TUGAS AKHIR
Oleh:
HERI BUKHARI
NIM 1605071100
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia”.
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma 3 Program Studi Perbankan dan Keuangan
Politeknik Negeri Medan. Dalam menyusun Tugas Akhir ini, Penulis mendapat
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
menyampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan dan doa, serta dukungannya.
Terima kasih kepada keluarga Penulis, Ayahanda M. Saprin dan Ibunda Asnita
yang sangat Penulis sayangi. Terimakasih atas doa, perhatian dan dukungan serta
kasih sayangnya yang menjadi motivasi terbesar Penulis.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada:
1. M. Syahruddin, S.T., M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Darwin S.H. Damanik, S.E., M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Medan.
3. Sastra Karo-Karo, S.E., Ak., M.Si., Sekretaris Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Medan.
4. Jonni Hamonangan Silaen, S.E., M.Si., Kepala Program Studi Perbankan dan
Keuangan Politeknik Negeri Medan.
5. Asmalidar, S.E., M.Si., Dosen Pembimbing Utama yang sudah banyak
membantu Penulis hingga Tugas Akhir ini selesai.
6. Jantianus, S.E., M.Kom., Dosen Pembimbing Pendamping yang sudah banyak
membantu penulis hingga Tugas Akhir ini selesai.
7. Dra. Lina Rusli, M.Hum., Dosen Wali kelas BK-6A dan seluruh Dosen Staf
Pengajar Program Studi Perbankan dan Keuangan Politeknik Negeri Medan.
8. Abang dan Kakak kandung Penulis.
i
9. Teman-teman mahasiswa Program Studi Perbankan dan Keuangan Politeknik
Negeri Medan.
10. Tim Hore-hore, yang telah memberikan banyak dukungan dan doa kepada
penulis.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi,
tata bahasa, dan teknik penyusunannya. Oleh karena itu, Penulis menerima saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya
Mahasiswa Perbankan dan Keuangan Politeknik Negeri Medan.
Heri Bukhari
NIM 1605071100
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.5 Batasan Penelitian........................................................................................ 4
iii
2.3 Penelitian Terdahulu....................................................................................18
2.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................................21
2.5 Hipotesis ......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Penggunaan awal uang di masyarakat berbentuk emas dan perak. Namun dalam
penggunaannya masih saja terdapat kelemahan seperti memerlukan tempat
penyimpanan yang besar, cenderung berat apabila dibawa untuk melakukan
transaksi yang besar, dan sulit memenuhi nominal transaksi yang beragam. Adanya
berbagai kelemahan tersebut serta didorong dengan perkembangan ekonomi yang
sangat pesat maka diciptakan uang kartal dan uang giral. “uang kartal adalah alat
bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi
jual-beli sehari-hari” (Ambarini, 2017:7). Uang kartal terbagi atas dua jenis, yaitu
uang kertas dan uang logam. Sedangkan “uang giral adalah uang yang dimiliki
masyarakat dalam bentuk simpanan (giro) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan”
(Ambarini, 2017:7).
1
2
Nilai tukar merupakan harga suatu mata uang domestik terhadap mata uang negara
lain. Apresiasi dan depresiasi pada nilai tukar uang menjadi tantangan setiap negara
dalam melakukan perdagangan internasional. Terdepresiasinya nilai tukar mata
uang domestik suatu negara akan menyebabkan kekacauan ekonomi negara
tersebut. Maka, setiap negara selalu menjaga kestabilan nilai tukar mata uang
domestiknya untuk menciptakan keadaan ekonomi yang baik.
Inflasi yang tidak terkontrol dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang terus
menerus terdepresiasi akan menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa
depan. Untuk itu, penelitian mengenai pengaruh inflasi terhadap nilai tukar Rupiah
perlu untuk dilakukan. Sehingga nantinya dapat diambil kebijakan-kebijakan untuk
menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang dipengaruhi oleh
variabel inflasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Sudarmiani (2017) tentang pengaruh
tingkat inflasi terhadap nilai tukar rupiah periode 2011-2015 dan Puspitaningrum,
dkk (2014) tentang pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan
pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar Rupiah periode 2003-2012. Menyatakan
bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar
Rupiah. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Istiqamah dan Henny (2018)
tentang pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap nilai tukar Rupiah pada Dolar AS
periode 2013-2015 menghasilkan persamaan regresi yang bernilai negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi
pada perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis tertarik untuk
meneliti pergerakan nilai tukar Rupiah yang disebabkan oleh inflasi. Maka dari itu,
penulis mengangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap
Nilai Tukar Rupiah di Indonesia”.
4
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini
adalah “Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai tukar Rupiah di
Indonesia?”
5
6
Kenaikan nilai tukar riil atau depresiasi riil berarti bahwa harga-harga di luar negeri
dinyatakan dalam satuan mata uang kita telah meningkat relatif terhadap harga-
harga barang yang diproduksi di dalam negeri. Ini berarti bahwa, apabila faktor-
faktor lainnya dianggap tetap, kita memiliki daya saing keluar yang lebih tinggi.
(Ekananda, 2014:179)
Pada model FEER ini, keseimbangan internal tercermin dalam suatu kondisi di
mana pertumbuhan ekonomi medekati atau mencapai potential output dengan
tingkat pengangguran yang cukup rendah yang disertai dengan tidak adanya
perubahan perilaku masyarakat. Dengan demikian, tekanan-tekanan inflasi
pada kondisi tersebut relatif rendah atau mendekati nol. Sementara itu,
7
Gambar 2.1
Kurva Permintaan Rupiah
Kurva penawaran Rupiah yang akan dijual pada pasar mata uang asing dapat dibuat
dengan cara yang sama dengan kurva permintaan Rupiah. Gambar 2.2 mengaitkan
jumlah Rupiah untuk dijual dengan setiap kemungkinan kurs
Gambar 2.2
Kurva Penawaran Rupiah
Terdapat hubungan positif antara nilai Rupiah dari jumlah Rupiah untuk dijual
(ditawarkan). Jika Rupiah dinilai tinggi, konsumen dan perusahaan Indonesia lebih
9
suka membeli barang dari AS. Karenanya mereka memasok sejumlah besar Rupiah
ke pasar untuk ditukar dengan Dolar. Sebaliknya, ketika nilai Rupiah rendah,
pasokan Rupiah untuk dijual lebih sedikit, mencerminkan berkurangnya keinginan
Indonesia untuk membeli barang AS.
“Asumsi utama yang mendasari teori paritas daya beli adalah bahwa pasar
komoditi merupakan pasar yang efisien dilihat dari alokasi, operasional,
penentuan harga, dan informasi” (Tucker, et al., 1991). Secara implisit ini
berarti: (1) semua barang merupakan barang yang diperdagangkan di pasar
internasional (tradable goods) tanpa ada biaya operasional sepeser pun; (2)
tidak ada bea masuk, quota, atau pun hambatan lain dalam perdagangan
internasional; (3) barang luar negeri dan barang domestik adalah homogen
secara sempurna untuk masing-masing barang; (4) adanya kesamaan indeks
harga yang digunakan untuk menghitung daya beli mata uang asing dan
domestik, terutama tahun dasar yang digunakan dan elemen indeks harga.
(Ekananda, 2014;222)
Produk yang sama apabila dijual di pasar pasar yang berbeda dan tidak ada
hambatan dalam penjualan maupun biaya transportasi, maka harga produk tersebut
cenderung sama. Bila kedua pasar tersebut adalah dua negara yang berbeda, harga
produk tersebut masih tetap sama walaupun dinyatakan dalam mata uang yang
berbeda. “ Dalam kaitannya penentuan nilai tukar riil terdapat beberapa pengukuran
berdasarkan konsep purchasing power parity, yaitu bentuk pengukuran PPP absolut
dan PPP relatif”. (Ekananda 2014:223)
10
b. Trade Balance
Teori trade balance menghitung nilai tukar melalui pertukaran barang dan jasa
antar negara. Nilai tukar antar dua mata uang negara ditentukan oleh besar-kecilnya
perdagangan barang dan jasa yang berlangsung di antara dua negara tersebut.”Teori
ini biasa disebut sebagai pendekatan perdagangan (trade approach) atau
pendekatan elastis terhadap pembentukan kurs (elasticity approach to exchange
rate determination). (Salvatore, 1997)” (Ekananda, 2014:223)
c. Monetary Approach
Monetary approach atau disebut dengan teori pendekatan moneter. Dalam teori ini,
pendekatan moneter merupakan salah satu pendekatan pembentukan fundamental
nilai tukar mata uang.
Pendekatan moneter mendefinisikan bahwa nilai tukar merupakan harga mata
uang asing yang dinyatakan dalam mata uang domestik. Dengan mengacu pada
harga relatif, nilai tukar tersebut secara normatif akan ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran relatif. Oleh karena harga relatif melibatkan dua
mata uang, maka nilai tukar akan berhubungan dengan permintaan dan
penawaran dari kedua jenis mata uang ini. (Ekananda, 2014:228)
Nilai tukar ditentukan oleh harga relatif permintaan dan penawaran uang. Jika
pendapatan domestik meningkat relatif terhadap pendapatan nondomestik, maka
terjadi peningkatan permintaan uang terhadap penawaran uang. Jika terjadi
kelebihan permintaan uang terhadap penawaran uang domestik maka terjadi
apresiasi nilai tukar.
Pendekatan moneter ini memiliki dua versi yaitu flexible price (FLMA) dan sticky
price version (SPMA). “Versi flexible price didasarkan pada asumsi PPP yang
secara terus menerus dapat dipenuhi, sementara versi sticky price
11
Teori moderen tentang nilai tukar (exchange rate) menyatakan bahwa nilai
tukar tidak lagi ditentukan terutama oleh permintaan akan mata uang asing
(foreign currency) melalui perdagangan barang dan jasa, tetapi lebih kepada
bagaimana para pemilik uang menempatkan kekayaannya pada berbagai
bentuk aset. Pada tahap pertama, pemilik uang akan membagi asetnya ke dalam
bentuk kas yang sangat likuid untuk memenuhi transaksi kebutuhan primer dan
sisanya disimpan kedalam aset yang kurang likuid tetapi menghasilkan bunga
(interest-bearing assets). Aset yang terakhir ini kerap disebut bond. Tahap
kedua, pemilik aset akan mencoba untuk spekulasi dan berjaga-jaga dengan
membagi sebagian asetnya tadi kedalam berbagai mata uang lain selain
domestic currency yaitu membaginya ke dalam foreign currency. (Ekananda,
2014:231)
Teori PPP menunjukkan bahwa nilai tukar akan selalu berubah dan
menyesuaikan diri untuk menjaga paritas daya beli. Jika inflasi terjadi dan nilai
tukar mata uang asing berubah, indeks harga produk asing dari perspektif
konsumen domestik menjadi
1+ +
Di mana ef merupakan persentase perubahan nilai mata uang asing. Menurut
teori PPP, perubahan persentase dalam mata uang asing (ef) harus berubah
untuk menjaga paritas dalam indeks harga baru dari kedua negara. (Ekananda,
2014:241)
Menggunakan teori PPP, kita harus mampu menilai dampak potensial dari inflasi
terhadap nilai tukar.
Tingkat inflasi relatif dan nilai tukar dapat sesuai dengan PPP dapat tercermin
melalui formula ini:
(1 + )
= −1
1+
Jika Id > If , ef harus positif. Ini berarti bahwa mata uang asing akan terdepresiasi
ketika inflasi dalam negeri itu melebihi inflasi negara asing. Sebaliknya, jika
Id < If , maka ef harus negatif. Ini berarti mata uang asing akan terdepresiasi
ketika inflasi negara asing melebihi inflasi negara tuan rumah. (Ekananda,
2014:242)
2.2 Inflasi
2.2.1 Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang terjadi di setiap negara. Secara garis
besar inflasi terjadi pada kenaikan harga dan dalam waktu yang lama. “Inflasi
adalah gejala ekonomi yang menunjukkan naiknya tingkat harga secara umum yang
berkesinambungan” (Hasyim, 2016:186). Syarat inflasi yaitu terjadi kenaikan
harga-harga secara umum dan terus menerus.
Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu tujuan utama dalam perekonomian yaitu
memelihara tingkat harga-harga yang relatif stabil. Namun akhir-akhir ini aktivitas
perekonomian menghadapi ketidakstabilan harga-harga. “ada dua hal yang
13
Laju inflasi adalah tingkat perubahan harga umum yang diukur sebagai berikut:
( ) ( )
Laju inflasi tahun t = ( )
x100
a. Inflasi Permintaan
Inflasi permintaan timbul apabila terjadi kenaikan harga dalam keseluruhan
permintaan. Dengan kata lain inflasi terjadi pada keadaan ekonomi berkembang
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menghasilkan pendapatan tinggi pula.
Selanjutnya mendorong pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam
memproduksi barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini menimbulkan
inflasi.
Ada beberapa teori atau pendekatan analisis ekonomi yang dapat menjelaskan
inflasi permintaan, antara lain: “(a) pendekatan teori kuantitas uang, yaitu melalui
ekspansi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat; (b) pendekatan rentang atau
celah inflasi (inflationary gap); (c) pendekatan analisis IS-LM; dan (d) pendekatan
permintaan dan penawaran agregat.” (Hasyim, 2016:188)
14
Gambar 2.3
Kurva Inflasi Tarikan Permintaan
Sumber : www.researchgate.net
b. Inflasi Penawaran
Inflasi penawaran terjadi saat naiknya harga disertai dengan turunnya pendapatan.
Hal tersebut disebut juga dengan stagflasi (berasal dari stagnation dan inflation).
“Stagflasi menggambarkan keadaan ekonomi yang semakin menurun,
pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga-
harga semakin cepat.” (Hasyim, 2016:191)
Inflasi penawaran timbul jika kurva penawaran agregat bergeser ke kiri atas seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2.4
Gambar 2.4
Kurva Inflasi Penawaran
Sumber : www.situsekonomi.com
15
c. Inflasi Campuran
“Inflasi campuran (mixed-inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh campuran
dari tarikan permintaan (demand-pull) dan dorongan biaya (cost-push)” (Hasyim,
2016:193). Interaksi antara faktor tarikan permintaan dan dorongan biaya dapat
diperhatikan pada Gambar 2.5
Gambar 2.5
Kurva Inflasi Campuran
Sumber : www.businesstopia.com
a. Dampak Positif
Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase
tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit
adalah 15 % per tahun dan tingkat inflasi 5%. “Bagi negara maju, inflasi seperti ini
akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena
pengusaha/wirausahawan di negara maju memanfaatkan kenaikan harga untuk
berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.” (Ambarini, 2017:205)
b. Dampak Negatif
Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak sedikit terhadap
perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Menurut Ambarini
(2017:205), dampak inflasi tersebut antara lain:
1. Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan
2. Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi)
3. Mendorong spekulan
4. Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi
5. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi di masa depan
6. Menimbulkan masalah neraca pembayaran
a. Kebijakan Moneter
Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang
beredar. Dengan demikian, secara teoritis mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu
dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter di
Indonesia merupakan tanggung jawab Bank Indonesia sebagai lembaga moneter.
“Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan Bank Indonesia untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.” (Ambarini, 2017:205). Ketika
jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank
Indonesia akan menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi
peredaran uang.
b. Kebijakan Fiskal
“Kebijakan fiskal adalah kebijakan di sektor riil, artinya penyediaan jumlah barang
yang beredar dalam masyarakat. Dengan demikian, kebijakan fiskal untuk
mengatasi inflasi adalah dengan menambah jumlah produk nasional melalui
kemudahan pinjaman, subsidi, dll.” (Ambarini, 2017:206). Selain itu, tingkat inflasi
dapat dikurangi melalui pengurangan pengeluaran pemerintah.”Kebijakan fiskal
yang akan diambil untuk mengatasi terjadinya inflasi yaitu mengurangi pengeluaran
pemerintah. Langkah ini memberikan pengaruh yang cepat dalam mengurangi
pengeluaran dalam perekonomian.” (Hasyim, 2016:195)
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
1 PENGARUH 1. Yuli Wijayanti Bagaimana pengaruh tingkat Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah
TINGKAT INFLASI 2. Sudarmiani inflasi terhadap nilai tukar diteliti mengenai pengaruh tingkat inflasi
2.3 Penelitian Terdahulu
2 PENGARUH 1. Roshinta Bagaimana pengaruh antara Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh
TINGKAT INFLASI, Puspitaningrum tingkat inflasi, tingkat suku tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan
pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar
TINGKAT SUKU 2. Suhadak bunga dan pertumbuhan
Rupiah periode Januari 2003 sampai Desember
BUNGA SBI, DAN 3. Zahroh Z.A ekonomi terhadap nilai tukar 2012, dengan menggunakan teknik analisis
PERTUMBUHAN rupiah? regresi linear berganda, dapat diketahui variabel
tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan
EKONOMI
pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh
TERHADAP NILAI sebesar 42% terhadap perubahan nilai tukar
TUKAR RUPIAH Rupiah. Yang ditunjukkan oleh hasil pengujian
koefisien determinasi (R2). Sedangkan sisanya
Studi Pada Bank
sebesar 0,58 atau 58% perubahan nilai tukar
Indonesia Periode Rupiah dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
Tahun 2003-2012 yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
19
Lanjutan Tabel 2.1
3 ANALISIS 1. Marina Bagaimana pengaruh tingkat Hasil penelitian menunjukan variabel inflasi
PENGARUH 2. Amiruddin K. inflasi dan jumlah uang beredar (X1) berpengaruh signifikan terhadap nilai
TINGKAT INFLASI terhadap nilai tukar Rupiah di tukar rupiah di Indonesia dengan nilai
DAN JUMLAH Indonesia ? koefisen sebesar 192,51. Berdasarkan hasil
UANG BEREDAR penelitian tersebut bahwa inflasi
TERHADAP NILAI berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar.
TUKAR RUPIAH DI
INDONESIA
20
21
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis
“Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.” (Noor,
2011:79). Dengan demikian, ada keterkaitan antara perumusan masalah dengan
hipotesis, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi terhadap nilai
tukar Rupiah
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi terhadap nilai tukar
Rupiah.
BAB 3
METODE PENELITIAN
22
23
Keterangan:
a. Persiapan
Persiapan terdiri dari kegiatan penetapan judul dan pengajuan outline atau
proposal Tugas Akhir kepada dosen pembimbing.
b. Pengumpulan Data
Proses mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan sebagai bahan
penelitian di dalam penyusunan Tugas Akhir. Data diperoleh dari perusahaan
maupun data pendukung dari sumber lainnya.
e. Konsultasi Bimbingan
Melakukan konsultasi dan bimbingan mengenai Laporan Tugas Akhir dengan
Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Pendamping hingga
penulisan Laporan Tugas Akhir.
“Sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.” (Noor, 2011:147).
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diambil untuk diteliti dan hasil
penelitiannya digunakan sebagai representasi dari populasi secara keseluruhan.”
(Suryani, dkk, 2015:190). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode sampling jenuh. “sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel
dengan sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100.” (Noor, 2011:156). Berdasarkan teknik
pengambilan sampel tersebut, diperoleh jumlahsampel (n) dari data time series
bulanan (1 tahun = 12 bulan) selama periode Januari 2016 – Desember 2018, yaitu
sebanyak 36 sampel (12 bulan x 3 tahun).
.∑ − ∑ ∑
=
.∑ − [∑ ]
Gambar 3.1
Rumus Konstanta dan Koefisien Regresi
Sumber: Juliansyah Noor, (2011:179)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Logo Bank Indonesia
Sumber : www.bi.go.id
Sejarah perkembangan logo BI yang telah mengalami perubahan 7 kali sejak tahun
1953 hingga 2005. Logo BI mengadaptasi logo De Javasche Bank dengan
mengubah huruf "J" menjadi huruf "I". Makna dari warna biru pada logo BI adalah
keutuhan langit dan laut kepulauan nusantara yang menyatukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menyiratkan kesatuan dan persatuan.
Titik balik berdirinya Bank Indonesia sebagai bank sentral setelah terjadinya
Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang diadakan di Den Haag
memutuskan nasionalisasi De Javasche Bank. De Javasche Bank adalah sebuah
Bank Belanda yang pada masa kolonial diberi tugas oleh pemerintah Belanda
sebagai bank sirkulasi (Bank of Issuing Money) di Hindia Belanda.
27
Konferensi Meja Bundar (KMB) ini dikatakan sebagai titik balik berdirinya bank
sentral karena setelah tahun 1949 di Indonesia telah pula berdiri Bank Indonesia
yang dimaksudkan sebagai bank sentral. Bank Negara Indonesia yang semula akan
dijadikan sebagai bank sirkulasi dan bank sentral, justru diberi tugas sebagai bank
pembangunan. Kesepakatan terhadap penunjukan De Javasche Bank sebagai Bank
Sentral antara pemerintah Belanda dengan pemerintah Indonesia tidak terjadi begitu
saja. Selain landasan politik, landasan lain menunjukkan bahwasanya De Javasche
Bank telah beroperasi dan berfungsi sebagai bank sirkulasi di Indonesia sejak tahun
1828.
Bank Indonesia dapat mengurusi pihak lain untuk dan atas nama Bank
Indonesia serta melakukan pemeriksaan terhadap bank (Pasal 30). Menurut
penilaian Bank Indonesia transaksi tersebut diduga merupakan tindakan pidana
di bidang perbankan (Pasal 31). Bank Indonesia dapat melakukan tindakan
sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang berlaku (Pasal
33).(www.bi.go.id, diakses tanggal 9 Agustus 2019, pukul 09:45)
Gambar 4.2
Tiga Pilar Bank Indonesia
Sumber : www.bi.go.id
4.2 Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.2.1 Hasil Pengumpulan Data
a. Tingkat Inflasi
Tabel 4.1
Tingkat Inflasi Tahun 2016-2018
Dalam penelitian ini, data diolah menggunakan teknik regresi linier sederhana.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for windows versi
22.0. Melalui teknik pengolahan tersebut, akan didapatkan persamaan regresi linier
sederhana yang menggambarkan besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Berdasarkan pengolahan data melalui program SPSS versi 22.0, maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3
Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis Regresi Linier Sederhana
Hasil perhitungan koefisien regresi dengan menggunakan program SPSS 22.0
didapatkan persamaan model regresi linear sederhana sebagai berikut :
Y= 15.321,67 – 48.023,39X
Konstanta pada persamaan tersebut menunjukkan a=15.321,67 yang berarti bahwa
apabila tidak terdapat perubahan variabel tingkat inflasi, maka nilai tukar Rupiah
akan meningkat sebesar 15.321,67 poin dalam satu bulan tanpa adanya pengaruh
dari tingkat inflasi.
Koefisien variabel tingkat inflasi pada persamaan regresi adalah sebesar
(-48.023,39). Hal ini berarti, apabila tingkat inflasi mengalami peningkatan sebesar
1 poin maka nilai tukar rupiah akan berkurang sebesar 48.023,39 atau apabila
tingkat inflasi mengalami peningkatan sebesar 1%, maka nilai tukar Rupiah akan
berkurang sebesar 480,23, artinya nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi. Begitu
pun sebaliknya, apabila tingkat inflasi mengalami penurunan 1% maka akan
menyebabkan nilai tukar Rupiah juga meningkat sebesar 480,23, artinya nilai tukar
Rupiah mengalami depresiasi. Hal ini dikarenakan persamaan regresi linier tersebut
menghasilkan nilai negatif untuk koefisien variabelnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat
inflasi di Indonesia pada bulan Januari 2016 hingga bulan Desember 2018
cenderung stabil. Variabel tingkat inflasi (X) mengalami titik tertinggi pada 4,45%
pada bulan Maret tahun 2016, dan mengalami titik terendah mencapai 2,79% pada
bulan Agustus tahun 2016. Sedangkan, rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
AS selama tahun 2016 cenderung mengalami apresiasi hingga nilai tukar rata-rata
terendahnya mencapai Rp. 12.937,54 per Dolar AS pada September 2016. Namun,
pada tahun 2018 nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang Dolar
AS hingga nilai tukar rata-rata tertingginya mencapai Rp. 15.178,87 per Dolar AS
pada Oktober 2018 .
Berdasarkan nilai signifikansi, tingkat inflasi pada penelitian ini memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,020. Hal ini berarti, tingkat inflasi berpengaruh signifikan
terhadap nilai tukar Rupiah. Sehingga, H1 diterima sementara H0 ditolak.
Tabel 4.4
Koefisien Korelasi dan Determinasi
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai
tukar Rupiah di Indonesia periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2018
dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu tingkat inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap nilai
tukar Rupiah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai taraf signifikan yang dihasilkan sebesar
0,02 lebih kecil dari taraf signifikan yang diisyaratkan yaitu 0,05. Berdasarkan hasil
uji koefisien determinasi (R2) menunujukkan bahwa nilai tukar Rupiah dipengaruhi
oleh tingkat inflasi sebesar 14%. Hal ini mengartikan bahwa perubahan nilai tukar
Rupiah dipengaruhi oleh variabel tingkat Inflasi sebesar 14%. Sedangkan sisanya
sebesar 82% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti di dalam
penelitian ini.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran. Adapun
saran-saran yang diberikan antara lain:
1. Bank Indonesia diharapkan mampu menjaga kestabilan tingkat inflasi dan nilai
tukar Rupiah serta terus mengkaji kebijakan di bidang moneter dan
mengantisipasi terhadap krisis ekonomi yang terjadi di dunia agar selalu
memperhatikan laju inflasi yang telah ditetapkan. Sehingga tujuan utama dari
Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah dapat
tercapai demi meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Diharapkan penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-
varibel lain seperti suku bunga SBI, neraca perdagangan, hutang publik, ratio
harga ekspor dan impor, serta kondisi politik dan ekonomi uatu negara.
Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan faktor terpenting
dalam mempengaruhi nilai tukar Rupiah.
37
DAFTAR PUSTAKA
Marina, dan Amiruddin. 2016. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Jumlah Uang
Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah Di Indonesia.” Ecces 83-101.
Puspitaningrum, dkk. 2014. “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI,
dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank
Indonesia Periode Tahun 2003-2012.” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 1-
9.
Suryani, dan Hendryadi. 2016. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.
Wijayanti, dan Sudarmiani. 2017. “Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Nilai Tukar
Rupiah (Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 2011-2015).”
Equilibrium 32-44.
Internet:
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx. Diakses pada 9 Agustus
2019, 9:43.
https://www.bps.go.id/publication.html?Publikasi%5BtahunJudul%5D=2018&Pu
blikasi%5BkataKunci%5D=nilai+tukar+valuta+asing&yt0=Tampilkan.
Diakses pada 9 Agustus 2019, 10:11.
https://www.businesstopia.net/economics/macro/mixed-inflation-demand-pull-
cost-push. Diakses pada 12 Agustus 2019, 16:03.
https://www.researchgate.net/figure/Gambar-1-Kurva-Demand-Pull-Inflation-
dimana-P1-Harga-harga-awal-P2-Harga-setelah_fig1_327715822. Diakses
pada 12 Agustus 2019, 16:00.
https://www.situsekonomi.com/2019/03/pergeseran-pada-kurva-phillips.html.
Diakses pada 12 Agustus 2019, 15:57.
Lampiran 1. Tabulasi Data
Descriptive Statistics
Correlations
Nilai_Tukar_Ru
piah Tingkat_Inflasi
Tingkat_Inflasi ,010 .
N Nilai_Tukar_Rupiah 36 36
Tingkat_Inflasi 36 36
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Tingkat_Inflasib . Enter
Change Statistics
F
Adjusted R Std. Error of the R Square Chang
Model R R Square Square Estimate Change e
Model Summaryb
Change Statistics
1 1 34 ,020 ,259
ANOVAa
Total 10757845,302 35
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Tingkat_Inflasi
-88152,692 -7894,102 -,385 -,385 -,385
Coefficientsa
Collinearity Statistics
1 (Constant)
Coefficient Correlationsa
Model Tingkat_Inflasi
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh tanggung jawab
untuk dapat dipergunakan sesuai keperluan.
Heri Bukhari