OLEH
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Savings are deposits from third parties whose withdrawals can only be made
according to certain agreed conditions, but cannot be withdrawn by check,
demand deposit and / or other tools that can be equated with it. In addition,
savings are also often interpreted as the income of a society that is not spent and
is only stored as a reserve that is used just in case of short-term.
This research was conducted to see the level of inflation in Indonesia which
is influenced by per capita income, inflation, and interest rates. By using multiple
linear regression methods, and hypothesis testing used is the t-test and F-test.
From the output of Eviews that the determinant coefficient R2 is equal to
0.765608 and the value of determination coefficient that has been adjusted
(Adjusted R Square) is 0.724244. This means that 76.56% of savings can be
explained by independent variables (Per capita income, inflation, and interest
rates), while the remaining 23.44% is influenced by other variables not present in
this study. It can be concluded that per capita income has a positive and
significant influence on savings. While inflation has a positive but not significant
effect on savings. And also the interest rate does not have a positive effect on
savings.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah Swt, atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai
tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada program studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul skripsi penulis adalah “Analisis Pengaruh Pendapatan
Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat
Di Bank – Bank Umum Di Kota Medan”. Dalam proses penulisan skripsi ini,
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa motivasi,
sumbangan pemikiran maupun materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Budiman Sembiring dan Ida Rosanti yang telah
memberikan Doa, motivasi dan cinta kasih serta dukungan moral dan material
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumtera Utara.
3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP Selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara,
4. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution. M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah membantu penulis, memberikan saran, ide dan masukan, serta
meluangkan waktunya untuk berdiskusi hingga skripsi ini selesai.
6. Bapak Prof. Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU dan Ibu Dra.Raina Linda Sarai, M.Si
selaku Dosen pembanding I dan pembanding II skripsi yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan
administrasi.
9. Abang Senior dan Teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan
skripsi ini.
10. Kepada kakak saya Indah Putri Yanti, S.Psi yang telah membantu dalam
proses dalam proses penulisan skripsi ini.
11. Kepada Ummi Salamah Lubis, S.Pd yang telah setia menemani dalam semua
proses penulisan Skripsi ini.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Kepada bulek saya Reni Susanti yang telah bersedia menyediakan tempat
dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya
dapat menjadi lebih baik, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti sejenis lainnya.
Medan,
Penulis
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 58
3.1 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 58
3.2 Metode Analisis Data ................................................................ 58
3.3 Batasan Operasional ................................................................. 58
3.4 Definisi Operasional ................................................................. 59
3.5 Model Analisis .......................................................................... 60
3.6 Test Of Goodness Fit (Uji Kesesuian) ...................................... 60
3.6.1 Uji F (F Test)................................................................... 60
3.6.2 Uji Individu (T – Test ) ................................................ 61
3.6.3 Koefisien Determinasi ................................................... 62
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Data Tabungan, Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga kota
Medan dari Tahun 1997 – 2017.
2. Hasil Regresi Linear Berganda
3. Tabel r
4. Tabel t
5. Tabel f
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
dana masyarakat terutama dana dari dalam negeri. Bank berperan mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Oleh karena itu, kehadiran
perbankan di suatu daerah baik di negara maju maupun negara berkembang sangat
Untuk menjalankan fungsi dan peranannya, telah kita ketahui bahwa bank
membutuhkan dana yang sebagian besar berasal dari masyarakat. Berikut ini
disajikan posisi simpanan masyarakat yang dihimpun oleh Bank umum di kota
Medan.
Tabel 1.1
Posisi Simpanan Masyarakat Pada Bank Umum
di Kota Medan Tahun 2013 – 2017
Tahun Jumlah Simpanan
Masyarakat
(Juta Rupiah)
2013 41.913.502
2014 43.056.423
2015 44.717.553
2016 48.539.216
2017 51.192.472
Sumber : Bank Indonesia Medan, 2017
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih spesifiknya tabungan masyarakat antara lain
pembagian pendapatan nasional suatu negara pada satu tahun tertentu dengan
sumber) yang secara actual diterima oleh seseorang atau rumah tangga. Untuk
mengukur kondisi seseorang atau rumah tangga, salah satu pokok paling sering
uang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
terjadi inflasi atau kenaikan harga barang-barang yang sangat terus menerut akan
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala
pendapatan dan konsumsi. Suku bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong
oleh tingkat bunga, semakin tinggi suku bunga maka akan semakin tinggi pula
minat masyrakat untuk menabung. Tingkat suku bunga merupakan salah satu
di Kota Medan”.
terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank – bank umum di kota Medan.
1. Bagi Akademisi
Sebagai referensi yang dapat menjadi bahan penelitian lanjutan atau sebagai
2. Bagi Peneliti
Medan.
kota Medan.
(pemilik dana). Jika uang dapat dianalogikan sebagai darah yang dibutuhkan
melalui lembaga keuanganlah uang yang ada dalam perekonomian dihimpun dan
efisien karena pasar uang-modal tidak dapat bekerja efisien. Dari penjelasan di
peranan yang amat penting dalam proses transfer dana yang diperlukan oleh unit-
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
finansial untuk dijula kepada mereka yang mempunyai dana surplus dan membeli
portofolio.
peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan
lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai sarana yang mampu menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan
taraf hidup masyarakat. “Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan
lembaga perantara keuangan sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk
“suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam asset-asset
keuangan (financial assets) maupun non-finansial asset atau asset rill”. Menurut
merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya dana dari masyarakat dan
activity is buying, selling or holding financial assets. For example, some financial
to pay in the future. These promises can be their own promises or someone else’e
promises. When you open a savings account at a bank, the bank is selling you its
own promise that you can withdraw your money, plus interest, at some unspecified
adalah membeli, menjual atau memiliki aset keuangan. Sebagai contoh, beberapa
janji untuk membayar di masa depan. Janji-janji ini bisa janji-janji mereka sendiri
atau janji orang lain. Bila anda membuka rekening tabungan di bank, bank
menjual janji anda sendiri bahwa anda dapat menarik uang anda, ditambah bunga,
keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama
yaitu:
Saving and Loan Association (S&Ls), Mutual Saving Banks and Credit
Unions.
misalnya perusahaan efek dan reksadana. Dan yang Ketiga adalah tidak
dalam berbagai cara. Pengelompokkan yang paling umum dan mudah dimengerti
bank (LKBB) mampu menyediakan dana setiap saat, tanpa terikat pada
Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa Prancis dan
dari kata banco dalam bahasa Italia, yang mana dapat berarti peti/lemari atau
bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan
oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat
menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan
sebagainya. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk pada meja, counter
atau tempat usaha penukaran uang (money changer). Sebab pada waktu itu para
kapal datang dan pergi, para pengembara, dan wiraswastawan yang turun naik
kapal. Pelaku money changer itu meletakkan uang penukaran diatas sebuah meja
(banco) dihadapan mereka. Aktivitas penukaran uang diatas banco inilah yang
mengaitkan kata banco dengan lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang
ini dengan nama bank. Bank disini berfungsi sebagai lembaga penukar uang antar
Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju.
dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai
uang dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain dengan
cepat dan aman serta aktivitas keuangan lainnya. “Bank juga merupakan salah
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
deposits) and use the money they borrow to make loans to other individuals.
Banks make a profit by charging a higher interest on the money they lend out than
they pay for the money they borrow. Individuals keep their money in banks,
accepting lower interest rates, because doing so is safer and more convenient
berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana
function)
(transaction function).
Menurut Rodoni (2007: 21-22) dan Siamat (2001: 88) fungsi bank umum
yaitu: (1) Menyediakan mekanisme alat pembayaran yang lebih efisien dalam
bahwa secara umum fungsi utama bank adalah “menghimpun dana dari
tujuan atau sebagai financial intermediary”. Secara lebih spesifik bank dapat
a. Agent of Trust
bank, uangnya dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada
saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari
pada saat jatuh tempo dan debitur mempunyai niat baik untuk
tempo.
b. Agent of Development
saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
c. Agent of Services
nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan yang dapat
dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, status dan dari segi cara menentukan harga
perbankan menurut fungsinya terdiri dari: Bank umum, Bank pembangunan, Bank
tabungan, Bank pasar, Bank desa, Lumbung desa, Bank pegawai, dan bank jenis
lainnya.
1998, jenis perbankan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR).
Bank pembangunan dan bank tabungan berubah fungsi menjadi bank umum,
sedangkan bank desa, bank pasar, lumbung desa dan bank pegawai menjadi bank
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dapat dilihat dari segi
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
selain Jakarta.
Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak
pelayanannya.
a. Bank Devisa
menjadi:
yang berorientasi pada prinsip konvensionel. Hal ini tidak terlepas dari
tertentu. Sisitem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
Triandaru dan Budisantoso (2006: 93) membagi jenis bank menurut target
nasabah tertentu. Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat
a. Retail Bank
perusahaan dan lembaga lain yang skala nya kecil. Meskipun pengertian
dari kata “kecil atau ritail” adalah relatif, namun biasanya apabila ditinjau
dari jasa kredit yang diberikan. Nasabah debitur yang dilayani adalah yang
tersebut bukan merupakan angka standar atau baku tapi setidaknya dapat
jenis ini.
b. Corporate Bank
nasabah yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini
c. Retail-Corporate Bank
Disamping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak
memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah tersebut. Bank jenis ini
seragam. Ada bank yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi
bank yang melayani baik nasabah ritail maupun korporasi. Bank jenis ini
Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah
untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasan untuk menarik kembali
utama bank, tanpa dana bank tidak dapat berbuat apa- apa artinya tidak berfungsi
sama sekali. Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari
masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar
yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat
Afiff (1996: 153) menyatakan bahwa dana bank adalah “uang tunai yang
dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat
diuangkan”. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 65) Sumber dana bank adalah
operasinya, dana dapat diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan
atau menjual saham”. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh
investasi baru atau perluasan usaha maka diperoleh dari modal sendiri. Secara
Dana pihak pertama adalah dana yang diperoleh bank dari internal bank itu
sendiri (struktur modal bank). Biasanya berasal dari para pemegang saham
bank terdiri dari: Modal inti (core capital) adalah dana modal sendiri, yaitu dana
yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank”.
1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila
2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi yang disisihkan
dalam bank.
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana pertama. Pencarian dari sumber dana ini relative lebih
Siamat (2005: 116) menyatakan bahwa “sumber dana pihak kedua adalah dana
bank yang diperoleh dari pinjaman eksternal pihak bank atau pinjaman bank”.
Sedangkan menurut Kasmir (2008: 68) bahwa perolehan dana dari sumber ini
4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dalam hal ini pihak perbankan
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi
dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika
dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber ini paling
dominan asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya maka
yang diperoleh dari masyarakat yang umumnya berupa giro deposito dan
tabungan. Selain itu terdapat pula sumber dana lain yang sifatnya tidak langsung
atau berupa pengendapan dana bank yang didapatkan melalui pemberian jasa bank
ketiga sebagai dana yang berasal dari masyarakat biasa. Bentuk- bentuk dana
1. Simpanan Giro
dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia
ditarik secara non tunai (pemindah bukuan). Penarikan secara tunai adalah
umum (saat ini BPR belum dapat menghimpun dana dalam bentuk giro)
dalam rupiah milik pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat
2. Simpanan Tabungan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau mungkin
perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung (Kasmir, 2010: 84).
3. Simpanan Deposito
deposito memiliki jangka waktu yang relatif lebih panjang dan frekuensi
penarikan yang juga jarang, Penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu (Kasmir, 2010: 85). Riyadi (2006: 80) menyatakan bahwa salah
satu sumber dana pihak ketiga adalah Deposito. Deposito adalah simpanan
hakekatnya jenis simpanan ini tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo.
tempo.
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya
tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk menarik uang yang disimpan
direkening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda, tergantung dari
bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat
antara bank dengan nasabah, apabila nasabah menyimpan uang di bank maka
Berbeda dengan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para
berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila
sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini
dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro (Intan,
2006: 30).
dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau
bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan
rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan
tabungan adalah “simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak
yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya
pendapatan rumah tangga. Uraian ini didasarkan kepada pandangan Keynes dan
Klasik yang berpendapat bahwa tingkat tabungan terutama dtentukan oleh tingkat
pendapatan rumah tangga. Berikut adalah pandangan ahli ekonomi tentang faktor
penentu tabungan.
a. Teori Klasik
Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari suku bunga, bahwa
masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi
dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar. Semakin
investasi, sebab biaya pengguna dana (cost of capital) juga semakin kecil
(Listyoadi, 2005).
b. Teori Keynes
ditentukan oleh interaksi tabungan dan oleh investasi di pasar modal, akan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Uang akan
Keynes tidak yakin bahwa jumlah investasi yang dilakukan para pengusaha
diantaranya:
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak
terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian
kekayaan yang lebih banyak dimasa yang akan datang atau untuk
hari tua.
b. Sikap Berhemat
APC dan MPCnya adalah lebih rendah. Tetapi ada pula masyarakat yang
c. Keadaan Perekonomian
banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan
hati.
d. Distribusi Pendapatan
tinggi.
yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para
mereka bekerja.
Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu
masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi pendapatan nasional dengan
jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini disebut sebagai pendapatan perkapita
atau pendapatan tiap orang. “Semakin tinggi pendapatan perkapita sebuah negara
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun
tertentu. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah pendapatan negara yang
nasional yang dihitung pada harga-harga di sesuatu tahun tertentu yang berbeda
Negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai
Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto satu tahun terttentu dengan
=
Jumlah Penduduk
=
Jumlah Penduduk
Domestik Bruto Perkapita (PDB) didapat dari hasil pembagian antara Produk
Domestik Bruto Perkapita (PDB) dengan Jumlah Penduduk suatu tahun tertentu.
Begitu juga dengan Produk Nasional Bruto (PNB) didapat dari hasil Pembagian
Produk Nasional Bruto (PNB) dengan Jumlah Penduduk suatu tahun tertentu. Dari
formula diatas kita jadi menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk
Nasional Bruto (PNB) pada suatu wilayah dan pada suatu tahun tertentu.
harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses
dari suatu pristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi
persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga
(Wikipedia).
Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa “apabila inflasi diukur dari indeks
harga konsumsi (IHK) 200 jenis barang dan jasa, maka tinggi rendahnya tingkat
inflasi sangat tergantung pada tinggi rendanhya tingkat harga 200 barang dan jasa
itu pada suatu waktu tertentu. Perubahan harga umum sangat tergantung pada
permintaan dan penawaran agregat. Apabila pada suatu tingkat harga tertentu
memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat terjadinya kelebihan uang yang
“gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus”.
Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
1. Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih
umum naik.
secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
diimpor. “Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami
terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya dinegara
permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena adanya kelebihan jumlah
oleh naiknya harga-harga secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat
sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama
Secara garis besar teori yang membahas tentang inflasi dapat dibagi dalam
proses terjadinya inflasi namun demikian keenam teori tersebut bukanlah teori
inflasi lengkap yang membahas semua aspek penting dari proses terjadinya
1. Teori Kuantitas
Toeri kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, dalam
teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan
harapan masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Menurut teori ini
hanya bisa terjadi kalau ada tambahan volume uang yang beredar (kartal
2. Teori Keynes
3. Teori Struktural
4. Teori Klasik
antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah
uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang, maka nilai uang
Jadi menurut teori Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang yang
5. Teori Monetarisme
6. Teori Ekspektas
10% setahun.
setahun.
setahun.
setahun.
indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi selama satu
tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu
barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode
tertentu. Masing- masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot
(IHK IHK 1 )
Inflasi = X 100%
IHK 1
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen
(IHPB IHPB 1 )
Inflasi = X 100%
IHPB 1
(IHI IHI 1 )
Inflasi = X 100%
IHI 1
Sukirno (2004: 338) menyatakan bahwa efek-efek buruk dari inflasi yaitu
sebagai berikut:
masyarakat.
Berpendapatan Tetap.
menurun.
pemilik harta tetap dan penjual/ pedagang akan menjadi semakin tidak
merata.
dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu
menabung.
balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvesional kepada
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan
dipinjamkan kepada pihak lain atas dasar perhitungan waktu dan nilai ekonomis.
suatu negara.
3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
perekonomian.
suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya
faktor lainnya
kecilnya penetapan tingkat suku bunga (pinjaman dan simpanan) adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan dana
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
2. Persaingan
arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak
3. Kebijakan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar
5. Jangka waktu
6. Hubungan baik
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini
diinvestasikan.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat
inflasi.
dalam bentuk deposito sejumlah tertentu. Hal ini dilakukan bank agar
Bunga pinjaman atau bunga kredit. Merupakan harga tertentu yang harus dibayar
oleh nasabah kepada bank atas pinjaman yang diperolehnya. Bagi bank, bunga
dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli. Artinya, bunga kredit
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Metode
No Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Analisa
sama berpengaruh
siginifikan terhadap
variabel (DPK)
pada peningkatan
simpanan masyarakat di
Kota Pekanbaru
Kota Semarang
berpengaruh secaara
signifikan terhadap
jumlah tabungan di
Indonesia, sedangkan
berpengaruh terhadap
Jumlah Tabungan di
Indonesia
hubungan dengan berbagai faktor yang lainnya yang telah dianggap sebagai hal
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya
menurunkan tingkat tabungan pada masyarakat. Tingkat inflasi yang terjadi pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang sangat
terjadi inflasi atau kenaikan harga barang-barang yang sangat terus menerut akan
harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses
dari suatu pristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi
persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga
(Wikipedia).
Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa “apabila inflasi diukur dari indeks
harga konsumsi (IHK) 200 jenis barang dan jasa, maka tinggi rendahnya tingkat
inflasi sangat tergantung pada tinggi rendanhya tingkat harga 200 barang dan jasa
itu pada suatu waktu tertentu. Perubahan harga umum sangat tergantung pada
permintaan dan penawaran agregat. Apabila pada suatu tingkat harga tertentu
Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat
suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi
Jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya
pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih
beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum
akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku
2.4 Hipotesis
Medan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dimana sumber rujukan datanya berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Selain itu untuk menyempurnakan penelitian ini data juga diperoleh dari
digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (tahunan) dengan periode
waktu 1997-2017
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
1. Pendapatan Perkapita adalah besarnya nilai barang dan jasa rata-rata yang
Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan Kota Medan pada tahun
Pusat Statistik (BPS) kota Medan dengan periode waktu 1997-2017 yang
Angka inflasi yang diterbitkan oleh BPS kota Medan dari tahun 1997-2017
3. Suku Bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds).
bunga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dari Tahun 1997-2017
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang dapat
jangka pendek. Angka atau jumlah tabungan yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (BI) dari tahun 1997-2017 yang dihitung dalam Milyar Rupiah.
berikut:
𝑌 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝜇
Keterangan:
Β0 : Konstanta
µ : Error Term
H0 = β1 = β2 = 0
H1 = β1 ≠ β2 ≠ 0
H0 = β1 = β2 = 0
H1 = β1 ≠ β2 8≠ 0
1. H0 diterima, H1 ditolak, jika thitung < ttabel, artinya secara parsial variabel
2. H1 diterima, H0 ditolak, jika thitung > ttabel, artinya secara parsial variabel
perubahan yang terjadi dalam variabel dependen. Sebaliknya jika R2=0% maka itu
yang terjadi dalam variabel dependen, jika hal tersebut terjadi maka model yang
Kota Medan adalah ibu kotaprovinsi Sumatera Utara. Medan adalah pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi
para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi
Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba, yang terkenal
sebagai tempat wisata, serta Pantai Cermin, yang tekenal dengan pemandangan
Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari
kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil,
tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan
terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur.
Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada
Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan
Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya
daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu,
dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah
Gambar 4.1
Peta Kota Medan
Sumber : Pemerintah Kota Medan, 2017
Tabel 4.1
Daftar Nama Bank-Bank Umum Di Kota Medan
Bank Negara Indonesia (BNI) Bank Lippo
Bank Mandiri Bank Jabar
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Century
BRI Syariah Bank Mega
Bank UOB Indonesia Bank Kesawan
Bank UOB Buana Bank ICB Bumiputera
Bank Panin Bank Bukopin
Bank UOB NISP Bank Tabungan Pensiunan Negara
(BTPN)
Bank Muamalat Bank Tabungan Negara (BTN)
Bank Mayapada Bank Syariah Mega
Bank Internasional Indonesia (BII) Bank Syariah Mandiri
Bank Danamon Bank Negara Indonesia Syariah (BNI
Syariah)
Bank CIMB Niaga Bank SUMUT
Bank Central Asia (BCA) Hongkong And Shanghai Banking
Corp
Bank Bumi Artha Bank Rabobank International
Indonesia
Bank Artha Graha Internasional Bank Mestika Dharma
Bank Agroniaga Bank Maspion Indonesia
Bank Permata Bank Commonwealth
Bank BJB Citibank
Bank Pembangunan Indonesia
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kota Medan, 2018
tingkat inflasi setiap tahunnya di kota Medan. Berikut data perkembangan inflasi
Tabel 4.2
Laju Inflasi di kota Medan Tahun 1997 – 2017
Tahun Inflasi (%)
1997 13,10
1998 83,81
1999 1,68
2000 5,90
2001 15,51
2002 9,49
2003 4,46
2004 6,64
2005 22,91
2006 5,91
2007 6,42
2008 10,63
2009 2,69
2010 7,65
2011 3,54
2012 3,79
2013 10,09
2014 8,24
2015 3,32
2016 6,60
2017 3,20
Sumber: BPS Kota Medan, 2017
Laju inflasi di kota Medan selama tahun 1997 - 2017 menunjukkan adanya
fluktuasi yang bervariasi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh faktor yang
berbeda. Pada tahun 1998, tingkat inflasi tertinggi, yaitu sebesar 83,81%, ini
terjadi karena dampak krisis moneter. Inflasi tahun 1999 jika dibandingkan
dengan inflasi tahun 2000 meningkat secara tajam, yaitu dari 1,68% menjadi
5,90%. Peningkatan laju inflasi ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif
angkutan per 1 September 2000, kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan
umum pada tahun 2000 - 2005, inflasi terus terjadi dengan nilai yang terbilang
tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10,82%. Pada tahun 2005 laju inflasi
kembali naik mencapai 22,91%. Ini adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter
(BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya
menghapuskan subsidi BBM. Inflasi tahun 2008 mencapai 10,63% naik sebesar
4,21% bila dibandingkan dengan tahun 2007. Inflasi pada tahun 2008 selain
dipengaruhi oleh krisis keuangan global, juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang
diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak. Inflasi tahun 2013
mencapai 10,09% dipengaruhi oleh naiknya harga bahan bakar minyak pada akhir
juni 2013 dan bawang merah. Dan untuk tahun 2016 sedikit mengalami kenaikan
inflasi sebesar 6,60% dan mengalami penurun pada tahun 2017 sebesar 3,20%.
cukup melonjak terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp 53.623.967 dari tahun 2013.
pendapatan perkapita dari tahun 1997 – 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.3
Pendapatan Perkapita di kota Medan Tahun 1997 – 2017
Tahun Pendapatan Perkapita
(Juta)
1997 3,108
1998 3,667
1999 4,313
2000 6,508
2001 7,837
2002 8,883
2003 10,084
2004 11,803
2005 12,411
2006 13,174
2007 14,090
2008 14,906
2009 16,023
2010 17,077
2011 18,220
2012 19,319
2013 24,949
2014 53,623
2015 74,513
2016 83,452
2017 90,903
Sumber : BPS kota Medan,2017
Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu
seperti halnya dengan barang-barang lain. Pada data 4.3 dapat dilihat tingkat suku
bunga terjadi pada tahun 1998 sebesar 30,81%. Suku bunga yang tinggi pada
tahun 1998 ini terjadi dikarenakan krisis moneter pada tahun tersebut. Namun
setelah krisis moneter tahun 1998 tingkat suku bunga mulai terkendali namun
tetap fluktutatif. Penurunan suku bunga yang cukup besar terjadi pada tahun 2002
yang sebesar 4,82% dibandingkan tahun 2001 sebesar 16,42%. Hal ini bisa
Medan. Untuk tahun 2016 – 2017 tingkat suku bunga terbilang cukup rendah dan
Tabel 4.4
Suku Bunga di kota Medan Tahun 1997 – 2017
Tahun Suku Bunga (%) Tahun Suku Bunga (%)
1997 18,30 2013 3,89
1998 30,81 2014 3,69
1999 15,86 2015 2,52
2000 14,08 2016 2,50
2001 16,42 2017 2,10
2002 4,82 Sumber: Bank Indonesia kota Medan,
2003 4,74 2017
2004 4,24
2005 4,83
2006 4,48
2007 3,57
2008 3,31
2009 4,26
2010 4,16
2011 4,07
2012 4,10
Tabel 4.5
Jumlah Tabungan di kota Medan Pada Bank – Bank Umum
Tahun 1997 – 2017
Tahun Tabungan (Milyar)
1997 10,15
1998 8,91
1999 12,52
2000 13,08
2001 13,75
2002 14,57
2003 15,76
2004 18,91
2005 18,69
2006 19,48
2007 23,53
2008 25,68
2009 30,71
2010 38,74
2011 39,24
2012 40,07
2013 41,91
2014 43,05
2015 44,20
2016 48,54
2017 51,19
Sumber : Bank Indonesia kota Medan, 2017
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Dapat
dilihat kondisi simpanan tabungan masyarakat pada bank – bank umum di kota
medan dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2017. Pada tahun 1998 tabungan
masyarakat di kota Medan cukup rendah mungkin hal ini disebebkan oleh krisis
moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan masyarakat kota medan banyak
menarik tabungannya di bank – bank umum di kota Medan. Setelah tahun 1998,
atau meningkat masyarakat mulai menabung kembali di bank – bank. Untuk tahun
variabel bebas dan variabel terikat yaitu antara Pendapatan Perkapita (X1), Inflasi
mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dan variabel
Tabel 4.6
Regresi Linear Berganda
pengaruh terhadap Tabungan. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regeresi linear
1. Nilai Konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai atau bernilai
tetap variabel bebas, yaitu:, Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga,
maka besar Tabungan yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 24,56922
Bunga.
variabel Pendapatan Perkapita (X1), dan variabel lainnya tetap, maka setiap
Inflasi (X2), dan variabel lainnya tetap, maka setiap terjadi peningkatan Inflasi
variabel Suku Bunga (X3), dan variabel lainnya tetap, maka setiap terjadi
berarti tingkat keyakinan adalah sebesar 95%, maka besarnya ttabel adalah
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Parsial (Uji t )
sebesar 4.747001 > t tabel 1.74588, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan
ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan antara
2. Pada variabel Inflasi taraf signifikan 0.05, diperoleh t hitung sebesar 0.589262
< t tabel 1.74588, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara Inflasi
3. Pada variabel Suku Bunga signifikan 0.05, diperoleh t hitung sebesar -2.283085
< t tabel 1.74588, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh negatif dan tidak signifikan antara Suku
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Simultan (Uji F)
Probilitas 5% atau 0,05, diketahui besar nilai f hitung 18,50931 > f tabel 3,24.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti
terhadap Tabungan.
determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar
(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah
besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan
demikian sebaliknya.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian R2
0.724244. Hal ini berarti bahwa 76,56% Pendapatan Perkapita (X1), Inflasi (X2),
dan Suku Bunga (X3), terhadap Tabungan dipengaruhi oleh variabel independen,
sedangkan sisanya 23,44% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam
penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil uji F yang dilakukan diketahui besar nilai f hitung 18,50931 > f tabel
3,24. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini
2. Dari uji t yang dilakukan, diketahui bahwa besarnya nilai t hitung variabel
diterima. Sedangkan t hitung variabel inflasi (0.589262) dan variabel Suku Bunga
3. Dari hasil output Eviews bahwa nilai koefisien determinasi R2 adalah sebesar
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
perkapita, inflasi, dan suku bunga sedangkan sisanya 23,44% dipengaruhi oleh
5.2 Saran
Dari analisis data dan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang
76,56% Tabungan dipengaruhi oleh aspek pendapatan perkapita, inflasi, dan suku
bunga maka pemerintah kota Medan beserta bank – bank umum harus
atau Pendapatan Perkapita karena dengan itu masyarakat kota edan mempunyai
pendapatan yang tinggi untuk bisa menabung di kota Medan. Serta pemerintah
kota Medan harus juga mengendalikan inflasi dengan cara mengatur atau menjaga
Dan untuk Bank-Bank Umum dikota Medan harus menarik minat menabung
masyarakat kota Medan dengan cara menaikkan suku bunga, apabila suku bunga
yang rendah masyarakat kota Medan cenderung kurang minat menabung di bank
lain yang diharapkan bisa mencari solusi terbaik mengatasi inflasi di Indonesia.
Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank, PT. Indeks Kelompok Gramedia: Jakarta
Afif, Faisal dkk. 1996. Strategi dan Operasional Bank. Bandung: PT. Eresco.
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid. 2008. “Lembaga Keuangan Syariah, Zikrul
Hakim, Jakarta
Budisantoso, Totok dan Triandaru, Sigit. 2006. “Bank dan Lembaga Keuangan
Lain”, Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta.
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 792 Tahun 1990 Tentang Perbankan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Tentang Perbankan di Indonesia
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan