Anda di halaman 1dari 39

SKRIPSI

PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS)


TERHADAP PENDAPATAN BAGI HASIL MUDHARABAH
PADA BANK UMUM SYARIAH PADA TAHUN
2020-2022

MUHARDANI PUTRA RAURI


1810421208

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2023
SKRIPSI

PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS)


TERHADAP PENDAPATAN BAGI HASIL MUDHARABAH
PADA BANK UMUM SYARIAH PADA TAHUN
2020-2022

MUHARDANI PUTRA RAURI


1810421208

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2023

ii
SKIRPSI

PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) TERHADAP


PENDAPATAN BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH PADA TAHUN 2020-2022

disusun dan diajukan oleh

MUHARDANI PUTRA RAURI


1810421208

telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan


Makassar, … Juni 2023

Pembimbing,

Syamsul Riyadi, S.M., M.M.

Ketua Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Ilmu - Ilmu Sosial
Universitas Fajar

Dr. Abdul Majid Bakri, S.S., M.E.


NIDN: 0911017603

iii
iv

PRAKATA

Dengan memanjatkan puja syukur Allah SWT, yang memberikan penulis

kesehatan dan hidayah dalam penyelesaian skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini

merupakan salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana di Universitas

Fajar dengan program studi manajemen. Adapun judul yang akan saya ajukan

sebagai skripsi yaitu “Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap

Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Pada Tahun

2020-2022”.

Melalui kesempatan ini tak lupa pula, penulis mengucap banyak terima

kasih kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan,

saran, dorongan, dan restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skrpsi ini

dengan baik. Penulis juga berterima kasih kepada:

1. Dr. Muliyadi Hamid, S.E., M.Si, selaku Rektor Universitas Fajar Makassar

2. Dr. Hj. Yusmanisar, S.Sos., M.I.Kom, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Fajar Makassar

3. Dr. Abdul Majid Bakri, S.S., M.E selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Fajar Makassar

4. Dr. Hasniaty, S.E., M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik

5. Syamsul Riyadi, S.M., M.M. selaku pembimbing tugas akhir, yang sudah

banyak memberikan dukungan kepada penulis penyelesaian tugas akhir ini

6. Nasyirah Nurdin, S.M., M.M. selaku sekertaris program studi manajemen

yang telah banyak membantu kepada penulis

7. Azrul, Andi Desti Aulia dan Muh. Ilham Nur selaku teman penulis, yang

membantu penulis dari awal perkuliahan di Universitas Fajar Makassar


DAFTAR ISI

SAMPUL ...........................................................................................................ii
PRAKATA .........................................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................9
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................9
1.4.2 Manfaat Praktis .........................................................................11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................13
2.1 Tinjauan Teoritis dan Konsep ..............................................................13
2.1.1 Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah ..........................................13
2.1.2 Inflasi ..........................................................................................14
2.1.3 Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ...........................................................13
2.2 Tinjauan Empirik ..................................................................................18
2.3 Kerangka Pikir .....................................................................................23
2.4 Definisi Operasional.............................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................26
3.1 Rancangan Penelitian ..........................................................................26
3.1.1 Jenis dan Sumber Data ..............................................................26
3.1.1.1 Jenis Data ...............................................................................26
3.1.1.2 Sumber Data ...........................................................................26
3.2 Teknik Pengumpulan Data...................................................................28
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................28
3.4 Populasi dan Sampel ...........................................................................28
3.4.1 Populasi ....................................................................................28
3.4.2 Sampel ......................................................................................29
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................29
DAFTAR TABEL

1.1 Theoritical Mapping .................................................................................. 20

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia perbankan tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat masa kini.

Masyarakat lebih percaya menyimpan benda-benda berharga mereka, dari

uang hingga surat-surat berharga, dikemudahan dan jaminan keamanan.

Praktik dan transaksi perbankan tidak hanya marak di perkotaan,

namun kini sudah merambah di desa-desa hampir seluruh pelosok

Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga tidak henti-hentinya

memberikan himbauan agar masyarakat mau menabung uang mereka di

bank, khususnya melalui Gerakan Indonesia Menabung (GIM) yang

diluncurkan pada tahun 2010. Tidak hanya orang-orang dewasa, bahkan

anak sekolah pun dianjurkan dan diberi kemudahan untuk menabung di

bank.

Jasa perbankan sudah umum dimanfaatkan baik oleh masyarakat

persorangan maupun Kalanga pelaku usaha, mulai dari usaha kecil hingga

besar. Berbagai fasilitas yang diberikan pihak bank sangat memudahkan

masyarakat dalam melakukan transaksi, seperti transfer , pembayaran

nontunai, dan pengambilan uang tunai melalui ATM. (Purnawati, Sari.2018)

Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang

berjalannya roda perekonomian dan pembangunan mengingat sebagai

lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat

pengendalian kebijakan moneter. Pada krisis moneter ditahun 1998 bank-

bank konvensional banyak yang dilikuidasi karena kegagalan pada sistem

bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat

tetap berdiri dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, pada saat krisis

1
2

ekonomi global yang terjadi pada akhir triwulan 2008 karena nilai tukar

rupiah melemah, bank syariah tetap stabil memberikan keuntungan,

kenyamanan bagi nasabahnya.

Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata Bank

adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam

aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Menurut Undang-Undang

Perbankan No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah menjadi

Undang-Undang No.10 tahun 1998, Bank dapat didefinisikan sebagai suatu

badan usaha yang menghimpun dana masyarakat kemudian menyalurkan

dananya kepada masyarakat dengan tujuan untuk mendorong taraf hidup

rakyat banyak.

Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah. Regulasi mengenai bank syariah tertuang

dalam Undang-Undang Syariah (UUS), serta Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS), pada dasarnya melakukan penghimpunan dan penyaluran

dana masyarakat di samping penyediaan jasa keuangan lainnya. Hal ini,

dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan

kegiatan usahanya dengan cara menghimpun dana dan menyalurkan dana

ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa lalu lintas

pembayaran lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Bank syariah dalam operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga

sebagai gantinya bank syariah menggunakan beberapa sistem prinsip

syariah, seperti sistem bagi hasil, sistem jual beli, sistem sewa, sistem

gadai dan lain-lain. Maka dari itu, bank syariah sangat memperhatikan

risiko pada pembiayaan bermasalah, mengingat sebagian besar bank

melakukan pemberian kredit sebagai bisnis utama. Pembiayaan


bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori

kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar,

pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet.

Pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia semakin

memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong

pertumbuhannya secara lebih cepat dengan diberlakukannya Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, serta tingginya

jumlah penduduk umat Islam di Indonesia merupakan peluang yang sangat

besar bagi bank syariah dalam meraih nasabah.

Faktor eksternal yang harus diperhatikan yaitu kondisi perekonomian di

Indonesia, salah satunya tingkat inflasi yang tinggi. Pada krisis moneter

tahun 1998 inflasi mencapai 77,63% dan saat krisis ekonomi global tahun

2008 inflasi mencapai 11,06% (Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia)

karena dipengaruhi naiknya harga-harga pokok dan nilai tukar rupiah yang

melemah, hal ini menyebabkan kemampuan membeli masyarakat menjadi

terbatas dan kemampuan berinvestasi berkurang karena sebagian

masyarakat menggunakan dananya untuk berjaga-jaga ketika inflasi

sedang naik yang membuat harga barang-barang pokok naik. Perubahan

tersebut akan berdampak pada kegiatan operasional bank syariah dan

dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, dampaknya bagi bank

yaitu karena jumlah dana dari masyarakat yang dihimpun akan semakin

berkurang dan sebagian dana perusahaan ada yang berasal dari

pembiayaan bank sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja bank

syariah dalam memperoleh pendapatan dan menghasilkan profit karena

adanya beberapa kredit atau pembiayaan yang mengalami macet. Selain

itu, perusahaan riil enggan menambah modal usahanya yang pada

akhirnya akan berdampak pada turunnya profitabilitas bank syariah.


4

Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang menunjukan adanya

kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus1. Inflasi juga

merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

dan terus menerus. Definisi oleh para ekonomi modern yaitu kenaikan

secara menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan terhadap

barang/komoditas dan jasa. Pengukuran tingkat inflasi merupakan salah

satu masalah ekonomi yang selalu mendapat perhatian para ekonomi.

Definisi inflasi sangat beragam seperti yang ditemukan dalam literature-

literature ekonomi, keberagaman inflasi karena luasnya pengaruh inflasi

terhadap berbagai sektor perekonomian sehingga menghasilkan persepsi

yang berbeda tentang inflasi.

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang

secara terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua macam barang

saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan tersebut

membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian besar barang-

barang lain. Sedangkan menurut Sukirno, inflasi merupakan suatu proses

kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Jadi,

dari kesimpulan di atas inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga

untuk naik secara umum dan terus-menerus. Perhitungan inflasi yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan IHK.

Penggunaan IHK untuk mengukur tingkat inflasiini didasarkan atas

penelitian terdahulu oleh Hassan dan Bashir (2002), Kunt dan Huizinga

(2001), Vong dan Chan (2008), dan Aburime pada tahun 2005. Indeks ini

menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu

kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk atau rumah

tangga dalam kurun waktu tertentu. Indeks ini merupakan salah satu
5

indikator ekonomi yang secara umum dapat menggambarkan tingkat inflasi

atau deflasi harga barang dan jasa (http://www.bps.go.id, diakses tanggal

17 Mei 2011).

Kurs valuta asing atau nilai tukar didefinisikan sebagai jumlah uang

domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk

memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs (nilai tukar) valuta asing juga

dapat diartikan sebagai harga mata uang negara asing dalam satuan mata

uang domestik (Sukirno 2011, 397). Exchange rate (nilai tukar) atau yang

lebih populer dikenal dengan nama kurs mata uang adalah catatan

(quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam

harga mata uang domestik (domestic currency), begitu pula sebaliknya,

yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang

menggambarkan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata

uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain

transaksi perdagangan internasional, ataupun aturan uang jangka pendek

antar negara yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas

hukum (Al-Arif 2010, 107). Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan

oleh pemerintah (otoritas moneter) seperti pada negara-negara yang

memakai sistem fixed exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi

antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi (bank komersial -

perusahaan multinasional - perusaan manajemen aset - perusahaan

asuransi - bank devisa - bank sentral) serta kebijakan pemerintah seperti

negara-negara yang memakai rezim sistem “flexible exchange rates”

(Karim 2014, 157).

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang

selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh

banyak faktor. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:


6

perubahan dalam citarasa masyarakat, perubahan harga baran ekspor dan

impor, kenaikan harga umum (inflasi) dan perubahan suku bunga dan

tingkat pengembalian investasi (Sukirno 2011, 417).

Salah satu produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah

dengan menggunakan akad mudharabah. Secara sederhana, pengertian

mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul

maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha

tertentu yang sesuai syariah, dengan pengambilan hasil usaha antara

kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya

(Muhammad, 2014).

Salah satu keunikan produk perbankan syariah adalah adanya fasilitas

pembiayaan dengan pola bagi hasil. Pola pembiayaan ini salah satunya

adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah merupakan

perkongsian yang salah satu pihak bertindak menyediakan dananya

(shahibul maal), sedangkan yang lainnya menyediakan keahlian dan

bertindak sebagai mudarib.

Pembiayaan mudharabah membutuhkan kerangka distribusi bagi hasil

yang adil dan saling menguntungkan. Pada saat akad penyaluran

pembiayaan mudharabah harus terdapat kepastian mengenai presentase

perolehan hasil dari keuntungan usaha yang dibiayai. Bank harus

menetapkan mekanisme perhitungan distribusi yang jelas tentang

prosentase bagi hasil keuntungan yang kesemuanya lebih merupakan

kebijakan bisnis bank yang bersangkutan sehingga dalam pelaksanaannya

dapat berbeda dari tiap-tiap bank syariah. Besarnya keuntungan yang

dibagikan kepada masing-masing pihak tergantung dari kesepakatan pada

saat transaksi atau akad dilaksanakan.


7

Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian

atau ikatan bersama didalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha

tersebut diperjanjikan adanya pembagian bagi hasil atas keuntungan yang

akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam

perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada

masyarakat dan didalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian

hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal akad. Besarnya

penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai

kesepakatan besama dan harus terjadi dengan tanpa adanya unsur

paksaan (Khasanah & Gunawan, 2014).

Menurut Munthe (2014) pengembangan bank berdasarkan prinsip bagi

hasil adalah untuk mudharabah dan musyarakah memberikan pelayanan

jasa kepada sebagian masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilayani oleh

perbankan yang sudah ada, karena bank-bank tersebut menggunakan

sistem bunga. Dalam menjalani operasinya, bank syariah tidak mengenal

peminjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/kerjasama

(mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sementara

peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa ada

imbalan apapun. Sehingga dalam operasinya dikenal beberapa produk

bank syariah antara lain produk dengan prinsip mudharabah dan

musyarakah. Prinsip mudharabah dilakukan yang timbul menjadi resiko

pemilik dana. Perinsip musyarakah adalah perjanjian antara pihak untuk

menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian

keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.

Selain itu mudharabah dan musyarakah merupakan instrumen yang

menarik di bank syariah. Mudharabah yang ditawarkan bank syariah

amatlah cocok dibandingkan dengan pemberian kredit yang ada di bank


8

konvensional, karena dengan sistem profit and loss sharing dan revenue

sharing serta adanya ketentuan-ketentuan usaha atau manajemen yang

diberikan oleh bank diharapkan untuk kepuasan dan transparasi.

Pembiayaan musyarakah dan mudharabah dalam jumlah besar dapat

membawa hasil yang menguntungkan bagi pihak bank, jika penyaluran

pembiayaan tersebut dalam pengembaliannya berjalan dengan lancar

(Fatminudin, 2018).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan fenomena terkait inflasi dan nilai

tukar rupiah (kurs) terhadap pendapatan bagi hasil pada bank umum

syariah. Dengan demikian peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut

“Apa pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap

pendapatan bagi hasil mudharabah pada bank umum syariah pada

tahun 2020-2022”

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai:

1. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Pendapatan bagi hasil

Mudharabah pada Bank Umum Syariah?

2. Apakah Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh terhadap Pendapatan

bagi hasil Mudharabah pada Bank Umum Syariah?

3. Apakah Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah secara Bersama-sama

berpengaruh terhadap Pendapatan bagi hasil Mudharabah pada Bank

Umum Syariah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang belakang diatas

tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk :


9

1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap pendapatan bagi hasil

Mudharabah pada Perbankan Syariah.

2. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar terhadap pendapatan bagi hasil

Mudharabah pada Perbankan Syariah.

3. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar secara

bersamasama pendapatan bagi hasil Mudharabah terhadap Perbankan

Syariah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut;

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Pemahaman yang Lebih Mendalam tentang Pengaruh Inflasi:

Melalui tinjauan teoritis, peneliti dapat memperdalam

pemahaman tentang bagaimana inflasi dapat mempengaruhi

pendapatan bagi hasil dalam konteks bank umum syariah. Ini

melibatkan studi teori-teori yang menjelaskan hubungan

antara inflasi dan aspek ekonomi dan keuangan lainnya,

seperti daya beli, suku bunga, dan permintaan agregat.

Pemahaman ini dapat memberikan wawasan tentang

bagaimana inflasi dapat mempengaruhi pendapatan bagi hasil

mudharabah pada bank umum syariah.

b. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs): Tinjauan teoritis

juga akan membantu dalam memahami pengaruh nilai tukar

rupiah terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah pada

bank umum syariah. Ini melibatkan pemahaman tentang

bagaimana fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi ekspor-


10

impor, likuiditas, dan risiko valuta asing. Dengan demikian,

peneliti dapat menganalisis bagaimana perubahan nilai tukar

rupiah dapat berdampak pada pendapatan bagi hasil dalam

kerangka bank umum syariah.

c. Kerangka Kerja Konseptual yang Jelas: Tinjauan teoritis akan

membantu dalam membangun kerangka kerja konseptual

yang kokoh untuk penelitian ini. Dengan memahami teori-teori

tentang inflasi, nilai tukar, dan pendapatan bagi hasil

mudharabah, peneliti dapat menggambarkan hubungan dan

mekanisme yang relevan. Hal ini penting untuk membangun

landasan teoritis yang solid dan memperjelas fokus penelitian.

d. Keunggulan dalam Pendekatan Penelitian: Melalui tinjauan

teoritis, peneliti dapat mengidentifikasi pendekatan penelitian

yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya yang

relevan dengan topik ini. Ini dapat memberikan wawasan

tentang metodologi yang efektif, alat pengukuran yang dapat

digunakan, dan pendekatan analisis yang sesuai. Dengan

memanfaatkan penelitian terdahulu, peneliti dapat

memperoleh keunggulan dalam desain penelitian mereka.

e. Kontribusi terhadap Pengetahuan dan Praktik: Tinjauan teoritis

memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi kekosongan

pengetahuan dalam literatur yang ada. Dengan melakukan

analisis terhadap pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah

terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah pada bank

umum syariah, peneliti dapat memberikan kontribusi baru

terhadap pengetahuan di bidang ini. Temuan penelitian ini

juga dapat memiliki implikasi praktis dalam pengambilan


11

keputusan bagi bank umum syariah dalam mengelola

pendapatan bagi hasil

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat Paktis dari penelitian ini adalah ;

a. Pengelolaan Risiko Keuangan: Penelitian ini dapat

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana

inflasi dan nilai tukar rupiah mempengaruhi pendapatan bagi

hasil mudharabah pada bank umum syariah. Dengan

pemahaman ini, bank umum syariah dapat mengidentifikasi

risiko-risiko terkait yang mungkin timbul akibat fluktuasi inflasi

dan nilai tukar. Dengan demikian, mereka dapat

mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang lebih efektif,

seperti penggunaan instrumen keuangan yang tepat atau

perlindungan terhadap risiko nilai tukar.

b. Pengambilan Keputusan Investasi: Penelitian ini dapat

memberikan wawasan tentang pengaruh inflasi dan nilai tukar

rupiah terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah. Bank

umum syariah dapat menggunakan temuan penelitian ini

sebagai panduan dalam mengambil keputusan investasi yang

lebih baik. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan faktor

inflasi dan nilai tukar dalam mengevaluasi proyek-proyek

investasi atau dalam menentukan alokasi aset yang optimal.

c. Perencanaan Strategis: Penelitian ini dapat membantu bank

umum syariah dalam perencanaan strategis mereka. Dengan

memahami pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap

pendapatan bagi hasil mudharabah, bank umum syariah dapat


12

mengintegrasikan faktor-faktor ini ke dalam strategi bisnis

mereka. Ini dapat melibatkan pengembangan strategi yang

adaptif terhadap perubahan inflasi atau nilai tukar, serta

mengantisipasi dampaknya terhadap pendapatan bagi hasil.

d. Pengelolaan Likuiditas: Fluktuasi inflasi dan nilai tukar dapat

mempengaruhi likuiditas bank umum syariah. Dengan

memahami pengaruhnya terhadap pendapatan bagi hasil,

bank dapat mengelola likuiditas mereka dengan lebih efektif.

Hal ini dapat melibatkan pengembangan kebijakan dan praktik

yang memperhitungkan faktor-faktor inflasi dan nilai tukar

dalam pengelolaan likuiditas sehari-hari.

e. Peningkatan Kinerja Keuangan: Dengan pemahaman yang

lebih baik tentang pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah

terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah, bank umum

syariah dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka.

Mereka dapat mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan

pendapatan, mengurangi risiko, atau mengoptimalkan

pengelolaan aset dan kewajiban mereka. Hal ini dapat

berdampak positif pada kesehatan keuangan bank dan

memberikan manfaat jangka panjang bagi para pemangku

kepentingan.
13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis dan Konsep

2.1.1 Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah

Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerja sama antara satu

pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan

kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan lain tidak bisa diabaikan.

Kenyataan menunjukan bahwa di antara sebagian manusia memiliki

modal, tetapi tidak bisa menjalankan usaha-usaha produktif, tetapi

berkeinginan membantu orang lain yang kurang mampu dengan jalan

mengalihkan sebagian modalnya kepada pihak yang memerlukan. Di

sisi lain tidak jarang pula ditemui orang-orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian berusaha secara produktif, tetapi tidak

memiliki atau kekurangan modal usaha. Berdasarkan kenyataan

itulah, sangat diperlukan adanya kerja sama pemilik modal dengan

orang-orang yang tidak mempunyai atau kekurangan modal.

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara

dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan

seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntugan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung

oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan

atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab

atas kerugian tersebut.(Wahyuningsih, Indah. 2019)


14

Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat Muslim

sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktikan oleh bangsa Arab

sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. Berprofesi

sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan

Khadijah. (Batubara, Zakaria & Nopiandi, Eko. 2020)

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah

dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak

nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal ini terdapat dua pihak

yang melakukan perjanjian usaha maka hasil atas usaha yang

dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai

dengan porsi masing masing pihak yang melakukan akad perjanjian.

Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan

menggunakan nisbah. (Beni, dkk. 2021)

2.1.2 Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang

dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu

tertentu. Menurut Karya & Syamsuddin (2016) Inflasi adalah suatu

kondisi atau keadaan terjadinya kenaikan harga untuk semua barang

secara terus menerus yang berlaku pada suatu perekonomian

tertentu. Definisi lain Inflasi menurut Eko (2012) adalah keadaan

dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap

barang dan jasa secara keseluruhan. (Kamal, Mustafa, dkk. 2021)


15

Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat

harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu

priode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagi fenomena

moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter

terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah

penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-

barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).

(Batubara, Zakaria & Nopiandi, Eko. 2020).

Kamal, Mustafa, dkk, (2021), adapun indikator yang meliputi inflasi

yaitu:

1. Indeks Harga Konsumen (IHK): IHK adalah indikator yang paling

umum digunakan untuk mengukur perubahan harga barang dan

jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam suatu periode

tertentu. IHK mencakup berbagai kelompok barang dan jasa

yang mewakili pola konsumsi masyarakat secara umum.

2. Indeks Harga Produsen (IHP): IHP mengukur perubahan harga

barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen. IHP digunakan

untuk memantau inflasi dari sisi produsen dan dapat memberikan

gambaran tentang tekanan inflasi dalam rantai pasokan.

3. Indeks Biaya Hidup (IBH): IBH mengukur perubahan biaya hidup

yang dialami oleh individu atau kelompok tertentu. IBH dapat

digunakan untuk melihat dampak inflasi pada kelompok

pendapatan tertentu, seperti buruh atau kelompok masyarakat

dengan tingkat pengeluaran tertentu.

4. Indeks Harga Saham: Perubahan harga saham dapat

mencerminkan tingkat inflasi di pasar modal. Jika harga saham


16

secara keseluruhan cenderung meningkat, ini dapat

mengindikasikan adanya inflasi yang tinggi.

5. Tingkat Pertumbuhan Moneter: Tingkat pertumbuhan jumlah

uang yang beredar dalam perekonomian dapat memberikan

indikasi potensi inflasi. Jika pertumbuhan moneter yang tinggi

melebihi pertumbuhan riil ekonomi, ini dapat mengindikasikan

tekanan inflasi.

6. Tingkat Pengangguran: Tingkat pengangguran juga dapat

memberikan indikasi inflasi. Jika tingkat pengangguran rendah,

hal ini dapat mencerminkan adanya tekanan inflasi karena

peningkatan permintaan tenaga kerja.

7. Tingkat Pertumbuhan Upah: Pertumbuhan upah yang tinggi

dapat menyebabkan tekanan inflasi karena peningkatan biaya

produksi yang kemudian dapat mengarah pada kenaikan harga

barang dan jasa.

2.1.3 Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Menurut Brigham & Houston (2011) nilai tukar (Exchange Rate)

menentukan jumlah unit dari suatu mata uang yang dapat dibeli

dengan satu unit mata uang lain. Nilai tukar uang merepresentasikan

tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain

dan digunakan dalam berbagai transaksi, termasuk investasi. Dalam

banyak kasus, merosotnya nilai tukar rupiah dapat menyebabkan

menurunnya peran perekonomian nasional atau karena

meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran

internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu

berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan

perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar


17

domestik semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini

mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi

di pasar modal menjadi berkurang (Kamal, Mustafa, dkk. 2021).

Kurs valuta asing atau nilai tukar didefinisikan sebagai jumlah

uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs (nilai

tukar) valuta asing juga dapat diartikan sebagai harga mata uang

negara asing dalam satuan mata uang domestik (Sukirno 2011, 397).

Exchange rate (nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal dengan

nama kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari

mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik

(domestic currency), begitu pula sebaliknya, yaitu harga mata uang

domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang menggambarkan

tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang

lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain

transaksi perdagangan internasional, ataupun aturan uang jangka

pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis ataupun

batas-batas hukum (Al-Arif 2010, 107).

Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah

(otoritas moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem

fixed exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi antara

kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi (bank komersial -

perusahaan multinasional - perusaan manajemen aset - perusahaan

asuransi - bank devisa - bank sentral) serta kebijakan pemerintah

seperti negara-negara yang memakai rezim sistem “flexible exchange

rates”. (Batubara, Zakaria & Nopiandi, Eko. 2020)


18

2.2 Tinjauan Empirik

Lukman Hakim, Khodijah Ishak, Adek Herlina, Ratih Febriayani, &

Dyanna Ernest dalam penelitiannya tahun 2022 mengungkapkan Tingkat

bagi hasil atau HI-1000 dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019

mengalami penurunan setiap tahunnya yang disebabkan oleh margin

pembiyaan yang menurun dan juga tingkat kredit macet semakin tinggi, hal

ini sangat mempengaruhi tingkat bagi hasil tabungan mudharabah.

Destiana Dwi Nita, Muhammad Ariffin dan Neni Nurisniani dalam

penelitiannya tahun 2021 mengungkapkan tingkat inflasi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT Bank Muamalat

Indonesia Tbk, PT BRI Syariah Tbk, PT Bank Bukopin Syariah Tbk, PT BNI

Syariah Tbk, dan PT BCA Syariah. Tingkat Bagi Hasil pada PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, PT BRI Syariah Tbk, PT Bank Bukopin Syariah

Tbk, PT BNI Syariah Tbk, dan PT BCA Syariah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Tingkat Inflasi dan Tingkat Bagi

Hasil pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT BRI Syariah Tbk, PT Bank

Bukopin Syariah Tbk, PT BNI Syariah Tbk, dan PT BCA Syariah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA),

Ainul Hikmah mengungkapkan Revenue Sharing merupakan sistem bagi

hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi

dengan biaya pengelolaan dana. Jadi jika bank dan nasabah menggunakan

skim mudharabah dalam menjalankan pembiayaan modal kerja maka jika

usahanya untung, maka harus dibagi berdasarkan porsi bagi hasil. Adapun

keunggulan nisbah bagi hasil (revenue sharing) pembiayaan mudharabah

pada Bank Syariah Mandiri KCP Sengkang adalah dapat meningkatkan

investasi dana pihak ketiga pada bank syariah karena jika bank

menggunakan.
19

Mustafa Kamal, Kasmawati, Rodi, Husni Thamrin & Iskandar dalam

penelitiannya tahun 2021 mengungkapkan variabel inflasi (X1) dan nilai tukar

(Kurs) Rupiah (X2) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI). Variabel nilai tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh signifikan

terhadap ISSI, sedangkan untuk variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Indah Wahyuningsih dalam penelitiannya tahun 2019 mengungkapkan

variabel rasio mudarabah tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

return on assets (ROA), sedangkan variabel rasio musyarakah berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas return on assets (ROA).

Zakaria Batubara, Eko Nopiandi dalam penelitiannya tahun 2020

mengungkapkan variabel inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah dan BI Rate

berpengaruh positif terhadap tabungan mudharabah pada perbankan syariah

di Indonesia. Variabel inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah dan BI Rate

berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah pada perbankan

syariah di Indonesia dengan pengaruh sebesar 88,6%.

Beni, Meriyati, Choiriyah dalam penelitiannya tahun 2021

mengungkapkan penerapan sistem bagi hasil pembiayaan Mudharabah yang

dilakukan PT. BPRS Al-Falah Banyuasin yaitu menggunakan metode Profit

sharing karena sesuai dengan anjuran Fatwa DSN MUI bahwa metode Profit

Sharing lebih tepat digunakan dalam pembiayaan Mudharabah.


20

Tabel 1. 1
Theoritical Mapping

Penelitian
Metode
No (Tahun)/Judul Variabel Hasil
Analisis
penelitian
1 Lukman Hakim, 1. Bagi Hasil Deskriptif Tingkat bagi hasil
Khodijah Ishak, Mudharabah atau HI-1000 dari
Adek Herlina, tahun 2015 sampai
Ratih dengan tahun 2019
Febriayani, & mengalami
Dyanna Ernest penurunan setiap
(2022) tahunnya yang
Praktik Bagi disebabkan oleh
Hasil margin pembiyaan
Mudharabah yang
Dalam menurun dan juga
Meningkatkan tingkat kredit macet
Jumlah semakin tinggi, hal
Nasabah Pada ini sangat
PT. BPRS mempengaruhi
Ampek Angkek tingkat bagi hasil
Candung tabungan
Sumatera Barat mudharabah.
2 Destiana Dwi 1. Tingkat Deskriptif 1. Tingkat Inflasi
Nita, Inflasi dan berpengaruh
Muhammad 2. Tingkat Bagi Verifikatif negatif dan
Ariffin dan Neni Hasil signifikan
Nurisniani 3. Profibilitas terhadap Return
(2021) on Asset (ROA),
Analisis hasil ini
Pengaruh dibuktikan
Tingkat Inflasi dengan nilai
Dan Tingkat signifikansi
Bagi Hasil sebesar 0,0012
Terhadap dan koefisien
Profibilitas Pada regresi
Bank Umum menunjukkan
Syariah Di angka sebesar -
Indonesia 0,0817
2. Tingkat Bagi
Hasil
berpengaruh
positif dan
signifikan, hasil
ini dibuktikan
dengan nilai
signifikansi
sebesar 0,0000
dan koefisien
regresi
menunjukkan
angka sebesar
21

0,1644. Nilai
Koefisien
Determinasi (R-
square) diperoleh
sebesar 77,26%
3 Ainul Hikmah 1. Nisbah Bagi Perhitung Revenue Sharing
Analisis Nisbah Hasil an merupakan sistem
Bagi Hasil 2. Pembiayaan revenue bagi hasil yang
Pembiayaan Mudharabah sharing dihitung dari total
Mudharabah pendapatan
Pada Bank pengelolaan dana
Syariah Mandiri tanpa dikurangi
KCP Sengkang dengan biaya
pengelolaan dana.
Jadi jika bank dan
nasabah
menggunakan skim
mudharabah dalam
menjalankan
pembiayaan modal
kerja maka jika
usahanya untung,
maka harus dibagi
berdasarkan porsi
bagi hasil. Adapun
keunggulan nisbah
bagi hasil (revenue
sharing)
pembiayaan
mudharabah pada
Bank Syariah
Mandiri KCP
Sengkang adalah
dapat meningkatkan
investasi dana pihak
ketiga pada bank
syariah karena jika
bank menggunakan
4 Mustafa Kamal, 1. Tingkat Kualitatif 1. Variabel inflasi
Kasmawati, inflasi (X1) dan nilai
Rodi, Husni 2. Nilai Tukar tukar (Kurs)
Thamrin & (Kurs) Rupiah (X2)
Iskandar (2021) Rupiah berpengaruh
Pengaruh 3. Indeks signifikan
Tingkat Inflasi Saham terhadap Indeks
Dan Nilai Tukar Saham Syariah
(Kurs) Rupiah Indonesia (ISSI)
Terhadap 2. Variabel nilai
Indeks Saham tukar (Kurs)
Syariah Rupiah
Indonesia (ISSI) berpengaruh
signifikan
22

terhadap ISSI,
sedangkan untuk
variabel inflasi
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
5 Indah 1. Mudharabah Kuantitatif Variabel rasio
Wahyuningsih 2. Musyarakah mudarabah tidak
(2019) 3. Profitabilitas berpengaruh
Menakar signifikan terhadap
Dampak profitabilitas return
Pembiayaan on assets (ROA),
Mudharabah sedangkan variabel
Dan rasio musyarakah
Musyarakah berpengaruh
Terhadap signifikan terhadap
Profitabilitas profitabilitas return
Return On on assets (ROA).
Assets PT. Bank
Muamalat
Indonesia, tbk
6 Zakaria 1. Inflasi Kuantitatif 1. Variabel inflasi,
Batubara, Eko 2. Nilai Tukar nilai tukar atau
Nopiandi (2020) 3. BI Rate kurs rupiah dan
Analisis 4. Mudharabah BI Rate
Pengaruh berpengaruh
Inflasi, Nilai positif terhadap
Tukar Dan BI tabungan
Rate Terhadap mudharabah
Tabungan pada perbankan
Mudharabah syariah di
Pada Indonesia
Perbankan 2. Variabel inflasi,
Syariah Di nilai tukar atau
Indonesia kurs rupiah dan BI
Rate berpengaruh
signifikan
terhadap tabungan
mudharabah pada
perbankan syariah
di Indonesia
dengan pengaruh
sebesar 88,6%.
7 Beni, Meriyati, 1. Sistem Bagi Kualitatif Penerapan sistem
Choiriyah (2021) Hasil bagi hasil
Analisis 2. Pembiayaan pembiayaan
Penerapan Mudharabah Mudharabah yang
Sistem Bagi dilakukan PT. BPRS
Hasil Pada Al-Falah Banyuasin
23

Pembiayaan yaitu menggunakan


Mudharabah di metode Profit
PT. BPRS Al- sharing karena
Falah sesuai dengan
Banyuasin anjuran Fatwa DSN
Tahun 2021 MUI bahwa metode
Profit Sharing lebih
tepat digunakan
dalam pembiayaan
Mudharabah

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dalam teori yang terkait,

peneliti menentukan kerangka konsep penelitian yaitu variable independen

dan variable dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Inflasi (X1) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) (X2), sedangkan variable

dependen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah

(Y).

Kerangka berfikir mempunyai suatu arti suatu konsep pola pemikiran

dalam rangka memberi jawaban sementara terhadap permasalahan yang

diteliti. Inflasi dimana naiknya harga secara umum dan terus menerus.

Naiknya inflasi menyebabkan harga barang naik dan nilai mata uang turun

hal itu menyebabkan minat masyarakat untuk menabung atau berinvestasi

menurun. Berarti inflasi berdampak negatif terhadap pendapatan bagi hasil

mudharabah. Hal ini di dukung oleh penelitian Diah Iskandar dan Iwan

Firdaus yang menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap

deposito mudharabah. Yang mana apabila terjadi inflasi yang

mengakibatkan daya beli masyarakat menurun sehingga kebutuhan uang

lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maka masyarakat akan

menarik dananya di bank. Jika nilai tukar rupiah (kurs) melemah terhadap

dollar maka akan berdampak terhadap dollar maka akan berdampak


24

terhadap daya beli masyarakat mejadi turun sehingga masyarakat akan

menarik uang dari bank untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Berarti

kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah jika

nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah sedangkan akan berpengaruh

positif terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah jika nilai tukar rupiah

terhadap dollar tinggi. Hal ini didukung penelitian sebelumnya friska julianti

yang menyimpulkan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap tabungan

mudharabah. Atas dasar analisis seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka

pengaruh dari masing-masing variabel tersebut terhadap pendapatan bagi

hasil mudharabah dapat ditunjukkan pada gambar 2.3.1

Indikator:
1. 1 Excess Demand
(Kamal, Mustafa, dkk. 2021)

Inflasi
(X1)

Pendapatan Bagi
Hasil Mudharabah
(Y)
Nilai Tukar
Rupiah (Kurs)
(X2)
Indikator:
1. Shahibul Mal
Indikator: 2. Mudharib
1. Kinerja suatu perusahaan (Beni, dkk. 2021)
2. Investasi
(Kamal, Mustafa, dkk. 2021)

Gambar 2. 1
Kerangka Pikir

2.4 Definisi Operasional

Objek penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel independen

(bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel


25

yang lain, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan

atau dipengaruhi variabel independen. Variabel yang mepengaruhi disebut

variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan

variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung,

variabel terikat atau dependent variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini

adalah Inflasi (X1), Nilai Tukar Rupiah (Kurs) (X2), sedangkan variabel tak

bebas penelitian ini adalah Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah (Y).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian

pustaka (library research) yaitu dengan mencari data atau informasi riset

melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi, laporan keuangan yang

dipublikasikan dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan

sebagai pendukung dalam penulisan ini. Adapun penelitian ini bersifat

kuantitatif, yaitu data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka-

angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti, sehingga data seperti ini

memungkinkan untuk dianalisis menggunakan pendekatan statistik.

3.1.1 Jenis dan Sumber Data

3.1.1.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

jenis data kuantitatif. Menurut Siyoto & Sodik (2015) data

kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau

bilangan yang dapat diolah atau dianalisis menggunakan

teknik perhitungan matematika atau statistika.

3.1.1.2 Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis

Data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung dari objek penelitian. Data jenis ini

diperoleh penulis dari dokumen-dokumen perusahaan

dikumpulkan oleh suatu lembaga tertentu, seperti BPS (Badan

Pusat Statistik) dan dari literature kepustakaan seperti buku-

buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

26
27

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

dokumentasi yang berupa laporan keuangan. yang berkaitan

dengan inflasi, nilai tukar rupiah (kurs) dan pendapatan bagi

hasil mudharabah periode 2013-2017.


28

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk

menangkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai

dengan lingkup penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung pada subyek penelitian, namun

melalui dokumen yang digunakan berupa buku harian, Koran, dan referensi

lainnya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

laporan keuangan bulanan bank umum syariah periode tahun 2013-2017.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Muamalat KCP Makassar-Pettarani, Jl.

A.P. Pettarani No. 10 D, Sinrijala, Kecamatan Panakkukang , Kota

Makassar, Sulawesi Selatan selama 2 bulan tehitung mulai Juli 2022

sampai dengan September 2022

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut (Sugiyono, 2018) Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari obyek/subyek yang mmepunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut

(Arikunto, 2006) Ppulasi adalah keseluruhan subjek penelitian,

apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitiam, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau

studi sensus. Populasi penelitian ini adalah karyawan dan nasabah

dari Bank Muamalat yang berjumlah sekitar 30 orang.


29

3.4.2 Sampel

Menurut (Sugiyono, 2018), sampel adalah sebagian dari jumlah

populasi. Untuk itu, sampel diambil dari populasi harus betul-betul

representative (mewakili). Bila hasil penelitian akan

digeneralisasikan (kesimpulan data sampel yang dapat

diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai

sumber dari populasi secara random sampai jumlah tertentu.

Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Syariah

Muamalat bulanan 2020 sampai tahun 2022.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuo pengaruh inflasi dan kurs

terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah. Oleh karena itu model analisis

data dalam penelitian ini perhitungannya menggunakan SPSS.

a. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean) , standar deviasi, maksimum,

minimum, merupakan ukuran untuk melihat apakah variable terdistribusi

secara normal atau tidak.

1) Uji asumsi klasik

a) Uji Normalitas

Regeresi yang baik adalah regresi yang memiliki data yang

berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penilitian ini

menggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogorov-smirnov

merupakan uji normalitas menggunaka fungsi distribusi kumulatif.

Data dinytakan berdistribusi normal jika signifikan lebih dari

besar dari 5% atau 0,05.77 Dasar pengambilan keputusan

adalah berdasarkan probabilitas,


30

Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho di terima

Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho di tolak

b) Uji multikolonieritas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakaj dalam model

regresi yang terbentuk ada kolerasi yang tinggi atau sempurna

diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi

yang terbentuk terdapat kolerasi yang tinggi atau sempurna di

antara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan

mengandung gejala multikolonier. Uji multikolonieritas dapat

dilihat dari Varience Inflation Faktor (VIF) dari nilai Tolerance

(TOL) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model

dinyatakan tidak mengandung multikolonieritas. Kemudian dapat

dilihat dengan R2 dan nilai t statistik, jika nilai R2 tinggi, misalkan

diatas 0,80 dan uji F menolak hipotesis nol, tetapi nilai t statistik

sangat kecil bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan,

maka hal itu menunjukkan adanya gejala multikolonieritas.

c) Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah varian residualnya

bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi

ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini

dengan menggunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan

meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak

residualnya. Jika variabel independent signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas, signifikannya


31

di atas tingkay kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model

regresi tidak mengandung adanta heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk mengetahui apaka ada korelasi antara

anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut

waktu (times-series) atau ruang (cross section). Metode yang

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi

dalam penilitian ini dengan menggunakan uji Runs Test, sebagai

bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk

menguji apakah antar residual terdapat hubungan korelasi maka

dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Runs Test

digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara

random atau tidak (sistematis).

2) Analisis regresi linier berganda

Analisis regresi linier berganda adalah sebuah Teknik yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan dari satu atau dua variabel

bebas (independent) dan variabel terikat (dependen). Analisis

berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel

dependen kriterium dapat diprediksi melalui variabel independent

atau predictor, secara pasrial maupun simultan. Dengan demikian

model regresi linier berganda bila dinyatakan dalam bentuk

persamaan matematis adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + e

Keterangan:

Y : Tabungan Mudharabah

X1, : Inflasi

X2 : Nilai Tukar Rupiah (kurs)


32

a : Konstanta (nilai Y, apabila X1, = X2 = 0)

b1, b2 : Koefesien Regresi.

e : eror

3) Uji Persamaan Regresi

Uji persamaan regresi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

a) Koefisien determinasi (R2)

Garis regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok

data hasil observasi, perlu dilihat sampai seberapa jauh model

yang terbantuk mampu menerangkan kondisi yang sebenarnya.

Dalam analisis regresi dikenal suatu ukuran yang dipergunakan

untuk keperluan tersebut dikenal dengan naman koefisien

Detereminasi (R2). Selain itu koefisien determinasi menunjukkan

ragam (variasi) naik turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh

linier X (berapa bagian keragaman dalam variabel Y yang dapat

dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai variabel X)

b) Uji F

Penguji ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

independent terhadap variabel dengan secara serentak. Uji ini

dilakukan untuk membandingkan pada tingkat nilai signifikan

dengan nilai α (5%) pada tingkat 5%, pengambilan

kesimpulannya adalah dengan melihat nilai signifikan α 5%

dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika nilai Sig < α maka Hο ditolak

Jika nilai Sig > α maka Ho diterima


33

c) Uji T

Uji signifikan ini dilakukan dengan menggunakan uji

statistic t. pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh

variabel independent terhadap variabel dependen secara parsial

dengan derajat kebsahan 5%, uji ini dilaksanakan dengan

Langkah membandingkan t hitung dengan t table. Pengambilan

kesimpulan adalah dengan melihat nilai signifikansi yang

dibandingkan dengan nilai α (5%) dengan ketentuan sebagai

berikut :

Jika nilai Sig < α maka Ho ditolak

Jika nilai Sig > α maka Ho diterima

Anda mungkin juga menyukai