Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN AKTIVA DAN LIABILITAS PADA BANK SYARIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah

Manajemen Treasury Bank Syariah

Dosen Pengampu : Jumarni, S.T., M.E.Sy.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

➢ Thurfahtul Hikmah ( 2004020060 )


➢ Hesti Lestari ( 2004020061 )
➢ Muh. Arif Pabali ( 2004020055 )

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

TAHUN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Aktiva
dan Liabilitas pada Bank Syariah” dengan segala kesulitan telah kami lalui dengan bantuan-
Nya. Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Sebagai penyusun, dalam makalah ini akan menguraikan pembahasan tentang


Manajemen Aktiva dan Liabilitas pada Bank Syariah. Jadi kami memohon saran serta kritik
kepada pembaca agar makalah ini mendekati kesempurnaan dan tidak mengulang kesalahan
lagi.

Semoga makalah ini bermanfaatnya bagi pembaca dan khususnya kepada penyusun.
Aamiin yarobbalalamin.

Palopo,13 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA) .................. 2


B. RUANG LINGKUP ALMA ................................................................................... 2
C. PENERAPAN ALMA BANK SYARIAH ............................................................. 3
D. MANAJEMEN LIKUIDITAS ................................................................................ 5
E. MANAJEMEN INVESTASI .................................................................................. 8
F. MANAJEMEN GAP (MISMATCH) ..................................................................... 9
G. MANAJEMEN PRINCING.................................................................................... 12
H. MANAJEMEN DANA ........................................................................................... 15
I. MANAJEMEN SUMBER DANA ......................................................................... 16
J. TANTANGAN BANK SYARIAH DARI SISI ALMA ......................................... 17
K. SOLUSI DALAM PENGELOLAAN ALMA ........................................................ 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 21
B. Saran ....................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat


dan menyalurkan kembali dana kepada masyarakat. Dana yang dikumpulkan oleh
bank masuk kedalam pasiva, sementara dana yang disalurkan kepada masyarakat
masuk dalam aktiva. Aktiva dan pasiva adalah dua sisi dari pos keuangan bank, baik
dalam bentuk kekayaan ataupun menggambarkan posisi utang, kewajiban dan modal
bank. Keduanya harus mencapai keseimbangan, dimana faktor yang dapat
menyeimbangkan diantara keduanya, dalam bentuk rugi laba bank yang bersangkutan.

Sebagaimana disampaikan diparagraf sebelumnya, dana bank yang masuk


tergambar dalam pasiva, sedangkan dana yang keluar dari bank (yang berbentuk
pembiayaan) tergambar dalam aktiva. Oleh karena itu, sumber dana bank semuanya
tergambar dalam aktiva. Dengan kata lain, bagian manajemen pasiva adalah
berkaitan dengan mengelola sumber-sumber dana, sedangkan manajemen aktiva
adalah berkaita dengan upaya bank dalam mengelola atau mengalokasikan ini
merupakan bagian yang amat penting dalam aktivitas operasional bank yang
bersangkutan.

Pada neraca keuangan bank syariah, dana masyarakat yang berhasil dihimpun
berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank dicatat pada sisi pasiva dalam bentuk
liabilitas. DPK tersebut kemudian akan disalurkan pada investasi dalam bentuk
berbagai asset. Bentuk-bentuk investasi yang telah dipilih bank syariah tersebut
tercatat pada sisi asset dalam neraca bank syariah. Pada kegiatan penghimpunan dana,
bank syariah memegang suatu amanah untuk dapat mengelolah simpanan nasabah
dengan baik. Dana yang berhasil dihimpun tersebut diinvestasikan kedalam berbagai
bentuk asset. Pemilihan bentuk-bentuk investasi tersebut haruslah dilakukan dengan
seksama. Apabila dana nasabah tersebut tidak dikelola dan diinvestasikan dengan
baik, maka akan berdampak kepada permasalahan kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya kepada nasabah penyimpan dana. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
diperlukan suatu system yang dapat memformulasikan fungsi penghimpunan dan
penyaluran dana tersebut dalam bentuk Manajemen Asset dan Liabilitas (ALMA).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen asset dan liabilitas ?
2. Bagaimana penerapan ALMA pada Bank Syariah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian manajemen asset dan liabilitas.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan ALMA pada Bank Syariah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA)

Asset adalah sebuah sumber daya yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana beberapa manfaat ekonomi masa depan
dapat diharapkan mengalir ke perusahaan. Kepemilikan aset itu sendiri adalah tidak
berwujud. Namun, aset yang dimiliki dapat berwujud atau tidak berwujud "(International
Valuation Standard 2003)

Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik
berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong
tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Melalui proses manajemen yaitu POLC
planning, organizing, leading dan controling agar dapat dimanfaatkan atau dapat mengurangi
biaya (cost) secara efisien dan efektif.

Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup
untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada
nasabah.

B. RUANG LINGKUP ALMA

ALMA adalah manejemen struktur neraca bank dengan tujuan untuk


mengoptimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya dalam batas-batas risiko tertentu.
Risiko-risiko ALMA dalam suatu bank pada umumnya berupa:

a. Financing risk, yaitu debitur akan memenuhi kewajibannya (keterlambatan angsuran atau
pelunasan) tepat pada waktunya. Risiko kredit dapat menimbulkan risiko likuiditas.

b. Liquidity risk, yaitu risiko bahwa bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat (bagi hasil
yang tinggi) dan atau menjual aktivanya dengan harga yang rendah.

c. Pricing risk, yaitu risiko kerugian dengan akibat perubahan tingkat bagi hasil, menentukan
bentuk penurunan margin dari penanaman atau kerugian sebagai akibat menurunnya nilai
aktiva. Risiko ini sebagai akibat Net Interest Margin (NII) atau tidak terpenuhinya

2
likuiditas, atau terjadinya gap karena tidak tepatnya perhitngan pricing atas asset dan
liabilitas.

d. Foreign exchange risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs
terhadap “open position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan.

e. Gap risk, yaitu risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity karena adanya
pergerkan tingkat bunga yang merugikan.

f. Kontinjen risk, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen, contohnya bank
garansi dan kontrak valuta asing berjangka.

Risiko likuiditas adalah risiko yang ada diperbankan yang biasanya timbul dari cara
bank mengelola primary dan secondary rerserve serta pendanaannya sehari-hari. Risiko yang
ada dalam pengelolaan Primary rerserve dapat berupa:

a) Reserve yang dikelola terlalu tinggi dari yang dibutuhkan.

b) Reserve requirement tidak dapat dipenuhi sehingga berakibat dikenakan pinalti atau sanksi
oleh bank indonesia serta timbulnya masalah bagi bank sendiri.

C. Penerapan ALMA Bank Syariah

Sebagaimana perbankan konvensional , perbankan syariah pun merupakan lembaga


intermedasi antara penabung dan investor . perbedaan pokok perbankan syariah dengan
perbankan konvensional terletak pada dominasi prinsip bagi hasil dan resiko ( profit and loss
sharing) yang melandasi sistem operasionalnya . Hal ini tercemin pada beberapa karakteristik
berikut ini:

1. Bank syariah hanya menjamin pembayaran kembali nilai nominal simpanan giro dan
tabungan (sendainya mekanisme yang di pilih adalah wadiah ) , tetapi tidak menjamin
pembayaran kembali nilai nominal dari deposito ( investment deposit atau mudharabah
deposit ) . Bank syariah juga tidak menjamin keuntungan atas deposito . Mekanisme
pengaturan realisasi pembagian keuntungan final atas deposito pada bank syariah
bergantung pada performance dari bank , tadak sebagimana bank konvensional yang
menjamin pembayaran keuntungan atas deposito berdasar tingkat bunga tertentu dengan
mengabaikan performancenya .

3
2. Sistem operasional bank syariah berdasarkan pada system equity diaman setiap modal
mengandung risiko . oleh karena itu , hubungan kerja sama antara bank syariah dan karena
itu , hubungan kerja sama antara bank syariah dan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip
bagi hasil dan risiko .

3. Dalam melakukan kegiatan pembiayaan ( financing) , bank syariah menggunakan model


pembiayaan muamalah maaliah ( islamic modes of financing ): PLS dan non-PLS .
sehubngan dengan itu , bank syariah melakukan pooling dana – dana nasabah dan
berkewajiban menyediakan manajeman investasi yang profesional .

Berdasarkan pada kerangka di atas maka penerapan ALMA pada bank syariah dengan
indikator pengukurannya dapat disajikan ke dalam tabel berikut :

No Variabel Indikator

1 Kualitas Aset 1. Rata – rata rasio antara jumlah aktiva produktif


terhadap jumlah aset

2. Rata – rata rasio jumlah kredit yang di salurkan


terhadap jumlah aset

3. Rata –rata rasio jumlah kredit yang disalurkan terhadap


aktiva produktif

4. Rata-rata rasio antara cadangan aktiva yang


diklarifikasikan terhadap jumlah aset

5. Rata-rata rasio antara cadanagn aktiva yang


diklarifikasikan terhadap pembiayaan yang disalurkan

2 Kualitas liabilitas 1. rata- rata rasio antara jumlah dana masyarakat terhadap
jumlah aset

2. rata- rata rasio antara jumlah kredit yang disalurkan


terhadap dana masyarakat

3. rata- rata capital modal

4
3 Kinerja 1 . rata –rata pertimbangan saldo awal ( terdiri dari kas dan
perbankan saldo rekening koran pada bank indonesia )
syariah
2. rata- rata pertimbangan transaksi – transaksi masuk dan
keluar yang tercemin pada cash in dan cash out

3. rata-rata estimasi posisi kas untuk hari berikutnya

4. rata-rata prediksi kebutuhan dana dan penggunaan dana .

Adapun komponen kebijakan ALMA perbankan syariah sama dengan komponen


kebijakan yang di lakukan oleh perbankan konvensional , perbedaanya adalah pengambilan
keuntungan dara perdagangan valas untuk memaksimalkan laba perbankan , serta
pengamatan terhadap fluktuasi bunga, karena keduanya dianggap tidak sesuai dengan
ketentuan syariah .

D. MANAJEMEN LIKUIDITAS

Likuiditas ialah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup
utuk memenuhi kewajibanya setiap saat. Dalam kewajiban di atas termasuk penarikan yang
tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun penarikan penarikan tidak terduga
lainya.

Beberapa pakar perbankan memberikan beberapa macam pengertian dari manajemen


likuiditas. Duane B Graddy memberikan definisi manajemen likuiditas melibatkan perkiraan
dana oleh masyarakat dan penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan.
Sedangkan Oliver G wood menyatakan manajemen likuiditas melibatkan perkiraan
kebutuhan dan penyediaan kas secara terus-menerus baik kebutuhan jangka pendek atau
musiman maupun kebutuhan jangka panjang.

Dalam hal ini bank sangat panting dalam mengelola likuiditas dengan
baik,dikarenakan untuk memperkecil resiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya
kekurangan dana dalam memenuhi kewajibanya.

Pada dasarnya keberhasilan bank dalam manajemen likuiditas ,dapat diketahui dari:

a) kemampuan dalam memprediksi kebutuhan dana di waktu yang akan datang

5
b) kemampuan untuk memenuhi permintaan akan “cash” dengan menukarkan harta lancarnya

c) kemampuan memperoleh “cash” secara mudah dengan biaya yang sedikit

d) kemampuan pendataan pergerakan “cash in”dan “cash out”dana (cash flow)

e) kemampuan untuk memenuhi kewajiban tanpa harus mencairkan aktiva tetap apapun
kedalan cash.

Ada empat macam teori likuiditas perbankan yang dikenal, yaitu sebagai berikut:

a) Commecial Loan Theory; teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan
pinjaman ‘dengan surat jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self
liquidating).

b) Shiftability Theory; teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada
kemampuan bank memindahkan aktivanya kepada kepada orang lain dengan harga yang
dapat diramalkan.

c) Anticipated Income Theory; yaitu semua dana yang dialokasi atau setiap uapaya
mengalokasikan dana ditujukan pada sektor yang feasible dan layak yang akan
menguntungkan bagi bank.

d) The liability Management Theory; teori ini dinyatakan bagaiman bank dapat mengelola
pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuditas.

Sejak dulu dunia perbankan memerlukan likuiditas dan likuiditas sendiri menjadi salah
satu faktor penting dalam pengelolaan dananya dan Resiko likuiditas adalah salah satu resiko
yang mendasar dalam dunia perbankan.Kemungkinan kerugian terjadi karena keharusan
menjual aset atau mengumpulkan dana dalam waktu singkat untuk menghadapi situasi
tertentu.dan diperlukan juga likuiditas yang cukup papbila bank ingin memenuhi pemintaan
kredit yang tidak terduga dari nasabah.Penolakan akan suatu permintaan kredit mungkin akan
mengakibatkan kehilangan nasabah yang akan menyimpan uangnya atau bahkan kehilangan
calon nasabah yang prima.

Sulit untuk mengatakan berapakah tingkat likuiditas yang ideal(seimbang) untuk suatu
bank. Untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang , sedapat mungkin biaya dana
yang tinggi yang dibutuhkan ntuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang harus
dibuat seminimal mungkin dengan pengelolaan spread yang baik.

6
Laporan perencanaan likuiditas juga dapat membantu pengelola dana untuk membuat
biaya dana seminimum mungkin. Dengan melihat laporan perencanaan likuiditas ini ank
dapat mengindikasi adanya kelebihan dan sampai seberapa besar dana itu lebih.

Sesungguhnya konsep likuiditas adalah konsep yang sederhana hanya saja sulit unruk
menentukan berapakah yang betul betul sesuai untuk masing masing bank dengan kondisi
bank yang berbeda beda.

Secara singkat pengaturan likuiditas adalah:

a) Kemampuan bank untuk menaikan sejumlah tertentu dan kas yang ada,

b) Pada ongkos tertentu

c) Dalam waktu yang singkat dan tepat

Semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank dalam waktu tertentu maka bank
akan semakin likuid, semakin rendah ongkos yang dibutuhkan untuk menambah dana dalam
waktu tertentu maka aset tersebut akan semakin likuid. Dan jumlah uang kas yang
bertambah seharusnya juga disesuaikan dengan kebutuhan akan uang kas tersebut.

Bank mempunyai beberapa alternatif untuk mencapai likuiditas :

a) menyediakan uang kas yang cukup

b) mengkonventir aset kedalam uang kas

c) meminjam dari bank lain

Dalam pengaturan likuiditas jangka pendek mungkin masih sulit untuk dpastikan
berapakah tingkat likuiditas bank yang ideal, dikarenakan dalam bisnis pebankan bank
dihadapkan kepada ketidakpastian (uncertainty).Berapa dan kapan nasabah akan mengambil
ataupun menyetor uang tidak dapat diketahui,oleh karena itu di perlukan perencanaan
likuiditas.

Likuiditas jangka pendek dapat diambil dari contoh beberapa kejadian yaitu hal hal
yang bersifat musiman,bank bank yang lokasinya dekat dengan daerah pertanian akan
mengalami lebih banyak setoran dana pada saat musim panen.dana ini akan menumpuk
apabila tidak direncanakan alokasinya.Dan sebaliknya para petani akan membutuhkan uang
pada waktu musim menanam untuk membeli bibit,pupuk obat hama dan sebagainya.

7
Dalam memelihara likuiditas sendiri sangat terkait dengan tujuan likuiditas.dalam
menetapkan strategi apa yang akan di ambil sangat tergantung pada skill manajer likuiditas
yang ada bagaimana mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar dan kebutukan likuiditas
bank, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Faktor-faktor tersebut diatas akan menjadi panduan apakah tidak akan mengambil
sikap agresif,berhati hati atau konservatif dalam manajemen likuiditasnya,yang tercermin dari
limit dan target likuididas yang di tetapkan.

E. MANAJEMEN INVESTASI

Investement dalam pengertian perusahaan (bank) adalah aktivitas bank untuk


menggunakan dana yang dimilikinya, membeli harga tetap yang mempunya nilai jangka
panjang,atau membeli surat berharga jangka panjang (1 sampai 10 tahun). Investasi disebut
juga sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainya yang dilakukan di masa
datang. dalam pengertian lain, investasi merupakan pengeluaran modal unut pembelian aset
(asset) fisik seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persediaan, yaitu investasi fisik atau riil.

Dalam bukunya, Ahmad Ifham Sholihin menyatakan bahwa investasi merupakan


penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva tetap atau
pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan (investment).

Tujuan bank dalam membeli surat berharga ada dua macam, yaitu:

a) Untuk menambah likuiditas bank

b) untuk menambah income bank

Meskipun saat ini alokasi dana bank yang paling besar adalah untuk pemberian kredit,
tetapi ada beberapa persen dana yang dialokasikan pada surat surat berharga yang meliputi
surat berharga yang meliputi surat berharga jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
Surat berharga sendiri dapat digunakan untuk menutup kekurangan likuiditas apabila terlalu
banyak nasabah ingin menarik depositonya dikarenakan surat berharga ini dapat di jual
dengan cepat tanpa mengalami kerugianyang berati dan dana yang di peroleh dapat dipakai
untuk enutup arus deposito yang mengalir keluar. Faktor faktor yang mempengaruhi
keputusan investasi:

8
a) Jangka waktu

b) Bagi hasil

c) Pajak

d) Mudah dipasarkan atau tidak

e) Kualitas dan keamanan

f) Harapan di masa mendatang

g) Diversifikasi

F. MANAJEMEN GAP (MISMATCH)

1. Pengertian

Manajemen gap juga diartikan sebagai sebuah strategi untuk memaksimumkan net
income margin melalui siklus bagi hasil. Sedangkan dalam konvensional manajemen gap
diartikan sebagai upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (Gap)
antara asset dan liabities pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal
jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo (maturity) atau perpaduan antara ketiganya
(kesenjangan tercampur atau mix match).

Gap adalah perbedaan antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive Liabilities
(RSL). RSA adalah aktiva yang dapat berubah dikarenakan :

a) Tanggal jatuh waktu aktiva yang bersangkutan, contoh: surat-surat berharga dan pinjaman
yang tingkat bagi hasilnya tertentu/tetap, seperti sukuk ijarah

b) Tanggal jatuh waktu peninjauan bagi hasilnya, contoh: surat-surat berharga yang tingkat
bagi hasilnya mengambang (tidak tentu tingkat untung dan ruginya)

RSL adalah pasiva yang imbal hasilnya dapat berubah:

a) Tanggal jatuh waktu pasiva yang bersangkutan, contoh : deposito berjangka

b) Tanggal tertentu sesuai perjanjian, contoh dana yang interestnya dikaitkan dengan
SIBOR/LIBOR

c) Tanggal tertentu menurut bank, contoh jasa giro

9
d) GAP : RSA-RSL

Positif Gap adalah ketika RSA lebih besar dibandingkan RSL dalam suatu periode
tertentu. Sebaliknya negatif gap apabila RSA dan RSL tidak dikelola dengan baik, maka
dapat mengakibatkan turunnya pendapatan bank (Net Interest Income). Oleh karena itu,
managemen gap mengusahakan peraturan struktur RSA dan RSl berdasarkan jatuh waktu
bagi hasilnya dengan tujuan:

a) Menghindari kerugian dari gejolak tingkat bagi hasil yang berlaku di pasar.

b) Mengusahakan pendapatan dalam batas risiko tertentu.

c) Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.

Dalam neraca bank hampir selalu terjadi ketidakseimbangan antara sumber daya di
sisi liabilities dengan penggunaan dana di sisi asset. Adapun tujuan dari manajemen gap
adalah :

a) Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga.

b) Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu.

c) Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.

d) Mengelola risiko serendah mungkin.

e) Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat suku bunga
yang wajar.

2. Pengukuran Gap

Pengukuran besarnya gap antara sisi aktiva dengan sisi pasiva diukur dengan
menggunakan interest maturity ladder, yaitu berupa suatu tabel yang disusun dari aset dan
liabilities yang dikelompokkan menurut periode peninjauan bagi hasilnya. Besarnya gap akan
menentukan besarnya potensi keuntungan atau kerugian yang akan timbul dari perubahan
tingkat bagi hasil tersebut. Besarnya gap dapat berubah membesar atau mengecil karena
transaksi-transaksi yang dilakukan.

Dalam kondisi tingkat bagi hasil yang diterima bank menurun lebih cepat dari bagi
hasil yang diberikan pada nasabah, sebaliknya apabila tingkat bagi hasil yang diterima bank

10
meningkat maka bank akan meraih keuntungan karena pendapatan meningkat lebih cepat dari
bagian bagi hasil yang diberikan pada nasabah. Dengan demikian, besarnya gap akan
menentukan besarnya potensi keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan tingkat
bagi hasil tersebut.

Besarnya gap dapat berubah karena transaksi yang dilakukan, misalnya : jika bank
menarik dana berupa deposito berjangka 1 tahun kemudian ditanamkan pada pinjaman bagi
hasil tetap dengan jangka waktu 30 hari. Maka gap untuk periode 6-12 bulan akan berkurang
dan gap untuk periode 8hari-1 bulan akan bertambah.

3. Strategi Gap

Terkait manajemen bank serta arahnya, gap biasanya ditentukan positif atau negatif
tergantung pada 3 hal, yaitu :

1. Prakiraan perkembangan bagi hasil

2. Tingkat manajemen terkait prakiraan tersebut

3. Hasrat bank untuk mengambil risiko jika tindakan yang diambil salah.

Selain 3 hal tersebut, hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah posisi dan likuiditas
bank. Strategi negatif gap yang ditetapkan sebagai antisipasi terhadap turunnya tingkat bagi
hasil akan mengurangi likuiditas bank karena jatuh tempo assets akan lebih panjang daripada
jatuh tempo liabilitiesnya.

Hal yang perlu diperhatikan juga bahwa adanya beberapa kesulitan dan masalah yang
menyertai pelaksanaan strategi gap diantaranya adalah :

1. Benar bahwa imbal balik(margin) dapat kita perkirakan bila kita dapat memprediksi porsi
bagi hasil yang sudah sejak awal di tentukan. Tetapi bila bank salah memprediksi maka
peningkatan gap dapat menurunkan margin tersebut.

2. Harus ada prakiraan jangka waktu yang tepat untuk mengubah besarnya gap dan siklus
bagi hasil harus dalam durasi yang tepat pula.

Agar strategi gap suatu bank dapat lebih efektif, maka yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan manajemen pricing yang sesuai dan terdapat infrastruktur yang dapat
memberikan informasi data RSA dan RSL dengan cepat, tepat dan kontinu untuk keperluan

11
analisis. Dengan demikian, profesionalnya bank dalam ALMA, maka penggunaan gap
management sofware untuk melakukan analisis dan scenario interest rate akan menjaid hal
yang umum.

4. Pengaruh Strategi Gap terhadap Pendapatan

Dalam menentukan strategi gap senantiasa dipertimbagkan risiko yang akan


dihadapi yakni dengan menetapkan target/ limit risiko sampai pada tingkat tertentu yang
dapat diterima.

G. MANAJEMEN PRINCING

1. Pengertian

Manajemen princing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat


bagi hasil dari produk-produk yang ditawarkan bank, baik disisi assets maupun liabilities.
Tujuan utama dari manajemen princing tersebut adalah untuk mendukung strategi dan taktis
ALMA bank dalam mencapai tujuan-tujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan
penghasilan bank.

2. Faktor yang mempengaruhi Manajemen Pricing

Keputusan ataupun kebijakan pricing biasanya dipengaruhi beberapa faktor dibawah ini,
yaitu :

a. Faktor-faktor pasar, seperti tingkat bagi hasil di pasar sekarang dan yang diharapkan serta
tekanan persaingan dan pricing pesaing.

b. Faktor ALMA, seperti tujuan manajemen gap, tujuan manajemen earning dan risiko mata
uang.

c. Faktor operasional bank, seperti tujuan strategi

d. Faktor kebijakan BI dan Pemerintah

Selain hal-hal di atas, hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan pricing secara umum,
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh suatu bank dibedakan antara pinjaman dan
simpanan. Untuk pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah cost of fund, premi risiko, biaya
pelayanan, termsuk biaya overhead dan personel, margin kentungan, struktur target maturity,
pricing yield curve simpanan berjangka dan cadangan wajib likuiditas.

12
3. Konsep Market Fund Rates, Marginal Cost of Funds, Average Cost of Funds dan Blended
Marginal Cost of Funds.

Market fund rates adalah tingkat bagi hasil yang menjadi salah satu dasar penetapan
keputusan pricing. Market fund rates juga menjadi suatu komponen yang penting guna
menganalisi prifitabilitas suatu bank. Apabila suatu pinjaman menghasilkan risk adjusted
return lebih tingi dari market fund rates, maka pinjaman tersebut dipertimbangkan sebagai
yang menguntungkan atas dasar market fund. Sementara itu, apabila biaya simpanan lebih
kecil dari market funds rates maka simpanan itu dipertimbangkan sebagai yang
menguntungkan atas dasar market funds. Kemudian penggunaan market fund rates ini juga
akan memudahkan bank membedakan margin keuntungan/kerugian yang diakibatkan oleh
operasional/produk bank atau keputusan ALMA.

Margin cost of funds merupakan perhitungan biaya tambahan dana/simpanan guna


melakukan tambahan dana pemberian pinjaman atau penanaman aktiva lainnya. Pada saat ini,
tingkat bagi hasil antar bank di Indonesia dianggap mewakili marginal cost of funds dan
seringkali menjadi bahan pertimbangan market fund rates pada sebagian besar bank-bank, hal
ini adalah karena :

a. Pasar uang di Indonesia telah berkembang dalam tahun-tahun terakhir, baik pelaku
maupun volume usaha.

b. Pertumbuhan sebagian besar bank-bank dilakukan dengan menggunakan dana antar bank.

c. Pricing assets dan liabilities mencerminkan biaya sumber dana antarbank.

Sementara itu, average cost of funds adalah suatu perhitungan historis dari simpanan
yang sudah ada di bank. Penggunaan konsep ini untuk pricing assets dan liabilities. Bank
kurang tepat karena tidak mencerminkan biaya sebenarnya dari biaya pendanaan dan
menunjukkan ketidakakuratan dan kerancuan dalam mengukur profitabilitas produk yang
sebenarnya. Sedangkan yang dimaksud dengan blended marginal cost of funds adalah suatu
perhitungan untuk jenis pinjaman tertentu. Sumber dana pinjaman tersebut hanya sebagian
kecil yang merupakan dana bank sendiri seperti pinjaman yang mendapat bantuan KLBI.

4.Pricing Pinjaman yang Diberikan

Fungsi dari adanya pricing pinjaman ini adalah minimal untuk dapat menutupi
semua yang berkaitan dengan biaya pinjaman sehingga pihak bank mendapati pengembalian

13
yang memadai. Di sisi lain pricing pinjaman juga berfungsi untuk mrncapai target pangsa
pasar, penetrasi sektor ekonomi dan pertumbuhan aktiva serta kualitasnya disamping
mencapai manajemen gap.

Berikut adalah beberapa metode pricing pinjaman :

a. Marginal cost of funds yang dihitung secara tetap untuk menentukan kapan perubahan dari
base rate suatu pinjaman dan besar base bagi hasil tersebut.

b. Premi risiko industri, mencerminkan risiko yang terdapat dalam industri tertentu, dapat
berubah apabila kondisi industri tersebut berubah.

c. Premi risiko perusahaan, antisipasi terhadap tingkat penghapusan pinjaman yang lebih
tinggi.

d. Biaya pelayanan, seperti biaya SDM dan overhead

e. Margin keuntungan, disesuaikan untuk menghadapi situasi persaingan atau mencapai


tujuan-tujuan strategis.

5. Pricing Deposito Berjangka

Tujuan adanya pricing deposito berjangka tidak jauh berbeda dengan tujuan adanya
pricing pinjaman yaitu untuk mendapatkan keuntungan produk dengan meningkatkan jumlah
dana yang lebih murah dibandingkan dengan market funds rates dan mendukung pemenuhan
target likuiditas dengan menyediakan dana yang sesuai dengan struktur jangka waktu yang
sesuai. Adapun beberapa komponen yang mempengaruhi adanya biaya dari simpanan
berjangka, sebagai berikut :

a. Bagian bagi hasil yang dibayarkan kepada deposan berkaitan dengan jumlah simpanan
maupun bagi hasil nominal.

b. Biaya cadangan wajib likuiditas

c. Biaya pelayanan, seperti biaya SDM dan overhead

d. Margin Keuntungan, yang termasuk target penghasilan sumber dana di pasar.

14
H. MANAJEMEN DANA

Manajemen dana merupakan suatu proses bagaimana suatu bank mengelola dananya,
artinya adalah bagaimana bank menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pemupukan
sumber dana, baik pemupukan dari masyarakat atau dari modal sendiri di samping kebijakan
yang berkaitan dengan pengalokasian atau penempatan dana sedemikian rupa sehingga dapat
mencapai tingkat pendapatan yang optimal serta sesuai dengan peraturan yang ditetapan bank
sentral.

Manajemen dana mencakup semua kegiatan bank yang dapat dilihat dalam pos-pos
sisi aktiva maupun pasiva. Di sisi lain, seberapa banyak dana berhasil dihimpun dan
sebaerapa baik dalam pengalokasian dana serta produk bank lainnya sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan strategi pasar yang dianut oleh suatu bank, yaitu terkait dengan Strategi
Pemasaran yang ditetapkan dan Rencana Strategi Pemasaran.

Secara spesifik usaha banka di atas dapat dipengaruhi oleh faktor ekstren dan intern
dengan rincian sebagai berikut:

• Faktor Ekstern

a) Kondisi Perekonomian

b) Kegiatan dan Kondisi Pemerintah

c) Kondisi atau perkembangan Pasar uang dan pasar modal

d) Kebijakan pemerintah

e) Peraturan bank Indonesia

• Faktor Intern

a) Produk bank

b) Kebijakan bagi hasil

c) Kualitas layanan

d) Suasana kantor bank

e) Lokasi kantor

15
f) Reputasi Bank

I. MANAJEMEN SUMBER DANA

Sumber dana yang terliat pada sisi pasiva neraca adalah suatu proses di mana bank
berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang nontradisional melalui pinjaman di
pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan secara
menguntungkan terutama untuk memenuhi alokasi yang produktif.

Sumber dana bank yang terbesar berasal dari dana masyarakaat di samping sumber
dana lainnya yang berasal dari pinjaman dan model sendiri. Sumber dana pihak ketiga seperti
giro, tabungan, dan deposito lazim juga disebut sebagai sumber dana tradisional.

Keberhasilan bank dalam menghimpun dana atau mobilisasi dana sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain kepercayaan masyarakat, ekspektasi, keamanan, ketepatan
waktu pengembalian, pelayanan yang cepat, dan pengelolaan dana.

Berikut akan dikemukakan dana menurut sumbernya, yaitu sebagai berikut:

1. Penghimpunan Dana

a) Giro-Wadiah dan Qard; merupakan produk penghimpunan dana di mana nasabah dapat
melakukan penarikan setiap saat dan dapat terus melakukan penarikan sampai
maksimum sebesar dana qard yang telah disepakati

b) Tabungan dan Giro Automatic transfer-Mudharabah dan Wadiah; merupakan


kombinasi antara tabungan dan giro (2 rekening dalam 1 produk), dimana setiap rekening
dapat pindah secara otomatis apabila rekening yang lain membutuhkan dana yang lebih.

c) Deposito; terbagi menjadi enam, yaitu:

1. Deposito Mudharabah Muqayadah (Murabahah); yaitu solusi investasi jangka pendek


dan jangka menengah untuk memperoleh hasil investasi dan kegiatan penyaluran dana
yang menggunakan akad murabahah.

2. Deposito-Mudharabah Muqayyadah (Komoditi Murabahah); yaitu produk depositi


yang akan disalurkan untuk kegiatan jual dan beli komoditas (misalnya logam) pada
pasar global dengan prinsip transaksi murabahah.

16
3. Deposito dan Reksadana-Mudharabah; merupakan kombinasi keuntungan dari produk
deposito dan reksadana.

4. Deposito-Musyarakah; merupakan produk penghimpunan dana yang hanya dapat


ditarik/dicairkan pada periode tertentu sesuai kesepakatan nasabah dengan bank, dan
dan yang akan dikelola oleh bank tidak 100% milik nasabah, namun ada yang
merupakan dana dari bank itu sendiri.

5. Deposito Untestricted Recurring Invesment-Mudharabah; adalah produk investasi di


mana bank menginvestasikan dana nasabah secara berulang pada beberapa instrumen
yang memberikan keuntungan kompetitif, dan keuntungan akan dikreditkan ke
rekening nasabah pada saat jatuh tempo.

6. Deposito-Wakalah bil Ujrah; yaitu produk jasa di mana bank memberikan jasa
sebagai agen investasi. Nasabah menginvestasikan dananya dalam jumlah beser
dengan keinginan khusus, misalnya jangka waktu, tingkat pengembalian (return).

2. Penyaluran Dana

a. CAR Financing al-Ijara Thumma al Bai’ (AITAB)

b. Home Financing Bai’ Bithaman Ajil (BBA)

c. Home Financing-Musyarakah Mutanaqisah

d. Islamic Card-Bai al-Inah

e. Islamic Card-Tawaruq

f. Personal Financing-Bai’ Al Inah

g. Personal Financing-Murabahah

h. Personal Financing-Tawaruq

J. TANTANGAN BANK SYARIAH DARI SISI ALMA

Tantangan yang banyak dihadapi oleh bank syariah pada saat ini adalah komposisi
terbesar dari DPK(dana pihak ketiga) yang mana bersumber dari deposito yang memiliki
ekspektasi keuntungan bagi hasil yang lebih tinggi dari 2 produk liabilitas lainnya. Hal ini
terjadi dikarenakan beberapa hal dibawah ini yaitu :

17
1. Tantangan teknologi

Pada dasarnya bank syariah telah memiliki jaringan dan sistem teknologi yang
memadai namun agar bank syariah dapat terus bersaing dengan bank konvensional yang
mana telah memiliki keunggulan dari berbagai segi diantaranya : dari sisi jaringan ATM yang
luas, internet banking,dan merchant untuk transaksi dipusat perbelanjaan serta dengan
memberikan bonus dan hadiah atas jumlah saldo DPK. Hal ini berdampak pada lebih
tingginya minat nasabah untuk menggunakan pilihannya dibank konvensional baik untuk
menabung maupun dalam bentuk giro sehingga jumlah dana investasi meningkat dan
mendorong permodalan yang ada. Oleh karena itulah bank syariah perlu meningkatkan
jaringan dan sistem teknoliginya agar dapat terus memperbaiki dan meningkatkan pelayanan
sehingga dapat meningkatkan minat nasabah untuk menjatuhkan pilihannya dibank syariah.

2. Masalah likuiditas

Menjaga Likuiditas atau ketersedian dana pihak ketiga amatlah penting bagi sebuah
bank baik konvensional maupun syariah, hal ini dikarenankan likuiditas atau DPK adalah
nyawa bagi sistem intermediasi suatu perbankan. Bank syariah harus mencari sumber
pendanaan yang memadai agar dapat terus menjalankan peranannya. Pilihannya adalah pada
bentuk deposito yang memiliki tingkat ekspektasi bagi hasil yang lebih tinggi.DPK pada bank
syariah memiliki nkecenderungan bahwa deposito memiliki porsi yang lebih besar, sehingga
bank syariah dihadapkan pada pilihan ekspekyasi bagi hasil DPK yang lebih tinggi.

3.Rationale Market

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya banyak dari nasabah perbankan adalah


rationale market yaitu nasabah yang berfikir secara rasional akan sebuah tindakan perbankan
yang mereka akan pilih, apakah dapat memberikan return atau nilai tambah (lebih) dari apa
yang mereka investasikan.oleh kerfenanyan tingkat kompetitif dari sebuah bank syariah
harus dapat ditingkatkan dengan lebih baik lagi.

4. Larangan perbankan syariah dipasar derivatif.

Tidak dibolehkannya bank syariah melakukan transaksi atau berbisnis dipasar


derivatif akan mempengaruhi tingkat pendapatan bank tersebut, karena bank hanya
memperoleh pendapatan dari pertumbuhan pembiayaan dan pendapatan jasa lainnya (fee

18
based income). Berbeda dengan bank konvensional yang memiliki portofolio dipasar
tersebut.

K. SOLUSI DALAM PENGELOLAAN ALMA

Dalam menghadapi tantangan tantangan bank syariah dalam pengelolaannya terdapat


beberapa alternatif solusi, diantaranya adalah:

1. Meningkatkan segmentasi DPK

Dalam usaha meningkatkan segmentasi DPK, perbankan syariah dapat melakukan


peningkatan terhadap beberapa bidang misalnya peningkatan standarisasi pelayanan,sistem
dan jaringan teknologi, aksesibilitas ysng mudah, cepat dan aman, serta meningkatkan
jaingan baik dari sisi kantor maupun virtual office (internet banking,dll).

2. Penguatan segmentasi korporasi untuk meningkatkan pendapatan.

Segmentasi korporasi merupakan satu segmen yang baik untuk dibidik oleh bank
syariah, dimana segmentasi korporsi dapat ditingkatkan melalui optimalisasi giro yang aman
dan memiliki aksesibilitas tinggi terhadap korporasi, sehingga mengahasilkan ekspektasi bagi
hasil yang rendah tetapi jumlah yang didapatkan dari sisi DPK lebih besar.

3. Peningkatan fee based incom

Fee based income atau pendapatan berbasis jasa layanan tidak termaksuk yang
dibagihasilkan ke nasabah DPK oleh karena itu bank syariah dapat menunkan ekspektasi
keuntungan dari sisi pembiayaan dan mentrasformasikan dalam bentuk fee besad incom.

4. Peningkatan peranan regulator

Perlunya peningkatan peran regulator dalam menggunakan jasa keuangan dari


perbankan syariah,sehingga peranan bank syariah dapat lebih meningkat lagi. Hal ini
dikarenakan dana-dana pemerintah maupun BUMN dapat menjadi sumber DPK yang
potensial pada perbankan syariah, regulator juga dapat menjadi solusi atas kebutuhan sistem
permodalan bagi bank syariah.

19
5. Peningkatan sistem akuntabilitas

Peningkatan sistem akuntabilitas pada bank syariah dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya : peningkatan SDM yang memiliki kompetensi dan perbankan syariah secara
baik, penerapan manajemen resiko yang komperhensif, sistem laporan yang informative.

Pendekatan Teorotis (Asset Liability Management ) ALMA

Berdasarkan pendekatan teoritis ALMA , kajian ALMA tidak dapat di pisahkan dari
sistem operasional bank syariah itu sendiri . di dalam menjalankan operasinya fungsi bank
islam akan terdiri dari :

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang di


percayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip bagi hasil
sesuai dengan kebijakan investasi bank .

2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana / shahibul maal
sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana ( dalam hal ini
bank bertindak sebagai manajer investasi )

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa- jasa lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah

4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebijakan ( fungsi optional ) . dari fungsi tersebut maka produk bank
syariah.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala
sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu
mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Sedangkan Manajemen
Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada
nasabah. Risiko-risiko ALMA dalam suatu bank pada umumnya berupa Financing
risk, Liquidity risk, Pricing risk, Foreign exchange risk, Gap risk, dan Kontinjen risk.
Tantangan bank syariah dari sisi alma antara lain Tantangan teknologi,
Masalah likuiditas, Rationale market, Larangan perbankan syariah dipasar derivatif.
Dalam menghadapi tantangan tantangan bank syariah dalam pengelolaannya terdapat
beberapa alternatif solusi, diantaranya adalah Meningkatkan segmentasi DPK,
Penguatan segmentasi korporasi untuk meningkatkan pendapatan, Peningkatan fee
based incom, Peningkatan peranan regulator, Peningkatan sistem akuntabilitas.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010).

Anggota Ikapi, Portofolio dan Investasi, (Yogyakarta: Kanisius. 2010).

Bambang Widjajanta, dkk, Mengasah Kemampuan Ekonomi, (Bandung, Citra Praya, 2007).

Boy Leon, dkk. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Nondevisa, (Jakarta: PT. Grafindo, 2007).

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Penerbit Ekonisia, 2005).

Muhammad Imaduddin, Manajemen Asset dan Liabilitas Dalam Perbankan Syariah. ( Jurnal
ekonomi islam al-infaq,september 2010).

Veithzal Rivai, dkk. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010).

22

Anda mungkin juga menyukai