Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA,


INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP JUMLAH
TABUNGAN MASYARAKAT DI BANK – BANK UMUM DI
KOTA MEDAN

OLEH

ICO PUTRA MELIALA


160523039

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA, INFLASI, DAN


SUKU BUNGA TERHADAP JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT DI
BANK – BANK UMUM DI KOTA MEDAN

Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya hanya


dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang dapat dipersamakan
dengan itu. Selain itu, tabungan juga sering diartikan sebagai pendapatan suatu
masyarakat yang tidak di belanjakan dan hanya disimpan sebagai cadangan yang
digunakan untuk berjaga-jaga dalam jangka pendek.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perkembangan tingakat inflasi di
indonesia yang di pengaruhi oleh pendapatan perkapita, inflasi, dan suku bunga.
Dengan menggunakan metode regresi linear berganda, dan uji hipotesis yang
digunakan adalah uji–t dan uji-F.
Dari hasil output Eviews bahwa nilai koefisien determinan R2 adalah sebesar
0,765608 dan nilai koefesien determinasi yang telah disesuaikan dengan (Adjusted
R Square) adalah sebesar 0.724244. Hal ini berarti bahwa 76,56% Tabungan dapat
dijelaskan oleh variabel independen (Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku
Bunga), sedangkan sisanya 23,44% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada
dalam penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Perkapita memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan. Sedangkan Inflasi
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Tabungan. Dan juga Suku
Bunga tidak berpengaruh positif terhadap Tabungan

Kata Kunci : Tabungan, Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF INCOME PER CAPITA, INFLATION,


AND INTEREST RATE IN THE NUMBER OF COMMUNITY SAVINGS IN
COMMERCIAL BANKS IN MEDAN

Savings are deposits from third parties whose withdrawals can only be made
according to certain agreed conditions, but cannot be withdrawn by check,
demand deposit and / or other tools that can be equated with it. In addition,
savings are also often interpreted as the income of a society that is not spent and
is only stored as a reserve that is used just in case of short-term.
This research was conducted to see the level of inflation in Indonesia which
is influenced by per capita income, inflation, and interest rates. By using multiple
linear regression methods, and hypothesis testing used is the t-test and F-test.
From the output of Eviews that the determinant coefficient R2 is equal to
0.765608 and the value of determination coefficient that has been adjusted
(Adjusted R Square) is 0.724244. This means that 76.56% of savings can be
explained by independent variables (Per capita income, inflation, and interest
rates), while the remaining 23.44% is influenced by other variables not present in
this study. It can be concluded that per capita income has a positive and
significant influence on savings. While inflation has a positive but not significant
effect on savings. And also the interest rate does not have a positive effect on
savings.

Keywords: Savings, Per capita Income, Inflation, and Interest Rate.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah Swt, atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai
tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada program studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul skripsi penulis adalah “Analisis Pengaruh Pendapatan
Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat
Di Bank – Bank Umum Di Kota Medan”. Dalam proses penulisan skripsi ini,
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa motivasi,
sumbangan pemikiran maupun materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Budiman Sembiring dan Ida Rosanti yang telah
memberikan Doa, motivasi dan cinta kasih serta dukungan moral dan material
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumtera Utara.
3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP Selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara,
4. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution. M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah membantu penulis, memberikan saran, ide dan masukan, serta
meluangkan waktunya untuk berdiskusi hingga skripsi ini selesai.
6. Bapak Prof. Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU dan Ibu Dra.Raina Linda Sarai, M.Si
selaku Dosen pembanding I dan pembanding II skripsi yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan
administrasi.
9. Abang Senior dan Teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan
skripsi ini.
10. Kepada kakak saya Indah Putri Yanti, S.Psi yang telah membantu dalam
proses dalam proses penulisan skripsi ini.

11. Kepada Ummi Salamah Lubis, S.Pd yang telah setia menemani dalam semua
proses penulisan Skripsi ini.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Kepada bulek saya Reni Susanti yang telah bersedia menyediakan tempat
dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya
dapat menjadi lebih baik, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti sejenis lainnya.

Medan,
Penulis

Ico Putra Meliala


NIM : 160523039

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6


2.1 Landasan Teoritis ........................................................................ 6
2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan ....................................... 6
2.1.2 Pengertian Bank .............................................................. 11
2.1.2.1 Fungsi dan Tujuan Bank ..................................... 14
2.1.2.2 Jenis- Jenis Bank ................................................. 16
2.1.2.3 Sumber Dana Bank ............................................. 22
2.1.3 Pengertian Tabungan ....................................................... 28
2.1.3.1 Penentu Tabungan ............................................... 29
2.1.3.2 Penentu Penentu Lainnya .................................... 31
2.1.4 Pendapatan Perkapita ...................................................... 33
2.1.5 Pengertian Inflasi ............................................................. 36
2.1.5.1 Teori Inflasi ......................................................... 38
2.1.5.2 Jenis – Jenis Inflasi .............................................. 41
2.1.5.3 Indikator Inflasi ................................................... 42
2.1.5.4 Efek Buruk Inflasi ............................................... 44
2.1.6 Pengertian Suku Bunga ................................................... 45
2.1.6.1 Fungsi Suku Bunga ............................................. 46
2.1.6.1 Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga ........... 48
2.1.6.3 Jenis Suku Bunga ................................................ 49
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 51
2.3 Kerangka Konseptual .................................................................. 53
2.3.1 Hubungan Tabungan dengan Pendapatan Perkapita .......... 54
2.3.2 Hubungan Tabungan dengan Inflasi ................................... 55
2.3.3 Hubungan Tabungan dengan Suku Bunga ......................... 56
2.4 Hipotesis ...................................................................................... 57

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 58
3.1 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 58
3.2 Metode Analisis Data ................................................................ 58
3.3 Batasan Operasional ................................................................. 58
3.4 Definisi Operasional ................................................................. 59
3.5 Model Analisis .......................................................................... 60
3.6 Test Of Goodness Fit (Uji Kesesuian) ...................................... 60
3.6.1 Uji F (F Test)................................................................... 60
3.6.2 Uji Individu (T – Test ) ................................................ 61
3.6.3 Koefisien Determinasi ................................................... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 63


4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................... 63
4.1.1 Letak Geografis ............................................................... 63
4.1.2 Bank-Bank Umum di Kota Medan ................................. 66
4.1.3 Data Inflasi Kota Medan ................................................. 67
4.1.4 Data Pendapatan Perkapita kota Medan ......................... 68
4.1.5 Data Tingkat Suku Bunga kota Medan ........................... 70
4.1.6 Data Jumlah Tabungan kota Medan ................................ 71
4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian ............................................ 72
4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda ................................... 72
4.2.2 Test Goodness of Fit ........................................................ 74
4.2.2.1 Uji t ...................................................................... 74
4.2.2.2 Uji F ..................................................................... 76
4.2.2.3 Uji R2 .................................................................... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 78


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 78
5.2 Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80


LAMPIRAN

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman


1.1 Posisi Simpanan Mayarakat Pada Bank Umum di
Kota Medan Tahun 2013 – 2017 .............................................. 1
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................ 51
4.1 Bank-Bank Umum di kota Medan .......................................... 66
4.2 Laju Inflasi di kota Medan 1997-2017 ..................................... 67
4.3 Pendapatan Perkapita di kota Medan 1997-2017 .................... 69
4.4 Suku Bunga di kota Medan 1997-2017 .................................... 70
4.5 Jumlah Tabungan di kota Medan 1997-2017 ........................... 71
4.6 Regresi Linear Berganda .......................................................... 73
4.7 Hasil pengujian Uji t ................................................................ 75
4.8 Hasil Pengujian Uji F ............................................................... 76
4.9 Hasil pengujian Uji R2 ............................................................. 77

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman


Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual ...................................... 53
Gambar 4.1 Peta kota Medan .......................................................... 64

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
1. Data Tabungan, Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga kota
Medan dari Tahun 1997 – 2017.
2. Hasil Regresi Linear Berganda
3. Tabel r
4. Tabel t
5. Tabel f

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembangunan ekonomi, peran perbankan menjadi kunci utama

kemajuan suatu perekonomian, terutama pada bank – bank umum yang

mempunyai operasional lebih luas dalam upaya penghimpunan dan pengelolaan

dana masyarakat terutama dana dari dalam negeri. Bank berperan mendorong

pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Oleh karena itu, kehadiran

perbankan di suatu daerah baik di negara maju maupun negara berkembang sangat

diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Untuk menjalankan fungsi dan peranannya, telah kita ketahui bahwa bank

membutuhkan dana yang sebagian besar berasal dari masyarakat. Berikut ini

disajikan posisi simpanan masyarakat yang dihimpun oleh Bank umum di kota

Medan.

Tabel 1.1
Posisi Simpanan Masyarakat Pada Bank Umum
di Kota Medan Tahun 2013 – 2017
Tahun Jumlah Simpanan
Masyarakat
(Juta Rupiah)
2013 41.913.502
2014 43.056.423
2015 44.717.553
2016 48.539.216
2017 51.192.472
Sumber : Bank Indonesia Medan, 2017

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Salah satu indikator kinerja sebuah bank adalah bagaimana kemampuan

menghimpun dana masyarakat (DPK), dan menyalurkan kembali berupa kredit

kepada masyarakat. Dalam beberapa literatur, baik teoritis maupun empiris,

menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan,

yang ditunjukkan dengan kemampuan dengan kemampuan dalam penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih spesifiknya tabungan masyarakat antara lain

adalah inflasi, pendapatan perkapita dan tingkat suku bunga.

Pendapatan perkapita menurut Sukirno adalah besarnya pendapatan rata-

rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil

pembagian pendapatan nasional suatu negara pada satu tahun tertentu dengan

jumlah penduduk negara pada tahun tersebut. Menurut Nanga Pendapatan

perkapita adalah merupakan pendapatan agregat (yang berasal dari berbagai

sumber) yang secara actual diterima oleh seseorang atau rumah tangga. Untuk

mengukur kondisi seseorang atau rumah tangga, salah satu pokok paling sering

digunakan yaitu melalui tingkat pendapatnnya. Pendapatan menunjukan seluruh

uang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu

pada suatu kegiatan ekonomi. Pendapatan masyarakat memiliki pengaruh yang

positif terhadap jumlah simpanan masyarakat. Sehingga semakin besar

pendapatan maka akan meningkatkan jumlah uang yang ditabung oleh

masyarakat. Menurut Sukirno mengungkapkan bahwa Inflasi ialah suatu proses

ketika terjadinya suatu kenaikan harga yang berlaku terhadap perekonomian.

Inflasi dapat meningkatkan tingkat tabungan karena adanya dorongan melakukan

pengeluaran untuk barang-barang tahan lama. Tingkat inflasi yang sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

mengawatirkan akan memberikan dampak kepada penanaman modal dalam negeri

terjadi inflasi atau kenaikan harga barang-barang yang sangat terus menerut akan

mengakibatkan terjadinya perubahan kemampuan masyarakat dalam membeli

barang-barang produksi dan cenderung untuk menabung. Apabila inflasi semakin

meningkat akan menambah permintaan terhadap konsumsi, jadi akan

menyebabkan tabungan menurun. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan

harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi

juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala

dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Tabungan adalah selisih antara

pendapatan dan konsumsi. Suku bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong

utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan

oleh tingkat bunga, semakin tinggi suku bunga maka akan semakin tinggi pula

minat masyrakat untuk menabung. Tingkat suku bunga merupakan salah satu

indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau

menabung. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi

rendahnya suku bunga tabungan masyarakat (Sutarno, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Inflasi dan Suku

Bunga Terhadap Perkembangan Jumlah Masyarakat pada Bank – Bank Umum

di Kota Medan”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah nilai pendapatan perkapita berpengaruh terhadap jumlah tabungan

masyarakat pada bank – bank umum di kota Medan?

2. Apakah nilai inflasi berpengaruh terhadap jumlah tabungan masyarakat

pada bank - bank umum di kota Medan?

3. Apakah nilai suku bunga berpengaruh terhadap jumlah tabungan

masyarakat pada bank - bank umum di kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan perkapita apakah berpengaruh

terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank – bank umum di kota Medan.

2. Untuk menganalisis pengaruh inflasi apakah berpengaruh terhadap jumlah

tabungan masyarakat pada bank – bank umum di kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga apakah berpengaruh terhadap

jumlah tabungan masyarakat pada bank – bank umum di kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.4 Manfaat Peneletian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi

Sebagai referensi yang dapat menjadi bahan penelitian lanjutan atau sebagai

bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

2. Bagi Peneliti

Dapat memberi manfaat bagi penulis mengenai konsep-konsep yang telah

dipelajari dengan membandingkannya dalam praktik perbankan khususnya

dengan tema Jumlah Tabungan Masyarakat di Bank – Bank Umum di kota

Medan.

3. Bagi Pengguna Jasa Perbankan

Kepada pengguna jasa perbankan dapat digunakan sebagai sumber

informasi untuk dapat melihat bagaimana pengaruh bagaimana pendapatan

perkapita, inflasi, dan suku bunga terhadap jumlah tabungan masyarakat di

kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan

Rahardja dan Manurung (2004: 109) lembaga keuangan adalah “lembaga

yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif

mendapatkan keuntungan”. Porsi terbesar asetnya merupakan finansial. Fungsi

utama lembaga keuangan adalah sebagai perantara pihak-pihak yang

membutuhkan uang-modal (pemakai dana) dengan pihak-pihak yang memilikinya

(pemilik dana). Jika uang dapat dianalogikan sebagai darah yang dibutuhkan

untuk kehidupan ekonomi, maka lembaga keuangan adalah jantungnya. Sebab

melalui lembaga keuanganlah uang yang ada dalam perekonomian dihimpun dan

dialirkan ke sektor-sektor kegiatan yang membutuhkan. Tanpa adanya lembaga

keuangan, tidak mungkin mengharapkan alokasi sumber daya keuangan yang

efisien karena pasar uang-modal tidak dapat bekerja efisien. Dari penjelasan di

atas, lembaga keuangan mempunyai fungsi dan peranan penting untuk

meningkatkan efisien pasar uang-modal. Lewat upaya lembaga-lembaga

keuangan, kekuatan penawaran dan permintaan uang dipertemukan.

Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa “lembaga keuangan memaikan

peranan yang amat penting dalam proses transfer dana yang diperlukan oleh unit-

unit produksi dalam sektor ekonomi”. Dalam memainkan Peranan sebagai

perantara, lembaga-lembaga keuangan menerbitkan berbagai ragam instrumen

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

finansial untuk dijula kepada mereka yang mempunyai dana surplus dan membeli

aneka ragam instrumen finansial dari para investor berdasarkan pertimbangan

portofolio.

Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan mempunyai

peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan

lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai sarana yang mampu menghimpun

dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan

taraf hidup masyarakat. “Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan

lembaga perantara keuangan sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk

menunjang kelancaran perekonomian”. (Susilo, 2000:7)

Rodoni (2007: 1) Lembaga keuangan (financial institution) merupakan

“suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam asset-asset

keuangan (financial assets) maupun non-finansial asset atau asset rill”. Menurut

Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian diganti dengan Undang-

Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan

merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya dana dari masyarakat dan

menyalurkan kepada masyarakat.

Dalam keputusan SK Menkeu RI No. Tahun 1990 dinyatakan bahwa

lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya dibidang

keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat

terutama dalam membiayai investasi pembangunan (Arthesa, 2006: 7)

Colander. (2006: 299) a financial institusion ia a business whose primary

activity is buying, selling or holding financial assets. For example, some financial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

institusions (depository institusions and investment intermediaries) sell promises

to pay in the future. These promises can be their own promises or someone else’e

promises. When you open a savings account at a bank, the bank is selling you its

own promise that you can withdraw your money, plus interest, at some unspecified

time in the future.

Menurutnya lembaga keuangan adalah bisnis yang kegiatannya utamanya

adalah membeli, menjual atau memiliki aset keuangan. Sebagai contoh, beberapa

lembaga-lembaga keuangan (lembaga penyimpanan dan perantara investasi) jual

janji untuk membayar di masa depan. Janji-janji ini bisa janji-janji mereka sendiri

atau janji orang lain. Bila anda membuka rekening tabungan di bank, bank

menjual janji anda sendiri bahwa anda dapat menarik uang anda, ditambah bunga,

pada beberapa waktu tidak tertentu di masa depan.

Dari pengertian di atas, maka yang bisa dikatakan sebagai lembaga

keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama

dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-financial yang aktivitasnya

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat

terutama dalam membiayai investasi pembangunan.

Menurut Rodoni (2007:1) lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

1. Lembaga Keuangan Depositori

Lembaga keuangan depositori (bank) mendapatkan dana yang

bersumber langsung dari masyarakat (unit surplus) dalam bentuk

simpanan yaitu tabungan, giro, deposito berjangka dan sertifikat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

deposito. Unit surplus dapat berupa perusahaan, pemerintah, rumah

tangga dan orang asing yang memiliki kelebihan pendapatan setelah

dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga keuangan depositori

(bank) merupakan komponen penting dari penawaran uang (money

supply). Yang termasuk depositori antara lain: Commercial Bank,

Saving and Loan Association (S&Ls), Mutual Saving Banks and Credit

Unions.

2. Lembaga Keuangan Non-Depositori

Lembaga keuangan non-depositori (bukan bank) ini dikelompokkan

menjadi tiga bagian. Pertama, bersifat kontraktual (contractual

institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan

dana untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian,

misalnya perusahaan asuransi dan dana pensiun. Kedua, lembaga

keuangan investasi (investment insititutions) yaitu lembaga keuangan

yang kegiatannya melakukan investasi di pasar uang dan pasar modal,

misalnya perusahaan efek dan reksadana. Dan yang Ketiga adalah tidak

termaasuk kelompok kontraktual dan invesatai yaitu perusahaan modal

ventura (ventura capital) dan perusahaan pembiayaan (finance

company) yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha

(leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer

company) dan kartu kredit (credit card).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Selanjutnya, menurut Siamat ( 2005: 5) mengemukakan bahwa “lembaga

keuangan (atau sering juga disebut lembaga intermediasi) dapat dikelompokkan

dalam berbagai cara. Pengelompokkan yang paling umum dan mudah dimengerti

adalah mengelompokkan lembaga keuangan berdasarkan kemampuannya

menghimpun dana dari masyarakat secara langsung”. Atas dasar tersebut

keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori dan lembaga

keuangan non depositori.

1. Lembaga keuangan depositori merupakan lembaga keuangan ini

menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk

simpanan misalnya giro, tabungan, atau deposito berjangka yang

diterima dari penabung atau unit surplus.

2. Lembaga keuangan non depositori merupakan lembaga keuangan bukan

bank, lembaga keuangan yang masuk dalam kelompok in adalah

lembga keuangan yang kegiatan usahanya bersifat kontraktual

(contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan

menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung terhadap risiko

ketidakpastian misalnya polis asuransi dan program pensiunan.

Lembaga keuangan dalam kelompok investasi (investment institutions)

yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar

uang dan pasar modal misalnya perusahaan efek, reksadana.

Basalim (2000: 18) menyatakan bahwa selain menjalankan fungsi moneter

dengan mengambil bagian dalam sistem pembayaran, lembaga keuangan juga

menjalankan fungsi-fungsi berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

1. Fungsi mobilisasi: lembaga finansial mengumpulkan dana-dana kecil

yang tersebar dan menyalurkannya ke dalam investasi yang lebih besar.

2. Fungsi likuiditas: lembaga finansial mempunyai kemampuan untuk

memelihara likuiditas alat-alat finansial dan menjamin supaya alat-alat

tersebut dapat dicairkan menjadi uang tunai. Pencairan dana dapat

dilakukan dengan segera tanpa menuggu alat-alat tersebut jatuh tempo.

3. Fungsi penyertaan maturity: bank-bank dan lembaga keuangan bukan

bank (LKBB) mampu menyediakan dana setiap saat, tanpa terikat pada

jatuh temponya portofolio alat-alat finansial.

2.1.2 Pengertian Bank

Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang

kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk pinjaman

serta memberikan jasa perbankan lainnya.

Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa Prancis dan

dari kata banco dalam bahasa Italia, yang mana dapat berarti peti/lemari atau

bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan

oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat

menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan

sebagainya. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk pada meja, counter

atau tempat usaha penukaran uang (money changer). Sebab pada waktu itu para

penukar uang melakukan pekerjaan di pelabuhan-pelabuhan tempat para kelasi

kapal datang dan pergi, para pengembara, dan wiraswastawan yang turun naik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

kapal. Pelaku money changer itu meletakkan uang penukaran diatas sebuah meja

(banco) dihadapan mereka. Aktivitas penukaran uang diatas banco inilah yang

menyebabkan para ahli ekonomi dalam menelusuri sejarah perbankan,

mengaitkan kata banco dengan lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang

ini dengan nama bank. Bank disini berfungsi sebagai lembaga penukar uang antar

bangsa yang berbeda-beda dengan mata uang lainnya.

Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju.

Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank

dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai

macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat

di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana, investasi, pengiriman

uang dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain dengan

cepat dan aman serta aktivitas keuangan lainnya. “Bank juga merupakan salah

satu lembaga yang mempunyai peran sangat penting dalam mendorong

pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank di suatu

Negara dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut”.

(Ismail, 2010: 1).

Bank atau perbankan adalah salah satu lembaga keuangan di Indonesia.

Lembaga keuangan menurut SK Menkeu RI No. 792/1990 “Lembaga keuangan

adalah semua badan yang memiliki kegiatan di bidang keuangan berupa

penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama untuk

membiayai investasi perusahaan”. (Arthesa, 2006: 7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang

kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah:

a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup masyarakat banyak.

b. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

“Banks are financial institusions that borrow from people (take in

deposits) and use the money they borrow to make loans to other individuals.

Banks make a profit by charging a higher interest on the money they lend out than

they pay for the money they borrow. Individuals keep their money in banks,

accepting lower interest rates, because doing so is safer and more convenient

than the alternatives”. Colander (2006: 282).

Dari pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank

merupakan lembaga keuangan depositori yang aktivitasnya menghimpun dana

berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana

kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

melalui penjualan jasa-jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan

kesejahteraan rakyat banyak.

2.1.2.1 Fungsi dan Tujuan Bank

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menjelaskan bahwa

fungsi perbankan Indonesia adalah menghimpun dana dan kemudian menyalurkan

dana tersebut ke masyarakat. Adapun tujuan bank adalah menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Menurut Arifin (2006: 2) fungsi dasar bank adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping

function)

b. Menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa

(transaction function).

Menurut Rodoni (2007: 21-22) dan Siamat (2001: 88) fungsi bank umum

yaitu: (1) Menyediakan mekanisme alat pembayaran yang lebih efisien dalam

kegiatan ekonomi, (2) Mencipta uang, (3) Menghimpun dana dan

menyalurkannya kepada masyarakat, dan (4) Menawarkan jasa-jasa keuangan.

Sedangkan menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 9) menyatakan

bahwa secara umum fungsi utama bank adalah “menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

tujuan atau sebagai financial intermediary”. Secara lebih spesifik bank dapat

berfungsi sebagai agent of trust, agent of developmentand agent of services.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam

hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau

menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh

bank, uangnya dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada

saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari

bank. Pihak bank sendiri akan mampu menempatkan atau menyalurkan

dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi dengan

kepercayaan pula. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan

menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman

dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar

pada saat jatuh tempo dan debitur mempunyai niat baik untuk

mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh

tempo.

b. Agent of Development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil

tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan

saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik

apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa

penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya

kegiatan perekonomian di sektor riil.

Kegiatan tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,

mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat

dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-

distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan

perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of Services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,

bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan

kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain

dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga,

pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

2.1.2.2 Jenis - Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis

perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Di dalam Undang-

Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 yang menggantikan Undang- Undang

nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan yang dapat

dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, status dan dari segi cara menentukan harga

Kasmir (2010: 34).

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis

perbankan menurut fungsinya terdiri dari: Bank umum, Bank pembangunan, Bank

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

tabungan, Bank pasar, Bank desa, Lumbung desa, Bank pegawai, dan bank jenis

lainnya.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud

dengan bank pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya

terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan/atau mengeluarkan

kertas berharga jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. “Bank-

bank pembangunan terdiri dari atas bank pembangunan pemerintah, bank-bank

pembangunan daerah dan bank pembangunan swasta”. (Thomas, 1999: 10-11).

Namun setelah keluar Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun

1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun

1998, jenis perbankan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR).

Bank pembangunan dan bank tabungan berubah fungsi menjadi bank umum,

sedangkan bank desa, bank pasar, lumbung desa dan bank pegawai menjadi bank

perkreditan rakyat (BPR).

2. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya

Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham

yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dapat dilihat dari segi

kepemilikannya adalah sebagai berikut:

a. Bank Milik Pemerintah

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh

pemerintah, yang termasuk dalam bank pemerintah adalah bank BUMN

dan bank-bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

1) Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia,

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Warga

Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

2) Bank Milik Asing

Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar

Indonesia, yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di Jakarta

dan membuka kantor cabang pembantu di beberapa ibukota provinsi

selain Jakarta.

3) Bank Milik Campuran

Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak

swasta nasional dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas

dipegang oleh Warga Negara Indonesia. Istilah bank campuran sejak

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan karena pada

prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing,

sehingga penggunaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi.

Penghapusan istilah tersebut sekaligus menghilangkan perlakuaan

diskriminatif yang dilakukan otoritas moneter antara pihak bank

nasional dan bank campuran selama ini.

3. Dilihat Dari Segi Statusnya

Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan

kedudukan atau status yang menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas

pelayanannya.

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau

yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan

misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negri, travelers cheque

dan transaksi luar negeri lainnya.

b. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa, jadi transaksi yang dilakukan masih

dalam batas-batas suatu Negara.

4. Dilihat Dari Segi Cara Menentukan Harga

Ditinjau dari segi cara menentukan harganya, bank dapat dibedakan

menjadi:

a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank

yang berorientasi pada prinsip konvensionel. Hal ini tidak terlepas dari

sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa

oleh kolonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan

harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip

konvensional menggunakan dua metode yakni menetapkan bunga

sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, deposito

maupun tabungan. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.

Sedangkan untuk jasa-jasa bank lainnya pihak barat menggunakan atau

menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase

tertentu. Sisitem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga

produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip

konvensional. Bank prinsip syariah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk

menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan

lainnya. Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai syariah

islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip

syariah dasar hukumnya adalah alquran dan sunnah rasul. Bank

berdasarkan prisip syariah mengharamkan penggunaan harga

produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip

syariah bunga adalah riba.

Triandaru dan Budisantoso (2006: 93) membagi jenis bank menurut target

pasar. Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis

nasabah tertentu. Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat

digolongkan menjadi tiga, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

a. Retail Bank

Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-

nasabah retail. Pengertian ritail disini adalah nasabah-nasabah individual,

perusahaan dan lembaga lain yang skala nya kecil. Meskipun pengertian

dari kata “kecil atau ritail” adalah relatif, namun biasanya apabila ditinjau

dari jasa kredit yang diberikan. Nasabah debitur yang dilayani adalah yang

memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar daripada Rp 20 miliar. Angka

tersebut bukan merupakan angka standar atau baku tapi setidaknya dapat

memberikan gambaran tentang kelompok nasabah yang dilayani oleh bank

jenis ini.

b. Corporate Bank

Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-

nasabah yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini

biasanya berbentuk suatu koperasi, maka bank kelompok ini disebut

corporate bank. Meskipun namanya bank korporat tidak berarti seluruh

nasabahnya berbentuk suatu perusahaan.

c. Retail-Corporate Bank

Disamping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak

memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah tersebut. Bank jenis ini

memberikan pelayanannya tidak hanya kepada nasabah ritail tetapi juga

kepada nasabah korporasi. Penyebab munculnya bank jenis ini tidaklah

seragam. Ada bank yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi

bank yang melayani baik nasabah ritail maupun korporasi. Bank jenis ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

memandang bahwa potensi baik pasar ritail dan korporasi harus

dimanfaatkan untuk mengoptimalkan keuntungan maksimal, meskipun

terdapat kemungkinan penurunan efisiensi.

2.1.2.3 Sumber Dana Bank

Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah

untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasan untuk menarik kembali

dananya sewaktu-waktu. Sebagai lembaga keuangan dana merupakan persoalan

utama bank, tanpa dana bank tidak dapat berbuat apa- apa artinya tidak berfungsi

sama sekali. Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan

funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau

mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari

masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar

masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. “Jenis simpanan

yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat

deposito dan deposito berjangka”. (Kasmir, 2005: 24).

Afiff (1996: 153) menyatakan bahwa dana bank adalah “uang tunai yang

dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat

diuangkan”. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 65) Sumber dana bank adalah

“usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Untuk membiayai

operasinya, dana dapat diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan

atau menjual saham”. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

dalam berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana digunakan untuk

investasi baru atau perluasan usaha maka diperoleh dari modal sendiri. Secara

garis besar sumber dana diperoleh dari:

a. Dana Pihak Pertama (dari bank itu sendiri)

Dana pihak pertama adalah dana yang diperoleh bank dari internal bank itu

sendiri (struktur modal bank). Biasanya berasal dari para pemegang saham

(Siamat, 2005: 11).

Dendawijaya (2003: 54) menyatakan bahwa “sumber dana pihak pertama

bank terdiri dari: Modal inti (core capital) adalah dana modal sendiri, yaitu dana

yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank”.

Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :

1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari

perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila

pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham dan

untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan

mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.

2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi yang disisihkan

untuk menutup timbulnya risiko kerugian dikemudian hari.

3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada

para pemegang saham, tetapi para pemegang saham sendiri (melalui

Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanamkan kembali

dalam bank.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

b. Dana Pihak Kedua (dari pihak luar)

Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam

pencarian sumber dana pertama. Pencarian dari sumber dana ini relative lebih

mahal dan sifatnya hanya sementara waktu.

Siamat (2005: 116) menyatakan bahwa “sumber dana pihak kedua adalah dana

bank yang diperoleh dari pinjaman eksternal pihak bank atau pinjaman bank”.

Sedangkan menurut Kasmir (2008: 68) bahwa perolehan dana dari sumber ini

antara lain dapat diperoleh dari:

1) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan kredit yang

diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan

likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan

sektor-sektor usaha tertentu.

2) Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan

kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga

kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini

bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika

dibandingkan dengan pinjaman lainnya.

3) Pinjaman dari bank-bank luar negri. Merupakan pinjaman yang

diperoleh bank oleh perbankan dari pihak luar negri.

4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dalam hal ini pihak perbankan

menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang

berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU

diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

masyarakat tertarik untuk membelinya.

c. Dana Pihak Ketiga (dari masyarakat luas)

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi

bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi

dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika

dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber ini paling

dominan asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya maka

menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit.

Menurut Arthesa (2006: 63) mengemukakan mengenai “sumber dana bank

yang diperoleh dari masyarakat yang umumnya berupa giro deposito dan

tabungan. Selain itu terdapat pula sumber dana lain yang sifatnya tidak langsung

atau berupa pengendapan dana bank yang didapatkan melalui pemberian jasa bank

berupa setoran jaminan dan dana transfer”.

Sedangkan menurut Riyadi (2006: 79) mendefinisikan sumber dana pihak

ketiga sebagai dana yang berasal dari masyarakat biasa. Bentuk- bentuk dana

pihak ketiga antara lain:

1. Simpanan Giro

Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan giro adalah

simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau

dengan cara pemindah bukuan. Pengertian dapat ditarik setiap saat,

maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia

masih mencukupi. Kemudian juga harus memenuhi persyaratan lain yang

ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan pengertian

penarikannya adalah diambil uang dari rekening giro sehingga

menyebabkan giro tersebut berkurang yang ditarik secara tunai maupun

ditarik secara non tunai (pemindah bukuan). Penarikan secara tunai adalah

dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan

menggunakan bilyet giro (Kasmir, 2010: 70). Sedangkan menurut Statistik

Ekonomi Keuangan Indonesia (2011) giro adalah simpanan pada bank

umum (saat ini BPR belum dapat menghimpun dana dalam bentuk giro)

dalam rupiah milik pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran

lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

2. Simpanan Tabungan

Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan tabungan adalah

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro

dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat

penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah

dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh dalam hal

frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau mungkin

setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya.

Kemudian adalah hal sarana atau alat penarikan tergantung dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung (Kasmir, 2010: 84).

3. Simpanan Deposito

Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan deposito adalah

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Simpanan

deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank.

Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya di mana simpanan

deposito memiliki jangka waktu yang relatif lebih panjang dan frekuensi

penarikan yang juga jarang, Penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu

tertentu (Kasmir, 2010: 85). Riyadi (2006: 80) menyatakan bahwa salah

satu sumber dana pihak ketiga adalah Deposito. Deposito adalah simpanan

yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank. Dengan demikian pada

hakekatnya jenis simpanan ini tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo.

Simpanan deposito akan mengendap di bank selama jangka waktu tertentu

sesuai dengan perjanjian antara bank dan pemilik deposito. Pemilik

deposito hanya dapat menarik dananya apabila depositonya telah jatuh

tempo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

2.1.3 Pengertian Tabungan

Seperti yang telah dijelaskan diatas simpanan tabungan adalah simpanan

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya

yang dapat dipersamakan dengan itu.

Pengertian penarikan hanya dapat dapat dilakukan menurut syarat- syarat

tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk menarik uang yang disimpan

direkening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda, tergantung dari

bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat

antara bank dengan nasabah, apabila nasabah menyimpan uang di bank maka

nasabah tersebut secara otomatis menyetujui perjanjian tersebut.

Berbeda dengan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para

pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud

berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila

dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi

sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini

dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro (Intan,

2006: 30).

Tabungan adalah “simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau

bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan

rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan

debt card”. (Sri Susilo, 2000: 64).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Sedangkan menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011)

tabungan adalah “simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak

ketiga, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu

yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat

dipersamakan dengan itu”.

Wikipedia bahasa Indonesia menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

2.1.3.1 Penentu Tabungan

Salah satu faktor terpenting yang menentukan tingkat tabungan adalah

pendapatan rumah tangga. Uraian ini didasarkan kepada pandangan Keynes dan

Klasik yang berpendapat bahwa tingkat tabungan terutama dtentukan oleh tingkat

pendapatan rumah tangga. Berikut adalah pandangan ahli ekonomi tentang faktor

penentu tabungan.

a. Teori Klasik

Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari suku bunga, bahwa

semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula keinginan

masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi

masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan konsumsi guna

menambah tabungan. Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi dari

tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan

menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan

dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar. Semakin

rendah tingkat bunga, pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan

investasi, sebab biaya pengguna dana (cost of capital) juga semakin kecil

(Listyoadi, 2005).

b. Teori Keynes

Dalam teori keynesian berpendapat bahwa tingkat bunga tidaklah

ditentukan oleh interaksi tabungan dan oleh investasi di pasar modal, akan

tetapi tingkat bunga merupakan fenomena moneter, artinya tingkat bunga

ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Uang akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi (pendapatan domestik) sepanjang uang

itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya

akan mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi sektor perusahaan

karena investasi sendiri sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Tabungan

sendiri menurut mereka tidaklah ditentukan oleh tingkat bunga, namun

lebih ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat

pendapatan akan semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan sektor

rumah tangga (Sukirno, 2004).

Menurut Keynes besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga

bukan tergantung pada tinggi rendahnya suku bunga tetapi tergantung

kepada besar kecilnya pendapatan rumah tangga itu (Sukirno, 2016:80).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Keynes tidak yakin bahwa jumlah investasi yang dilakukan para pengusaha

sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga. Tetapi terdapat faktor penting

lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan

perkembangannya di masa depan, dan luasnya perkembangan tegnology

yang berlaku (Sukirno, 2016:80-81).

2.1.3.2 Penentu - Penentu Lainnya

Sukirno (2004: 119-121) menjelaskan ada faktor-faktor lain yang

menentukan tabungan selain dari pandangan Keynes dan Klasik diatas

diantaranya:

a. Kekayaan yang Telah Terkumpul

Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak

sebagai akibat usaha dimasa lalu, maka seseorang berhasil mempunyai

kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak

terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian

dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang.

Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan;

mereka akan lebih bertekad untuk menabung. Untuk memperoleh

kekayaan yang lebih banyak dimasa yang akan datang atau untuk

memenuhi kebutuhan masa depan keluarganya seperti membeli rumah,

membiayai pendidikan anak atau membuat tabungan untuk persiapan di

hari tua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

b. Sikap Berhemat

Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung

dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-

lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu

APC dan MPCnya adalah lebih rendah. Tetapi ada pula masyarakat yang

mempunyai kecendrungan menkonsumsi yang tinggi yang berarti APC

dan MPCnya adalah tinggi.

c. Keadaan Perekonomian

Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak

pengangguran, masyarakat berkecendrungan melakukan pengeluaran

yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecendrungan berbelanja lebih

banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan

kegiatan perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat

pengangguran menunjukkan tendensi meningkat dan sikap masyarakat

dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati-

hati.

d. Distribusi Pendapatan

Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih

banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat yang

demikian (i) sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh

segolongan kecil penduduk yang sangat kaya dan (ii) golongan

masyarakat ini mempunyai kecendrungan menabung yang tinggi, maka

mereka dapat menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup membiayai

konsumsinya dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat yang

distribusi pendapatannya lebih seimbang, tingkat tabungannya relatif

sedikit karena mereka mempunyai kecondongan menkonsumsi yang

tinggi.

e. Tersedia Tidaknya Dana Pensiun yang Mencukupi

Program dana pensiun dijalankan di berbagai negara, ada negara yang

memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan penduduknya

yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para

pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada

masa bekerja dan ini menaikkan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila

pendapatan pensiun sebagai jaminan hidup di hari tua sangat tidak

mencukupi, masyarakat cenderung akan menabung lebih banyak ketika

mereka bekerja.

2.1.4. Pendapatan Perkapita

Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu

negara adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana

kebijaksanaan tersebut bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam

istilah ilmu ekonomi disebut sebagai pendapatan nasional. Kesejahteraan

masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi pendapatan nasional dengan

jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini disebut sebagai pendapatan perkapita

atau pendapatan tiap orang. “Semakin tinggi pendapatan perkapita sebuah negara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

tertentu semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya dan sebaliknya”.

(Ausri, 2007: 41).

Sukirno (2004: 28) menyatakan bahwa pendapatan nasional adalah “nilai

barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun

tertentu. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah pendapatan negara yang

dihitung menurut harga-harga pada tahun yang produksi nasionalnya dihitung.

Sedangkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu

negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun”.

Pendapatan nasional riil atau menurut harga tetap adalah pendapatan

nasional yang dihitung pada harga-harga di sesuatu tahun tertentu yang berbeda

dengan tahun dimana produksi nasionalnya dihitung. Pendapatan nasional

potensial adalah pendapatan nasional yang diciptakan apabila perekonomian

mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Manakala pendapatan nasional

sebenarnya adalah nilai produk nasional yang sebenarnya diwujudkan oleh

kegiatan ekonomi pada suatu tahun tertentu.

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di

suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian

pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut.

Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan

tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan perkapitanya

semakin makmur negara tersebut (Wikipedia).

Sukirno (2004: 424) menyatakan bahwa salah satu komponen dari

pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

“pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk sesuatu

Negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai

Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto satu tahun terttentu dengan

jumlah penduduk pada tahun tersebut”.

Dengan demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan

menggunakan salah satu formula berikut:

=
Jumlah Penduduk

=
Jumlah Penduduk

Berdasarkan formula diatas dapat diketahui untuk menghitung Produk

Domestik Bruto Perkapita (PDB) didapat dari hasil pembagian antara Produk

Domestik Bruto Perkapita (PDB) dengan Jumlah Penduduk suatu tahun tertentu.

Begitu juga dengan Produk Nasional Bruto (PNB) didapat dari hasil Pembagian

Produk Nasional Bruto (PNB) dengan Jumlah Penduduk suatu tahun tertentu. Dari

formula diatas kita jadi menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk

Nasional Bruto (PNB) pada suatu wilayah dan pada suatu tahun tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2.1.5 Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan

proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses

dari suatu pristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga

yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi

jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling

mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan

persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga

(Wikipedia).

Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa “apabila inflasi diukur dari indeks

harga konsumsi (IHK) 200 jenis barang dan jasa, maka tinggi rendahnya tingkat

inflasi sangat tergantung pada tinggi rendanhya tingkat harga 200 barang dan jasa

itu pada suatu waktu tertentu. Perubahan harga umum sangat tergantung pada

permintaan dan penawaran agregat. Apabila pada suatu tingkat harga tertentu

permintaan agregat meningkat, maka tingkat harga umum akan meningkat”.

Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan

kecendrungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti

terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utamanya dan satu-satunya yang

memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat terjadinya kelebihan uang yang

beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat

(Poppy Marieskha, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Rahardja dan Manurung (2004: 155) mendefinisikan bahwa inflasi adalah

“gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus”.

Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan

telah terjadi inflasi:

1. Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih

tinggi daripada harga periode sebelumnya.

2. Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan

inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara

umum naik.

3. Berlangsung terus menerus, kenaikan harga yang bersifat umum juga

belum tentu akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat.

Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal

bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga

bersifat umum dan terus menerus.

Sukirno (2004: 27) menyatakan bahwa inflasi adalah “kenaikan harga-harga

secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode

lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada

suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya”.

Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang

diimpor. “Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami

kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran

perusahaan-perusahaan”. (Sukirno, 2004: 336).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Inflasi juga bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara

sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal,

terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya dinegara

tersebut. “Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan permintaan terhadap

permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena adanya kelebihan jumlah

uang yang beredar”. (Rodoni, 2008: 17).

Inflasi adalah “kenaikan tingkat harga secara keseluruhan yang diakibatkan

oleh naiknya harga-harga secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat

sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama

beberapa periode waktu. Inflasi berkepanjangan adalah kenaikan harga secara

keseluruhan yang berlangsung terus selama satu periode yang lama”.

(Case dan Fair, 2004: 58).

2.1.5.1 Teori Inflasi

Secara garis besar teori yang membahas tentang inflasi dapat dibagi dalam

enam kelompok dengan masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari

proses terjadinya inflasi namun demikian keenam teori tersebut bukanlah teori

inflasi lengkap yang membahas semua aspek penting dari proses terjadinya

kenaikan harga. Berikut adalah keenam teori inflasi.

1. Teori Kuantitas

Toeri kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, dalam

teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan

harapan masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Menurut teori ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

hanya bisa terjadi kalau ada tambahan volume uang yang beredar (kartal

maupun giral) tanpa diiringi oleh pasokan (suplai) barang-barang yang

tersedia. Inflasi juga dapat terjadi oleh harapan ekspektasi psikologi

masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa datang.

2. Teori Keynes

Dalam teori ini, Keynes menyatakan faktor inflasi melalui pendekatan

teori ekonomi makro. Menurut Keynes, inflasi akan terjadi karena

masyrakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya.

Terjadinya inflasi melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin

bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada

kemampuan kelompok lain. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan

dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat

akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup

disediakan oleh kapasitas yang tersedia. Hal ini dapat menimbulkan

inflationary gap, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil

merebut bagian pendapatan nasional secara nyata diwujudkan dalam

permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan

menimbulkan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga ini menyebabkan

bertambahnya permintaan uang untuk transaksi dengan demikian akan

menaikkan suku bunga. Hal ini mencegah pertambahan permintaan untuk

investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3. Teori Struktural

Teori ini lebih menekankan penyebab inflasi berasal dari struktur

perekonomian yang tidak mampu mengantisipasi secara cepat dan

fleksibel atas perkembangan perekonomian yang ada terutama terjadi di

negara-negara berkembang. Negara berkembang biasanya hanya

menghasilkan hasil alam dan pertanian yang daya tukarnya tidak

berkembang secepat produk industri yang diimpor di negara maju.

Negara berkembang juga menghadapi permasalahan kependudukan.

4. Teori Klasik

Teori Klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh

jumlah uang yang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan

antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah

uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang, maka nilai uang

akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga.

Jadi menurut teori Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang yang

beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi

maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit.

5. Teori Monetarisme

Teori moneterisme mengemukakan bahwa inflasi timbul disebabkan oleh

kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang

beredar di masyarakat akan menyeabkan terjadinya kelebihan permintaan

barang dan jasa di sektor riil.

Inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang

bersifat kontraktif atau melebihi kontrol terhadap peningkatan upah serta

penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta asing.

6. Teori Ekspektas

Menurut teori ini dikatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk

ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi

rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa

depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian

rasional adalah suatu tindakan yang logis untuk mencapai tujuan

berdasarkan informasi yang ada.

2.1.5.2. Jenis - Jenis Inflasi

Sukirno (2004) menyatakan bahwa berdasarkan derajatnya, inflasi

dibedakan menjadi sebagai berikut:

a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka

10% setahun.

b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-30%

setahun.

c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-100%

setahun.

d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas 100%

setahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

2.1.5.3 Indikator Inflasi

Rahardja dan Manurung (2004: 164) menyatakan bahwa ada beberapa

indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi selama satu

periode tertentu. Beberapa indikator inflasi tersut adalah:

a. Indeks Harga Konsumen

Indeks harga konsumen (IHK) adalah rangka indeks yang menunjukkan

tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu

periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga

barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode

tertentu. Masing- masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot

(weighted) berdasarkan tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang

dianggap paling penting diberi bobot paling besar.

Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan

sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan

keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat

perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat

inflasi kota-kota besar, terutama ibukota provinsi-provinsi di Indonesia,

(IHK  IHK 1 )
Inflasi = X 100%
IHK 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)

Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga

Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh

karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen

(producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang

diterima produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi

berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK:

(IHPB  IHPB 1 )
Inflasi = X 100%
IHPB 1

c. Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju

inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya,

kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja.

Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi

berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.

(IHI  IHI 1 )
Inflasi = X 100%
IHI 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

2.1.5.4 Efek Buruk Inflasi

Sukirno (2004: 338) menyatakan bahwa efek-efek buruk dari inflasi yaitu

sebagai berikut:

a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menghambat perkembangan

ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan

produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya

lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi

produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun.

Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara

inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan

masyarakat.

c. Inflasi akan Menurunkan Pendapatan Riil Orang - Orang yang

Berpendapatan Tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.

Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang

berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan

menurun.

d. Inflasi akan Mengurangi Nilai Kekayaan yang Berbentuk Uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan

di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan

menurun apabila inflasi berlaku.

e. Memperburuk Pembagian Kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi

kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan pemilik kekayaan

bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya.

Juga sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil

pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian

pendapatan diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-

pemilik harta tetap dan penjual/ pedagang akan menjadi semakin tidak

merata.

2.1.6 Pengertian Suku Bunga

Menurut Boediono (2014:76), suku bunga adalah harga dari penggunaan

dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu

indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau

menabung.

Sadono Sukirno (2006:375) menyatakan suku bunga adalah bunga yang

dinyatakan sebagai persentasi dari modal.

Menurut Kasmir, (2002:121) suku bunga bank dapat diartikan sebagai

balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvesional kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan

kepada nasabahnya, yaitu :

1. Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang

menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus

dibayar kepada nasabahnya. Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan,

bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar

oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh : bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan

pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus

dikelurkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan dana yang

diterima dari nasabah. Bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing

mempengaruhi satu sama lainnya. Sabagai contoh seandainya bunga simpanan

tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan

demikian pula sebaliknya.

2.1.6.1 Fungsi Suku Bunga

Suku bunga memberikan sebuah keuntungan dari sejumlah uang yang

dipinjamkan kepada pihak lain atas dasar perhitungan waktu dan nilai ekonomis.

Tinggi rendahnya keuntungan ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Adapun fungsi suku bunga dalam perekonomian adalah sebagai berikut:

a. Membantu mengalirkan tabungan berjalan ke arah investasi guna

mendukung pertumbuhan perekonomian.

b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan

dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.

c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari

suatu negara.

d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui

pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

Sedangkan menurut Sunariyah (2013:80), tingkat bunga pada suatu

perekonomian memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai daya tarik investor untuk menginvestasikan dananya.

2. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah

terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu

perekonomian.

4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan

produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat digunakan untuk

mengontrol tingkat inflasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

2.1.6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menentukan besar kecilnya tingkat

suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya

baik bunga maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-

faktor lainnya

Menurut Kasmir (2010:137-140), faktor–faktor yang mempengaruhi besar

kecilnya penetapan tingkat suku bunga (pinjaman dan simpanan) adalah sebagai

berikut:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga

simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun

apabila dana yang ada simpanan banyak sementara pemohonan simapanan

sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,

yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam

arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak

membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas

bunga pesaing, misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman

kita harus berada dibawah bunga pesaing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

3. Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak

boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar

maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi

bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa

mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,

maka bunga relatif lebih rendah.

6. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dan

nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan

serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama

biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga

dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa.

2.1.6.3 Jenis-jenis Tingkat Suku Bunga

Menurut Novianto (2011:22), berdasarkan bentuknya suku bunga dibagi

menjadi dua jenis, yaitu:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini

merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang

diinvestasikan.

2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat

inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju

inflasi.

Menurut Ismail (2010:132), berdasarkan sifatnya suku bunga dibagi

menjadi dua jenis, yaitu:

1. Bunga simpanan. Merupakan tingkat harga tertentu yang dibayarkan oleh

bank kepada nasabah atas simpanan yang dilakukannya. Bunga simpanan

ini, diberikan oleh bank untuk memberikan rangsangan kepada nasabah

penyimpan dana agar menempatkan dananya di bank. Beberapa bank

memberikan tambahan bunga kepada nasabah yang menempatkan dananya

dalam bentuk deposito sejumlah tertentu. Hal ini dilakukan bank agar

nasabah akan selalu meningkatkan simpanan dananya.

Bunga pinjaman atau bunga kredit. Merupakan harga tertentu yang harus dibayar

oleh nasabah kepada bank atas pinjaman yang diperolehnya. Bagi bank, bunga

pinjaman merupakan harga jual yang dibebankan kepada nasabah yang

membutuhkan dana. Untuk memperoleh keuntungan, maka bank akan menjual

dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli. Artinya, bunga kredit

lebih tinggi dibanding bunga simpanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Metode
No Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Analisa

1 Yenni Hendra (2012) PDRB, Regresi Hasil pengujian

Analisis Pengaruh Suku Liniear signifikansi, ternyata

PDRB, Suku Bunga, Bunga, Berganda FHitung jauh lebih besar

Tingkat Inflasi dan Inflasi, dan dari Ftabel

Kurs Valuta Asing Kurs Valuta (125,793 > 2,728) berada

terhadap simpanan Asing di daerah penerimaan Ha.

masyarakat pada bank Dengan demikian bahwa

umum di Kalimantan PDRB Suku Bunga,

Barat Inflasi, dan Kurs Valuta

Asing secara bersama-

sama berpengaruh

siginifikan terhadap

variabel (DPK)

2 Dirgansari Subagia Suku Regresi Hasilnya Tingkat suku

(2013) Bunga dan Liniear bunga dan PDRB

Pengaruh Tingkat Suku PDRB Berganda berpengaruh signifikan

Bunga dan PDRB terhadap simpanan

Terhadap Simpanan masyarakat. Hal ini

Masyarakat Pada Bank- berarti peningkatan pada

Bank Umum di tingkat suku bunga dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Pekanbaru PDRB akan berdampak

pada peningkatan

simpanan masyarakat di

Kota Pekanbaru

3 Fitriana ( 2015) Tingkat Regresi Hasilnya nilai Tingkat

Pengaruh Tingkat Suku Suku Liniear Suku Bunga, Pendapatan,

Bunga, Pendapatan, Bunga, Berganda Tingkat Inflasi, Tingkat

Tingkat Inflasi, Tingkat Pendapatan Investasi, Konsumsi

Investasi, Konsumsi , Tingkat berpengaruuh terhadap

Terhadap Tabungan Inflasi, variabel dana simpanan

Masyarakat Kabupaten Tingkat masyarakat di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun Investasi, Pesisir Selatan

2005 – 2015 Konsumsi

4 Tri Wahyu Pendapatan Regresi Hasilnya variabel

Rejekiningsih (2001) , Tingkat Kointegrasi Pendapatan, Tingkat

Analisis Faktor – Bunga dan Bunga dan Investasi

Faktor Yang Investasi berpengaruh secara

Mempengaruhi negatif terhadap variabel

Tabungan Daerah di tabungan daerah

Kota Semarang

5 Muhammad Sofyan Pendapatan Error Hasil dari penelitian ini

(2011) Perkapita, Correction menunjukkan bahwa

Analisis Pengaruh Tingkat Model variabel Pendapatan

Pendapatan Perkapita, Suku (ECM) Perkapita, Tingkat Suku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tingkat Suku Bunga, Bunga, Bunga, dan Inflasi

Jumlah Uang Beredar Jumlah berpengaruh secaara

(M2) dan Inflasi Uang signifikan terhadap

Terhadap Jumlah Beredar jumlah tabungan di

Tabungan di Indonesia (M2) dan Indonesia, sedangkan

Inflasi pada jangka panjang

hanya variabel Jumlah

Uang beredar yang

berpengaruh secaara

signifikan terhadap

jumlah tabungan di

Indonesia, sedangkan

pada jangka panjang

hanya variabel Jumlah

Uang beredar yang

berpengaruh terhadap

Jumlah Tabungan di

Indonesia

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori

hubungan dengan berbagai faktor yang lainnya yang telah dianggap sebagai hal

penting. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara masing-masing variabel

maka dapat dilihat pada kerangka konseptual berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Pendapatan Perkapita (X1)

Inflasi (X2) Tabungan (Y)

Suku Bunga (X3)

Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual

2.3.1 Hubungan Tabungan dengan Pendapatan Perkapita

Menurut JM. Keynes, mengatakan bahwa pengeluaran seseorang untuk

tabungan diengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang

maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya

pun akan semakin bertambah, dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan

seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi

sehingga tingkat tabungannya nol.

Duesenberry mengungkapkan hipotesis tentang pendapatan relatif yaitu

tabungan (konsumsi) suatu masyarakat ditentukan oleh pendapatan tertinggi yang

pernah dicapainya. Jika pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak

mengurangi besaran tabungannya. Apabila pendapatan bertambah lagi, maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

konsumen akan menambah konsumsinya, dengan pertambahan yang tidak begitu

besar, berbeda dengan tabungan yang akan bertambah semakin besar.

2.3.2 Hubungan Tabungan dengan Inflasi

Inflasi dapat menurunkan tingkat tabungan karena adanya dorongan

melakukan pengeluaran untuk barang-barang tahan lama sehingga akan

menurunkan tingkat tabungan pada masyarakat. Tingkat inflasi yang terjadi pada

akhirnya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang sangat

mengawatirkan akan memberikan dampak kepada penanaman modal dalam negeri

terjadi inflasi atau kenaikan harga barang-barang yang sangat terus menerut akan

mengakibatkan terjadinya perubahan kemampuan masyarakat dalam membeli

barang-barang produksi dan cenderung untuk menabung. Apabila inflasi semakin

meningkat akan menambah permintaan terhadap konsumsi, jadi akan

menyebabkan tabungan menurun.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan

proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses

dari suatu pristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga

yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi

jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling

mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan

persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga

(Wikipedia).

Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa “apabila inflasi diukur dari indeks

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

harga konsumsi (IHK) 200 jenis barang dan jasa, maka tinggi rendahnya tingkat

inflasi sangat tergantung pada tinggi rendanhya tingkat harga 200 barang dan jasa

itu pada suatu waktu tertentu. Perubahan harga umum sangat tergantung pada

permintaan dan penawaran agregat. Apabila pada suatu tingkat harga tertentu

permintaan agregat meningkat, maka tingkat harga umum akan meningkat”.

Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi untuk mengetahui hubungan antar

variabel yang satu dengan variabel lainnya dengan berlandaskan teori.

2.3.3 Hubungan Tabungan dengan Suku Bunga

Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat

suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan

masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi

masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran

untuk konsumsi guna menambah tabungannya.

Jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya

di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan

pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih

rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio

perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang

beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum

akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku

bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan

uangnya di bank Prasetiantono (2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

2.4 Hipotesis

Secara empiris, Hipotesis adalah jawaban sementara dari hasil pembahasan

terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat

kebenarannya masih perlu diuji. Dari pembahasan diatas, maka penulis

memberikan hipotesis sebagai berikut:

a. Pendapatan perkapita memberikan pengaruh positif terhadap jumlah

tabungan masyarakat pada bank-bank umum di Kotamadya Medan.

b. Inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap jumlah tabungan

masyarakat yang terhimpun pada bank-bank umum di Kotamadya

Medan.

c. Suku bunga memberikan pengaruh positif terhadap jumlah tabungan

masyarakat pada bank-bank umum di Kotamadya Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dimana sumber rujukan datanya berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Bank Indonesia (BI) cabang Medan.

Selain itu untuk menyempurnakan penelitian ini data juga diperoleh dari

literatur-literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (tahunan) dengan periode

waktu 1997 - 2017.

3.2 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menerangkan

kerangka dasar perhitungan hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen didasarkan pada metode analisis regresi linier berganda dengan

pengolahan data menggunakan program Eviews 8.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah membahas dan menganalisis

pengaruh pendapatan perkapita, inflasi, dan suku bunga terhadap jumlah

perkembangan tabungan di bank – bank umum di kota Medan dengan periode

waktu 1997-2017

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59

3.4 Definisi Operasional

1. Pendapatan Perkapita adalah besarnya nilai barang dan jasa rata-rata yang

tersedia bagi penduduk Kota Medan pada suatu periode tertentu.

Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan Kota Medan pada tahun

tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang diterbitkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) kota Medan dengan periode waktu 1997-2017 yang

dihitung dalam Jutaan Rupiah.

2. Inflasi adalah nilai yang diperhitungkan kenaikan harga berlangsung

secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga

digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang

kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga periode waktu tertentu.

Angka inflasi yang diterbitkan oleh BPS kota Medan dari tahun 1997-2017

yang dihitung dalam persentase.

3. Suku Bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds).

Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan

apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung. Angka suku

bunga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dari Tahun 1997-2017

yang dihitung dalam persentase

4. Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak

dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang dapat

dipersamakan dengan itu. Selain itu, tabungan juga sering diartikan

sebagai pendapatan suatu masyarakat yang tidak di belanjakan dan hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

disimpan sebagai cadangan yang digunakan untuk berjaga-jaga dalam

jangka pendek. Angka atau jumlah tabungan yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia (BI) dari tahun 1997-2017 yang dihitung dalam Milyar Rupiah.

3.5 Model Analisis

Adapun model analisis ekonometrika dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

𝑌 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝜇

Keterangan:

Y : Variabel dependen (Tabungan satuan Jutaan Rupiah)

Β0 : Konstanta

β1, β2, : Koefisien regresi yang akan di estimasi

X1, : Pendapat Perkapita (Jutaan Rupiah)

X2, : Inflasi (Persentase)

X3 : Suku Bunga (Persentase)

µ : Error Term

3.6 Uji Hipotesis

3.6.1 Uji Simultan ( Uji F )

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel

independen terhadap variabel dependen sekaligus. Adapun langkah-langkah

pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

H0 = β1 = β2 = 0

H1 = β1 ≠ β2 ≠ 0

Dengan kriteria pengujian yaitu:

1. H0 diterima, H1 ditolak, jika Fhitung < Ftabel artinya variabel independen

secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel dependen.

2. H1 diterima, H0 ditolak, jika Fhitung > Ftabel artinya variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

3.6.2 Uji Parsial ( Uji t )

Uji t (t - test) adalah angka yang digunakan untuk menguji signifikan

koefisien regresi secara individu/parsial. Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui pengaruh variabel independen yang bersangkutan terhadap variabel

dependen secara signifikan atau tidak signifikan. Adapun langkah-langkah

pengujian penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 = β1 = β2 = 0

H1 = β1 ≠ β2 8≠ 0

Dengan kriteria pengujian yaitu:

1. H0 diterima, H1 ditolak, jika thitung < ttabel, artinya secara parsial variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

2. H1 diterima, H0 ditolak, jika thitung > ttabel, artinya secara parsial variabel

independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

3.6.3 Koefisien Determinasi (R2)

Jika R2=100% atau R2=1 berarti variabel independen (penjelas) yang

dimasukkan kedalam model tersebut mampu menerangkan semua fluktuasi atau

perubahan yang terjadi dalam variabel dependen. Sebaliknya jika R2=0% maka itu

berarti variabel independen tidak dapat menjelaskan fluktuasi atau perubahan

yang terjadi dalam variabel dependen, jika hal tersebut terjadi maka model yang

digunakan adalah model yang buruk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Kota Medan adalah ibu kotaprovinsi Sumatera Utara. Medan adalah pintu

gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi

para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi

Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba, yang terkenal

sebagai tempat wisata, serta Pantai Cermin, yang tekenal dengan pemandangan

lautnya dilengkapi dengan waterboom Theme Park.

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil,

tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan

terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur.

Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada

ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat,

Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan

Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di

63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64

dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya

dengan Sumber Daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan

kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-

daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu,

Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai

dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu

mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling

menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat

Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu

daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Gambar 4.1
Peta Kota Medan
Sumber : Pemerintah Kota Medan, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

4.1.2 Bank-Bank Umum di Kota Medan

Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berikut adalah daftar nama bank-bank umum di kota Medan:

Tabel 4.1
Daftar Nama Bank-Bank Umum Di Kota Medan
Bank Negara Indonesia (BNI) Bank Lippo
Bank Mandiri Bank Jabar
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Century
BRI Syariah Bank Mega
Bank UOB Indonesia Bank Kesawan
Bank UOB Buana Bank ICB Bumiputera
Bank Panin Bank Bukopin
Bank UOB NISP Bank Tabungan Pensiunan Negara
(BTPN)
Bank Muamalat Bank Tabungan Negara (BTN)
Bank Mayapada Bank Syariah Mega
Bank Internasional Indonesia (BII) Bank Syariah Mandiri
Bank Danamon Bank Negara Indonesia Syariah (BNI
Syariah)
Bank CIMB Niaga Bank SUMUT
Bank Central Asia (BCA) Hongkong And Shanghai Banking
Corp
Bank Bumi Artha Bank Rabobank International
Indonesia
Bank Artha Graha Internasional Bank Mestika Dharma
Bank Agroniaga Bank Maspion Indonesia
Bank Permata Bank Commonwealth
Bank BJB Citibank
Bank Pembangunan Indonesia
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kota Medan, 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

4.1.3 Data Inflasi Kota Medan


Pada perkembangan laju inflasi, data diperoleh berdasarkan perkembangan

tingkat inflasi setiap tahunnya di kota Medan. Berikut data perkembangan inflasi

kota Medan dari tahun 1997- 2017

Tabel 4.2
Laju Inflasi di kota Medan Tahun 1997 – 2017
Tahun Inflasi (%)
1997 13,10
1998 83,81
1999 1,68
2000 5,90
2001 15,51
2002 9,49
2003 4,46
2004 6,64
2005 22,91
2006 5,91
2007 6,42
2008 10,63
2009 2,69
2010 7,65
2011 3,54
2012 3,79
2013 10,09
2014 8,24
2015 3,32
2016 6,60
2017 3,20
Sumber: BPS Kota Medan, 2017

Laju inflasi di kota Medan selama tahun 1997 - 2017 menunjukkan adanya

fluktuasi yang bervariasi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh faktor yang

berbeda. Pada tahun 1998, tingkat inflasi tertinggi, yaitu sebesar 83,81%, ini

terjadi karena dampak krisis moneter. Inflasi tahun 1999 jika dibandingkan

dengan inflasi tahun 2000 meningkat secara tajam, yaitu dari 1,68% menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

5,90%. Peningkatan laju inflasi ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif

angkutan per 1 September 2000, kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan

Puasa/Ramadhan (November 2000), Natal dan Lebaran (Desember 2000). Secara

umum pada tahun 2000 - 2005, inflasi terus terjadi dengan nilai yang terbilang

tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10,82%. Pada tahun 2005 laju inflasi

kembali naik mencapai 22,91%. Ini adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter

Indonesia (1997/1998). Penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak

(BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya

harga minyak di pasar internasional menyebabkan pemerintah berusaha untuk

menghapuskan subsidi BBM. Inflasi tahun 2008 mencapai 10,63% naik sebesar

4,21% bila dibandingkan dengan tahun 2007. Inflasi pada tahun 2008 selain

dipengaruhi oleh krisis keuangan global, juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang

diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak. Inflasi tahun 2013

mencapai 10,09% dipengaruhi oleh naiknya harga bahan bakar minyak pada akhir

juni 2013 dan bawang merah. Dan untuk tahun 2016 sedikit mengalami kenaikan

inflasi sebesar 6,60% dan mengalami penurun pada tahun 2017 sebesar 3,20%.

Inflasi pada tahun 2017 terbilang cukup stabil atau rendah.

4.1.4 Data Pendapatan Perkapita Kota Medan

Pendapatan perkapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran

merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Jika

pendapatan perkapita mengalami peningkatan maka bisa dikatakan adanya

peningkatan kemakmuran dari masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Pendapatan perkapita kota Medan pada tahun 2017 sebesar Rp 90.903.967,-

meningkat dari tahun 2016 yang sebesar Rp 83.452.215,-. Peningkatan yang

cukup melonjak terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp 53.623.967 dari tahun 2013.

Mengalami peningkatan pendapatan perkapita sebesar Rp 28.674.451. Untuk data

pendapatan perkapita dari tahun 1997 – 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.3
Pendapatan Perkapita di kota Medan Tahun 1997 – 2017
Tahun Pendapatan Perkapita
(Juta)
1997 3,108
1998 3,667
1999 4,313
2000 6,508
2001 7,837
2002 8,883
2003 10,084
2004 11,803
2005 12,411
2006 13,174
2007 14,090
2008 14,906
2009 16,023
2010 17,077
2011 18,220
2012 19,319
2013 24,949
2014 53,623
2015 74,513
2016 83,452
2017 90,903
Sumber : BPS kota Medan,2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

4.1.5 Data Tingkat Suku Bunga Kota Medan

Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa juga

dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu

seperti halnya dengan barang-barang lain. Pada data 4.3 dapat dilihat tingkat suku

bunga terjadi pada tahun 1998 sebesar 30,81%. Suku bunga yang tinggi pada

tahun 1998 ini terjadi dikarenakan krisis moneter pada tahun tersebut. Namun

setelah krisis moneter tahun 1998 tingkat suku bunga mulai terkendali namun

tetap fluktutatif. Penurunan suku bunga yang cukup besar terjadi pada tahun 2002

yang sebesar 4,82% dibandingkan tahun 2001 sebesar 16,42%. Hal ini bisa

membuat masyarakat kembali menabungkan tabungannya kembali di bank di kota

Medan. Untuk tahun 2016 – 2017 tingkat suku bunga terbilang cukup rendah dan

stabil sebesar 2,50% dan 2,10%.

Tabel 4.4
Suku Bunga di kota Medan Tahun 1997 – 2017
Tahun Suku Bunga (%) Tahun Suku Bunga (%)
1997 18,30 2013 3,89
1998 30,81 2014 3,69
1999 15,86 2015 2,52
2000 14,08 2016 2,50
2001 16,42 2017 2,10
2002 4,82 Sumber: Bank Indonesia kota Medan,
2003 4,74 2017
2004 4,24
2005 4,83
2006 4,48
2007 3,57
2008 3,31
2009 4,26
2010 4,16
2011 4,07
2012 4,10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

4.1.6 Data Jumlah Tabungan Kota Medan

Tabel 4.5
Jumlah Tabungan di kota Medan Pada Bank – Bank Umum
Tahun 1997 – 2017
Tahun Tabungan (Milyar)
1997 10,15
1998 8,91
1999 12,52
2000 13,08
2001 13,75
2002 14,57
2003 15,76
2004 18,91
2005 18,69
2006 19,48
2007 23,53
2008 25,68
2009 30,71
2010 38,74
2011 39,24
2012 40,07
2013 41,91
2014 43,05
2015 44,20
2016 48,54
2017 51,19
Sumber : Bank Indonesia kota Medan, 2017

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan

cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Dapat

dilihat kondisi simpanan tabungan masyarakat pada bank – bank umum di kota

medan dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2017. Pada tahun 1998 tabungan

masyarakat di kota Medan cukup rendah mungkin hal ini disebebkan oleh krisis

moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan masyarakat kota medan banyak

menarik tabungannya di bank – bank umum di kota Medan. Setelah tahun 1998,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

perlahan kondisi simpanan tabungan masyarakat di kota Medan mulai membaik

atau meningkat masyarakat mulai menabung kembali di bank – bank. Untuk tahun

2017 adalah simpanan tabungan masyarakat yang tertinggi di tahun – tahun

sebelumnya ialah sebesar Rp 51,194 Milyar.

4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat yaitu antara Pendapatan Perkapita (X1), Inflasi

(X2), Suku Bunga (X3),terhadap Jumlah Tabungan ( Y ). Selain itu untuk

mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dan variabel

terikat.Analisis Regresi Linear Berganda menggunakan bantuan Eviews 8 for

windows. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda yaitu : Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Tabel 4.6
Regresi Linear Berganda

Dependent Variable: Tabungan


Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

Tabel di atas menunjukkan bahwa model persamaan regresi linear berganda

pada penelitian ini adalah: Y= 24,56922 + 0,333382.X1 + 0,084909.X2 –

0,847988.X3 , dimana Inflasi, Pendapatan Perkapita, dan Suku Bunga mempunyai

pengaruh terhadap Tabungan. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regeresi linear

berganda berikut ini:

1. Nilai Konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai atau bernilai

tetap variabel bebas, yaitu:, Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga,

maka besar Tabungan yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 24,56922

signifikan mempengaruhi terhadap Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku

Bunga.

2. Koefesien regresi variabel Pendapatan Perkapita = 0,333382 terhadap Tabungan

bernilai positif, hal ini menunjukkan apabila terdapat perubahan kenaikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

variabel Pendapatan Perkapita (X1), dan variabel lainnya tetap, maka setiap

terjadi peningkatan Pendapatan Perkapita sebesar Rp 1 Juta akan menaikkan

Jumlah Tabungan sebesar 0,333382 Milyar.

3. Koefesien regresi variabel Inflasi = 0,084909 terhadap Tabungan bernilai

positif, hal ini menunjukkan apabila terdapat perubahan kenaikan variabel

Inflasi (X2), dan variabel lainnya tetap, maka setiap terjadi peningkatan Inflasi

sebesar 1% akan menaikkan Jumlah Tabungan sebesar 0,084909 Milyar.

4. Koefesien regresi variabel Suku Bunga = –0,847988 terhadap Tabungan

bernilai Negatif, hal ini menunjukkan apabila terdapat perubahan kenaikan

variabel Suku Bunga (X3), dan variabel lainnya tetap, maka setiap terjadi

peningkatan Suku Bunga sebesar 1% akan menurunkan Jumlah Tabungan

sebesar 0,847988 Milyar.

4.2.2 Uji Goodness of Fit (Uji Hipotesis)

4.2.2.1 Uji Parsial ( Uji t )

Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan α = 5%, yang

berarti tingkat keyakinan adalah sebesar 95%, maka besarnya ttabel adalah

1.74588. Ketentuan Pengambilan Keputusan:

a. Apabila t hitung > t tabel , maka Ho ditolak, dan H1 diterima

b. Apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Tabel 4.7
Hasil Pengujian Parsial (Uji t )

Dependent Variable : Tabungan


Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8 (2019)

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program Eviews, diketahui:

1. Pada variabel Pendapatan Perkapita taraf signifikan 0.05, diperoleh t hitung

sebesar 4.747001 > t tabel 1.74588, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan

ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan antara

Pendapatan Perkapita terhadap Tabungan secara tersendiri.

2. Pada variabel Inflasi taraf signifikan 0.05, diperoleh t hitung sebesar 0.589262

< t tabel 1.74588, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan ini dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara Inflasi

terhadap Tabungan secara tersendiri.

3. Pada variabel Suku Bunga signifikan 0.05, diperoleh t hitung sebesar -2.283085

< t tabel 1.74588, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan ini dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh negatif dan tidak signifikan antara Suku

Bunga terhadap Tabungan secara tersendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

4.2.2.2 Uji Simultan ( Uji F )

Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel independen secara bersamasama

berpengaruh terhadap variabel dependen. Ketentuan pengambilan keputusan:

a. Ho diterima apabila f hitung < f tabel

b. Ho ditolak apabila f hitung > f tabel

Tabel 4.8
Hasil Pengujian Simultan (Uji F)

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8 (2019)

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program Eviews 8 dengan

Probilitas 5% atau 0,05, diketahui besar nilai f hitung 18,50931 > f tabel 3,24.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti

bahwa variabel independen Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku bunga

mempunyai pengaruh secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap Tabungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

4.2.2.2 Uji Koefisien Determininasi ( R2 )

Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau

persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.Koefisien

determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar

(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah

besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin

kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan

demikian sebaliknya.

Tabel 4.9
Hasil Pengujian R2

Sumber : Hasil Pengolahan Eviews (2019)

Nilai koefesien determinasi R2 sebesar 0,765608 dan nilai koefesien

determinasi yang telah disesuaikan dengan (Adjusted R Square) adalah sebesar

0.724244. Hal ini berarti bahwa 76,56% Pendapatan Perkapita (X1), Inflasi (X2),

dan Suku Bunga (X3), terhadap Tabungan dipengaruhi oleh variabel independen,

sedangkan sisanya 23,44% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam

penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan bantuan program

Eviews 8 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil uji F yang dilakukan diketahui besar nilai f hitung 18,50931 > f tabel

3,24. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini

berarti bahwa variabel independen Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku

Bunga mempunyai pengaruh secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap Tabungan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa

Pendapatan Perkapita, Inflasi, dan Suku Bunga secara bersama-sama berpengaruh

terhadap Tabungan terbukti.

2. Dari uji t yang dilakukan, diketahui bahwa besarnya nilai t hitung variabel

Pendapatan Perkapita (4.747001) > t tabel (1.74588) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Sedangkan t hitung variabel inflasi (0.589262) dan variabel Suku Bunga

(-2.283085) < t tabel (1.74588) Berdasarkan hasil tersebut, maka disimpulkan

Pendapatan Perkapita berpengaruh secara parsial terhadap Tabungan. Sedangkan

Inflasi tidak berpengaruh positif yang signifikan secara parsial terhadap

Tabungan, bahkan Suku Bunga berpengaruh negatif yang signifikan secara

parsial terhadap Tabungan.

3. Dari hasil output Eviews bahwa nilai koefisien determinasi R2 adalah sebesar

0,765608 dan nilai koefesien determinasi yang telah disesuaikan dengan

(Adjusted R Square) adalah sebesar 0.724244. Hal ini berarti

78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79

bahwa 76,56% inflasi dipengaruhi oleh variabel independen yaitu, pendapatan

perkapita, inflasi, dan suku bunga sedangkan sisanya 23,44% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Dari analisis data dan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang

dapat diberikan kepada Pemerintah kota Medan adalah bahwa dikarenakan

76,56% Tabungan dipengaruhi oleh aspek pendapatan perkapita, inflasi, dan suku

bunga maka pemerintah kota Medan beserta bank – bank umum harus

memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah kota Medan juga harus secara tidak langsung mengendalikan

tingkat tabungan dengan cara menaikkan atau meningkkatkan PDRB Perkapita

atau Pendapatan Perkapita karena dengan itu masyarakat kota edan mempunyai

pendapatan yang tinggi untuk bisa menabung di kota Medan. Serta pemerintah

kota Medan harus juga mengendalikan inflasi dengan cara mengatur atau menjaga

stabilitas harga di masyarakat. Agar masyarakat tidak mengeluaran uang yang

lebih untuk dibelanjakan dikarenakan harga-harga yang tinggi.

Dan untuk Bank-Bank Umum dikota Medan harus menarik minat menabung

masyarakat kota Medan dengan cara menaikkan suku bunga, apabila suku bunga

yang rendah masyarakat kota Medan cenderung kurang minat menabung di bank

dan bahkan membelanjakannya.

. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambahkan variabel-variabel

lain yang diharapkan bisa mencari solusi terbaik mengatasi inflasi di Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSKATA

Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank, PT. Indeks Kelompok Gramedia: Jakarta

Afif, Faisal dkk. 1996. Strategi dan Operasional Bank. Bandung: PT. Eresco.

Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid. 2008. “Lembaga Keuangan Syariah, Zikrul
Hakim, Jakarta

Ardiansyah, Riki. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perkembangan Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum Di Kota
Binjai”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Bank Indonesia. “Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”, Direktorat


Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Jakarta.

Basalim, Umar. 2000. “Perekonomian Indonesia Krisis Dan Strategi


Alternatif”, Pustaka Cidesindo, Jakarta.

Boediono. 2004. “Ekonomi International seri synopsis Pengantar Ilmu


Ekonomi”, Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. dan Joel, F. Houston. 2006. “Fundamental of Financial


Management”, Harcourt Brace, Florida.

Budisantoso, Totok dan Triandaru, Sigit. 2006. “Bank dan Lembaga Keuangan
Lain”, Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta.

Boediono. 1982. Teori Makroekonomi , BPFE, Yogyakarta.

Dahlan Siamat, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter


dan Perbankan”, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
edisi kesatu.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan.: Ghalia Indonesia.


Jakarta

Hendra, Yenni. (2012). ”Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga, Tingkat


Inflasi Dan Kurs Valuta Asing Terhadap Simpanan Masyarakat
Pada Bank-Bank Umum Di Kalimantan Barat”. Jurnal Ilmiah
Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Tanjungpura Pontianak.

80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81

Kasmir.2014. Dasar-dasar Perbankan. Edisi Revisi 2008: PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta

Riyadi Slamet, 2006. Banking Assets and Liability Management (Edisi


Ketiga): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta

Sofyan, Muhammad. (2011). ”Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita,


Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar (M2) Dan Inflasi
Terhadap Jumlah Tabungan di Indonesia”, Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Subagia, Dirgansari. (2013). “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Pdrb


Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di
Pekanbaru”. Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.

Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 792 Tahun 1990 Tentang Perbankan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Tentang Perbankan di Indonesia
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

Bank Indonesia. Statistik Regional. https://www.bi.go.id/id/StatistikRegional.


(diakses 09 Juni 2018)

Badan Pusat Statistik kota Medan. Medan Dalam Angka (1997-2017)


https://sumut.bps.go.id/subject/13/keuangan.html#subjekViewTab4
(diakses 16 Desember 2018)

Wikipedia (2004). Bank dan Perbankan. https://id.wikipedia.org/wiki/Bank


(diakses 11 Juni 2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai