Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN PROGRAM PLS

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dimensi Ekonomi dalam PLS)
Dosen Pengampu :
Sylva Alkornia., S.Pd., M.pd
Linda Fajarwati., S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Ajeng Dwi Gayuh Sutanti 180210201003
Tsabat Taufiqurohman 180210201034
Dewi Wahyu Saputri 180210201039
Anisa Yulia Nur Astutik 180210201041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti syafa’atnya di akhirat. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Kuliah
Dimensi Ekonomi dalam PLS dengan judul ” Pengembangan Program PLS”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Sylva Alkornia., S.Pd., M.pd dan Ibu Linda Fajarwati., S.Pd., M.Pd. Sebagai dosen
yang telah membimbing penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna dan banyak kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya menjadi lebih
baik.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya para pembaca dan di lingkungan akademis. Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jember, 09 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Bagaimana konsep pengembangan program PLS..................................... 3
2.2 Apa tujuan dari pengembangan program PLS .......................................... 3
2.3 Bagaimana langkah-langkah dari pengembangan program PLS ............... 4
2.4 Bagaimana implementasi pengembangan program PLS........................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN ......................................................................................................... 12

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan keaksaraan fungsional juga diarahkan dapat meningkatkan
kapasitas berpikir dan pengembangan potensi pribadi secara optimal. Pada akhirnya
seseorang mampu berperan dalam dinamika kehidupan serta memberikan kontribusi
bagi perkembangan social budaya. Dengan meningkatkanya kapasitas berpikir dan
kepribadian, peserta didik keaksaraan fungsional akan lebih mampu menempatkan
peran dan aktualisasi dirinya. Termasuk meningkatnya kepercayaan diri dan kesadaran
sebagai warga negara. Itu semua merupakan investasi sumber daya manusia yang
secara potensial dapat menggerakkan dinamika pembangunan. Pendidikan luar sekolah
yang dicanangkan pemerintah sebagai subsistem dari pendidikan nasional. Melihat
tujuan pokok dari pendidikan luar sekolah sebetulnya mampu memberikan pelayanan
khusus bagi masyarakat berdasarkan kebutuhannya, juga berperan dalam mendukung
dan melengkapi pendidikan sekolah.
Namun karena hanya dianggap sebagai ‘pelengkap’, perhatian pemerintah pun
tidak sepenuhnya tercurah terhadap program yang diperuntukan bagi masyarakat yang
tidak pernah sekolah, penyandang buta aksara, putus sekolah dalam dan antar jenjang,
pendidikan usia produktif yang sudah tidak sekolah dan tidak bekerja, penduduk yang
tergolong miskin serta warga masyarakat lainnya yang ingin belajar ketrampilan untuk
meningkatkan taraf hidupnya ini. Besarnya angka putus sekolah dan masih tingginya
masyarakat yang belum terlayani pendidikan formal merupakan alasan mendasar bagi
pemerintah untuk mengupayakan Pendidikan luar sekolah (PLS). PLS mempunyai
tujuan melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin,
membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, mencari nafkah ataupun melanjutkan
jenjang pendidikan.

1
Dan terakhir, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan formal.Dan di dalam dalam makalah kami ini terdapat
berbagai macam pengembangan program pendidikan luar sekolah yang mana nantinya
program ini akan menjadi pengetahuan khusus untuk kita dalam pengembangan
program- program pendidikan luar sekolah serta terwujudnya tujuan pendidikan itu
sendiri yang khususnya dilaksankan dalam program pendidikan luar sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan disusunnya makalah ini maka penulis dapat menentukan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa tujuan dari pengembang program PLS?
1.2.2 Bagaimana langkah – langkah dari pengembangan program PLS?
1.2.3 Bagaimana konsep pengembangan program PLS?
1.2.4 Bagaimana implementasi pengembangan program PLS ?

1.3 Tujuan
Dengan disusunnya makalah ini maka penulis dapat menentukan tujuan
penulisan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui pengembang program PLS.
1.3.2 Untuk mengetahui langkah – langkah dari pengembangan program PLS.
1.3.3 Untuk mengetahui konsep pengembangan program PLS.
1.3.4 Untuk mengetahui implementasi pengembangan program PLS.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengembangan Program PLS


Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dengan maksud sebagai upaya untuk
menjadikan individu atau kelompok dapat mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki sehingga mampu melakukan proses transformasi sosial. Mengingat
pentingnya pendidikan luar sekolah dalam pembangunan sosial, maka diperlukan
suatu proses mewujudkan pelaksanaan pendidikan luar sekolah dengan berbagai
kegiatannya yang didasarkan pada pemikiran yang komprehensif dan terarah.
Dengan kata lain, pendidikan luar sekolah harus dilakukan melalui suatu proses
pengelolaan yang efektif dan efesien. Proses pengelolaan pendidikan luar sekolah
merupakan kegiatan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
mengembangkan pendidikan luar sekolah. Pengembangan diartikan sebagai
perbuatan mengembangkan. Sementara itu, mengembangkan diartikan sebagai
upaya memperluas atau mewujudkan potensipotensi, membawa suatu keadaan
secara bertingkat ke suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik,
memajukan sesuatu dari yang lebih awal ke yang lebih akhir atau dari yang
sederhana ke tahapan perubahan yang lebih kompleks (Morris, 1976; Sudjana,
2000).

2.2 Tujuan Pengembangan Program PLS


Tujuan dari pengembang program PLS yaitumewujudkan kegiatan
pembelajaran yang menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan yang
profesional, mewujudkan layanan pengabdian kepada masyarakat dalam upaya
memecahkan masalah kehidupan masyarakat. Dan PLS mempunyai tujuan
melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin,
membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, mencari nafkah ataupun melanjutkan

3
jenjang pendidikan. Dan terakhir, dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat
yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan formal.

2.3 Langkah-langkah Perngembangan Program PLS


Setelah mengetahui tujuan selanjutnya dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah, pada dasarnya mengikuti sejumlah langkah- langkah
tertentu. Yang mana langkah- langkah tersebut adalah:
a. Penentuan populasi sasaran
b. Identifikasi kebutuhan pelajar
c. Identifikasi sumber- sumber belajar yang relevan
d. Penentuan strategi pelaksanaan kelembagaan pendidikan luar sekolah

1. Penentuan populasi sasaran


Penentuan populasi sasaran merupakan langkah pertama yang perlu
secara tegas ditetapkan; penentuan tersebut bisa jadi menggambarkan
berbagai variasi misalnya, pedesaan, usia muda, atau terbatas pada kaum
wanitanya. Sosial populasi, sasaran tersebut sangat penting ditetapkan
secara cermat dan jelas batasannya, perlu dihindari penetapan populasi yang
bersifat mengambang. Jelas atau mengambangnya populasi sasaran akan
menentukan langkah- langkah berikutnya.
2. Identifikasi kebutuhan pelajar
Setelah langkah pertama, selanjutnya perlu diikuti dengan langkah
identifikasi terhadap kebutuhan belajar dari populasi sasaran tadi. Pada
langkah ini, memang terutama bergerak pada apa-apa yang relevan
dididikkan pada populasi sasaran, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan, atau sikap mental. Identifiaksi tersebut tentu saja dapat
menggunakan berbagai tekhnik, asalkan tetap pada spesifikasi kebutuhan
belajar, baik berdasarkan kebutuhan yang dirasakan maupun kebutuhan-
kebutuhan belajar yang riil (objektif).

4
3. Identifikasi sumber-sumber belajar
Istilah sumber belajar menunjuk pada segala macam sumber, baik
manusia maupun non- manusia yang memberi kemungkinan terjadinya
kegiatan atau proses belajar dari populasi belajar. Sumber belajar yang
berupa manusia misalnya, orang– orang yang terampil dalam masyarakat,
orang-orang yang berpengetahuan luas, orang-orang yang berpengalaman
atau orang-orang yang diperkirakan bernilai partisipasinya, membina dan
mengembangkan populasi sasaran. Sedangkan sumber yang non- manusia
misalnya, gedung, peralatan belajar, kelembagaan- kelembagaan fungsional
dimasyarakat (sosial, ekonomi, pemerintahan dsb) dan mungkin juga
terdapat sumber-sumber lainnya yang bernilai fungsional bagi terwujudnya
kegiatan atau proses belajar dari populasi sasaran.
4. Penentuan strategi pelaksanaan kelembagaan
Menenetukan strategi pelaksanaan kelembagaan pada dasarnya
bergantung pada hasil penemuan atau identifikasi langkah- langkah yang
sebelumnya. Pada langkah keempat ini, dituntut untuk berpikir menyeluruh
dan inovatif. Gambarnya harus tergambar dengan jelas, gambaran kekuatan
yang dimiliki juga mesti terlukis dengan jelas, atas dasar itu perlu
menetapkan” apa yang mau dicapai dan bagaimana caranya?”.
Operasionalisasi tujuan perlu dilakukan, jalur- jalur yang akan ditempuh
perlu ditegaskaan, bagaimana skuensi pengalaman belajar disepenjang
jalur- jalur yang akan ditempuh juga mesti secara tegas teroperasionalkan,
bagaimana bermainnya pada jalur- jalur tadi juga sangat penting ditegaskan
batasan- batasannya, serta bagaimana memobilisir kekuatan– kekuatan
yang dimiliki. Di dalam proses pelaksanaan mendidik populasi sasaran,
berfikir model strategi tadi bisa berlaku di dalam pendayagunaan jalur- jalur
manapun (pendidikan mulai kursus, pengajian- pengajian kelompok, modul
dll). Begitu strategi terterapkan, selanjutnya tinggal pelaksanaan program
pendidikan luar sekolah.

5
2.4 Implementasi Pengembangan Program PLS
Program PLS perlu dikembangkan secara sistematik sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Pengembangan program merupakan serangkaian langkah
yang harus dilakukan untuk menghasilkan program yang benar-benar mampu
memberikan manfaat yang optimal. Langkah-langkah dalam pengembangan
program meliputi analisis dan penentuan kebutuhan pendidikan, akar masalah, isu
strategis (dalam tulisan ini ketiga istilah tersebut dipandang sama), penentuan
strategi pengembangan; rencana implementasi dan penyusunan rencana evaluasi.
Berikut dipaparkan masing-masing langkah tersebut:
1. Penentuan Kebutuhan/Masalah Strategis
Analisis kebutuhan (needs assesment) secara umum didefinisikan
sebagai proses menentukan sesuatu yang penting atau berguna untuk
memenuhi sebuah kebutuhan yang dinyatakan (the process of determining
the things that are necessary or useful for the fulfillment of a defensible
purpose) demikian menurut Stuffebeam, et al (1985). Analisis kebutuhan
merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi bagi
pembuatan keputusan tentang petunjuk atau keberadaan program atau
praktek. Pertanyaan yang terkandung dalam proses ini mencakup: 1)
Kinerja (performance), apa tujuan atau hasil pendididikan yang diharapkan;
apa kinerja dari orang, program, pelayanan pada saat ini, 2) Aktivitas
sekarang atau potensial, dengan cara apa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, Keluaran, Masukan Lain, Pengaruh, Proses, Masukan
Lingkungan, Masukan Lingkungan, Masukan Sarana, Masukan Mentah.
Dan 3) Keputusan, apa tindakan (alokasi sumberdaya, intervensi, penentuan
prioritas).
Analisis kebutuhan memiliki dua fungsi, yaitu pertama, membantu
dalam penentuan kebutuhan yang ada dan bagaimana kebutuhan tersebut
dapat dinyatakan, dan ke dua, dapat menyediakan kriteria terhadap evaluasi
manfaat program, yaitu derajat kebutuhan manusia dapat dicapai secara

6
efektif dan efisien. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa analisis
kebutuhan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan
program diselenggarakan, karena memberikan kejelasan dan arahan
mengenai aspek program yang diubah dan arahan bagaimana seharusnya
perubahan tersebut dilakukan. Proses identifikasi kebutuhan menekankan
pada dicapainya kebutuhan obyektif untuk menentukan keberadaan, dan
keberlanjutan program. Kebutuhan diartikan perbedaan antara kemampuan
baru yang lebih tinggi sebagai dikehendaki oleh seseorang, lembaga atau
masyarakat dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang itu pada saat ini.
Kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk kepentingan dirinya,
lembaganya, atau masyarakatnya. An education need is the gap between
their present level of competencies and a higher level required for effective
performance as defined by themselves, their organization, or society
(Knowless, 1980). Dengan kata lain, kebutuhan pendidikan adalah jarak
antara keinginan dengan kenyataan tentang tingkat kemampuan yang
dimiliki seseorang dan/atau kelompok. Kebutuhan pendidikan, masalah
atau isu strategis sangat beragam dalam kuantitas maupun kualitasnya. Para
ahli menggolongkan beragam kebutuhan atau masalah pendidikan.
Knowles (1985) menyatakan tentang kebutuhan pendidikan individu,
kelompok dan masyarakat. Maslow (1970) dan Sudjana (2000)
menjelaskan bahwa terdapat hirarki kebutuhan manusia dari kebutuhan
paling rendah sampai tinggi yaitu kebutuhan fisiologis (physicological
need), rasa aman (safety need), sosial (sosial need), penghargaan (esteem
need) dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization need). Menurut
Maslow, pemenuhan kebutuhan yang paling rendah merupakan syarat
untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, walau tidak selalu harus
mengikuti tingkatan kebutuhan tersebut. Pendapat lain dinyatakan oleh
Howard McClucky (Getskow, 1997) bahwa kategori kebutuhan pendidikan
dari orang dewasa sebagai berikut:

7
a. Keterampilan yang memungkinkan orang dewasa untuk mampu
bertahan dengan beradaptasi terhadap perubahan kondisi sosial,
meliputi keterampilan dasar dalam menulis, membaca, menghitung
dan peduli kesehatan.
b. Kebutuhan untuk berpartisipasi dalam pengalaman menyenangkan
misalnya musik dan seni.
c. Kebutuhan untuk membantu untuk mengatasi masalah orang lain.
d. Kebutuhan untuk membuat sesuatu yang berbeda dalam dunia.
e. Kebutuhan untuk memahami lebih mendalam menganai makna
hidup.
Pehamanan dan kemampuan mengenai berbagai kebutuhan/masalah
pendidikan menjadi penentu untuk memastikan tindakan pengembangan apa
yang sesuai untuk dilaksanakan. Kebutuhan pendidikan perlu diidentifikasi
dengan menggunakan berbagai metode dan teknik, yang menjamin dicapainya
kebutuhan obyektif dari individu, kelompok dan/atau masyarakat. Kebutuhan
obyektif diharapkan tergali secara baik sehingga dicapai hasil optimal bukan
kebutuhan yang subyektif, yaitu kebutuhan yang masih bersifat keinginan
(wants) dan tidak bersifat urgen untuk diatasi. Hal ini penting diketahui karena
setiap masalah yang muncul dengan ditandai adanya gejalanya harus ditemukan
akar masalahnya. Stuffelbeam, et al (1985) menjelaskan bahwa proses
pengumpulan data mencakup kegiatan penentuan sumber informasi apa yang
dibutuhkan, siapa yang menjadi sasaran pengumpulan informasi, menyiapkan
instrumen pengumpulan informasi, dan melaksanakan pengumpulan informasi.
Dengan demikian, dibutuhkan upaya untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi. Pengumpulan informasi diartikan sebagai proses memahami
kegiatan atau kejadian nyata dalam program atau lembaga, melalui
pengumpulan data dengan berbagai cara untuk menghasilkan suatu
pengetahuan yang kemudian pengetahuan tersebut ditafsirkan sehingga
diperoleh kebutuhan yang jelas (identified needs).

8
Data yang diperlukan harus memiliki tingkat kepercayaaan yang dapat
dipercaya, benar, akurat dan lengkap. Salah satu metode dalam mengkaji akar
masalah/kebutuhan pendidikan/isu strategis dapat dilakukan melalui cara
berikut, sebagaimana disarikan David (1998) dalam bukunya Manajemen
Strategik (Strategic Management) yang meliputi: kajian visi, misi dan nilai
program/lembaga; kajian isu-isu strategis dari kekuatan, kelemahan, peluang
dan hambatan; penentuan isu strategis; penentuan strategi; dan penentuan
rencana aksi/kegiatan.

9
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengembangan program pendidikan luar sekolah adalah suatu perubahan lebih
terhadap sesuatu yang terencana, akan dan sedang terlaksana yang mana berkaitan
dengan pendidikan formal. Dan dengan terwujudnya program pendidikan luar sekolah
ini, nantinya akan menjadikan PLS salah satu sebagai jalan dalam terwujudnya
pendidikan formal itu sendiri dan khususnya tjuan pendidikan sendiri. Sebagaiman
tujuan PLS itu sendiri yakni;
a. PLS mempunyai tujuan melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan
berkembang sedini mungkin,
b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri,mencari nafkah
ataupun melanjutkan jenjang pendidikan,
c. Ketiga Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan formal.

3.2 Saran
Penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih sangat banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan datang menjadi lebih baik lagi.
Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menambah pengetahuan
kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pustakamirzan. 2010. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah.


Alimzebua.wordpress.com.2011. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah.
Entohtohani. MATERI PERKULIAHAN PENGEMBANGAN PROGRAM
PNF.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310876/pendidikan/Materi+Pengembangan
+Program.pdf.

11
LAMPIRAN

Gambar 1. Diskusi tentang bab pembahasan.

Gambar 2. Diskusi tentang bab penutup.

Gambar 3. Diskusi tentang pembuatan PPT.

12

Anda mungkin juga menyukai