1610412115
Hubungan Internasional
Assalamualaikum Wr, Wb
Dengan mengucap puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek magang Sektor Manajemen Intern divisi
Departemen Komunikasi, Bank Indonesia. Tak lupa kita panjatkan sholawat serta salam kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad S.A.W, beserta para keluarga dan sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak dapat tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, Oleh sebab itu penulis ingin
megucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan laporang magang ini, laporan magang ini juga tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya motivasi dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat dan kerendahan hati
Allah SWT karena dengan adanya rahmat serta karunia-nya penulis diberikan
Kedua Orang Tua saya yaitu Papa & Mama, Juniandi & Ari Purbasari, serta adik-
adikku yang telah memberi doa dan restunya baik moral maupun materi kepada
Bapak Afrimadona, S.I.P., MA., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Hubungan
magang ini.
Teman dekat saya alias kekasih alias pacar Ario Gusti Rama yang selalu
memberikan support setiap harinya ketika saya merasa jenuh dan lelah dalam
2016 yang selalu menghibur dan memberikan dukungan moril selama ini.
Serta sahabat-sahabat saya diluar kampus yang selalu memberikan dukungan moril.
Dalam penyusunan laporan praktek magang ini penulis menyadari bahwa laporan
yang disusun masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dan
kata, semoga penulisan laporan magang ini dapat bermanfaat dan memberikan berkah
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Hubungan internasional merupakan sebuah interaksi antar bangsa atau Negara baik ssecara
individu maupun kelompok, yang dilakukan dapat secara langsung maupun tidak langsung dengan
berupa persengketaan, persahabatan atau kerjasama, maupun peperangan. Selain itu, hubungan
internasional itu sendiri suatu hubungan yang bersifat global yang meliputi semua hubungan yang
terjadi dan melampaui suatu batas-batas kenegaraan. (Robert Jackson dan George Sorensen,
1999:2).
Adanya kajian dalam hubungan internasional meliputi segala bentuk hubungan di antara
berbagai negara-negara yang ada di dunia dan juga meliputi kajian mengenai lembaga-lembaga
internasional, perdagangan, pariwisata, transportasi dan komunikasi. Selain itu hubungan
luar negeri dan semua ini merupakan aspek-aspek yang terdapat dalam kajian hubungan
internasional.
Hubungan Internasional juga banyak tercipta dari beberapa kerja sama Internasional yang
dijalani melalui berapa sektor seperti ekonomi, politik, ataupun kebudayaan yang masing-masing
didalamnya terbagi lagi menjadi beberapa sektor. Terfokus pada kerja sama ekonomi saat ini yang
berpengaruh pada suatu sektor yakni sektor energi. Energi merupakan modal dasar pembangunan.
Dalam kaitannya dengan pembangunan, energi menjadi aspek penting dan variabel tetap yang
keberadaannya harus ada pada kategori-kategori umum pembangunan seperti sektor sosial,
teknologi, ekonomi, politik dan lingkungan. Sekecil apapun dampak energi, karena merupakan
Dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, salah satu hal yang menjadi bagian fundamental
dan sangat vital adalah komunikasi. Setiap manusia pada hakikatnya merupakan makhluk individu
dan sekaligus juga sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau bersifat “zoon
piliticon”. Oleh karena itu, manusia berkomunikasi satu dengan lainnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
menggunakan simbol-simbol kata, gambar, dan fitur grafik. Dengan adanya transmisi informasi
digunakan untuk berinteraksi antar Negara. Hubungan internasional menurut Bary Buzan adalah
individuals and groups, between groups and groups, between gropus and states, and between
states and states”. Jika dilihat dari pengertian yang disebutkan Bary Buzan tersebut menandakan
bahwa hubungan tidak akan terlaksana tanpa adanya komunikasi Hal inilah yang menjadi dasar
komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan
pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili
negara lain.
Jika dilihat dari keadaan perekonomian Indonesia yang pada saat ini sedang mengalami
ketidakpastian global akibat adanya konflik perang dagang antara dua Negara besar yaitu Amerika
Serikat dan China. Bank Indonesia selaku Bank Sentral Republik Indonesia dibentuk untuk
menjaga stabilitas moneter, stabilitas keuangan, serta berperan sentral dalam menjaga stabilitas
system pembayaran dan pengedaran uang di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Bank Indonesia merupakan Bank Sentral yang independent dan memiliki otonomi penuh dalm
merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana yang ditentukan
dalam UUD RI No.6/2009. Pihak luar termaksud Pemerintah tidak dibenarkan mencampuri
pelaksanaakn tugas Bank Indonesia dan berhak menolak atau mengabaikan intervensi dalam
bentuk apapun dan pihak manapun, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-
Undang tersebut.
tugasnya BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemerintah
dan pihak lainnya. Dan dalam menjalankan tugasnya BI didukung dari berbagai pihak sehingga BI
bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga Negara, yang dituangkan dalam nota
hubungan kerjasama dengan Lembaga Internasional yang diperlukan dalam rangka menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas Bank Indonesia maupun pemerintah yang berhubungan dengan
ekonomi, moneter, maupun perbankan, Lembaga Internasional tersebut antara lain Te South East
Asian Central banks Research and Training centre (SEACEN) Centre, The South East Asian, New
Zealand and Australia Forum of Banking Supervision, (SEANZA), The Executive’ Meeting of
East Asian and Pacific Central Banks (EMEAP), ASEAN Central Bank Forum (ACBF), dan Bank
Namun sayangnya, tidak sedikit masyarakat yang minim pengetahuan mengenai peran dan tuga
serta kebijakan-kebijakan apa yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam mempertahankan dan
Departemen Komunikasi tepatnya dibagian Divisi Relasi Lembaga Publik I (DRLP I) dan Program
Sosial Bank Indonesia (PSBI) guna melihat data-data atau informasi terkait dengan isu yang
diangkat penulis perihal kerjasama atau perjanjian yang dilakukan Indonesia dalam bidang
ekonomi. Dengan data yang ada, penulis berusaha mencari data yang berhubungan dengan Tugas
Akhir/Skripsi penulis.
Departemen Komunikasi, bagian DRLP I dan PSBI memiliki tugas masing-masing yang
berbeda setiap divisi. DRLP sendiri memiliki tugas pembahasan isu terkait BI di Parlemen
biasanya diselenggarakan berkenaan dengan topik perekonomian, kondisi moneter, inflasi, dan
nilai tukar dan melaksanakan program komunikasi dan edukasi mengenai kebijakan dan isu-isu
kritikal Bank Indonesia kepada stakeholders parlemen, lembaga, dan kelengkapan parlemen.
Kemudian tugas PSBI mengenai kepedulian sosial, BI Corner (Perpustakaan), dan melakukan
program beasiswa.
Terkait isu yang diangkat penulis perihal dengan kerjasama Internasional Indonesia dalam
bidang perekonomian, penulis memilih Bank Indonesia sebagai tempat Praktek Magang/ PKL
dikarenakan Bank Indonesia merupakan lembaga yang mengawasi mengenai stabilitas moneter,
Dalam pelaksanaan kegiatan praktek magang di Bank Indonesia tersebut penulis memiliki
Untuk mengetahui lebih jauh tentang kegiatan Departemen Komunikasi, khususnya Bagian
DRLP I dan PSBI dalam melaksanakan tugas dan mengatasi masalah-masalah serta
Untuk mengetahui isu-isu khususnya kegiatan komunikasi dan sosialisasi antar lembaga
serta kerja sama yang dilakukan Indonesia terkait perihal perekonomian dan stabilitas
moneter yang dimana Indonesia berusaha untuk menjaga stabilitas perekonomian dan
yang dilakukan Indonesia, seperti kegiatan kerjasama Indonesia dengan negara lain, dan
juga mencari sebagian data-data kerjasama Indonesia untuk dijadikan bahan tugas akhir
Departemen Komunikasi divisi DRLP I dan PSBI, penulis mendapat banyak sekali manfaat dalam
menjalankan tugas khususnya pada Bagian DRLP I dan PSBI dalam mengatasi
moneter, baik itu perjanjian atau kebijakan internasional yang dilakukan, kerjasama
yang dilakukan dengan negara tetangga, ataupun masalah yang dialami Indonesia
internasional untuk diterapkan pada dunia kerja khususnya di Bank Indonesia. Selain
itu penulis juga mendapatkan pengalaman di dunia kerja yang sangat bermanfaat bagi
diri dengan lingkungan sekitar, memahami tugas yang diberikan, serta memperoleh
skill baru di bidang lain. Untuk itu dibutuhkan kepercayaan diri dan keterampilan
dalam mengolah bahan-bahan kerja. Dengan mengikuti kegiatan Praktek Magang ini,
penulis dapat terlibat secara aktif dan langsung dengan kegiatan di dunia kerja
dilaksanakan oleh mahasiswa/i program studi Hubungan Internasional, Fakultas ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, sebagai sebuah syarat
kelulusan. Kegiatan praktek magang ini minimalkan dilaksanakan minimal satu bulan atau 40
hari kerja.
Web : www.bi.go.id
Kegiatan Praktek Magang yang dilaksanakan berlangsung dari tanggal 1 Agustus sampai
23 september 2019.
Pada kegiatan Praktek Magang yang dilakukan di Departemen Komunikasi, divisi DRLP I dan
PSBI. Lokasi kegiatan praktek magang berada di Bank Indonesia, Gedung Thamrind lantai 1, Jl.
MH. Thamrin No.2 Jakarta Pusat 10350 Indonesia. Adapun peraturan selama pelaksanaan
magang yaitu :
Bersedia melaksanakan tugas Praktek Magang atau PKL di Bank Indonesia sesuai
Bersedia melaksanakan Praktek Magang atau PKL sesuai dengan jam kerja yang
berlaku di Bank Indonesia atau pada saat jam kehadiran minimal 98%.
Taat dan patuh sesuai dengan aturan yang berlaku di Lingkungan Bank Indonesia.
Menjaga rahasia negara dan tidak akan membocorkan data-data dan rahasia negara
serta bersedua dijatuhi hukuman sesuai dengan aturan yang berlakuk apabila penulis
melanggarnya.
maka penulis menajabarkan laporan ini menjadi 4 (empat) bagian bab dan dengan subbab-
subbab yang berkaitan satu sama lainnya. Bab-bab berikut antara lain:
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab yang menjelaskan tentang latar belakang topik yang ingin dibahas penulis.
Bab ini juga berisi mengenai tujuan dan manfaat praktek magang yang didapatkan penulis.
Didalamnya juga terdapat tempat dan waktu pelaksanaan magang, serta sistematika penulisan
Bab ini berisi tentang sejarah dari Bank Indonesia. Makna Logo dari Bank Indonesia , Visi
dan Misi, Tugas dan Fungsi beserta struktur organisasi Bank Indonesia. Selain itu dalam bab
Didalam bab ini membahas tentang kegiatan yang dilakukan penulis selama melakukan
kegiatan magang di Departemen Komunikasi. Di dalam bab ini juga membahas mengenai
hambatan, kendala, serta tantangan yang dirasakan oleh penulis selama kegiatan praktek
magang dilakukan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi saran dan kesimpulan dari pelaksanaan magang, yang mungkin kedepannya
dapat bergunan bagi mahasiswa/i lain yang ingin melaksanakan magang, terutama yang ingin
LAMPIRAN
BAB II
Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan
internasional. Sementara di daratan Eropa, merkantilisme telah berkembang menjadi revolusi
industri dan menyebabkan pesatnya kegiatan dagang Eropa. Pada saat itulah muncul lembaga
perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian
dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada
1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van
Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia
perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan
bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut
beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga
akhirnya diundangkan DJB Wet 1922.
Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda
untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme
kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative
(NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah NICA sedangkan
"Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja
Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB
sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa
kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI
menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia,
bank sentral bagi Republik Indonesia.
Sejarah kelembagaan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) No.
11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953.
Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter,
Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan Dewan Moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan,
meski tanggung jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal,
pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No. 13/1968 tentang
Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus
membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan
pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi
dipimpin oleh Dewan Moneter. Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai
independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan
UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam struktur
kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah
dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, dan transparan, Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum
pemerintah di bidang perekonomian.
Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia secara umum ditetapkan
oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung jawab atasnya. Mengingat buruknya
perekonomian pasca perang, yang ditempuh pertama kali dalam bidang moneter adalah upaya
perbaikan posisi cadangan devisa melalui kegiatan ekspor dan impor. Pada periode ekonomi
terpimpin, pembiayaan deficit spending keuangan negara terus meningkat, terutama untuk
membiayai proyek politik pemerintah. Laju inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan
dua kali pengetatan moneter, yaitu tahun 1959 dan 1965. Lepas dari periode tersebut pemerintah
memasuki masa pemulihan ekonomi melalui program stabilisasi dan rehabilitasi yang kemudian
diteruskan dengan kebijakan deregulasi bidang keuangan dan moneter pada awal 1980-an. Di
tengah pasang surutnya kondisi perekonomian, lahirlah berbagai paket kebijakan ekonomi yang
bertujuan untuk memperkuat struktur perekonomian Indonesia.
Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa Indonesia. Nilai tukar rupiah
melemah, sistem pembayaran terancam macet, dan banyak utang luar negeri yang tak
terselesaikan. Berbagai langkah ditempuh, mulai dari pengetatan moneter hingga beberapa
program pemulihan IMF yang diperoleh melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada tahun 1998.
Namun akhirnya masa suram dapat terlewati. Perekonomian semakin membaik seiring dengan
kondisi politik yang stabil pada masa reformasi. Sejalan dengan itu, tahun 1999 merupakan
tonggak bersejarah bagi Bank Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 23/1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3/2004. Dalam
undang-undang ini, Bank Indonesia ditetapkan sebagai lembaga tinggi negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sesuai undang-undang tersebut, Bank Indonesia
diwajibkan untuk menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan
dan pengendalian moneter. Selain itu, utang luar negeri berhasil dijadwalkan kembali dan
kerjasama dengan IMF diakhiri melalui Post Program Monitoring (PPM) pada 2004.
Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus
1950, struktur ekonomi Indonesia masih didominasi oleh struktur kolonial. Bank-bank asing masih
merajai kegiatan perbankan nasional, sementara peranan bank-bank nasional dalam negeri masih
terlampau kecil. Hingga masa menjelang lahirnya Bank Indonesia pada tahun 1953, pengawasan
dan pembinaan bank-bank belum terselenggara. De Javasche Bank adalah bank asing pertama
yang dinasionalisasi dan kemudian menjelma menjadi BI sebagai bank sentral Indonesia. Beberapa
tahun kemudian, seiring dengan memanasnya hubungan RI-Belanda, dilakukan nasionalisasi atas
bank-bank milik Belanda. Berikutnya, sistem ekonomi terpimpin telah membawa bank-bank
pemerintah kepada sistem bank tunggal yang tidak bertahan lama. Orde baru datang membawa
perubahan dalam bidang perbankan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14/1967 tentang
Pokok-Pokok Perbankan. Mulai saat itu, sistem perbankan berada dalam kesatuan sistem dan
kesatuan pimpinan, yaitu melalui pengawasan dan pembinaan Bank Indonesia. Bank Indonesia
dengan dukungan pemerintah, dalam kurun waktu 1971-1972 melaksanakan kebijakan penertiban
bank swasta nasional dengan sasaran mengurangi jumlah bank swasta nasional, karena jumlahnya
terlalu banyak dan sebagian besar terdiri atas bank-bank kecil yang sangat lemah dalam
permodalan dan manajemen. Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan dana yang cukup besar
melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk program-program Kredit Investasi Kecil
(KIK)/Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Investasi (KI), Kredit Mahasiswa Indonesia
(KMI), Kredit Koperasi (Kakop), Kredit Profesi Guru (KPG), dan sebagainya. Dengan langkah
ini, BI telah mengambil posisi sebagai penyedia dana terbesar dalam pembangunan ekonomi di
luar dana APBN.
Industri perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya
diatur oleh pemerintah dan BI. Regulasi tersebut menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan.
Tahun 1983 merupakan titik awal BI memberikan kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan
suku bunga, baik kredit maupun tabungan dan deposito. Tujuannya adalah untuk membangun
sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Kebijakan selanjutnya merupakan titik balik
dari kebijakan pemerintah dalam penertiban perbankan tahun 1971-1972 dengan dikeluarkannya
Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88), yaitu kemudahan pemberian ijin usaha
bank baru, ijin pembukaan kantor cabang, dan pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pada periode selanjutnya, perbankan nasional mulai menghadapi masalah meningkatnya kredit
macet. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pemberian kredit oleh perbankan terutama untuk
sektor properti. Keadaan ekonomi mulai memanas dan tingkat inflasi mulai bergerak naik.
Ketika krisis moneter 1997 melanda, struktur perbankan Indonesia porak poranda. Pada tanggal
1 November 1997, dikeluarkan kebijakan pemerintah yang melikuidasi 16 bank swasta. Hal ini
mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Oleh karena itu, Bank Indonesia turun mengatasi
keadaan dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) atas dasar kebijakan yang ditetapkan
pemerintah. Selain itu, berbagai tindakan restrukturisasi dijalankan oleh Bank Indonesia bersama
pemerintah.
Logo-logo yang ditampilkan pada gambar di atas, baik logo De Javasche Bank maupun logo
Bank Indonesia bukanlah logo resmi melainkan logo-logo yang pernah dipakai untuk uang-uang
terbitan DJB dan BI di masing-masing zamannya. Logo Bank Indonesia digunakan sejak tahun
1990 - an dimana merupakan logo resmi yang digunakan sebagai logo korporat.
Logo Bank Indonesia berakar pada logo De Javasche Bank dan telah mengalami perubahan dari
masa ke masa. Pada awal berdirinya, logo Bank Indonesia mengadaptasi logo De Javasche Bank
dengan mengubah huruf J menjadi huruf I tanpa mengubah unsur lainnya. Seiring waktu, dengan
pertimbangan estetika dan citra bank sentral yang diembannya, logo Bank Indonesia diubah
menjadi lebih solid, tegas, dan berwibawa seperti yang kita lihat sekarang ini.
2.1.3 VISI DAN MISI SERTA NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter
dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka
panjang yang berkesinambungan.
Menjaga lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi
yang rendah dan stabil.
Nilai-nilai yangmenjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk bertindak
dan atau berperilaku, terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparasi, Akuntabilitas, dan
Kebersamaan.
Sebagai Bank Sentral, Ban Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah tercermin dari dua aspek.
Pertama, kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, yang terecermin pada laju
inflasi. Kedua, kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin pada
perkembangan nilainilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan
tunggal tersebut dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia batas-batas tanggung jawabnya. Pencapaian tujuan tunggak dilakukan Bank
Indonesia dengan menerapkan kebijakan moneter berkelanjutan, konsisten, transparan, dan
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah dibidang perekonomian.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga
bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. berikut tugas dan fungsi
Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk gambar berisi tiga pilar.
a. Bank Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan
uang di Indonesia.
b. Bank Indonesia mempunyai tiga bidang tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur
dan mengawasi perbankan di Indonesia.
2.1.6 PRESTASI BANK INDONESIA
a. The Asian Banker memberikan penghargaan kepada Bank Indonesia sebagai regulator
terbaik di Asia untuk kategori "The Best Systemic and Prudential Regulator". – Tahun
2012
b. Bank Indonesia raih penghargaan unit kearsipan terbaik 2016
c. Bank Indonesia meluncurkan seri baru uang rupiah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) tahun emisi 2016 untuk menjaga keamanan ekonomi Indonesia.
d. Bank Indonesia meraih penghargaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) tahun 2016 dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
e. Bank Indonesia kembali meraih penghargaan internasional dalam ajang Contact Center
World Annual Top Ranking Performers Conference & Awards 2017 yang berlangsung di
London pada tanggal 23-27 Oktober 2017, setelah sebelumnya melalui seleksi tingkat Asia
Pasifik. Penghargaan diterima untuk kategori customer service, media sosial, dan direct
response campaign (medali emas) serta best contact center dan community spirit (medali
perak).
2.1.6 STRUKTUR ORGANISASI BANK INDONESIA
Struktur Organisasi Bank Indonesia dikelompokkan dalam tiga bidang utama yang
menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu Moneter, Macro prudential, dan Sistem
Pembayaran. Disamping itu, terdapat pula fungsi manajemen intern sebagai unit
pendukung strategis (strategic support) untuk menjamin agar pelaksanaan tugas ketiga
bidang utama dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank
Indonesia memiliki jaringan kantor di seluruh wilayah Indonesia yang disebut dengan
Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) yang berjumlah 43 KPwDN dan beberapa
perwakilan di luar negeri yang disebut dengan Kantor Perwakilan Luar Negeri (KPwLN)
yang berjumlah 4 KPwLN yang terdiri dari KPwLN London, Tokyo, Singapore dan New
York.
Struktur organisasi Bank Indonesia tersebut terus mengalami penyempurnaan agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam dinamika perekonomian nasional dan
internasional. Ke depan arsitektur 12 organisasi Bank Indonesia diarahkan pada dua fokus
tugas utama, yaitu Stabilitas Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin (Perry Warjiyo),
dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil (Destry Damayanti), dan
sekurangkurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur (Erwin
Rijanto, Sugeng, Rosmaya Hadi, Dody Budi Waluyo). Gubernur, Deputi Gubernur Senior,
dan Deputi Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR
komisi XI. Masa jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur selama 5 tahun dan dapat diangkat
kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1 kali masa jabatan
berikutnya.
2.1.8 TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT BANK INDONESIA
Berdasarkan surat edaran No.9/12/INTERN tanggal 30 Maret 2007 tugas dan fungsi dari
secretariat Bank Indonesia dibagi kedalam 4 bagian, yaitu sebagai berikut :
Peran komunikasi merupakan nafas dari hidupnya suatu organisasi. Begitu juga dengan
Bank Indonesia (BI), bank sentral di negeri ini. Dewan Gubernur BI telah membentuk visi
dan misi terkait langkah komunikasi yang patut dijalankan, termasuk untuk semua Kantor
Perwakilan (KPw) di berbagai daerah, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Menjadi
KPw yang kredibel dalam melaksanakan tugas serta kontributif bagi pembangunan
ekonomi daerah dan nasional adalah visi dari keberadaan KPw. Sementara, misi yang
sudah dibentuk yaitu menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah,
sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, serta keandalan sistem pembayaran
untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional jangka panjang yang
inklusif dan berkesinambungan.
Divisi Program Sosial Bank Indonesia adalah salah satu divisi yang berada dibawah
Departemen Komunikasi. Departmen Komunikasi berada dalam grup Pendukung
Organisasi. Departmen ini bertujuan untuk membantu Bank Indonesia dalam
menyampaikan kebijakan, statement, keperluan media, penyampai laporan, dan lainnya.
Divisi PSBI ini secara khusus mempunyai tanggungjawab dalam penjalankan program
CSR yang dilaksanakan dibawah nama Bank Indonesia.
Pelaksanaan PSBI mengedepankan prinsip tata kelola yang baik. Sebelum dilakukan
penyaluran PSBI, Bank Indonesia melakukan survei dan penilaian kelayakan serta
kemanfaatannya. Untuk memastikan program yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan
memberikan dampak yang luas, maka realisasinya selalu memperhatikan aturan
pelaksanaan dan pedoman yang telah dibakukan. Aturan tersebut, yaitu:
Multi fungsi dengan memilih program yang bermanfaat untuk berbagai aspek atau ruang
lingkup penyaluran.
Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan bentuk kepedulian atau empati
sosial Bank Indonesia untuk berkontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial
ekonomi yang dihadapi masyarakat. Melalui program sosial, Bank Indonesia juga berupaya
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan
pencapaian tujuan Bank Indonesia.
Kontribusi yang diberikan sejak tahun 2005 tersebut, kini memasuki babak baru. Sejalan
dengan program transformasi Bank Indonesia, PSBI juga berubah. Perlahan-lahan mulai
meninggalkan paradigma filantropi, menuju pemberdayaan berkelanjutan yang mampu
meningkatkan nilai-nilai ekonomi, sosial dan lingkungan di masyarakat. Lebih spesifik,
PSBI kini difokuskan pada program pemberdayaan yang bertujuan pada penguatan
ekonomi rumah tangga.
Bank Indonesia meyakini, bahwa sektor rumah tangga berperan penting dalam pilar
ekonomi nasional seperti halnya sektor swasta dan pemerintah. Rumah tangga yang kuat
secara ekonomi dan edukasi secara agregat dapat mendukung pencapaian stabilitas
ekonomi, khususnya melalui pencapaian inflasi yang rendah dan terkendali.
PSBI meliputi dua jenis program, yakni Program Strategis dan Kepedulian Sosial.
Program Strategis mencakup program pengembangan ekonomi dan program peningkatan
pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang tujuan dan pelaksanaan tugas Bank
Indonesia. Sementara Program Kepedulian Sosial, merupakan kegiatan kepedulian atau
empati terhadap permasalahan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan
hidup, kebudayaan, keagamaan, dan penanganan musibah dan bencana alam.
BAB III
Kemudian setiap proposal diperiksa, melalui ketentuan yang telah dibuat oleh Bank
Indonesia. Dalam kasus permintaan dana bantuan, proposal harus menyertakan fotokopi
KTP, buku tabungan, keadaan bangunan yang bersangkutan. Dalam proposal, pihak
pemohon diminta untuk telah mendirikan bangunan, seminimalnya telah melakukan
penggalian atau peletakan batu pertama. Hal ini diperlukan agar dana permohonan yang
diminta oleh pihak pemohon tidak disalahgunakan apabila dana tersebut diberikan sebelum
belum ada progres pembangunan. Misalnya, ketika bangunan belum ada sama sekali,
kemungkinan pembatalan pembangunan dapat terjadi, dan dana yang didedikasikan kepada
pembangunan yang gagal tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya pihak Bank Indonesia akan melakukan survei dan penilaian terhadap pihak
pemohon bantuan. Survei ini biasanya dilakukan oleh dua sampai 5 orang, tergantung jenis
permohonan bantuan yang diterima. Pihak surveyor yang akan melaksanakan kegiatan
survei bisa dari bagian Pihak Ketiga, Karyawan, Asisten Manager, Manager, Asisten
Direktur, dan Direktur.
Pada dasarnya, permohonan yang bersifat mendasar dan dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas seperti pembangunan jembatan, perbaikan jalan raya, pemberian bantuan
bencana alam, akan didatangi oleh tim survei yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi.
Sedangkan dalam kasus yang regional, seperti renovasi sekolah, pembuatan sumur bor,
renovasi bangunan ibadah, jembatan kecil, dan lainnya, tim survei yang datang biasanya
yang berada di strata bawah, yang memiliki kasus-kasus normal dan umum atau tidak
memiliki tanggung jawab dan resiko yang sangat besar. Setiap survei yang dilaksanakan
ini dilakukan dalam kurun waktu diantara awal hingga tengah bulan. Pihak pemohon akan
dihubungi oleh Bank Indonesia ketika permohonan yang telah dikirimkan akan diproses
dan proses survei akan dilakukan, dengan pemberian tanggal survei yang ditentukan oleh
Bank Indonesia.
Setiap akhir bulan, semua hasil survei yang telah dilakukan dalam bulan tersebut akan
dianalisis, apakah Bank Indonesia memberikan bantuan, berapa banyak bantuan yang
diberikan, dan langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh pihak terkait. Dalam rapat
tersebut pula, dipilah proposal yang sebelumnya tidak memenuhi kriteria akan ditindak
lanjuti, apakah akan segera diminta berkas yang kurang atau akan ditolak.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan magang di Divisi
Program Sosial Bank Indonesia di Bank Indonesia kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Alur kerja PSBI berawal dari penerimaan proposal bantuan, baik berbentuk
sponsorship atau pengajuan bantuan. Kemudian pengecekan berkas yang
disertakan didalam proposal tertentu. Dalam sponsorship dilaksanakan
wawancara sedangkan dalam pengajuan bantuan dilaksanakan survei. Langkah
selanjutnya yaitu pembahasan seluruh proposal yang diajukan dan hasil survei
dan wawancara dalam rapat akhir bulan. Jika disetujui, proposal tersebut
dilanjutkan dan dana yang disetujui kan diberikan. Proposal yang belum
disetujui akan dipending, dengan langkah antara akan diteruskan untuk
kelengkapannya atau diarsip.
2. Tugas PSBI dalam Bank Indonesia adalah menjadi promotor program CSR
yang dilaksanakan atas nama Bank Indonesia. PSBI mengurusi berbagai
permohonan bantuan, mulai dari beasiswa yang diusung dalam program GenBI,
sponsorship, dan permohonan bantuan untuk lingkungan.
3. Divisi PSBI memiliki karakkteristik yang unik. Divisi PSBI memiliki anggaran
dan sumber daya manusia yang banyak yang menjadikannya sebagai kekuatan.
Keberadaan Kantor Perwakilan Wilayah yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia dan di beberapa negara serta menjadi media penyebaran informasi
dan kebijakan kebanksentralan mejadi peluang yang dapat digunakan Divisi
PSBI dalam menjalankan tugasnya. Namun, PSBI memiliki beberapa
kekurangan dan tantangan. Diantaranya adalah waktu dan alur persetujuan yang
panjang, “kejar target”, dan kontrol penerima bantuan atau sponsorship yang
kurang. Selain itu, akses survei yang sulit ditempuh dapat menjadi tantanga
tersendiri dan juga mejadi peluang yang dapat digunakan oleh PSBI.
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG
NIM : 1610412115
Telah menyelesaikan praktik kerja lapangan sebagai salah satu nilai mata kuliah magang dalam
program studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Bahwa penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini telah disetujui oleh Dekan, Koordinator
Program Studi, dan Pembimbing PKL/Magang dan dinyatakan layak penilaian.
Mengetahui,