Anda di halaman 1dari 19

Pengukuran Kinerja Sektor Publik di Indonesia

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Manajemen Publik
Dosen Pengampu : Oscar Radyan Danar, S.AP., M.AP., Ph.D.

Oleh:
Maghfirah Putri Handyni Husen
(185030101111050)

Kelas G
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta usaha yang penulis lakukan akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar
Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat yang syafa’atnya selalu kita nanti
hingga akhir kelas.

Makalah ini dengan judul “Pengukuran Kinerja Sektor Publik di Indonesia”


merupakan sebagai pemenuhan tugas pada perkuliahan pada mata kuliah
Manajemen Publik. Selama menyelesaikan tugas ini mendapat banyak bimbingan
dan arahan serta bantuan moril maupun material dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada yang terhormat:
1. Oscar Radyan Danar, S.AP., M.AP., Ph.D. selaku dosen mata kuliah
Manajemen Publik
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan semangat, dukungan,
dan doa selama proses pembelajaran dan pembuatan makalah ini.
3. Kepada teman – teman mahasiswa/I program studi Administrasi Publik
angkatan 2018 yang bersedia memberi masukan serta semangat kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis sangat mengaharapkan kritik dan sarannya demi perbaikan dan kemajuan
menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat
menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya, paling tidak bermanfaat
bagi diri peulis sendiri

Malang, 12 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

hal
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3


A. Manajemen Publik .......................................................................................3
B. Sektor Publik ...............................................................................................4
C. Pengukuran Kinerja Sektor Publik ...............................................................5
D. Pengukuran Kinerja Sektor Publik di Indonesia ..........................................8

BAB III PENUTUP ...............................................................................................14


A. Simpulan ....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen kinerja adalah tentang pengukuran dan manajemen, tentang
informasi dan tindakan (Hatry, 1999; Morley et al. 2001 dalam dalam Tony
dan Elke, 2003:127). Pada perkembangan manajemen publik New Publik
Management terdapat fokus pada pentingnya pengukuran kinerja sebagai
sarana manajemen pada setiap instansi pemerintahan dibutuhkan karena
dengan adanya pengukuran kinerja yang bertujuan untuk mengetahui hasil
dari kegiatan dan program yang dilakukan membuahkan keberhasilan atau
kegagalan. Pengukuran kinerja sangat dibutuhkan oleh banyak organisasi
karena di pengukuran ini semua kalangan dapat melihat progres kerja yang
sedang berjalan dengan melihat respon dari masyarakat dan dapat dilihat dari
pencapaian yang telah dilakuakan oleh sebuah organisasi dengan menjalankan
berbagai program dan kegiatan dengan berfokus pada visi, misi, tujuan, dan
sasaran yang telah disepakati. Pengukuran kinerja dalam sektor publik
menjadi hal yang sangat di khawatirkan karena hasil dari penilaian ini dilihat
dari pencapaian yang berhubungan dengan masyarakat banyak dengan yang
menjalankan merupakan pemangku kepentingan yang rentan ternodai dalam
hal korupsi, kolusi, nepotisme. Dalam hal pengukuran kinerja sektor publik, di
Indonesia terdapat sistem yang bernama SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah) dan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) yang berfungsi sebagai laporan pertanggungjawaban dari tugas
pokok yang sudah dijalankan oleh setiap instansi pemerintah yang
menggunakan uang negara yang memiliki siklus setiap 1 (satu) tahun.
Penilaian kinerja dalam laporan kinerja tahunan dapat diperoleh dari rumus
yang ada dengan keadaan yang sedang terjadi sehingga berhasil atau gagal
dapat dilihat penilaian kualitatif atau persentase.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manajemen publik ?
2. Apa yang dimaksud sektor publik ?
3. Bagaimana pengukuran kinerja dalam sektor publik ?
4. Apa contoh pengukuran kinerja sektor publik yang ada di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen publik
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sektor publik
3. Memahami pengukuran kinerja dalam sektor publik
4. Mengetahui contoh pengukuran kinerja sektor publik yang ada di
Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Publik
Salah satu unsur dari administrasi menurut The Liang Gie adalah manajemen, jadi
manajemen publik merupakan cabang ilmu dari administrasi publik yang
berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dalam hal sistem adminstrasi dan
manajemen yang berlaku di dalam sektor publik. Manajemen publik di kepalai
oleh seorang manajer dan manajer memiliki tugas untuk mengatur dan
mengembangkan berbagai hal mengenai organisasi sektor publik dengan optimal
dan dapat mencapai suatu tujuan. Menurut Frederickson dan Smith (2003, h.95
dalam Wijaya dan Danar, 2014:4) mengakatan bahwa meskipun perubahan telah
terjadi pada hampir seluruh sketor dalam administrasi publik, tidak ada
pendekatan yang dianggap paling kuat dalam administrasi publik selain
manajemen. Manajemen adalah proses mengelola atau mengkoordinasikan suatu
pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah disepakati dengan
cara melakukan kerja sama. Menurut george R. Terry, manajemen harus berkaitan
dengan fungsi-fungsi pokok manajemen yaitu, planning (perencanaan), organizing
(mengorganisasikan), actuating (menggerakkan), dan controlling (mengendalikan)
agar pencapaian tujuan tersebut dapat terwujud sesuai dengan rancangan suatu
organisasi maupun kelompok tertentu (Yayat, 2001, hal.3).

Menurut Dendhardt dan Dendhart (2007, dalam Wijaya dan Danar,


2014:7) dalam karyanya yang berjudul “The New Public Serving Not Streering” ia
membagi paradigma perkembangan administrasi publik dalam 3 tahap atau
bagian, yaitu Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM),
dan New Public Service (NPS) dan menjelaskan fokus utama Old Public
Administration adalah cara untuk dapat menyiapkan pelayanan publik melalui
organisasi atau badan resmi pemerintah dengan peran administrator publik yaitu
merumuskan kebijakan publik dan bertanggungjawab atas hal implementasi
kebijakan publik, maka keterlibatan masyarakat menjadi terbatas karena
organisasi publik melakukan sistem yang tertutup pada tahap ini. Setelah OPA

3
muncul tahap selanjutnya yaitu New Public Management (NPM) dan sistem NPM
dianggap cocok berlaku di Indonesia karena mengacu pada sekelompok ide dan
praktik kontemporer untuk menggunakan pendeketan dalam sektor privat (bisnis)
pada organisasi sektor publik. Secara tidak langsung, New Public Management
mengartikan sistem yang demokratis, hubungan kewenangan pemerintah yang
lebih terdesentralisasi, seperti yang dikemukakan Osborne dan Gaebler dalam
bukunya yang berjudul “Reinventing Goverment” (dalam Wijaya dan Danar
2014:9).Tahap New Public Management (NPM) menitikberatkan fokus utama
pada pentingnya pengukuran kinerja digunakan sebagai sarana manajemen di
dalam pemerintahan (OECD, 1997 dalam Tony dan Elke, 2003:127). Menurut
Harty (1999), pada dasarnya informasi kinerja yang akurat diperlukan untuk
implementasu dari manajemen seperti upah kerja, kontrak kerja atau anggaran
kerja (dalam Tony dan Elke, 2003:128).

B. Sektor Publik
Sektor publik (public sector) merupakan pelayanan yang berhubungan dengan
penyediaan barang maupun jasa untuk masyarakat umum yang diatur dalam suatu
peraturan dan sumber dana yang digunakan berasal dari pajak dan pemasukan
negara lainnya. Broadbent dan Guthrie (1992 dalam Rai 2008:3) berpendapat
bahwa sektor publik dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, aspek kegiatan atau
aktivitas yaitu pemerintah membiayai seluruh kegiatan seperti penyediaan
pelayanan yang bersifat monopolistik. Kedua, dilihat dari aspek kepemilikan,
sektor publik merupaka sesuatu yang dimiliki oleh masyarakat umum, bukan
pemegang saham atau sekelompok orang. Definisi dari sektor publik sangat
beragam dan memiliki arti yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan yang berlaku, situasi politik yang sedang terjadi, dan cara mengolah
sektor publik itu sendiri.

Adanya privatisasi sektor publik menyebabkan adanya perubahan dalam


makna dan konsep dari sektor publik, dapat kita lihat saat orde lama, semua
bentuk produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak maka akan dikuasai
dan dijalankan oleh negara, namun seiring berjalannya waktu dengan adanya

4
perkembangan sistem ekonomi, pemerintah mulai melaksanakan privatisasi
terhadap sektor produksi agar pembangunan lebih efisien dan urusan
pengumpulan dana privat lebih efektif. Organisasi publik dibagi menjadi dua
menurut tujuan dan sumber pendanaannya, yaitu:

1. Pure non profit organization, yaitu menyediakan barang dan/atau jasa


untuk publik dengan tujuan melayani dalam pemenuhan kebutuhan dan
mensejahterakan masyarakat. Sumber pendanaannya berasal dari
pajak, retribusi, dan penerimaan pemerintah lainnya.
2. Quasi non profit organization, yaitu menyediakan barang dan/atau jasa
dengan tujuan melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan dari
masyarakat. Sumber dananya berasal dari investor pemerintah/swasta.
Dalam Goverment Finance Statistics (GFS) Manual 2001 yang dikeluarkan oleh
International Monetary Fund (IMF) menguaraikan komponen sektor publik,
sebagi berikut :

SEKTOR PUBLIK

PEMERINTAHAN PERUSAHAN PUBLIK


UMUM

PERUSAHAAN PERUSAHAAN
PEMERINTAHAN PUBLIK PUBLIK NON-
PUSAT KEUANGAN KEUANGAN

PEMERINTAH PERUSAHAAN
DAERAH PUBLIK MONETER

PERUSAHAAN
PEMERINTAH
PUBLIK NON-
NEGARABAGIAN
/ PROVINSI MONETER

C. Pengukuran Kinerja Sektor Publik


Pengukuran kinerja dalam sebuah organisasi merupakan hal penting yang harus
dilakukan, karena kemajuan di dalam organisasi dapat dilakukan dengan

5
melakukan perbaikan kinerja melalui tahap evaluasi kinerja, yang di mana
evaluasi ini membutuhkan adanya sistem pengukuran kinerja. Sistem pengukuran
kinerja sektor publik ini merupakan sebuah sistem yang ditujukan untuk dapat
melihat dan menilai kesuksesan yang sudah dicapai dalam hal pemenuhan tujuan
dan sasaran organisasi, dan sistem ini diperkuat dengan berlakunya reward dan
punishment yang dapat menjadi alat pengendali organisasi. Melihat tujuan dari
pembentukan organisasi publik adalah memenuhi kebutuhan publik atau
masyarakat, maka kinerja sektor publik dapat dinyatakan berhasil apabila mampu
memenuhi responsibilitas dan harapan masyarakat banyak, sehingga dapat menilai
suatu organisasi dapat menjalankan program dan kegiatan dengan sukses atau
gagal. Dwiyanto (1995 dalam Tangkilisan 2005:170) mengemukakan kesulitan
dalam mengukur kinerja organisasi pelayanan publik terbentuk karena tujuan dan
misi di organisasi publik sering kali tidak jelas dan juga bersifat multidimensional.

Terdapat beberapa tujuan dari adanya pengukuran kinerja sektor publik.


Pertama, untuk memperbaiki kinerja pada kegiatan-kegiatan berikutnya yang akan
dijalani sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dengan membentuk kebiasaan
kerja yang baik di masa yang akan datang. Kedua, memotivasi pegawai agar terus
bekerja lebih baik dengan memberikan semangat berupa penghargaan kepada
pegawai yang kinerjanya baik dan dapat mencapai tujuan organisasi. Ketiga,
menjadi pembelajaran bagi pegawai untuk bekerja dengan baik pada masa
mendatang setelah melihat dan mengevaluasi kinerjanya di masa lalu. Keempat,
untuk melihat ukuran keberhasilan organisasi dapat berjalan sesuai rencana atau
kebalikannya yaitu melenceng dari tujuan utama yang telah di sepakati. Kelima,
menciptakan akuntabilitas publik untuk memperlihatkan kepada masyarakat
sumber daya yang digunakan menjadi ekonomis dan efisien sehingga sesuai
dengan peraturan dan mencapau tujuanb organisasi. Organisasi publik memiliki
stakeholder privat, karena stskeholder dari organisasi sering kali memiliki
kepentingan yang bersinggungan satu dengan yang lainnya, sehingga
mengakibatkan ukuran dalan kinerja sektor publik berbeda-beda di mata para
stakeholders. Pengukuran kinerja dalam suatu organisasi merupakan proses
mengukur secara kualitatif dan kuantitatif pencapaian dari pelaksanaan kegiatan-
kegiatan dalam usaha merealisasikan sasaran, visi, misi, dan tujuan dari organisasi

6
tersebut. Terdapat beberapa jenis indikator yang terdapat di dalam kinerja, antara
lain:

a. Indikator input (masukan), yaitu sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi,


misalnya informasi, kebijakan, dan sumber daya manusia seperti jumlah
karyawan
b. Indikator output (keluaran), yaitu sesuatu yang dapat dicapai setelah
melakukan kegiatan
c. Inidkator outcomes (hasil), yaitu pengaruh yang langsung terjadi setelah
adanya output, seperti pengetahuan baru yang di dapat dan peningkatan
keterampilan
d. Indikator benefit (manfaat), yaitu sesuatu yang dirasa menguntungkan dari
pelaksanaan kegiatan, seperti peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat
e. Indikator impacts (dampak), yaitu pengaruh yang muncul setelah kegiatan,
baik positif maupun negatif, misalnya terjadi pertumbuhan produk
domestik bruto (PDB)
No. Program Input Output Outcome
1. Program -Jumlah obat vaksin -Jumlah anak yang -Tingkat penurunan
vaksinasi -Jumlah peralatan divaksinasi penderita
balita medis -Jumlah dan mutu penyakit/kematian
-Jam kerja dokter materi informasi pada anak balita
dan tenaga medis yang disebarkan
-Jumlah balai
kesehatan yang
tersedia
2. Program -Jumlah peserta -Jumlah pegawai -Peningkatan
pendidikan diklat yang lulus pengetahuan pada
dan pelatihan -Jumlah tenaga pendidikan dan pegawai
pegawai pengajar pelatihan
-Jumlah anggaran
yang digunakan
Sumber: I Gusti Agung Rai, 2008

7
Pengukuran kinerja menimbulkan kemungkinan peningkatan dalam sektor publik
dan pembuatan kebijakan, tetapi dalam hal tersebut juga terdapat sebuah jebakan,
seperti:

1. Kurangnya minta politisi dan/atau warga negara (Lack of interest of


politicians and/or citizens)
Politisi dan masyarakat terkadang tampak tidak tertarik dengan adanya
informasi kinerja, tetapi saat ada kesalahan banyak masyarakat yang
angkat suara, maka warga negara dan politisi harus ikut andil dalam
menentukan indikator kinerja yang terbaik.
2. Tujuan yang ambigu dan tidak jelas (Vagueness and ambiguity of
goals)
Ketidakjelasan dan ambiguitas tujuan ini sering terjadi di dalam politik
karena secara rasionalitas politis, membuat tujuan dan indikator
menyebabkan terjadinya konflik politik dengan keadaan pemegang
kepentingan memiliki nilai dan harapan yang berbeda-beda.
3. Dimulainya permainan (Game playing)
Organisasi bisa saja tergoda dengan contekan yang ada dalam kinerja
mereka, karena di dalam informasi kinerja terdapat informasi yang
berfungsi dan tidak berfungsi baik dalam organisasi, maka beberapa
informasi kinerja dianggap tidak menarik.
Pengukuran dan manajemen kinerja di sektor publik mengalami perkembangan
dan perubahan dari waktu ke waktu dengan terus mencoba berbagai konsep agar
dapat menjadi input dan output yang berhasil mengatasi beberapa masalah yang
terjadi seperti masalah ekonomi, kesejahteraan, efisiensi, efektifitas, dan kualitas
dalam berbagai hal.

D. Pengukuran kinerja sektor publik di Indonesia


Pengukuran kinerja sektor publik di Indonesia diterapkan oleh seluruh instansi
pemerintah dengan memeberlakukan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah) dan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) dengan siklus setiap 1 tahun. Adanya SAKIP (Sistem Akuntabilitas

8
Kinerja Instansi Pemerintah) dapat menggabungkan banyak sistem yang berlaku
dalam instansi pemerintah, seperti sistem perencanaan, penganggaran, dan
pelaporan kinerja agar jalannya seimbang denfan pelaksaan sistem akuntabilitas
keuangan. Sistem ini mewajibkan setiap organisasi mencatat dan memberi laporan
terkait penggunaan keuangan negara. Jika SAKIP hanya bagian awal, maka
terbentuklah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) yang
merupakan produk akhir dari SAKIP dan di dalamnya berisi uraian mengenai
kinerja yang sudah dicapai oleh suatu instansi pemerintah setelah menjalankan
beberapa kegiatan dan program yang dananya berasal dari APBN/APBD dengan
siklus anggarannya berjalan selama 1 tahun. Selama LAKIP ini dibuat, terdapat
siklus sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang harus diketahui:

PERENCANAAN
STRATEGIS

.............. PENETAPAN
KINERJA

PEMANFAATAN PENGUKURAN
INFORMASI KINERJA KINERJA

PELAPORAN
KINERJA

LAKIP memiliki manfaat yaitu untuk dijadikan keterangan yang dasar saat
evaluasi menghadapi instansi pemerintah lain yang bersangkutan selama 1 tahun
anggaran, dan dalam pembuatannya suatu instansi pemerintah menilai kinerja
dengan memberikan penilaian kualitatif, yaitu besaran dalam satuan jumlah atau
dengan persentase. Sedangkan SAKIP berfungsi sebagai tolak ukur
pertanggungjawaban anggaran yang sudah digunakan sebagai pembangunan
daerah dan bagi kepala daerah SAKIP berfungsi untuk menilai pembangunan dan

9
kinerja yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SAKIP dan
LAKIP terbentuk dari adanya Inpres No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Instansi Pemerintah yang menjelaskan bahwa setiap instansi pemerintah yang
bertugas sebagai unsur penyelenggaran pemerintahan wajib
mempertanggungjawabkan pelaksaan dari tugas pokok.

Laporan kinerja disusun secara berkala setiap akhir tahun yang dibuat
untuk menjadi bahan dasar pertanggungjawaban atas pelaksanaan program dan
kegiatan pemerintah dalam rangka mencapai misi yang sesuai dengan sasaran atau
target kinerja yang telah ditetapkan tersebut membawa keberhasilan atau
kegagalan. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Walikota Malang
menyusun laporan kinerja tahunan pemerintah daerah.

Salah satu contoh laporan kinerja tahunan pemerintah daerah adalah


laporan kinerja Kota Malang tahun 2017 dengan jumlah Pegawai Negeri Sipil
yang ada di pemerintah Kota Malang sebanyak 7.511 orang yang terdiri dari 3.720
orang laki-laki dan 3.791 orang perempuan pada tahun 2017 menurut data yang
ada di SIMPEG (Sistem Informasi Manajemen Kepegawian) dengan berbagai
macam tingkat pendidikan dari SD/Sederajat sampai S3. RPJMD meruapaka
dokumen untuk perencanaan strategis yang disusun dan dirumuskan setiap lima
tahun yang didalamnya berisi visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan,
program dan kegiatan untuk pembangunan daerah. RPJMD Kota Malang tahun
2013-2018 memiliki:

1. Visi
“TERWUJUDNYA KOTA MALANG SEBAGAI KOTA
BERMARTABAT”
Yang dimaksud dengan kota bermartabat adalah kota yang aman, tertib,
bersih, dan asri, dengan keadaan masyarakatnya yang mandiri, makmur,
sejahtera, terdidik, dan berbudaya, serta memiliki nilai religuitas yang

10
tinggi dengan dilandasi sikap toleransi terhadap banyaknya perbedaan
yang ada, dengan institusi pemerintah Kota Malang yang terhindar dan
bersih dari kolusi, korupsi, dan nepotisme sehingga dapat melayani
masyarakat dengan sungguh-sungguh.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas, aksesibilitas dan pemerataan pelayanan
pendidikan yang bersaing di era global serta meningkatkan kualitas,
aksesibilitas dan pemerataan pelayanan kesehatan;
b. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis potensi daerah;
c. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan terhadap masyarakat
rentan berdasarkan nilai-nilai spiritual yang agamis dan toleran dengan
mengarusutamakan gender dan kerukunan sosial;
d. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dan daya dukung Kota yang
terpadu dan berkelanjutan, tertib penataan ruang serta berwawasan
lingkungan; dan
e. Mewujudkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan kualitas pelayanan
publik yang profesional, akuntabel dan berorientasi pada kepuasan
masyarakat.
3. Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan visi dan misi pembagunan daerah Kota Malang Tahun 2013-
2018 terdapat 12 (dua belas) tujuan dan 17 (tujuh belas) sasaran, sebagai
contoh tujuan dan sasaran pertama yaitu agar terwujudnya peningkatan
kualitas, aksesibilitas dan pemerataan pelayanan pendidikan, dengan
indikator: Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI dengan target 99,63%,
Angka Melek Huruf dengan target 99,85%, Angka Kelulusan SD dengan
target 99,25% dan Angka Kelulusan SMP dengan target 99,68%. Dan
masih banyak tujuan dan sasaran lain yang dirumuskan oleh pemerintah
Kota Malang.
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara menghitung capaian indikator
kerja menggunakan dua rumus, yaitu:

11
Rumus 1, berlaku apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian
kinerja yang semakin baik.

Presentase pencapaian Realisasi


rencana tingkat capaian
= x 100%
Rencana

Rumus 2, berlaku apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian


kinerja yang semakin rendah,

Presentase pencapaian Realisasi


rencana tingkat capaian
= x 100%
Rencana

Pemerintah Kota Malang menetapkan parameter keberhasilan atau kegagalan


sebagai berikut:

X > 85 : sangat berhasil

70 ≤ X < 85 : berhasil

55 ≤ X < 70 : cukup berhasil

X < 55 : kurang berhasil

CONTOH

Kinerja Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Capaian
Meningkatkan 1.Angka partisipasi 99,63% 98,85% 99,22%
kualitas, kasar (APK) SD/MI
aksebilitas dan 2.Angka partisipasi 88,99% 84,97% 95,48%
pemerataan murni (APM) SD/MI
pelayanan 3.Angka partisipasi 94,71% 99,90% 105,48%
pendidikan kasar (APK) SMP/MTs

12
Angka partisipasi kasar 98,85%
1.
= x 100%
(APK) SD/MI 99,63%

= 99,22% (Sangat Berhasil)

Angka partisipasi murni 84,97%


2.
= x 100%
(APM) SD/MI 88,99%

= 95,48% (Sangat Berhasil)

Angka partisipasi kasar 99,90%


3. (APK) SMP/MTS
= x 100%
94,71%

= 105,48% (Sangat Berhasil)

Berdasarkan contoh diatas dapat dilihat secara umum hasil capaian dari kinerja
Kota Malang, banyak sasaran yang masuk dalam kategori sangat berhasil dan
keberhasilan dari capaian tersebut didukung dengan adanya kerja sama dari semua
perangkat daerah dan pihak lainnya yang terkait. Pada tahun 2017 Kota Malang
mendapat nilai BB yaitu kategori sangat baik yang diberikan dari hasil evaluasi
Tim Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Frederickson dan Smith (2003, h.95 dalam Wijaya dan Danar, 2014:4)
mengakatan bahwa meskipun perubahan telah terjadi pada hampir seluruh sketor
dalam administrasi publik, tidak ada pendekatan yang dianggap paling kuat dalam
administrasi publik selain manajemen. Menurut Dendhardt dan Dendhart (2007,
dalam Wijaya dan Danar, 2014:7) dalam karyanya yang berjudul “The New Public
Serving Not Streering” ia membagi paradigma perkembangan administrasi publik
dalam 3 tahap atau bagian, yaitu Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM), dan New Public Service (NPS). Tahap New Public
Management (NPM) menitikberatkan fokus utama pada pentingnya pengukuran
kinerja digunakan sebagai sarana manajemen di dalam pemerintahan.

Sektor publik (public sector) merupakan pelayanan yang berhubungan


dengan penyediaan barang maupun jasa untuk masyarakat umum yang diatur
dalam suatu peraturan dan sumber dana yang digunakan berasal dari pajak dan
pemasukan negara lainnya. Organisasi publik dibagi menjadi dua menurut tujuan
dan sumber pendanaannya, yaitu: Pure non profit organization, yaitu
menyediakan barang dan/atau jasa untuk publik dengan tujuan melayani dalam
pemenuhan kebutuhan dan mensejahterakan masyarakat. Sumber pendanaannya
berasal dari pajak, retribusi, dan penerimaan pemerintah lainnya dan Quasi non
profit organization, yaitu menyediakan barang dan/atau jasa dengan tujuan
melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan dari masyarakat. Sumber
dananya berasal dari investor pemerintah/swasta.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik ini merupakan sebuah sistem yang
ditujukan untuk dapat melihat dan menilai kesuksesan yang sudah dicapai dalam
hal pemenuhan tujuan dan sasaran organisasi, dan sistem ini diperkuat dengan
berlakunya reward dan punishment yang dapat menjadi alat pengendali
organisasi. Pengukuran kinerja dalam suatu organisasi merupakan proses

14
mengukur secara kualitatif dan kuantitatif pencapaian dari pelaksanaan kegiatan-
kegiatan dalam usaha merealisasikan sasaran, visi, misi, dan tujuan dari organisasi
tersebut.

Pengukuran kinerja sektor publik di Indonesia diterapkan oleh seluruh instansi


pemerintah dengan memeberlakukan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah) dan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) dengan siklus setiap 1 tahun. Jika SAKIP hanya bagian awal, maka
terbentuklah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) yang
merupakan produk akhir dari SAKIP dan di dalamnya berisi uraian mengenai
kinerja yang sudah dicapai oleh suatu instansi pemerintah setelah menjalankan
beberapa kegiatan dan program yang dananya berasal dari APBN/APBD dengan
siklus anggarannya berjalan selama 1 tahun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Laporan Akuntabilitas Kinerja


(LAKIP/LAPKIN).
http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/2019/LAKIP. Diakses pada 11
Desember 2019.

Bastian, Indra. 2014. Akutansi Sektor Publik. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Dinas Komunikasi Dan Informatika. LAKIP Kota Malang.


Https://Malangkota.Go.Id/Dokumen-Daerah/Sakip/Lakip/. Diakses Pada 11
Desember 2019.
Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Pemerintah Kota Malang. 2018. Laporan Kinerja Tahun 2017: Terwujudnya Kota
Malang Sebagai Kota Yang Bermartabat.
Https://Malangkota.Go.Id/Download/SAKIP-Kota-Malang-Tahun-
2017/Sakip_Kota_Malang_2017/LAKIP-MALANGKOTA-2017-
Signed.Pdf. Diakses Pada 12 Desember 2019.

Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat.

Santoso, U., & Pambelum, Y.J. (2008). Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor
Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam
Mencegah Fraud. Jurnal Administrasi Bisnis, 4(1), 14-33.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo.

Utama, Ngurah Putu Surya Pranajaya dkk. 2015. Akuntansi Sektor Publik
“Pengukuran Kinerja Sektor Publik”. Makalah.
Wijaya dan Danar. 2014. Manajemen Publik: Teori dan Praktik. Malang: UB
Press.

Wirasata, Putra. 2010. Analisis Pengukuran Kinerja RSUD Tg. Uban Provinsi
Kepulauan Riau Dengan Metode Balanced Scorecard. Tesis.

16

Anda mungkin juga menyukai