Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

LAMPUNG TAHUN 2013-2017 DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh :

Nama : Intan Marlia


NPM 1351020096
Jurusan : Perbankan Syariah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1441/2019 M
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja pemerintah propinsi


Lampung dengan menggunakan rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio
efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan. Metode penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif dengan populasi pemerintahan prosinsi Lampung
tahun 2013-2017. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode Pusposive Sampling.
Hasil pengujian menunjukkan: rasio kemandirian dirata-rata kemampuan
keuangan pemerintah daerah Provinsi Lampung sangat tinggi dan pola
hubungannya termasuk pola hubungan delegatif di mana campur tangan
pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan
mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah, rasio efektivitas pemerintah
daerah Propinsi Lampung cukup efektif, rasio efisiensi Kinerja keuangan
pemerintah daerah provinsi Lampung masih kurang efisien, karena jumlah
realisasi pendapatan daerah yang diperoleh masih lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan realisasi belanja daerah, rasio belanja rutin rata- rata rasio
nya 44,8%, hal ini menyimpulkan bahwa pemerintah daerah provinsi Lampung
lebih banyak menggunakan alokasi dana untuk membangun sarana dan prasarana
dalam menunjang perekonomian masyarakat, rasio belanja pembangunan
Kabupaten di Lampung 55,7% yang berarti bahwa pelayanan publik yang
dilakukan pemerintah daerah provinsi Lampung lebih besar jika di bandingkan
dengan belanja rutin yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi Lampung,
rasio pertumbuhan sekitar 10,74%. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah
Provinsi Lampung belum optimal dalam mengelola keuangan daerahnya.

Kata kunci: kemandirian, efektivitas, efisiensi, belanja rutin, belanja


pertumbuhan, pertumbuhan, kinerja keuangan
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.........................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................ii
PERSETUJUAAN.............................................................................................iii
PENGESAHAN.................................................................................................iv
MOTTO..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN..............................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP............................................................................................vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.......................................................................................1
B. Alasan Memilih Judul..............................................................................3
C. Latar Belakang............................................................................................. 4
D. Identifikasi Masalah.................................................................................10
E. Batasan Masalah......................................................................................11
F. Rumusan Masalah....................................................................................11
G. Tujuan Penelitian.....................................................................................12
H. Manfaat Penelitian...................................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI


A. Kajian Teori.............................................................................................15
1. Keuangan Daerah..............................................................................15
2. Akuntansi Keuangan Daerah.............................................................21
3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.............................................25
4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah..............................................27
5. Analisis Rasio Keuangan...................................................................30
B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................................34
C. Kerangka Berfikir....................................................................................36
D. Hipotesis..................................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Wilayah Penelitian................................................................43
B. Jenis Penelitian........................................................................................43
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel..............................43
D. Data dan Sumber Data.............................................................................45
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................45
F. Variabel Penelitian..................................................................................45
G. Definisi Operasional Variabel.................................................................46
H. Teknik Analisis Data...............................................................................48

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah................................................50
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data..........................................................52
C. Pembahasan Hasil Analisis Data.............................................................76

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................83
B. Keterbatasan Penelitian............................................................................84
C. Saran-saran...............................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Sebagai kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas

dan memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka perlu adanya uraian

terhadap penegasan arti dan makna dari beberapa istilah yang terkait

dengan tujuan skripsi ini, penegasan tersebut diharapkan tidak akan terjadi

kekeliruan terhadap penekanan judul dari beberapa istilah yang digunakan,

disamping itu langkah ini merupakan proses penekanan terhadap pokok

permasalahan yang akaan dibahas,. Adapun judul skripsi ini adalah

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi

LampungTahun 2013-2017.

Untuk itu perlu diuraikan pengeertian dari istilah-istilah judul

tersebut sebagai berikut:

1. Analisis

Dalam kamus besar bahasa indonesia analisis bisa diartikan

sebagai: penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,

dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-mussabab,

duduk perkaranya, dsb). Penguraian suatu pokok atas berbagai

bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara

bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti

keseluruhan. Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya. Pemecahan

persoalan yang dimulia dengan dugaan akan kebenarannya. Analisis

merupakan “membaca” teks, yang melikalisasikan tanda-tanda yang


menempatkan tanda-tanda itu dalam interaksi yang dinamis, dan

pesan-pesan yang disampaikan. Dengan kata lain analisis adalah

penyelidikan, penguraian, penjabaran, pemecahan terhadap suatu

peristiwa.1

2. Kinerja
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu

yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja pada hakikatnya

merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugasnya atau pekerjaannya,sesuai dengan standar dan kriteria yang

ditetapkan untuk pekerjaan itu.2

3. Keuangan
Menurut Sundjaja dan Barlian pengertian keuangan

yaitu:“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang

yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.

Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen

yang terlibat dalam transfer uang dimana diantara individu maupun

antarbisnis dn pemerintah”.3

Keuangan merupakan faktor yang paling mendominasi dalam

pengukurankemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi

daerah.Keuangan daerah jugamenjadi penentu bentuk dan ragam

yangakandilakukanpemerintahdaerah. Kemampuanpemerintah daerah

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Analisis” http://kbbi.web.id/analisis, diakses
tanggal (10 Desember 2018)
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
3
Sundjaja, Ridwan S dan Barlian Inge, 2002, Manajemen Keuangan 2, Jakarta : Literata
lintas Media
dalam mengelola keuangan daerah dituangkan dalam Anggaran

Pendapatandan Belanja Daerah(APBD secaralangsungmaupun tidak

langsung.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dalam judul skripsi adalah menganalisis kinerja keuangan

pemerintahan kabupaten/kota se-Lampung dengan rasio-rasio seperti

rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, dan

rasio pertumbuhan untuk periode tahun 2013-2017.

B. Alasan Memilih Judul

1. Secara Objektif

Secara teori kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil

ekonomi yang mampu di raih oleh perusahaan perbankan pada

periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahan untuk

menghasilkan keuntungan secara efektif, yang dapat diukur

perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data

keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.

2. Alasan Subjektif

a. Memberikan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca tentang

kinerja keuangan pemerintah propinsi Lampung dilihat dari rasio

kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, dan

rasio pertumbuhan tahun 2013-2017.


b. Bagi penulis banyak referensi pendukung dari skripsi yang diteliti

ini sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini kedepannya, selain itu juga data yang dihasilkan dari lapangan.

C. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini berada

pada masa transisi dari era persaingan global menuju ke era persaingan

informasi. Salah satu tolak ukur dari keberhasilan suatu negara ialah

bagaimana mencipatakan tata kelola yang baik dalam lingkungan

pemerintahannya. Meskipun pemerintahan atau organisasi publik saat ini

juga menghadapi tantangan besar dengan adanya kebijakan otonomi

daerah karena salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi

daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya,

dan meningkatkan kualitas pelayanan publik, sehingga pelayanan

pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif serta responsif

terhadap kebutuhan masyarakatnya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa

pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik

mengenai kebutuhan, potensi dan aspirasi masyarakat mereka daripada

pemerintah pusat.

Undang-Undang tersebut merupakan wujud pemberian kewenangan yang

lebih luas dari pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten/kota untuk

menyelenggarakan semua urusan pemerintah daerah mulai dari erencanaan

potensi sumber daya yang dimiliki dalam rangka membangun, mengelola,

mengendalikan dan mengevaluasi segala sumber daya dalam rangka


mendorong pemerintah daerah untuk lebih memberdayakan semua

daerahnya.

Kedua undang-undang tersebut mengandung penekanan bahwa

adanya proses yang lebih cepat untuk mewujudkan masyarakat yang

semakin sejahtera melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan

peran serta masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat akan terlayani

dengan baik oleh pemerintah. Selain itu menjelaskan bahwa dalam

pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan

penuh untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintahan.

Prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab merupakan

pilar dari sistem otonomi di Indonesia. Prinsip otonomi yang nyata

adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan

dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban senyatanya

telah ada dan berpotensi untuk tumbuh hidup dan berkembang sesuai

dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis

otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.4

Pengelolaan keuangan daerah tidak hanya memerlukan sumber

daya manusia yang handal tetapi juga perlu adanya dukungan dari

kemampuan keuangan yang memadai. Kemampuan pemerintah daerah

dalam menggali kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari kinerja

keuangan daerah yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan

daerah.

4
Haryanto dkk, “Akuntansi Sektor Publik”. Edisi Pertama. (Universitas Diponegoro,
2007), h.18
Perwujudan dari transparasi dan akuntabilitas keuangan negara

diwujudkan melalui penyusunan laporan keuangan. Tujuan pelaporan

pemerintah daerah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusanpertanggungjawaban pemerintah daerah sebagai

pihak yang bertugas dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan

dalam menjalankan aktifitas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan

daerahnya untuk dinilai apakah berhasil menjalankan tugasnya dengan

baik atau tidak.

Berdasarkan pandangan yang diungkapkan oleh Pamudji dan

Kabo (1998) dalam Susantih dan Saftiana (2007), menegaskan bahwa

pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan

efekstif dan efisien tanpa biaya yangcukup untuk memberikan pelayanan

dan pembangunan. Sumber daya keuangan inilah yang merupakan salah

satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah

dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Pengukuran kinerja dilakukan

untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, untuk membantu memperbaiki

kinerja pemerintah. Kedua, untuk mengalokasikan sumber daya dan

pembuatan keputusan. Ketiga, untuk mewujudkan pertanggungjawaban

publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah selama ini disusun berdasarkan asas perimbangan

incremental budget dimana masing-masing komponen pendapatan dan


belanja besarnya dihitung dengan meningkatkan sejumlah prosesntase

tertentu dan mengabaikan rasio keuangan dalam APBD.5

Dalamconceptstatements no. 2, membagi pengukuran kinerja

dalam tiga kategori indicator,yaitu: (1) indicator pengukuran service

efforts; (2) indicator pengukuran serviceaccomplishment; dan (3)

indicator yang memghubungkan antara efforts dengan accomplishment

diartikan sebagai prestasi dari program tertentu. Disampaikanjuga

penjelasan tertentu berkaitan dengan pelaporan kinerja. Pengukuran ini

melaporkan jasa apa saja yang disediakan oleh pemerintah, apakah sudah

memenuhi tujuan dan efek yang ditimbulkan terhadap penerima layanan

tersebut.6

Parker (1996) dalam Suradjito (2000)Menyebutkan terdapat lima

manfaat dengan adanya pengukuran kinerja yaitu: (1) pengukuran kinerja

mampu meningkatkan mutu pengambilan keputusan; (2) pengukuran

kinerja mampu meningkatkan akuntabilitas internal; (3) pengukuran

kinerja meningkatkan akuntabilitas public; (4) pengukuran kinerja

mendukung perencanaan strategi dan penetapan tujuan; (5) pengukuran

kinerja memungkinkan suatu entitas untuk menentukan penggunaan

sumber daya secara efektif.

Dharmawati dan Irmadariyani (2016) melakukan analisis rasio

keuangan dalam menilai kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten

5
Mardiasmo.(2009). Akuntansi Sector Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
6
Hendraryadi, S.”Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Antara Tahun 2008-2009.(Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang,2011).
Banyuwangi menggunakan rasio kemandirian dan rasio efektivitas. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa rasio kemandirian pemerintah

daerah Banyuwangi cukup rendah. Dikarenakan pemerintah daerah

belum efektif dalam melaksanakan kemandirian daerahnya. Meskipun

begitu, rasio efektivitas pemerintah Banyuwangi tinggi, terbukti dengan

sudah mencapainya PAD melebihi batas yang ditargetkan pemerintah

daerah.

Dewi (2015) melakukan penelitian dengan hasil bahwa tingkat

kemandirian di Bukittinggi masih rendah, karena peran pemerintah pusat

lebih dominan. Pada rasio efektivitas kurang efektif, dan dapat dikatakan

kurang mendukung dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dari tingkat

efisiensinya, telah mampu menjalankan tugas secara efisien terbukti

dengan perubahan yang terjadi setiap tahunnya, namun dari segi

ketergantungan, masih sangat tinggi. Pada rasiopertumbuhan

menggambarkan tergolong mampu dan meningkatkan keberhasilan dari

setiap periode dalam menumbuhkan pendapatan asli daerah.

Wakhyudi dan Tarunasari (2013) melakukan penelitian untuk

mengukur Kinerja keuangan pemerintah daerah melalui rasio keuangan,

antara lain rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio efektivitas dan

efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan. Hasil dari penelitian ini

rasio kemandirian dinyatakan rendah karena pemerintah daerah masih

sangat bergantung pada pemerintah pusat. Sedangkan untuk rasio

aktivitas dan rasio pertumbuhan mengalami peningkatan terbukti dengan


pemerintah daerah mulai adanya pembangunan sarana dan prasana.

Sementara itu rasio efektivitas dan efisiensinya dinyatakan stabil.

Dwijayanti dan Rusherlistyanti (2013) melakukan penelitian

mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah se-Indonesia dengan

menggunakan rasio kemandirian, efektivitas, efisiensi, aktivitas, dan

pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tingkat

perbedaan kinerja keuangan pemerintah propinsi se-Indonesia dilihat dari

rasio kemandirian, efektivitas, dan aktivitas. Selain itu hasil penelitian

juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan dilihat dari

rasio efisiensi dan pertumbuhan.

Magdalena dan Kurniawan (2013) melakukan penelitian

mengenai indikator kinerja keuangan pemerintah provinsi se-Indonesia

dengan menggunakan rasio keuangan berupa rasio kemandirian dan rasio

efektivitas dan keserasian kinerja. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan

pemerintah provinsi di Indonesia

Penelitian ini dilakukan berdasarkan research gapadanya

perbedaan terkait hasil penelitiandari penelitian sebelumnya yaitu

penelitian Dwijayanti dan Rusherlistyanti (2013) menunjukkan hasil

bahwa terdapat tingkat perbedaan kinerja keuangan se-Indonesia dilihat

dari rasio kemandirian, efektivitas, dan efisiensi. Magdalena dan

Kurniawan (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja

keuangan dilihat dari ketiga rasio tersebut.


Selain itu, terdapat gap dalam penelitian Dwijayanti dan

Rusherlistyanti (2013) yang menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat

perbedaan kinerja keuangan dilihat dari rasio efisiensi dan pertumbuhan.

Berdasarkan research gap yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan

Pemerintah DaerahPropinsi Lampung Tahun 2013-2017”.

D. Identifikasi Masalah
Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukan dengan hasil

kerja. Kinerja keuangan dapat disimpulkan merupakan gambaran kondisi

keuangan perusahaan atau keuangan sebuah instansi yang dapat diukur

dengan cara tertentu yang dapat berupa realisasi pendapatan dan belanja

yang disusun berdasarkan basis akrual yang menghasilkan sebuah

kesimpulan akan keberhasilan perusahaan atau instansi dalam mengelola

keuangan.

Tujuan analisis laporan keuangan adalah menyediakan informasi

mengenai posisi keuangan dan perubahan dalam posisi keuangan suatu

perusahaan atau pemerintah daerah yang berguna bagi para penggunanya

untuk membuat keputusan. Untuk memahami informasi laporan keuangan,

analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Salah satu analisis untuk

membuat perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik adalah

dengan melakukan analisis rasio keuangan. Menurut Riyanto rasio

keuangan adalah ukuran yang digunakan dalam interpretasi dan analisis

laporan financial suatu perusahaan.


E. Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian dilakukan untuk mempermudah pemecahan

masalah yaitu:

1 Laporan keuangan APBD yang diteliti adalah Laporan Keuangan

Provinsi Lampung tahun 2013-2017.

2 Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur hanya dengan

menggunakan rasio keuangan daerah, yaitu rasio kemandirian, rasio

efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan.

3 Obyek yang diteliti adalah Propinsi Lampung untuk tahun 2013 -

2017.

F. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Daerah Propinsi Lampung

dilihat dari rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio

aktivitas, dan rasio pertumbuhan tahun 2013-2017?

2. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Daerah Propinsi Lampung

dilihat dari rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio

aktivitas, dan rasio pertumbuhan tahun 2013-2017 dalam perspektif

ekonomi islam?
G. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini :

1. menganalisis kinerja keuangan pemerintah Propinsi Lampung

berdasarkan rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio

aktivitas, dan rasio pertumbuhan dari tahun 2013-2017.

2. menganalisis kinerja keuangan pemerintah Propinsi Lampung

berdasarkan rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio

aktivitas, dan rasio pertumbuhan dari tahun 2013-2017 dalam

perspektif ekonomi islam.

H. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak yaitu:

1. Bagi Akademisi

Menambah wawasan akademisi mengenai rasio-rasio yang di

gunakan

dalam menganalisis laporan keuangan terhadap APBD untuk

mengetahui kinerja pemerintah daerah.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang ada

dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kinerja dan

akuntabilitas pemerintah dalam upaya pengalokasian dan

pemerolehan sumber pendapatan daerah sehingga masyarakat

mampu menilai dan menyikapi permasalahan daerah secara objektif.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

1. Pengertian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan


atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran daerah dengan
kuantitas dan kualitas yang terukur, kemampuan daerah dapat diukur
dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
(Sumarjo, 2010 : 112).

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah kemampuan suatu daerah


untuk menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah dalam
memenuhi kebutuhannya guna mendukung berjalannya sistem
pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerahnya
dengan tidak tergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat dan
mempunyai keleluasaan di dalam menggunakan dana-dana untuk
kepentingan masyarakat daerah dalam batas-batas yang ditentukan
peraturan perundang-undangan (Syamsi, 1986 : 199).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja

Keuangan Pemerintah Daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil

kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan

realisasianggaran dengan menggunakan indikator keuangan yang

ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang undangan

selama periode anggaran.

Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah saat ini, akan

perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan

daerah dan anggaran daerah adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2000:

3)
1) Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan

publik (public oriented). Hal tersebut tidak hanya terlihat dari

besarnya pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi

juga terlihat dari besarnya partisipasi masyarakat (DPRD) dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan daerah.

2) Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya

dananggaran daerah pada khususnya.

3) Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran serta dari

partisipasi yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti: DPRD,

Kepala Daerah, Sekda dan perangkat daerah lainnya.

4) Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan

pengelolaan

5) Keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for

money, transparansi dan akuntabilitas.

6) Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, Kepala Daerah, dan

PNS, baik rasio maupun dasar pertimbangannya.

7) Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja

dan anggaran multi tahunan.

8) Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang-barang daerah yang

lebih profesional.

9) Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD,

peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating


kinerja anggaran, serta transparansi informasi anggaran kepada

publik.

10) Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan

pembinaan,

peran asosiasi dan peran anggota masyarakat guna pengembangan

profesionalisme aparat pemerintah daerah.

11) Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk

menyediakan

informasi anggaran yang akurat dan komitmen pemerintah daerah

terhadap.

12) Penyebarluasan informasi, sehingga memudahkan pelaporan dan

pengendalian, serta mempermudah mendapatkan informasi.

2. Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut American Accounting Assosiation (1996) dalam


Hendraryadi (2011)7:

“Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,


pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi dari suatu
organisasi atau entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Pengertian ini juga melingkupi penganalisisan laporan yang dihasilkan
oleh akuntansi tersebut.”

7
Hendraryadi, S.2011. Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/
Kota di Jawa Tengah Antara Tahun 2008-2009. (Skripsi.Universitas Diponegoro Semarang)
Definisi tersebut diketahui bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan

informasi kualitatif, terutama yang berdifat keuangan, tentang entitas

ekonomi. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar

berguna sebagai input yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan

ekonomi yang rasional. Kata entitas diartikan sebagai satuan organisasi.

Akuntansi yang berkaitan dengan dengan organisasi perusahaan (bisnis)

biasanya dikenal dengan akuntansi sektor privat, dan berkaitan dengan

organisasi pemerintahan atau lembaga nonprofit dikenal akuntansi

pemerintahan atau akuntansi sektor publik.

Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi digunakan

untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan

pemerintah daerah kepada pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan

masyarakat. Lingkup akuntansi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu

akuntansi pemerintah pusat dan akuntansi pemerintah daerah yang terdiri

atas; akuntansi pemerintahan provinsi dan akuntansi pemerintahan kabupaten

atau kota.8

Keuangan daerah merupakan bagian integral dari keuangan negara

dalam

pengalokasian sumber-sumber ekonomi, pemerataan hasil-hasil

pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi guna stabilitas sosial

politik. Peranan keuangan daerah menjadi semakin penting karena adanya

keterbatasan dana yang dapatdialihkan ke daerah berupa subsidi dan bantuan.

8
Halim, A. Akuntansi Sector Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. (Jakarta: Salemba Empat,
2007)
Selain itu juga karena semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi daerah

yang pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat di

daerah. Peranan keuangan daerah akan dapat meningkatkan kesiapan daerah

untuk mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan

bertanggungjawab.Dalam Pemendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa:

“Sistem akuntansi pemerintahan daerah adalah kegiatan yang meliputi


serangkaian prosedur mulai dan proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan Pelaporan Keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi computer.”9

Mekanisme pengelolaan keuangan daerah menurut permendagri nomor

13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kekuasaaan

keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengelolaan

Keuangan Daerah (SKPKD) selaku Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah

(PPKD), dan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

selaku pejabat pengguna anggaran atau barang daerah dibawah koordinasi

sekretaris daerah. Pemisahan ini memberikan kejelasan dalam pembagian

wewenang dan tanggung jawab.

Dalam peraturan pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah, laporan keuangan pemerintah daerah (pemda)

terdiri atas laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan. Komponen-komponen yang terdapat dalam laporan

9
Pemendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta
keuangan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai

anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-

LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut

berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan

mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan

ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran karena menyediakan

informasi-informasi sebagai berikut:

a. Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya

ekonomi;

b. Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna

dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas

penggunaan anggaran.

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai

aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap

entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta

mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan

jangka panjang.
3. Laporan Arus Kas

Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan

keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas

untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu

komponen laporan keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib

menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang

mempunyai fungsi perbendaharaan umum atau unit yang ditetapkan

sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan

umum negara/daerah.

4. Catatan Atas Laporan

Keuangan CaLK memberikan

informasi

kualitatif dan mengungkapkan kebijakan serta menjelaskan kinerja

pemerintah dalam tahapan pengelolaan keuangan negara. Selain itu, dalam

CaLK memberikan penjelasan atas segala informasi yang ada dalam

laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh

lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga

masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan

neagra yang dilaporkan secara lebih pragmatis.

3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Menurut Harun10 laporan keuangan merupakan alat akuntabilitas utama

pemerintah kepada wakil rakyat di parlemen atau lembaga-lembaga Negara

lain yang berkepentingan serta masyarakat umum. Iklim reformasi

Harun.2009. Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia. Jakarta:


10

Salemba Empat
menghendaki akuntabilitas sektor publik yang lebih transparan atau laporan

keuangan yang lebih informatif menjadi kebutuhan. Secara spesifik tujuan

khusus pelaporan keuangan sektor publik adalah menyediakan informasi yang

relevan dalam pengambilan keputusan, dan menunjukkan akuntabilitas entitas

atas sumber daya yang dipercayakan, dengan cara:

1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi dan

penggunaan sumber daya keuangan finansial.

2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

3. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan

entitas dalam pendanaan aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta

komitmennya.

4. Menyediakan informasi mengenai kondisi finansial suatu entitas dan

perubahan di dalamnya.

5. Menyediakan informasi agregat yang berguna untuk mengevaluasi

kinerja entitas dalam hal biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.

Penelitian yang dilakukan Sumarjo11mendefinisikan laporan keuangan

sebagai salah satu informasi yang secara formal wajib di publikasikan sebagai

sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber

daya pemilik, serta jendela informasi yang memungkinkan bagi pihak-pihak

diluar manajemen, mengetahui kondisi entitas tersebut.

11
Sumarjo, Hendro, 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di
Indonesia). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Laporan keuangan organisasi sektor publik publik merupakan

komponen penting untukmenciptakan akuntabilitas sektor publik.

Adanyauntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik

menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk manajemen

sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya

adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan (Mardiasmo,

2002). Menurut Diamond (2002) penyajian laporan keuangan merupakan hal

yang sangat penting, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu

elemen dasar dari trasparansi dan akuntabilitas

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna

laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum

yang selanjutnya disebut dengan laporan keuangan pemerintah daerah

disusun dandisajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi

sejumlah besar pemakai.12

Organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan

keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti Laporan

Surplus atau Defisit, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Aliran Kas,

Neraca serta Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan

non-finansial.13Bastian (2006) menyebutkan komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu set laporan keuangan yang lengkap meliputi Laporan

Posisi Keuangan, Laporan Kinerja Keuangan, Laporan Perubahan Aktiva,

12
Bastian, I.2006. Akuntansi sektor publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
13
Mardiasmo. Akuntansi Sector Publik. Yogyakarta: Andi Offset.2009
Laporan Arus Kas, Perhitungan Anggaran dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Permendagri No. 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa “kinerja adalah

keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai

sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang

terukur”. Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari

suatu hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan

belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan

melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu

periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut merupakan rasio

keuangan yang terbentuk dari unsur laporan pertanggungjawaban kepada

kepala daerah berupa perhitungan APBD. Kinerja keuangan adalah suatu

ukuran kinerja yang menggunakan indikator keuangan. Karena menggunakan

indikator keuangan, maka alat analisis yang tepat untuk mengukur kinerja

keuangan adalah analisis keuangan (Hidayat dan Ghozali, 2013).

Analisis kinerja keuangan dilakukan pada dasarnya untuk menilai

kinerja di masa lalu dengan melakukan analisis-analisis, sehingga diperoleh

posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja

yang akan berlanjut. Menurut Halim (2013) “analisis kinerja keuangan adalah

usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang

tersedia”. Salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja pemerintah

daerah dalam pengelolaan keuangan daerah sebagaimana yang dituangkan


dalam APBD adalah analisis rasio keuangan. Dalam organisasi pemerintah

untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu rasio

derajat desentralisasi, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio

kemandirian daerah, rasio efektivitas dan efisiensi, derajat kontribusi BUMD,

debt service coverage ratio, rasio utang terhadap pendapatan daerah, rasio

tingkat pembiayaan SiLPA. Pada penelitian ini rasio yang digunakan adalah

derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan.14

Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakuan untuk menilai kinerja

di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi

keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang

akan berlanjut Menurut Halim (2001) analisis kinerja keuangan adalah usaha

mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang

tersedia.15

Dalam organisasi pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan ada

beberapa ukuran kinerja, yaitu rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio

efisiensi, rasio pertumbuhan, dan rasio keserasian. Salah satu alat untuk

menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan

daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD

yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya Halim(2007).16

14
Bastian, I. Akuntansi sektor publik di Indonesia. (Yogyakarta: BPFE.2006)
15
Ibid
16
Hendraryadi, S.Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan PemerintahKabupaten/Kota
di Jawa Tengah Antara Tahun 2008-2009. (Skripsi.Universitas Diponegoro Semarang)
Sedangkan menurutMardiasmo17pengukurankinerja keuangan

Pemerintah Daerah dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu:

1. Memperbaiki kinerja pemerintah

2. Membantu mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan

3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan.

Disamping itu, para pengguna laporan keuangan diberikan pula

berbagai macam informasi yang relevan dan berkaitan dengan layanan yang

diberikan dan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja organisasi pemerintah,

yang dikelompokkan dalam dua elemen yaitu: elemen di luar kontrol

pemerintah seperti kondisi demografi dan lingkungan dan elemen yang dapat

dikontrol oleh pemerintah secara signifikan seperti pola dan komposisi

personalia. Kedua elemen tersebut dapat dianalogikan sebagai elemen-elemen

yang terangkum dalam karakteristik pemerintah daerah.

Menurut Syamsi (1986) dalam Halim dan Kusufi (2012)18, ada

beberapa kriteria yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui kemampuan

pemerintah daerah dalam mengatur rumah tangganya antara lain:

1. Kemampuan Struktural Organisasinya

Struktur organisasi pemerintah daerah harus mampu menampung segala

aktivitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggung jawabnya,

jumlah unit-unit beserta macamnya cukup mencerminkan kebutuhan,

pembagian tugas wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.


17
Mardiasmo.(2009). Akuntansi Sector Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
Halim, A dan Kusufi, M.S.2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat
18
2. Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Aparat pemerintah daerah harus mampu menjalankan tugasnya dalam

mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Keahlian, moral,

disiplin, dan kejujuran saling menunjang tercapainya tujuan yang diidam-

idamkan oleh daerah.

3. Kemampuan Mendorong Partisipasi Masyarakat

Pemerintah daerah harus mampu mendorong agar masyarakat mau

berperan serta kegiatan pembangunan.

4. Kemampuan Keuangan Daerah

Pemerintah daerah harus mampu membiayai semua kegiatan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sebagai pelaksanaan

pengaturan dan pengurusan rumah tangganya sendiri. Untuk itu

kemampuan keuangan daerah harus mampu mendukung terhadap

pembiayaan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.19

5. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Mahmudi (2015:9), analisis laporan keuangan dimaksudkan

untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana

menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi

laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk

pengambilan keputusan.20 Menurut Brigham dan Houston (2001: 426), untuk

memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan,

Halim, A dan Kusufi, M.S. Akuntansi Keuangan Daerah. (Jakarta: Salemba Empat, 2012)
19

20
Mahmudi (2015), Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua.Yogyakarta: UPP
STIM YKPN
perlu dilakukan suatu interpretasi atau analisis terhadap data

keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan itu

akan tercermin dalam laporan keuangannya.21 Laporan keuangan melaporkan

baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya

selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi nilai riil dari laporan

keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk

membantu memprediksi laba dan dividen masa depan. Menurut Sugiyono,

fungsi utama laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk

memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan ekonomi, sosial, dan politik.

Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang

transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisis rasio

terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun pengakuntasian dalam APBD

berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.22

Penggunaan analisis keuangan sebagai alat analisis kinerja secara

umum telah digunakan oleh lembaga komersial, sedangakn penggunaannya

pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah masih sangat terbatas

sehingga secara teoritis belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama

dan kaidah pengukurannya.

Menurut Halim (2007) analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan

dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan

21
Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan
Buku 2. Jakarta: Erlangga
dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui kecenderungan yang

terjadi. Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan

yang bersumber dari APBD antara lain adalah sebagai berikut:23

1. Rasio Kemandirian

Menurut Mahsum dalam Dwijyanti dan Rusherlistyanti24, kemandirian

keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber

pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah

(selanjutnya disebut “Rasio KKD”) menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan,

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Berdasarkan

formula dapat diketahui bahwa rasio KKD menggambarkan sejauh mana

ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio

ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern

(terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian pula

sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah

yang merupakan komponen dari PAD.

23
Halim, A. Akuntansi Sector Publik : Akuntansi Keuangan Daerah.
(Jakarta:SalembaEmpat, 2007)
24
Dwijayanti, R dan Rusherlistyanti.2013. Analisis perbandingan kinerja keuangan
pemerintah propinsi Se-Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 12No.01
Selanjutnya Kecenderungan kemandirian keuangan daerah penting dinilai

untuk mengetahui arah perkembangan kedua dimensi keuangan ini. Suatu

daerah otonom kabupaten/kota pada suatu tahun tertentu barangkali belum

dapat memenuhi kemandirian keuangannya, tetapi dengan melihat trend

positif dari dimensi kemandirian keuangan tersebut diperoleh keyakinan,

walaupun lambat ada peluang akan menuju kemandirian keuangan daerah

yang ideal.

Amin dalam Dori Saputra menyatakan bahwa persentase trend digunakan

apabila ingin melihat perkembangan suatu perusahaan. Dalam menghitung

persentase digunakan salah satu tahun sebagai tahun dasar. Apabila suatu

tahun dipilih sebagai tahun dasar, maka data dalam tahun tersebut

dinyatakan dengan angka seratus, yang artinya 100% dan data sejenis

dalam tahun berikutnya dinyatakan dalam angka persentase dari data tahun

dasar.25

Rasio kemandirian = Pendapatan Asli daerah


Pendapatan Transfer

Tabel 2.1
Kriteria Rasio Kemandirian
Kemampuan Rasio Pola
Keuangan Kemandirian (%) Hubungan
Rendah Sekali 0-25 Instruktif
Rendah >25-50 Konsulatif
Sedang >50-75 Partisipatif
Tinggi >75-100 Delegatif
Sumber: Mahsum, 2006 dalam Dwijayanti dan Rusherlistyanti, 2013

Dori Saputra, Op.Cit, h.10


25
2. Rasio Efektivitas

Menurut Mahsum dalam Dwijyanti dan Rusherlistyanti, rasio efektivitas

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan

pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target

yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.26

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif

apabila rasio yang dicapai minimal 100%. Namun, semakin tinggi

rasioefektivitas menggambarkan kemampuan daerah semakin baik.

Departemen Dalam Negeri dengan Kepmendagri No.690.900-327, Tahun

1996 mengategorikan kemampuan efektivitas keuangan daerah otonom ke

dalam lima tingkat efektivitas.

Selanjutnya Trend efektivitas keuangan daerah penting dinilai untuk

mengetahui arah perkembangan dimensi efektivitas keuangan daerah.

Suatu daerah otonom kabupaten/kota pada suatu tahun tertentu barangkali

belum dapat memenuhi efektivitas keuangannya, tetapi dengan melihat

trend positif dari kedua dimensi keuangan tersebut diperoleh keyakinan,

walaupun lambat ada peluang akan menuju efektivitas keuangan daerah

yang ideal.

Amin dalam Dori Saputra menyatakan bahwa persentase trend digunakan

apabila ingin melihat perkembangan suatu perusahaan. Dalam menghitung

persentase digunakan salah satu tahun sebagai tahun dasar.27

26
Dwijayanti, R dan Rusherlistyanti.2013. Analisis perbandingan kinerja keuangan
pemerintah propinsi Se-Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 12 No.01
27
Dori Saputra, “Analisis Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah pada Kabupaten
dan Kota di Provinsi Sumatera Barat”, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2014), h.11
Apabila suatu tahun dipilih sebagai tahun dasar, maka data dalam tahun

tersebut dinyatakan dengan angka seratus, yang artinya 100% dan data

sejenis dalam tahun berikutnya dinyatakan dalam angka persentase dari

data tahun dasar.Analisis trend efektivitas keuangan daerah digunakan

untuk mengetahui arah perkembangan efektivitas keuangan daerah

tersebut. Apabila persentase trend EKD lebih dari 100%, maka telah

terjadi perkembangan EKD.

Rasio Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD


Target Penerimaan PAD

Tabel 2.2
Kriteria Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kriteria Rasio Efektivitas (%)

Sangat Efektif >100


Efektif 100
Cukup Efektif 90-99
Kurang Efektif 75-89
Tidak Efektif <75
Sumber: Mahmudi, 2010 dalam Dwijayanti dan Rusherlistyanti, 2013

3. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara

besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan

realisasi pendapatan yang diterima.Rasio perbandingan dapat

dikategorikan efisien apabilahrasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau

dibawah 100%.

Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja Pemerintah

Daerah semakin baik.


Rasio efesiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan

yang diterima. Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melakukan

pemungutan pendapatan di kategorikan efisiensi apabila rasio yang dicapai

kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi

keuangan daerah berarti kinerja keuangan pemerintah daerah semakin

baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa

besar biaya yang dikeluarkan untuk meealisasikan seluruh pendapatan

yang diterimanya sehingga dapatdiketahui apakah kegiatan pemungutan

pendapatannya tersebut efisiensi atau tidak.

Hal ini perlu dlakukan karena meskipun pemerintah daerah berhasil

merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai dengan target yang

ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata

biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan tpenerima pendapatannya itu

lebih besar daripada realisasi pendapatan yang diterimanya.28 (Abdul

Halim)

Rasio efisiensi = realisasi pengeluaran


realisasi penerimaan

Tabel 2.3
Kriteria Efisiensi Keuangan Daerah
Efisiensi Keuangan Daerah Rasio Efisiensi
Otonomi dan Kemampuan
Keuangan
Sangat efisien ≤60
Efisien >60-80

Halim, Abdul. 2007. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta:
28

UPP AMP YKPN.


Cukup Efisien >80-90
Kurang Efisien >90-100
Tidak Efisien ≥100

Sumber: Mahsum, 2006 dalam Dwijayanti dan Rusherlistyanti, 2013

4. Rasio Aktivitas

Rasio keserasian yaitu rasio yang menggambarkan bagaimana pemerintah

daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja

pertumbuhan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang

dialokasikan untuk belanja aparatur daerah berarti persentase belanja

pelayanan publik yang digunakan untuk menyediakan sarana dan

prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.

Rasio belanja rutin = total belanja rutin


total APBD

Rasio belanja pembangunan = total belanja pembangunan


total APBD

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah

daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang

telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Rasio pertumbuhan

bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah daerah dalam tahun

anggaran bersangkutan ataua selama beberapa periode anggaran, kinerja

anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan atau belanja secara

positif atau negative (mahmudi 2010:138). Rasio ini mengukur seberapa

besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan


meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari satu period eke

periode berikutnya. Dengan di ketahui pertumbuhan untuk masing-masing

komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk

mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian

(Halim 2007:241). Rasio berfungsi untuk mengevaluasi potensi-potensi

daerah yang perlu mendapatkan perhatian.

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio

keuangan Pemerintah Daerah.29

a. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah (masyarakat).

b. Pemerintah pusat/propinsi sebagai masukan dalam

membina pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

c. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki

saham pemda tersedia memberi pinjaman maupun membeli

obligasi.

PAD tahun t – PAD tahun t-1

rasio pertumbuhan = PAD tahun t-1

6. Pandangan Ekonomi Islam Tentang Kinerja Keuangan Daerah

Lawler dan Porter dalam Ima Amaliah, Aan Julia, dan Westi Riani,

Kinerja adalah keberhasilan pencapaian peran yang diperoleh seseorang atas apa

yang diperbuatannya.30 Menurut Fajar Nugroho, Kinerja merupakan pencapaian

Halim, A. Akuntansi Sector Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. (Jakarta:


29

SalembaEmpat, 2007)
30
Ima Amaliah, Aan Julia, dan Westi Riani “Pengaruh Nilai Islam Terhadap Kinerja
Kerja”. Jurnal Mimbar. Vol 29 No. 3 (2013), h.167
atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi.31 Dalam

pandangan ekonomi Islam, kinerja (hasil kerja) terkait dengan segala sesuatu yang

telah dilakukan oleh seorang individu relevan dengan standar tertentu. Kinerja

dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang

keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi PAD, dana berimbang serta

pendapatan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan

melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama beberapa

periode anggaran.

Terkait dengan kinerja manusia, Allah mengungkapkannya dalam bentuk

pahala dan siksa. Ketika manusia melaksanakan segala perintah Allah maka Allah

memberinya pahala. Sebaliknya ketika manusia melanggar aturan yang telah

digariskan-Nya, maka Allah akan mengazabnya dengan siksa yang pedih,

sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat dalam Al-Quran diantaranya Surat

Al-Kahfi ayat 87-88 yang berbunyi:


ٍۡ ‫ي‬
‫ۡ ف عزتُ^ ۥهُ^ ث ُ إِ^نًَ^ س َف ُي عزت عزا ٗتا َُّ ۡك َوأيا‬ ‫ٍي َظَه َى ف‬ ‫قَ^ا ل‬
^‫ٗشا‬ ‫ت ۦه ۥه‬ ‫َّى ي ّد‬ ‫ى‬ ‫َأيا‬
ّ ‫ش‬
‫ض‬
‫حا ج ٱ ح ٰۖ وُصَ^قُ^ى نَ ُۥه ي ٍۡ أ شَ^ا ض ٗشا‬ َ ‫ءاي وعًم‬
ٍ
ً
‫ۡي ي‬ ‫ل‬ ‫فَ^ َه^ه ز ۡن ض‬ ‫ص‬
‫ٓا ء‬ ‫ه‬
87. Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan
mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan
mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.
88. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala
yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang
mudah dari perintah-perintah kami". (Surat Al-Kahfi ayat 87-88)

Menurut Alorfi dalam Ima Amaliah, Aan Julia, dan Westi Riani, penilaian kerja

dalam pandangan Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang diajarkan Al-

Quran yaitu:
31
Fajar Nugroho, skripsi: Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja
Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Intervening: Studi Kasus
Diprovinsi Jawa Tengah, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), h. 17
1. Keadilan, kompetensi (QS. An-Nissa ayat 32)

‫صي يًا‬ ‫ض جال‬, ۡ ‫و ََل تَ^تَ^ َ^ًَُ^ّ ۡى يا ف ضم ل َّٱلُ^ ِت^ۦه ت َضك^ ۡى‬
ٰۖ
‫ة‬ ‫نِ^ّهش‬ ‫عهً ع‬ ^
َ ‫ع‬ ۡ ‫ا‬ْ
‫َت‬
ٌ ‫كت ض وس ٔ ي ف ضِه ٌ كا‬ َ ۡ ‫كت ضثُ^ى ْا ضآ^ء صي ًاي ٱ‬ َ ۡ‫ٱ‬
ٍ
‫ِٓۦه إ لَٱّل‬ َّ ‫ۡ ٍث ٔ´ نُ^ى ْا ٱ ل‬ ‫ة‬ ^ِ‫و ِن^ُه‬
َ‫ل‬
‫ِت^ك^م شيء عهِ^ي ًٗا‬
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”(QS. An-Nissa ayat 32)

2. Kejujuran (QS. Al-Maidah ayat 8)

ٔ
ٌ‫ش^ ء ت ^ِ^ٲ ن ۖ و ََل ش َُي^ ۡ شٍٔ´ ا‬
ۡ َّ ‫ءا ُيىاْ ُك َُى^ىْا قَ^ ٍيي‬ ٍ‫َٓي^أَ^ ُّيهَ^ا ٱنَ^ّ ِزي‬
‫َي^ج ى‬ ٰ ‫ه ٰۖ ِق^ض‬َ ِ‫ّلل‬ ‫َّى‬
‫َذ ٓا‬
‫ك‬ ‫ط‬
‫ٌ خثِي تِ^ًا‬ ‫ب نِ^هتَ^ وٱت ^َ^ّقُ^ىْا ٱ‬ ‫عذنُ^ىاْ ۡ ق‬ ْ‫ٓ أ ۡ ذنُ^ى ^ا‬ َ ‫قَ ۡى ٍو‬
ً ‫عه‬
‫لٱَّل ُش‬ ِ‫إ‬ ‫ۡقىي‬ َ‫هُ^ى ش أ‬ ‫ٱ‬ ‫ََّل ع‬
‫َت‬
َّٖ
‫َلل‬
‫َت ۡع ًُه ٌى‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Maidah ayat 8)
3. Usaha (QS. An-Najm ayat 39)

‫صع‬ ‫و ٌأَ ش ِن^ ۡ ٍ إِ^ ََّل‬


‫يا‬ ‫ن ِۡلَ َض‬
‫ّ ۡي‬
Artinya : “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang

telah diusahakannya,” (QS. An-Najm ayat 39)

4. Inisiatif , Pengalaman Kerja (QS. Ar-Raad ayat 11).

‫يا‬
‫غي‬ ‫ي ٍۡ أَ^ يۡ ش ٱ ٌ لٱَّل^ َل ي‬ ‫نَ^ه ي^ ع^قِ^ّ ٰثَ^ت ي ٍُۢ ت ٍ ي وي خ حفَ^ظُ^َى^ه‬
‫ّش‬ َِّۗ ‫ل‬ ‫ۡي َذ ۡي^ ه ٍۡ ۡهفِ^ۦه‬
‫ِل^ إ‬ ‫ي‬
‫وي ^ ا‬ َ‫ن‬ ‫و صى ٗءا ف‬, ‫ِت^قَ^ ۡى ٍو ح َت^ ً ي ُ^^غيِ^ّشوا ي^ ا ِت^أَ َ^ف ض َر ٓا َّللُٱ ِتَق ۡى‬
‫نَ^هُ^ى‬ ‫ََل‬ ‫ساد‬ ‫ه أَ ِوإ‬
‫ٖ ُۥه يشد‬ ‫ِۡۗى‬
‫ٍي د َو ۦه ٍي وال‬
Artnya :”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-
Raad ayat 11)

5. Kreativitas individu (QS. Al-Zukhruf ayat 32)

‫في ٱ حيَ^ ٰ ِىج ٱن‬ ‫أَهُ ۡى َي ۡق ًض ٌى‬


ِ ^‫ٍ قَ^ض ًَُۡ^ا^ ت ي^ ع^ي ^شَته‬ ‫سحًت س ِت^ّ َك‬
‫ُّذ َۡيَ^ ٖۚا‬ ‫ۡن‬ ‫ۡى‬ ُ ^َ‫ُۡي‬
‫ه^ى‬ ‫َ^ح‬
‫صخش وسحًت‬ ‫هى ت‬
^ُ ‫ض‬ ‫ت ِّن َي^تَ^ّخز‬ ‫ض‬ ‫وس َف^ ُۡعَ^ا َت^ ۡعضهُ^ ۡى فَ^ ۡىق َت^ ۡع‬
‫ّٗ^ي ِۗا‬ ‫ۡعضا‬ ‫َت^ ۡع‬ ‫دس‬
‫َج‬
‫ ي^ ًا َي^ًجعٌى‬ٞ ‫ست ِ^^ّك‬
‫ش‬
‫خ‬
‫ۡي‬
Artinya :”Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(QS. Al-Zukhruf
ayat 32)
Sedangkan menurut Sastrohadiwijoyo dalam Ima Amaliah, Aan Julia, dan

Westi Riani, hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian kinerja yaitu

kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama serta

prakarsa kepemimpinan dari seorang pegawai.32

Dari ayat tersebut bahwasanya Allah pasti akan membalas setiap amal

perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan. Artinya jika

seseorang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan menunjukkan kinerja yang

baik pula bagi organisasinya maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari

kerjaannya dan akan memberikan keuntungan bagi organisasinya.33

Firman allah dalam Al-Qur’an surat Al-Araaf ayat 39:

‫ب‬ ۡ
‫ِت^ًا‬ ‫ٍي ف ضم فَ^زوقُ^ىا ع‬ ‫عه‬ ‫كٌا َنك ۡى‬ ‫وقَ^انَ^ت أُ^ونَ^ ٰىهُ^ ۡى ِ لُ ش َف^ًا‬
‫ن زا‬ ‫ُۡيَ^ا‬ ‫خ ٰىه‬
‫ٱ‬ ‫ۡى‬
‫ُك ُت ۡى تَ ۡكض ُث ٌى‬
Artinya :” Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka
kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan
sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah
kamu lakukan".(QS : Al-Araaf ayat 39)

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya segala kelebihan hanya milik Allah, oleh

karena itu bekerja tidak hanya sebatas ubuddiyah saja, karena pekerjaan erupakan

proses yang frekuensi logisnya adalah pahala (balasan) yang akan kita terima.

Dalam konteks ini, pekerjaan tidak hanya bersifat ritual dan ukhrowi, akan tetapi

juga merupakan pekerjaan sosial yang bersifat duniawi.34

A. Penelitian Terdahulu

32
Ima Amaliah, Aan Julia, dan Westi Riani , Op.Cit, h.167-168
33
Al-Qur’an dan Terjemah New Cordova, Loc.Cit
34
Rafida. “Analisis Kompetensi Terhadap Kinerja Keuangan di Lembaga Keuangan Mikro
Syariah Kota Jambi”. Jurnal Nalar Fiqh, Vol 9 No. 1 (2014), h. 10
No Judul Alat Analisis Hasil Penelitian
Penelitian/Peneliti
1 Analisis kinerja Rasio derajat Hasil bahwa varian
keuangan pemerintah desentralisasi, pendapatan yang terjadi di
daerah dalam rasio Kabupaten Jembrana pada
pengelolaan anggaran kemandirian, tahun 2010-2014 dikatakan
pendapatan dan belanja rasio baik. Namun pada rasio
daerah di kabupaten pertumbuhan, dan derajat desentralisasi masuk
Jembrana tahun 2010- rasio efisiensi kategori sangat kurang,
2014. Saputra, C.S., bahkan pada rasio
Suwendra W.I., dan kemandirian sangat rendah.
Yudiaatmaja. F35 Meskipun begitu, pada rasio
pertumbuhan, varian belanja,
dan rasio efisiensi masuk
kategori baik.
2 Analisis rasio keuangan Rasio kinerja Hasil bahwa kinerja keuangan
anggaran pendapatan keuangan, rasio pada Kabupaten Banyuwangi
dan belanja daerah kemandirian, sudah dikatakan baik. Hal
dalam menilai kinerja rasio efektifitas tersebut terbukti dari hasil
keuangan pemerintah analisis perhitungan rasio
daerah Kabupaten keuangan. Namun, rasio
Banyuwangi. kemandirian masih tergolong
Dharmawati, M. K dan rendah karena tingkat
Irmadariyani, R36 ketergantungan pada pihak
eksternal masih cukup tinggi.
Dan rasio efektifitas
menunjukkan hasil yang baik.
3 Analisis kinerja Rasio hasil bahwa tingkat
keuangan daerah dalam kemandirian, , kemandirian kota Bukittinggi
mendukung rasio efektifitas, masih tergolong rendah,
pelaksanaan otonomi sedangkan dari segi
daerah pemerintah Kota efektifitas anggaran,
Bukittinggi. Dewi, S.37 tergolong tidak efektif dalam
penetapan anggaran. Dari
segi efisiensi, sudah sangat
efisien dalam mengelurakan
biaya untuk memungut PAD
4 Mengukur kinerja rasio hasil dari penelitian ini rasio

35
Saputra, C.S., Suwendra W.I., dan Yudiaatmaja. F.2016. Analisis kinerja keuangan
pemerintah daerah dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah di kabupaten
Jembrana tahun 2010-2014. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
36
Dharmawati, M. K dan Irmadariyani, R.2016. Analisis rasio keuangan anggaran
pendapatan dan belanja daerah dalam menilai kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten
Banyuwangi. Artikel Ilmiah Mahasiswa
37
Dewi, S.2015. Analisis kinerja keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan
otonomi daerah pemerintah Kota Bukittinggi. Jom FEKOM Vol.2 No.2
pemerintah daerah kemandirian, kemandirian dinyatakan
melalui rasio keuangan rasio aktivitas, rendah karena pemerintah
daerah. Wakhyudi dan rasio daerah masih sangat
Tarunasari, L.F.38 pertumbuhan, dan bergantung pada pemerintah
rasio efektivitas pusat. Sedangkan untuk rasio
aktivitas dan rasio
pertumbuhan mengalami
peningkatan terbukti dengan
pemerintah daerah mulai
adanya pembangunan sarana
dan prasana. Sementara itu
rasio efektivitas dan
efisiensinya dinyatakan
stabil.

5 Perbandingan kinerja rasio efisiensi, hasil bahwa rata-rata rasio


keuangan Daerah rasio efektivitas, efisiensi pada masa sebelum
Istimewa Yogyakarta rasio kemandirian dan sesudah otonomi daerah
sebelum dan sesudah menunjukkan tidak adanya
otonomi daerah. perbedaan. Begitu pula pada
Sulianti dan Ika,S. R.39 rasio efektivitas yang
ternyata tidak ada perbedaan
tingkat efektivitasnya.
Namun, berbeda dengan
tingkat kemandirian yang
dinyatakan bahwa adanya
tingkat perbedaan pada masa
sebelum dan sesudah
otonomi.
6 Evaluasi Kinerja Rasio bahwa kinerja pemerintah
Keuangan Daerah kemandirian, , Provinsi NTB pada tahun
Pemerintah Provinsi rasio efektifitas 2003-2007 tidak optimal, hal
Nusa Tenggara Barat ini ditunjukkan oleh indikator
Tahun Anggaran 2003 - kinerja keuangan yang antara
2007. Bisma, I Dewa lain; ketergantungan
Gde, dan Hery keuangan daerah sangat
Susanto.40 tinggi terhadap pemerintah
pusat sehingga tingkat
kemandirian daerah sangat

38
Wakhyudi dan Tarunasari, L.F.2013. Mengukur kinerja pemerintah daerah melalui
rasio keuangan daerah. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol.1 No.2
39
Sulianti dan Ika,S. R.2012. Perbandingan kinerja keuangan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebelum dan sesudah otonomi daerah. Efektif: Jurnal Bisnis dan Ekonomi
40
Bisma, I. G dan Susanto, H. 2010. Evaluasi kinerja keuangan daerah pemerintah
Propinsi Nusa Tenggara Barat tahun anggaran 2003-2007. Ganec Swara Edisi Khusus vol. 4 No.
3
kurang. Sedangkan tingkat
efektifitas pengelolaan
APBD sangat efektif, namun
tingkat efisiensi pengelolaan
APBD menunjukkan hasil
tidak efisien
7 Analisis Rasio Hasil penelitian
perbandingan kinerja kemandirian, , menunjukkan bahwa terdapat
keuangan daerah rasio efektifitas perbedaan kinerja keuangan
pemekaran di sebelum dan sesudah
provinsi Papua. pemekaran.
Riani, I. A. P
danKaluge, D.41

B. Kerangka Berfikir

Karena setiap perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis, maka

membuat perusahaan harus mampu mengembangkan sistem pengukuran

kinerja yang sesuai dengan persaingan global. Menurut Mathis dan Jackson

(2006:382) definisi pengukuran kinerja adalah: “Pengukuran kinerja

(performance appraisal) adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan

melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar,

dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan.

Penilaian kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi karyawan,

tinjauan kerja, evaluasi kinerja, dan penilaian hasil.” Indikator dalam

pengukuran kinerja yang baik menurut Moeheriono (2012:95) dikemukakan

sebagai berikut:

1. Indikator kinerja adalah nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan

untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan

Riani, I. A. P dan Kaluge, D.2011. Analisis perbandingan kinerja keuangan daerah


41

pemekaran di provinsi Papua. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume.9 Nomor. 3


2. Indikator kinerja adalah alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan

derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Sehingga, pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya terfokus pada ukuran

keuangan, yang dalam manajemen tradisional ukuran keuangan inilah yang

dengan mudah dilakukan pengukurannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dalam bentuk kerangka

pemikiran penelitian ini seperti berikut:


Gambar 2.1
Kerangka
Berfikir

Laporan Keuangan
Provinsi Lampung

Rasio Kemandirian
Pendapatan Asli Daerah
Total Pendapatan Daerah
Rasio efektivitas
Realisasi Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah
Target Penerimaan Pendapatan
asli Daerah
Rasio Efisiensi
Realisasi Pengeluaran
Realisasi Penerimaan
Rasio Aktivitas
Belanja Rutin
Belanja Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan
PAD

Rata-rata kinerja
keuangan pemerintah
Propinsi Lampung
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, I.2006. Akuntansi sektor publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Bastian, I.2009. Sistem Perencanaan Dan Penganggaran Pemerintahan Daerah


Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi


Kedelapan Buku 2. Jakarta: Erlangga.

Bisma, I. G dan Susanto, H. 2010. Evaluasi kinerja keuangan daerah pemerintah


Propinsi Nusa Tenggara Barat tahun anggaran 2003-2007. Ganec Swara
Edisi Khusus vol. 4 No. 3

Dharmawati, M. K dan Irmadariyani, R.2016. Analisis rasio keuangan anggaran


pendapatan dan belanja daerah dalam menilai kinerja keuangan pemerintah
daerah Kabupaten Banyuwangi. Artikel Ilmiah Mahasiswa

Dewi, S.2015. Analisis kinerja keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan


otonomi daerah pemerintah Kota Bukittinggi. Jom FEKOM Vol.2 No.2

Dwijayanti, R dan Rusherlistyanti.2013. Analisis perbandingan kinerja keuangan


pemerintah propinsi Se-Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 12
No.01

Efferin, et.al. (2008). Metodologi Penelitian Akuntansi, Mengungkap Fenomena


dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Halim, A.2007. Akuntansi Sector Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
SalembaEmpat

Halim, A dan Kusufi, M.S.2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba


Empat

Harun.2009. Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia.


Jakarta: Salemba Empat

Hendraryadi, S.2011. Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah


Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Antara Tahun 2008-2009. (Skripsi.
Universitas Diponegoro Semarang)

Mahmudi (2015), Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua.Yogyakarta:


UPP STIM YKPN.

Mardiasmo.(2009). Akuntansi Sector Publik. Yogyakarta: Andi Offset.


Magdalena, M dan Kurniawan,H.2013. Perbandingan indikator kinerja keuangan
pemerintah provinsi di Indonesia. Modus Vol.25 (1): 91-106

Nordiawan, D.2009. Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat

Rahman, N. A., Naukoko ,A., dan Londah, A.2014. Analisis perbandingan


kemampuan keuangan daerah di propinsi Sulawesi Utara (studi pada kota
Manado dan kota Bitung Tahun 2008-2012). Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi Vol. 14 No.3

Republik Indonesia. Undang-Undang No.12 Tahun 2008 tentang Perubahan


Kedua Atas Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Jakarta

. UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Jakarta

. UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta

. PP No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Jakarta

. PP No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Jakarta

. PP No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Jakarta

. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Jakarta

. UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta

. PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.


Jakarta

. Pemendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan


Keuangan Daerah. Jakarta

. Pemendagri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas


Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jakarta

Riani, I. A. P dan Kaluge, D.2011. Analisis perbandingan kinerja keuangan daerah


pemekaran di provinsi Papua. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume. 9
Nomor. 3
Saputra, C.S., Suwendra W.I., dan Yudiaatmaja. F.2016. Analisis kinerja
keuangan pemerintah daerah dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan
belanja daerah di kabupaten Jembrana tahun 2010-2014. e-Journal Bisma
Universitas Pendidikan Ganesha

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta

Sulianti dan Ika,S. R.2012. Perbandingan kinerja keuangan Daerah Istimewa


Yogyakarta sebelum dan sesudah otonomi daerah. Efektif: Jurnal Bisnis dan
Ekonomi

Susantih, H dan Saftiana, Y. Perbandingan indikator kinerja keuangan pemerintah


propinsi Se-Sumatera Bagian Selatan. Simposium Nasional Akuntansi XII
Palembang

Wakhyudi dan Tarunasari, L.F.2013. Mengukur kinerja pemerintah daerah


melalui rasio keuangan daerah. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol.1
No.2

Anda mungkin juga menyukai