Pemantauan Risiko merupakan otoritas risiko
tertinggi yang berada pada tingkat Dewan Komisaris.
Prinsip prinsip manajemen risiko memiliki pendekatan pertahanan tiga lapis dalam
mernacang dan menerapkan kerangka kerja manajemen risiko dan control :
1. Pertahanan Tingkat Pertama
Unit Bisnis berperan sebagai pertahanan tingkat pertama dan bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengontrol dan memitigasi risiko dalam
bisnis. Unit Bisnis memiliki tanggung jawab yang utama atas pengelolaan eksposur
risiko bisnis dari hari ke hari. Mereka bertanggung jawab atas risiko yang timbul
dalam setiap kesempatan bisnis yang mereka cari yang konsisten dengan target
market yang telah disetujui untuk bisnis mereka.
2. Pertahanan Tingkat Kedua
Integrated Risk Management yang independen dan Divisi Kepatuhan berperan
sebagai unit kunci dalam memberikan pertahanan tingkat kedua melalui fungsi
pemantauan yang independen. Divisi kepatuhan mengelola risiko kepatuhan dan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh peraturan yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang memiliki kewenangan menerbitkan
peraturan telah disosialisasikan dan diikuti oleh seluruh unit bisnis terkait diseluruh
aktivitas Bank dan tingkat organisasi.
3. Pertahanan Tingkat Ketiga
Audit internal berperan sebagai pertahanan tingkat ketiga dalam kerangka kerja
manajemen risiko dan kontrol melalui pengujian dan audit secara independen atas
ketepatan proses unit bisnis dan unit pendukungnya untuk memastikan bahwa mereka
telah melakukan fungsi dan tanggung jawabnya dan mematuhi kebijakan dan prosedur
manajemen risiko yang disetuji oleh Direksi.

6
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai manajemen risiko
kredit dalam meminimalisir kredit bermaslah pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
dapat disimpulkan bahwa Bank Danamon tergolong dalam Bank sehat dan dapat dilihat
NPL pada Bank Danamon dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 mengalami
penurunan sampai pada level 2.7% artinya kurang dari 5%.
Bank Danamon telah melaksanakan pengendalian risiko bahwasanya Bank harus
memiliki prosedur pengelolaan penanganan kredit bermasalah dan menjaga independensi
staff kredit dan meningkatkan proses pemantauan kredit tersebut.

6. References
Kisman,Z and Dian Krisandi. How to Predict Financial Distress in the Wholesale Sector:
Lesson from Indonesian Stock Exchange.Journal of Economics and Business, Vol. 2,
No. 3, (2019).
Kisman,Z. Model for Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia
With Time Series Data 2012m1-2016m12). Journal of internet Banking and
Commerce. Vol.22,2017.
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model
(CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in
Indonesia Stock Exchange.American Journal of Economics, Finance and
Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189
Kisman, Z. Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence.
Transylvanian Review. Vol XXIV, No. 08,2016.
Muljono, Teguh Pudjo. 1996. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Yogyakarta :
BPFE.
Sutojo, Siswanto. 1997. Analisis Kredit Bank Umum : Konsep dan Teknik. Jakarta : PT
Ikrar Mandiriabadi.
_____________. 1997b. Menangani Kredit Bermasalah : Konsep, Teknik dan Kasus.
Jakarta : PT Gramedia.
Suyatno, Thomas, H.A Chalik, Made Sukada, C Timon Yunianti Ananda dan Djuhaepah
T Marala. 1993. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : PT Gramedia.
Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta : Rineka Cipta.
Bank Danamon Indonesia. 2011-2018. Laporan Keuangan. Jakarta : Bank Danamon
Indonesia.
7

Anda mungkin juga menyukai