oleh
INTERNATIONAL RELATIONS
INTERNATIONAL RELATIONS STUDY PROGRAM
FACULTY OF HUMANITIES
oleh
INTERNATIONAL RELATIONS
INTERNATIONAL RELATIONS STUDY PROGRAM
FACULTY OF HUMANITIES
i
Universitas Bina Nusantara
_____________________
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya,
karena dengan-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan berjudul : PENGARUH
TEORI SEGITIGA PERDAMAIAN KANTIAN TERHADAP SISTEM
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DINAS LUAR NEGERI. Laporan ini ditujukan
untuk memenuhi nilai mata kuliah Enrichment Program pada Jurusan Hubungan
Internasional Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara.
Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM., Rector Universitas Bina
Nusantara
Ibu Elisa Carolina Marion, S.S., M.Si, Dean of Faculty of Humanities
Bapak Prof. Tirta Nugraha Mursitama, S.Sos., MM., Ph.D Head of
International Relations Study Program (acting)
Ibu Dayu Nirma Amurwanti, S.E., MH., M.Sc.
Amita Pramasufi, S.E.,M.P.P.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri selaku institusi
yang memberi kesempatan magang
Orangtua yang selalu memberi motivasi dan pikiran, juga kerabat dan
teman-teman yang memotivasi dan memberikan ilmunya untuk penulis.
Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan apabila
ada kesalahan dalam kata-kata ataupun tanpa sengaja menyinggung pihak lain, Penulis
memohon maaf dan bersedia menerima segala kritik dan saran yang ada.
iv
Daftar Isi
2.2.3 Merapikan dokumen-dokumen yang ada di Sekolah Dinas Luar Negeri ............ 20
LAMPIRAN ................................................................................................................. 26
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.1.1 Data mengenai Kenaikan atau Penurunan Perang Antar Negara 10
sejak 1800
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Kementerian Luar Negeri adalah salah satu institusi kementerian yang paling tua
semenjak Indonesia pertama kali berdiri sebagai sebuah republik. Bisa dikatakan,
Kementerian Luar Negeri merupakan salah satu institusi paling berpengaruh dalam
kemerdekaan Indonesia, mengingat posisi Indonesia di 5 tahun pertamanya merupakan
sebuah negara yang masih belum diakui oleh banyak negara dan hanya beberapa negara
seperti Mesir, Palestina, dan Vatikan yang mengakui kemerdekaan dan lepasnya
Indonesia dari penjajahan Belanda maupun Jepang. Keadaan ini membuat status quo
Indonesia tidak begitu kuat. Walaupun secara dari segala aspek tentang sebuah negara
yang berdaulat sesuai isi dari Konvensi Montevideo, Indonesia sudah cukup
memenuhinya, namun tetap saja ada banyak penentangan, terutama dari pihak sekutu.
Hal inilah yang membuat Indonesia membutuhkan orang-orang terbaik untuk
bernegosiasi dan berdiplomasi, agar menghasilkan persetujuan-persetujuan yang
menguntungkan Indonesia dan jika memungkinkan, menguntungkan kedua belah pihak
yang berseteru.
Dari hal ini, kita bisa mengerti betapa pentingnya Kementerian Luar Negeri ini
dan oleh sebab itu, tentunya membutuhkan orang-orang yang berkompeten, cerdas, dan
pintar berkomunikasi. Hal itulah yang menyebabkan sudah sewajibnya untuk membuat
sebuah pendidikan tersendiri khususnya untuk para calon diplomat di luar negeri. Oleh
sebab itu, didirikanlah Akademi Dinas Luar Negeri (sebelum berganti nama menjadi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri) oleh Achmad Soebardjo
selaku Menteri Luar Negeri Indonesia yang paling pertama pada tahun 1949. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri atau Pusdiklat Kemenlu akhirnya
menjadi sebuah tempat naungan untuk para Calon Pegawai Negeri Sipil yang ingin
bekerja di Kementerian Luar Negeri atau juga menjadi Diplomat, yang berarti menjadi
Wakil Indonesia di luar negeri.
1
Pada perkembangannya, Pusdiklat Kemenlu tidak hanya menjadi sebuah akademi
khusus untuk para Calon Pegawai Negeri Sipil belajar tentang negara lain, namun juga
cara-cara untuk berkomunikasi, bernegosiasi hingga cara makan yang baik dan benar
pun diperhatikan. Bisa dibilang bahwa pelatihan diberikan sedetil mungkin dan hal ini
bukanlah sesuatu yang mengagetkan, mengingat pelatihan ini untuk masa depan
Indonesia di mata orang-orang di luar negeri. Bisa dikatakan, bahwa jika kesalahan yang
kecil dilakukan oleh Wakil Indonesia tersebut, seperti membuang sampah sembarangan
atau berkelahi dengan penduduk lokal di negara tersebut, bisa membuat nama negeri
sendiri tercoreng, apalagi jika hal tersebut dilakukan di negara yang Indonesia sendiri
mempunyai kepentingan yang besar atau bahkan sahabat negara, seperti Malaysia,
Singapura atau Tiongkok. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan
pengetahuan untuk kemudian dipraktikan di saat menjadi seorang diplomat.
2
Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar
Negeri
Visi
Misi
Kebijakan Mutu
3
1.2 Peran dan Posisi Mahasiswa
Posisi mahasiswa adalah sebagai staf di sekolah dinas luar negeri atau biasa
disingkat sebagai sekdilu. Sekolah dinas luar negeri merupakan pendidikan paling awal
untuk seorang Calon Pegawai Negeri Sipil untuk menjadi seorang pegawai di
Kementerian Luar Negeri atau pun Kedutaan untuk negara lain. Pelatihan menjadi
seorang Calon Pegawai Negeri Sipil pun tidaklah mudah karena harus dilakukan
serangkaian tugas untuk dianggap sebagai Pegawai Negeri yang kompeten.
Kemampuannya yang dilakukan pun tidak hanya sekadar hanya menghitung data,
namun juga harus menjadi seseorang yang memberi perilaku yang baik di luar negeri
agar Indonesia tidak dipandang rendah.
Sebagai seorang staf di sekolah dinas luar negeri, saya selaku penulis harus
melakukan banyak hal dalam membantu para CPNS sekaligus orang-orang yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas untuk membantu para CPNS.
4
dengan studi kasus tentang bagaimana dirinya mengambil suatu keputusan,
mulai dari yang tidak terlalu penting hingga yang sangat penting.
2. Dokumentasi proses pembelajaran sekolah dinas luar negeri.
Pendokumentasian proses pembelajaran sekolah dinas luar negeri merupakan
hal penting lainnya. Mengapa? Karena pendokumentasian proses pembelajaran
sekolah dinas luar negeri itu hasil bukti bahwa sebuah proses pembelajaran
sedang terjadi dan dilakukan. Dokumentasi ini bisa menjadi bukti untuk
banyak orang agar mereka tahu bagaimana pembelajaran di sekolah dinas luar
negeri. Dokumentasi ini juga bisa menjadi bukti untuk para pejabat
Kementerian Luar Negeri bahwa proses pembelajarannya untuk era kini
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Juga bisa menjadi sebuah kenang-
kenangan di masa depan untuk sebuah angkatan sekolah dinas luar negeri.
5
BAB 2
LAPORAN KEGIATAN
Gambar 2.1.1. Bagan Struktur Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri
Sumber : Buku Diklat 2019
6
Gambar 2.1.2 Struktur Organisasi Sekolah Dinas Luar Negeri
Sumber : ex.kemlu.go.id
7
2.2 Kegiatan yang Dilakukan sesuai Learning Plan
Dalam learning plan yang telah saya buat, saya menulis ada 3 hal yang akan saya
pelajari di dalam magang, yakni kemampuan untuk meneliti hubungan-hubungan antar
negara dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri sesuai dengan teori segitiga
perdamaian kantian, membantu acara-acara yang ada di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Luar Negeri dan terutama Sekolah Dinas Luar Negeri, dan merapikan
dokumen-dokumen yang ada di Kementerian Luar Negeri. Pembahasan pun akan saya
mulai dari penelitian saya terhadap Sekolah Dinas Luar Negeri dengan teori segitiga
perdamaian kantian.
8
2.2.1 Kemampuan untuk meneliti hubungan antar negara dan bagaimana hal
tersebut mempengaruhi proses pembelajaran di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Luar Negeri divisi Sekolah Dinas Luar Negeri sesuai dengan teori
segitiga perdamaian kantian
Hal-hal yang diajarkan ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana dunia sudah
berubah. Ketika dahulu saat masih era peperangan, mulai dari tahun-tahun ketika
kerajaan-kerajaan berperang, lalu peperangan dengan dalih agama, penjajahan yang
membuat banyak negara berperang demi sumber daya, hingga peperangan di Perang
Dunia satu dan dua, peperangan mulai berkurang. Hal ini dibuktikan dengan adanya
sebuah penelitian bahwa dari 1850-an kurang hingga tahun 2000-an, bisa dikatakan
bahwa zaman modern ini peperangan tidak semematikan dulu.
9
Gambar 2.2.1.1 Data mengenai Kenaikan atau Penurunan Perang Antar Negara sejak 1800
Sumber : OEF Research
Dari gambar ini bisa dilihat bahwa kematian akibat berperang sudah berkurang
drastis, bahkan paling rendah semenjak tahun 1950-an. Dari OEF Research disimpulkan
bahwa perdamaian sudah 2 kali lebih terjadi dibandingkan beberapa dekade lalu. Hal ini
menunjukkan bahwa peperangan antar militer sudah tidak terlalu signifikan. Malah yang
terjadi adalah sebuah konflik di dalam negara. Biasanya, konflik di dalam negara ini
akibat dari sebuah daerah yang ingin memerdekakan diri seperti yang terjadi di Maluku
Selatan, konflik antar etnis atau pun konflik pemerintah dengan warga negaranya yang
biasanya terjadi di negara-negara dengan pemimpin yang mempunyai kekuasaan
absolut.
10
Gambar 2.2.1.2 Data Kenaikan Perang dalam Negara
Sumber : Conflict trends and conflict drivers: An empirical assessment of historical conflict patterns and future
conflict projections
Dari gambar yang sudah diberikan, jelas bisa disimpulkan bahwa perang yang
terjadi sekarang ini terjadi lebih mengarah kepada perang dengan warga sendiri. Perang
terjadi di dalam negara. Kekuatan militer walaupun dikembangkan, namun kekuatan
tersebut tidaklah dipakai untuk berperang melawan negara lain, namun lebih untuk
mengamankan suatu situasi yang tidak kondusif. Kembali kepada topik, mengapa
hubungan antar negara sekarang ini cenderung lebih damai dibandingkan yang lalu?
Untuk itu, kita bisa merujuk kepada buku kuno asal Tiongkok yang berjudul “Seni
Perang” karya Lao Tzu, seorang filsuf yang terkenal dalam ikut membentuk filsafat
kehidupan budaya timur dan juga dikenal sebagai pendiri ajaran kepercayaan Taoisme.
Salah satu perkataan yang ia buat ialah, “Seni perang terhebat ialah mengalahkan musuh
tanpa harus berperang.” Mengapa Lao Tzu menyatakan hal ini, padahal daratan di
Tiongkok ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang sering terjadi peperangan? Hal ini
mungkin bisa jadi mengacu tentang bagaimana peperangan hanya membuat sebuah
kehancuran bagi kedua pihak. Sumber daya manusia berkurang akibat perang fisik,
modal yang bisa dipakai untuk membangun negara juga bisa berkurang akibat kewajiban
untuk berperang sehingga modal membangun negara pun dipindahkan menjadi modal
untuk membuat senjata-senjata, hingga jika pun menang, tanah jajahan bisa jadi sudah
luluh lantah terlebih dahulu akibat dari perang itu sendiri. Untuk itu, jika ingin
memenangkan sebuah perang dengan totalitas, sudah seharusnya tidak perlu perang.
11
Perang harus dimenangkan tidak dengan cara peperangan fisik yang membuat nyawa
manusia melayang, melainkan peperangan dengan cara negosiasi. Tidak mengherankan,
buku ini menjadi salah satu buku yang paling berpengaruh di dunia, bahkan salah satu
dari 10 buku paling berpengaruh dalam dunia bisnis dan diterbitkan oleh perusahaan
media cetak Inc.
Cara pikir pun makin lama makin berubah. Perubahan menuju pola pikir yang
lebih damai. Hal ini bisa jadi berhubungan dengan teori perdamaian segitiga kantian.
Dari buku “Peace: A History of Movements and Ideas” menyatakan bahwa Kant’s
theory of perpetual peace mempunyai 3 prinsip: demokrasi bersama, interdependensi
secara ekonomi, dan partisipasi dalam organisasi-organisasi internasional. Ketiga prinsip
ini berjalan beriringan. Dari buku tersebut dikatakan bahwa memang demokrasi
memberikan sebuah keadaan yang lebih damai, perdagangan memberikan keuntungan
bagi negara-negara yang saling memberikan keuntungan sehingga melahirkan sebuah
win-win circumstance, dan organisasi-organisasi internasional memang mengembangkan
kemungkinan untuk perdamaian. Dari sebuah artikel yang diterbitkan oleh Peace
Research, Dr. Rudy Rummel mengatakan bahwa, “dari 119 juta orang yang tewas akibat
genosida, terbunuh secara darah dingin, di abad ini (abad 20) dibunuh oleh (negara-
negara) non-demokrasi, terutama yang totaliter.” Semenjak Perang Dunia 2, dihitung
dari tahun 1950 hingga 1991 dalam waktu 42 tahun, negara-negara yang baru merdeka
biasanya memilih demokrasi sehingga dianggap sebagai negara demokrasi baru. Dalam
penelitian yang berjangka waktu 42 tahun tersebut, negara-negara yang merdeka dan
bercorak demokrasi berpartisipasi dalam 23% dari perang yang ada, berbanding terbalik
dengan negara-negara non-demokratis yang berpartisipasi dalam 93% perang yang ada.
Demokrasi bisa dikatakan menjadi salah satu prinsip fundamental terpenting agar bisa
mencapai sebuah perdamaian yang berkepanjangan, bahkan bisa jadi sebuah perdamaian
yang bersifat selamanya. Alasannya pun didebatkan, namun yang paling memungkinkan
adalah para pemimpin di negara-negara demokratis tidak ingin mempertaruhkan
namanya di pemilihan pemimpin setelahnya dan jika terjadi perang, potensi terbesar
adalah ia tidak akan terpilih lagi, mengingat modal yang dikeluarkan untuk perang
tidaklah sedikit dan tentunya hal tersebut akan mempengaruhi sektor lainnya. Modal
yang bisa dipakai untuk membangun negara pun berkurang demi perang, sehingga
12
membuat pembangunan terhambat dan nama sang pemimpin akan menjadi hancur.
Ditambah lagi orang-orang juga trauma dengan perang-perang yang sudah meluluh
lantahkan negara-negara mereka, khususnya negara-negara di Eropa Barat yang
berperang di 2 perang dunia dan pastinya tidak menginginkan perang kembali dan hanya
ingin damai. Dalam mewujudkan kedamaian tersebut, tidak cukup hanya demokrasi saja.
Buktinya, masih ada 23% negara demokratis yang berperang dalam waktu 42 tahun.
Masih ada aspek lain yang dibutuhkan dan hal ini juga diperlukan sebuah
interdependensi ekonomi antar negara.
13
Gambar 2.2.1.3 Kenaikan Ekspor Global
Sumber : Federico and Tena-Junguito
Pada gambar di atas, mungkin sudah menjadi bukti bagaimana perdagangan sudah
sangat meningkat drastis sehingga cukup membuat negara-negara saling membantu dan
saling membutuhkan. Bahkan, sejak tahun 1800 sesuai dengan data yang ada, tahun
2000 hingga 2014 sedang berada di all-time high. Ini membuktikan bahwa negara-
negara mulai lebih memperhatikan sistem perdagangan dibandingkan sistem militer,
juga terbuktinya negara-negara memilih untuk lebih demokratis.
Agar bisa membuat dunia yang bisa terjamin lebih damai kembali, dibutuhkan
sesuatu yang dinamakan organisasi internasional. Mengapa organisasi internasional
dibutuhkan? Walaupun dalam jurusan Hubungan Internasional, tidak ada aktor yang
melebihi pentingnya negara sampai saat ini, namun organisasi internasional adalah suatu
hal yang sangat penting dalam langkah untuk membuat suatu perdamaian. Salah satu
contoh bagaimana pentingnya sebuah organisasi internasional adalah keberadaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak selesainya Perang Dunia 2, Perserikatan Bangsa-
Bangsa pun berdiri dan sampai saat ini, belum pernah tercatat kembali perang yang
memakan banyak korban jiwa, bahkan sesuai dengan data yang ada di gambar atas,
14
perang antar negara berangsur-angsur berkurang. Yang saya sebagai penulis lihat,
keberadaan PBB sebagai organisasi antar pemerintahan di dunia telah berhasil menjaga
perdamaian sehingga sudah hampir tidak ada perang yang benar-benar mematikan
hingga melibatkan negara-negara dari banyak benua. Keberhasilan ini bisa jadi
dikarenakan dua hal, yakni :
1. Keberadaan dua negara paling kuat secara ekonomi dan militer di dewan
keamanan tetap PBB.
Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, Rusia, Inggris, dan Perancis
merupakan 5 anggota dewan keamanan tetap PBB. Hal ini berarti mereka
mempunyai kekuatan untuk membatalkan sebuah resolusi atau pun proposal.
Misalkan mereka mempunyai suatu resolusi namun resolusi tersebut berpotensi
untuk merugikan negara lain dalam dewan keamanan tetap PBB tersebut,
negara lain itu bisa memvetonya sehingga resolusi tersebut bisa dibatalkan.
Dengan cara ini, mereka dapat memastikan bahwa keberpihakan akan sulit
terjadi. Dua negara paling kuat secara ekonomi dan militer di DK tetap PBB
adalah Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara tersebut mempunyai
pendapatan per kapita terbesar di dunia dan militer terkuat di dunia pula.
Walau begitu, hubungan mereka hangat namun tetap bersaing. Amerika
Serikat merupakan negara peletak fondasi demokrasi di negara-negara yang
ada di dunia, namun Tiongkok mempunyai penduduk terbesar di dunia.
Komunisme di Tiongkok pun juga masih bertumbuh dan berakar kuat. Dengan
perbedaan ideologi antara negara yang memberikan kebebasan terhadap
individu seperti Amerika Serikat dan Tiongkok yang lebih tertutup namun kuat
secara ekonomi dan militer, tidaklah pernah terjadi perang antara kedua negara
ini. Yang terjadi adalah perang dagang, seperti yang terjadi pada tahun 2019
semenjak Trump meningkatkan pajak impor dari Tiongkok. Namun perang
secara fisik tidak pernah terjadi.
2. PBB memfokuskan kepada masalah-masalah lain yang lebih penting
untuk diselesaikan daripada sekadar perang.
Keberhasilan PBB lainnya adalah dengan mengalihkan perhatian negara-
negara. Sejak awal negara-negara saling berperang demi sumber daya yang
15
lebih melimpah atau pun demi ekspansi negara agar negaranya terlihat lebih
kuat. Namun, sekarang ini perhatian negara-negara pun dialihkan. Dari hanya
sekadar satu negara mendapatkan keuntungan secara besar-besaran,
perhatiannya pun lebih tidak secara besar-besaran, namun lebih kepada
bagaimana semua negara bisa mendapatkan keuntungan yang sama besar. Hal
ini dibuktikan dengan adanya agenda untuk tahun 2030 demi pembangunan
keberlanjutan ala PBB demi dunia yang lebih baik. Diberikan 17 tujuan agar
bisa mencapai sebuah pembangunan yang keberlanjutan.
17 tujuan ini selain untuk membuat sebuah dunia yang lebih aman dan baik,
juga bisa menjadi suatu hal agar negara-negara bisa saling bekerja sama demi
mencapai suatu tujuan penting yang sama.
Teori segitiga perdamaian kantian sedang diaplikasikan demi sebuah dunia yang
lebih damai dan tidak bermasalah, apalagi yang bersangkutan dengan perang. Untuk
mencapai hal tersebut, negara-negara harus memastikan untuk mempunyai sumber daya
yang baik, terutama dengan manusianya. Dengan sumber daya manusia yang baik, akan
menghasilkan sebuah peluang yang lebih besar untuk memberikan hasil yang lebih baik
16
demi kepentingan negara. Hal ini harus diawali dengan pendidikan. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri, tepatnya Sekolah Dinas Luar Neggeri berfokus
kepada bagaimana pelajaran-pelajaran tersebut bisa membuat para diplomatnya agar bisa
mengharumkan nama Indonesia di mata internasional, sekaligus bisa menempatkan
kepentingan Indonesia di dalam negosiasi-negosiasi tertentu. Pelajaran-pelajaran yang
diberikan adalah seperti tata cara komunikasi para Diplomat di mata negara-negara lain,
pemberian pelajaran untuk bisa lebih dari 2 bahasa agar bisa berkomunikasi lebih
dengan orang-orang dari negara lain, hingga prosedur-prosedur dalam membuat suatu
proposal ketika ingin mencapai suatu perjanjian. Hal-hal ini demi negosiasi yang baik
tanpa harus memutuskan hubungan luar negeri dengan negara lain, belum lagi harus
memikirkan kepentingan negara lain sehingga menciptakan negosiasi yang bisa menjadi
sebuah win-win solution. Hal-hal seperti inilah diajarkan di Sekolah Dinas Luar Negeri.
Mereka juga diajarkan untuk bisa berpendapat, salah satunya dengan cara memberikan
lembaran-lembaran evaluasi.
Lalu mereka juga pastinya akan lebih banyak berkolaborasi dengan organisasi-
organisasi internasional, terutama dengan negara-negara di ASEAN, mengingat tahun
2020 adalah tahun di saat pasar bebas ASEAN dilakukan, sehingga diplomat-diplomat
yang ditempatkan di negara-negara ASEAN akan lebih banyak berkomunikasi dengan
17
para pejabat ASEAN demi mewujudkan sebuah pasar bebas yang menguntungkan bagi
semua negara ASEAN.
18
2.2.2 Membantu acara-acara yang ada di Sekolah Dinas Luar Negeri
19
staf, saya harus ikut membantu dengan cara membagikan buku-buku yang ada.
Juga saya harus ikut memfotokopi laporan-laporan yang ada demi
keberlangsungan pembelajaran.
3. Membuat studi kasus-studi kasus yang ada
Pembuatan studi kasus adalah sesuatu yang diperlukan untuk para CPNS.
Pembuatan studi kasus ini diperlukan agar bisa membentuk cara berpikir para
CPNS ketika dihadapkan pada suatu kasus ketika mereka menjadi seorang
diplomat. Tentunya mereka akan menghadapi masalah-masalah yang beraneka
ragam sehingga mereka memerlukan sebuah studi kasus untuk membantu
mereka.
4. Memeriksa data-data survei evaluasi
Pemeriksaan data-data survei evaluasi merupakan hal penting lainnya. Ketika
suatu pembelajaran selesai, para CPNS diwajibkan untuk mengisi lembar
survei untuk kegiatan pembelajaran mereka. Lembar survei ini diperlukan
untuk evaluasi proses pembelajaran. Biasanya, lembar evaluasi ini dipakai
untuk kritik bagi para pengajar namun juga bisa jadi kritik bagi proses
pembelajaran, seperti mungkin waktu yang terlalu cepat untuk sebuah materi
atau pun kurang kencangnya suatu yang diakibatkan mik yang suaranya terlalu
kecil. Lembar survei evaluasi ini juga bisa diperuntukkan masa depan Sekolah
Dinas Luar Negeri agar bisa lebih berbenah ketika adanya pembelajaran
tertentu.
Sebagai seorang staf, diperlukan profesionalitas dan kemampuan untuk menjadi
seorang staf yang berguna. Dalam hal tersebut, dibutuhkan kedisiplinan dan intelektual
yang baik dalam rangka untuk membantu berjalannya acara Sekolah Dinas Luar Negeri
tersebut.
Saya juga mempunyai teman magang untuk membantu keberlangsungan acara,
sehingga saya juga membutuhkan kemampuan bekerja sama yang baik agar saya bisa
berkomunikasi untuk menghasilkan sebuah pekerjaan yang baik, sehingga saya harus
terus berhubungan baik dengan teman magang saya tersebut agar menghasilkan
komunikasi yang baik, terarah, dan tentunya tujuan yang jelas.
20
2.2.3 Merapikan dokumen-dokumen yang ada di Sekolah Dinas Luar Negeri
21
2.3 Penuntasan Tugas dan Penanganan Masalah
22
Kegiatan magang ini pastinya ada masalah, tentunya ketika sudah berhubungan
dengan acara-acara yang diadakan oleh Sekolah Dinas Luar Negeri, karena hal ini
berarti berhubungan kuat dengan Kementerian Luar Negeri, oleh sebab itu bekerja pun
tidak boleh semena-mena. Namun, karena ada masalah-masalah seperti ini, justru
membuat kuat mental, apalagi dalam dunia pekerjaan nantinya.
23
BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan yang saya dapatkan selama magang adalah bagaimana Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri, tepatnya Sekolah Dinas Luar
Negeri, telah menjadi institusi yang penting dalam rangka untuk ikut memberdayakan
sumber daya manusia yang baik dan bermanfaat bagi perkembangan Indonesia nantinya.
Seberapa penting hal ini? Sangatlah penting, mengingat ini berhubungan sudah dengan
luar negeri. Menjadi seorang diplomat tidak hanya berbicara dengan orang-orang dari
luar negeri, namun juga tentang bagaimana cara bersikap sebagai seseorang yang
profesional dan tentunya berguna bagi bangsa Indonesia nantinya. Pusdiklat Kemenlu
juga sangatlah penting dalam membentuk seorang diplomat yang ulung, baik dalam
negosiasi maupun berdiplomasi. Dengan kurikulum yang terinspirasi dari teori segitiga
perdamaian kantian, tentunya para diplomat diharapkan untuk membuat kepentingan-
kepentingan Indonesia bisa dimuluskan di kancah internasional.
Hal lainnya yang dipelajari dari laporan ini adalah tentang bagaimana pentingnya
kurikulum pelajaran yang ada. Ketika menjadi seorang diplomat, sudah seharusnya
dibekali pelajaran-pelajaran yang penting dalam rangka untuk membentuk seorang
manusia yang profesional. Tentunya saya bangga menjadi seorang staf di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri. Mengapa? Karena saya sudah
diberikan kesempatan untuk membantu keberlangsungan acara-acara Sekolah Dinas
Luar Negeri dalam rangka memberikan pembelajaran bagi para calon Diplomat ini.
Menjadi seorang staf tentunya juga harus memuluskan acara yang ada ini. Menjadi
seorang staf berarti ikut menolong juga para calon Diplomat atau CPNS ini untuk
menjadi seorang diplomat yang baik, sehingga kegiatan-kegiatan yang saya lakukan
akan berpengaruh untuk mereka.
24
BAB 4
REFERENSI
Kasih, J. (2018, August 16). Terima Kasih! Ini 6 Negara Pertama yang Mengakui
Kemerdekaan Indonesia. Retrieved July 8, 2019, from
https://www.gramedia.com/blog/6-negara-pertama-mengakui-kemerdekaan-republik-
indonesia/#gref
Gewati, M. (2016, August 29). Minat Baca Indonesia Ada di Urutan ke-60 Dunia.
Retrieved July 8, 2019, from
https://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urut
an.ke-60.dunia
Beard, S. (2018, May 8). Is There Really Evidence for a Decline of War? Retrieved July
8, 2019, from https://oefresearch.org/think-peace/evidence-decline-war
Szayna, T. S., Mahony, A. O., Kavanagh, J., Watts, S., Frederick, B., Norlen, T. C., &
Voorhies, P. (2017). Conflict trends and conflict drivers: An empirical assessment of
historical conflict patterns and future conflict projections. Santa Monica: RAND.
The Great Eastern Philosophers : Lao Tzu. (2015, March 31). Retrieved July 8, 2019,
from https://www.theschooloflife.com/thebookoflife/the-great-eastern-philosophers-lao-
tzu/
James, G. (2013, February 06). Top 10 Business Books of All Time. Retrieved July 8,
2019, from https://www.inc.com/geoffrey-james/top-10-influential-business-books-of-
all-time.html
25
Cortright, D. (2013). Peace a history of movements and ideas. Cambridge: Cambridge
University Press.
Babst, D., & Eckhardt, W. (1992). How Peaceful are Democracies Compared with Other
Countries? Peace Research, 51-57.
Batchelor, M. (2018, November 23). The Worlds Most Powerful Militaries In 2018.
Retrieved July 10, 2019, from https://ceoworld.biz/2018/11/23/the-worlds-most-
powerful-militaries-in-2018/
Silver, C. (2019, June 07). Top 20 Economies in the World. Retrieved July 10, 2019,
from https://www.investopedia.com/insights/worlds-top-economies/
Fineman, H. (2014, May 21). China's Love-Hate Relationship With America. Retrieved
July 10, 2019, from https://www.huffpost.com/entry/china-america-
relationship_n_5363848
A quick guide to the US-China trade war. (2019, June 29). Retrieved July 10, 2019,
from https://www.bbc.com/news/business-45899310
Transforming our world: The 2030 Agenda for Sustainable Development .:. Sustainable
Development Knowledge Platform. (n.d.). Retrieved July 10, 2019, from
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld
26
LAMPIRAN
27
28