Gaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin konsumtif memacu pertumbuhan kegiatan
perkreditan. Salah satu jenis kredit yang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan adalah
kredit konsumsi. Seperti yang kita ketahui bahwa animo masyarakat terhadap barang-barang
konsumsi seperti kendaraan bermotor, elektronik, perumahaan, dan kebutuhan rumah tangga
lainnya terus meningkat.
Pertumbuhan kredit juga didukung oleh pola pikir masyarakat yang mengalami perubahan
dalam melakukan pembelian. Dengan adanya fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak bank, maka
akan mempermudah masyarakat dalam melakukan pembelian. Meningkatnya pertumbuhan kredit
merupakan kesempatan yang baik untuk industri perbankan. Keberadaan lembaga perbankan ini
mempermudah masyarakat atau konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan dengan
sistem pembayaran yang lebih ringan dan dapat diangsur.
Sehubungan dengan pemberian kredit, resiko yang timbul cukup besar yaitu tidak
kembalinya uang yang dipinjamkan, baik jumlah pokok maupun bunganya. Kredit bermasalah
akan menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Oleh karena itu, harus dibentuk suatu prosedur
dalam menganalisis kredit yang jelas dan sebaik-baiknya, sehingga tujuan bersama antara kreditur
dan debitur dapat tercapai sebagaimana mestinya.
A. Pengertian Kredit Konsumsi
Kredit Konsumsi adalah salah satu jasa yang diberikan bank dalam bentuk kredit yang
ditujukan untuk membiayai kebutuhan nasabah terutama yang berhubungan dengan kegiatan
konsumsi, misalnya: pembelian motor, mobil dan barang elektronik yang bertujuan untuk
pemakaian pribadi. Kredit konsumsi memiliki bunga yang relatif tinggi dibanding kredit investasi
dan modal kerja.
Suku Bunga
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia Januari 2012, yang dikeluarkan Bank
Indonesia (BI), tingkat suku bunga kredit pada bank umum berada pada kisaran 13%, sedangkan
BI Rate berada pada angka 6% dan jumlah kredit konsumsi yang beredar saat ini sejumlah 660.247
miliar rupiah atau sekitar 30% dari jumlah kredit yang beredar di masyarakat, bahkan kredit
konsumsi memiliki jumlah yang lebih besar dibanding kredit investasi. Jumlah kredit konsumsi
yang terbesar saat ini berada di Jakarta yaitu sebesar 231.207 miliar rupiah atau hampir setengah
dari jumlah kredit konsumsi seluruh indonesia.
Kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang tinggi. Pertama, tingginya resiko kredit
konsumen sangat berhubungan dengan kondisi keuangan, ekonomi seseorang atau keluarga.
Sehingga jika nasabah terkena penyakit yang parah, kehilangan pekerjaan atau mengalami tragedi
atau kecelakaan, maka akan mempengaruhi pembayaran kredit mereka. Kedua, biaya yang tinggi
dari kredit konsumen terkait dengan nominal yang kecil dan jumlah yang banyak, sehingga
meningkatkan biaya transaksi yang tinggi bagi bank.
Ada beberapa prinsip penilaian dalam melakukan penilaian atas permohonan kredit,maksud
penilaian terhadap permohonan kredit itu adalah meletakan kepercayaan untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan dikemudian hari akan berakibat kegagalan usaha dan kemacetan total
kreditnya. Berikut ini merupakan beberapa prinsip penilaian kredit :
a. Prinsip 5 C
Character (watak atau kepribadian) dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan sebagai yang paling penting, sebelum memutuskan untuk memberikan kredit
kepadanya.
Capacity (kemampuan) calon debitur perlu diketahui dan diteliti oleh bank (calo kreditur).
Capital (modal) calon debitur perlu diketahui dan oleh bank (calon kreditur) selain dari jumlahnya
perlu diketahui pula strukturnya.
Condition of Economiy (kondisi perekonomian) yang mendorong calon debitur perlu
mendapatkan sorotan dari bank (calon kreditur).
Collateral (jaminan, agunan) atas setiap kredit berupa harta benda milik debitur atau pihak lain
yang menjaminnya diikat sebagai agunan. Andai pada suatu saat ternyata debitur tidak mampu
menyelesaikan kreditnya, maka agunan tersebut diambil alih atau dilelang oleh kreditur setelah
peradilan memberikan pengesahan.
b. Prinsip 5 P
Party (Golongan) dari calon-calon peminjam. Bank perlu menggolongkan calon-calon debiturnya
menjadi beberapa golongan menurut :
Purpose (tujuan) penggunaan kartu kredit menurut calon debitur perlu diketahui oleh bank (calon
kreditur), mengingat erat sekali hubungannya dengan economy Condition. Bank perlu tahu apakah
itu akan mempunyai aspek ekonomis dan aspek sosial yang positif.
Payment (sumber pembayaran). Bank harus perkirakan apakah calon debitur akan mampu
memperoleh pendapatan dalam jumlah yang cukup untuk dipergunakan sebagai pengembalian
kredit dan bunganya.
Profitabilitas (kemampuan memperoleh laba) calon kreditur harus tahu apakah pemberian kredit
tersebut menimbulkan keuntungan untuk bank (calon kreditur) tersebut.
Protection (perlindungan) atas jaminan yang diberikan oleh calon kreditur itu cukup aman.
c. Prinsip 3 R
Return (hasil yang dicapai). Hasil yang dicapai oleh perusahaan calon debitur diukur oleh analisis
akan mencakupi untuk mengembalikan kredit besera bunganya.
Repayment (pembayaran kembali) oleh debitur harus sudah dapatdiramalkan oleh analisis.
Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung resiko) sangat perlu memperoleh perhatian
analisis. Pengendalian analisis dikaitkan dengan adanya kemungkinan kegagalan usaha calon
debitur.
http://adilahlayungsantini.blogspot.co.id/2015/01/kredit-konsumsi.html
1. Jenis kredit Simadu (kredit tanpa adanya propisi dan administrasi) paling banyak diminati oleh
masyarakat umum : biasanya di gunakan untuk kebutuhuhan hidup sehari-hari contohnya DP
kredi sepeda motor, pembiayaan anak sekolah
2. Kredit T.P.A.D dalah kredit potong gaji pedesan pembayarannya juga lewat bendahara gaji kredit
tersebut . Bunga pinjaman dan jangka waktu kredit bisa lama sampai 60 bulan/ 5tahun biasanya
digunakan ntuk pembelian kios pasar kecil, usaha dagangan kelontong, dll
3. Perushaan kita memberikan promosi-promosi di setiap bidang misalnya di pasar dan
perkantoran agar nasabah tau produk di BPR
4. a. Karakter seseorang nasabah yang mau mengajukan kredit di BPR
b. IDI (Sistem Inflamasi Debitur) , JBI Checking
c. Jaminan yang di jaminkan di BPR
d. Prinsip kehati-hatian oleh analisis
e. Mengetahui empat tinggal calon debitur yang akan mengajukan kredit
5. biasanya kendalanya di pengaruhi oleh jaminan, maksudnya jaminan tidak mengcover pengajuan
kreditnya
9. Antisipasi : surveyor harus melihat kondisi dan situasi nasabah, yang bermaksud adalah ekonomi /
penghasilan setiap hari, mengetahui kebutuhan nasabah untuk mencapai sehari-harinya ,
pendapatan calon nasabah (gaji)
10. Tidak menggunakan depcollector tetapi BPR sudah kerjasama dengan notaris dengan pengadilan
negeri untuk mengatasi kredit macet . Jika notaris , jaminan akan dilelang oleh pengadilan, kasuskan
secara perdata
11. tidak, karena kalau diberi kredit lagi biasanya akan terjadi macet dan pendapaan lebih kecil dari
pada pengeluaran
12. beda, jika perorangan bunga lebih besar daripada kredit badan usaha, dikarenakan jika
kreditdiberikan kepada badan usaha akan meminimalkan kemacetan
13. untuk mencukupi kebutuhan nasabah. Ada inovasi yaitu adalah simadue yang berarti pinjaman
tanpa potongan propisit administrasi