Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“PENDEKATAN MONETER DAN KEBIJAKAN MONETER”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter

DOSEN PENGAMPU

Dr. Nafik Umurul Hadi, SE., M.Si

Disusun Oleh:

1. Agil Surya Pradana (22187203050)


2. Nanda Aulia Rahma (22187203044)
3. Amelia Fani Nugraheni (22187203043)
4. Teguh Setiawan (

UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG


Jalan Mayor Sujadi Timur Nomor 7, Kode Pos 6621, Plosokandang,
Kedungwaru
Tulungagung, Jawa Timur
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Ekonomi Moneter, dengan judul “Pendekatan Moneter Dan Kebijakan
Moneter”
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nafik Umurul
Hadi,SE.,M.Si sebagai dosen mata kuliah Ekonomi Pendidikan yang sudah
membagikan tugas ini sehingga bisa menaikkan pengetahuan serta
pengetahuan cocok dengan bidang riset yang kami tekuni.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun
dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.

Tulungagung, 24 Maret 2023

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumus Masalah.........................................................................................................6
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................8
2.1 Pengertian Pendekatan Moneter.................................................................................8
2.2 Teori Nilai tukar dengan pendekatan Moneter...........................................................8
2.3 Pengertian Kebijakan Moneter.................................................................................11
2.4 Pengertian Kebijakan Moneter Menurut Para Ahli..................................................12
2.5 Jenis jenis kebijakan moneter..................................................................................12
2.6 Tujuan Kebijakan Moneter......................................................................................14
2.7 Instrument Kebijakan Moneter................................................................................16
BAB III....................................................................................................................................22
PENUTUP...............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

iv
v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nilai tukar rupiah atau kurs rupiah terhadap mata uang asing terutama
dolar Amerika Serikat merupakan salah satu indikator penting dalam
menganalisis perekonomian Indonesia, karena dampaknya yang luas terhadap
ekonomi nasional. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar menjadi perhatian
serius oleh Pemerintah dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk
memantau dan mengendalikannya, terutama berkaitan dengan faktor-faktor
yang memengaruhi nilai tukar rupiah. Hal ini menjadi semakin penting
khususnya semenjak Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang
bebas sejak krisis ekonomi akhir dekade 1990-an. Dalam sistem tersebut nilai
tukar rupiah ditentukan oleh mekanisme pasar (kekuatan permintaan dan
penawaran valuta asing di pasar uang) sehingga pergerakannya semakin sulit
untuk diprediksi. Untuk menganalisis nilai tukar dalam suatu perekonomian
terbuka, terdapat tiga pendekatan yang biasa digunakan yaitu pendekatan atau
model elastisitas, pendekatan penyerapan, dan pendekatan aset atau
pendekatan moneter. Pendekatan moneter adalah pendekatan yang paling
banyak digunakan, khususnya dalam sistem nilai tukar mengambang bebas.
Pendekatan atau model moneter membagi analisis nilai tukar berdasarkan tiga
variabel ekonomi makro yaitu uang beredar, pendapatan nasional, dan suku
bunga.1 Banyak penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model
moneter. Salah satunya yang dilakukan oleh Engle dan West2 yang
menunjukkan bahwa faktor ekonomi makro seperti uang beredar, output,
harga, dan suku bunga dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar beberapa
negara maju daripada prediksi random walk. Untuk kasus Indonesia,
Burhanuddin, dalam Suhendra,3 menyatakan bahwa nilai tukar rupiah pasca

6
sistem mengambang bebas ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu ekspektasi
jangka pendek pelaku pasar, kondisi finansial perbankan dan perusahaan, serta
faktor fundamental. Berangkat dari pemikiran di atas, penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis pengaruh faktor uang beredar, pendapatan riil, dan suku
bunga terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika di Indonesia. Nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika merupakan kurs atau valuta asing yang
paling banyak digunakan dalam perekonomian nasional yang ditandai dengan
besarnya komposisi cadangan devisa dalam Neraca Pembayaran Indonesia.
Analisis ini perlu dilakukan khususnya dalam sistem nilai tukar di Indonesia
yang menganut sistem mengambang bebas. Dengan menggunakan Flexible-
Price Monetary Approach (FLMA) yang telah dilakukan oleh Marrie Wong
(2004),4 penelitian ini menggunakan data triwulanan tahun 2000–2010.
Estimasi jangka panjang dilakukan dengan menggunakan Johansen
Cointegration Method, sedangkan estimasi jangka pendek menggunakan model
koreksi kesalahan (Error Correction Model/ECM). Sejak kebijakan nilai tukar
mengambang bebas diterapkan di Indonesia, fluktuasi nilai tukar rupiah
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran mata uang di pasar tanpa
ada kewajiban Bank Indonesia untuk melakukan intervensi secara sistematis.
Oleh karena itu, faktor fundamental memegang peranan penting dalam
memengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika khususnya
dalam periode 2000–2010.

Kebijakan moneter adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan


oleh bank sentral dalam bentuk pengaturan persediaan uang untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan utama dari kebijakan moneter adalah mencegah
terjadinya peningkatan uang beredar secara berlebihan atau sangat kurang.
Pihak yang dapat memberikan kebijakan moneter ialah pemerintah suatu
negara atau otoritas moneter.Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset
standar bunga pinjaman, margin requirement, kapitalisasi untuk bank atau

7
bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang


bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang
kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan


ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar
valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan likuiditas.

1.2 Rumus Masalah


1. Apa itu pendekatan moneter?
2. Apa itu kebijakan moneter?
3. Apa saja jenis kebijakan moneter?
4. Apa tujuan dibentuknya kebijakan moneter?

8
1.3 Tujuan Masalah
1. Agar para pembaca memahami apa itu pendekatan moneter
2. Agar para pembaca memahami apa itu kebijakan moneter
3. Agar para pembaca mengetahui apa tujuan dibentuknnya kebijakan
moneter

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Moneter


Pendekatan moneter atau pendekatan asset market merupakan
pendekatan yang banyak digunakan ketika sistem nilai tukar mengambang
mulai diberlakukan di dunia. Dalam pendekatan atau model moneter
dinyatakan bahwa perubahan relatif dalam penawaran uang, tingkat bunga, dan
pendapatan riil memengaruhi nilai tukar. Suatu kenaikan dalam penawaran
uang di dalam negeri menyebabkan suatu depresiasi yang sebanding. Kenaikan
dalam pendapatan riil domestik meningkatkan permintaan keseimbangan riil
yang selanjutnya menurunkan harga domestik sehingga memengaruhi
keseimbangan apresiasi pertukaran. Di sisi lain, tingkat bunga domestik yang
secara relatif tinggi menyebabkan penurunan permintaan riil yang berdampak
pada kenaikkan harga sehingga akhirnya menyebabkan depresiasi nilai tukar.

2.2 Teori Nilai tukar dengan pendekatan Moneter


Dalam pendekatan moneter dikatakan bahwa nilai tukar terjadi karena
penyeimbangan total permintaan dan penawaran mata uang suatu negara di
masing-masing negara. Penawaran suatu negara diasumsikan ditetapkan secara
independent oleh otoritas moneter masing- masing negara. Tetapi permintaan
uang ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tertentu atau tingkat harga
yang berlaku serta tingkat suku bunga. Pada pendekatan moneter selalu
berprinsip bahwa faktor moneter yang melandasi fungsi permintaan dan
penawaran uang merupakan penjelas utama pergerakan kurs valas. Sehingga
keseimbangan kurs valas akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran
uang, dan juga faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran uang.
Terdapat dua model pendekatan moneter, yaitu:

10
1. Harga fleksibel
Teori kuantitas, keluwesan harga dan juga konsep paritas daya beli
merupakan faktor penting dalam model ini. Asumsi dalam model ini adalah
bahwa kondisi keseimbangan pasar uang yaitu permintaan uang = penawaran
uang. Dimana permintaan uang dipengaruhi oleh pendapatan riil, harga, dan
suku bunga. Berbeda dengan penawaran uang merupakan faktor tertentu
(given), keseimbangan moneter di dalam negeri dan luar negeri dapat
digambarkan sebagai berikut (Kuncoro 2001)
mt = pt + ø yt - λrt .
dan
m* t = pt* + ø yt* - λ*rt
mt : penawaran uang
pt : tingkat harga domestik
yt : pendapatan riil
rt : tingkat bunga
* : menunjukkan data Amerika Serikat

Fungsi permintaan uang diasumsikan dipengaruhi positif oleh harga-


harga, maupun output riil, dan dipengaruhi negatif oleh suku bunga. Parameter
diasumsikan konstan dan sama antar negara. Dalam teori ini diasumsikan harga
barang bersifat luwes dan arbitrase efisien, sehingga kondisi paritas daya beli
dirumuskan sebagai berikut (kuncoro 2001)
St = pt – pt*
Setelah diketahui ketiga rumus diatas maka dengan
mengkombinasikan ketiga rumus diatas maka dihasilkan persamaan model
moenter harga fleksibel sebagai berikut :
St = (mt – m * t) – ø(yt – y*t) + λ(rt – r*t)
Dalam pendekatan moneter ini, terdapat perubahan masing-masing
variable yaitu: dalam model ini dapat memprediksi bahwa jika kenaikan supply

11
uang domestic menyebabkan kenaikan harga domestic secara proporsional, dan
lewat PPP maka akan mendorong terjadinya depresiasi mata uang domestic.
Kedua, terdapat hubungan yang negative antara kurs valas dan pendapatan riil
relative. Dikarenakan jikalau pendapatan riil domestic naik akan
mengakibatkan kelebihan permintaan akan keseimbangan uang bila tidak
terjadi perubahan supply uang. Keadaan ini dapat dipenuhi dengan penurunan
harga domestic. Melalui PPP maka penurunan harga akan mengakibatkan
apresiasi mata uang domestik. Ketiga, dalam model tersebut juga dapat dilihat
bahwa jika semakin tinggi suku bunga maka akan menyebabkan menurunnya
demand uang domestic yang akhirnya terjadilah depresiasi mata uang
domestic. Sehingga nantinya koefisien perbedaan suku bunga bertanda positif
.
2. Ketegaran Harga
Model moeneter harga fleksibel merupakan model yang berlaku untuk
jangka panjang dengan menggunakan asumsi PPP. Dalam menganalisis
fluktuasi nilai tukar jangka pendek Dornbusch (1976) membuat model yang
lain yaitu model moneter sticky price. Model ini berdasarkan asumsi bahwa
harga adalah kaku dalam jangka pendek, karena pasar barang menyesuaikan
lebih lambat dari pasar uang sebagai respon terhadap moenetary shocks.
Jikalau lambat penyesuaian harga di pasar barang maka tidak berlaku PPP
(jangka pendek). Dengan kata lain kekakuan harga terjadi saat jangka pendek.
Apabila dalam jangka pendek diasumsikan terjadi kekakuan harga , apabila
terjadi kenaikan pada penawaran uang riil, maka akan memberikan dampak
pada efeklikuiditas yaitu tingkat bunga, yang diawalnya menurun, sebagai
akibat dari respon kenaikan penawaran uang riil. Dari model Dornbusch ini
jikalau nilai tukar domestic terdepresiasi tidak hanya dikarenakan oleh
monetary shock, tetapi juga oleh liquidity induced yang akan menurunkan
tingkat bunga domestic yang akan mengakibatkan tingkat bunga domestik
turun sehingga menimbulkan arus modal keluardan akhirnya menyebabkan

12
mata uang domestic terdepresiasi. Model ini dapat diterapkan di negara kecil,
dengan implikasi negara sebagai price taker, menerima suku bunga dunia dan
harga barang sebagai sesuatu yang give

2.3 Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter merupakan proses mengatur persediaan uang
sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu misalnya menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.Kebijakan moneter dapat
melibatkan pengaturan standar bunga pinjaman, “margin requirement“,
kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir
atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Jika
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat digunakan untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil. Kebijakan moneter adalah upaya mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga.
Mencapai tujuan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha
mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar
inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan atau distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain
dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu
suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai

13
tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami
kesulitan likuiditas.

2.4 Pengertian Kebijakan Moneter Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah pengertian kebijakan moneter menurut para ahli
diantaranya:

1. Muana Nanga: Pengertian kebijakan moneter adalah kebijakan yang


dilakukan oleh otoritas moneter dengan mengendalikan jumlah uang
beredar dan tingkat suku bunga untuk mempengaruhi tingkat permintaan
agregat dan mengurangi ketidakstabilan ekonomi.
2. Boediono: Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah tindakan
pemerintah melalui Bank Sentral untuk mempengaruhi dalam situasi makro
yang dilaksanakan yaitu dengan menyeimbangkan jumlah uang beredar
dengan penawaran barang sehingga inflasi dapat dikendalikan, tercapainya
kesempatan kerja penuh dan kelancaran suplai atau distribusi barang.
3. M. Natsir: Yang dimaksud dengan monetary policy adalah segala tindakan
atau upaya bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan variabel
moneter (uang beredar, nilai tukar, suku bunga, dan suku bunga kredit)
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Perry Warjiyo: Kebijakan moneter adalah kebijakan otoritas moneter atau
bank sentral dalam bentuk agregat moneter untuk mencapai perkembangan
kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan memperhatikan siklus aktivitas
ekonomi, sifat ekonomi suatu negara dan faktor ekonomi fundamental
lainnya.

2.5 Jenis jenis kebijakan moneter


Dua jenis kebijakan moneter yang dapat diambil sebagai langkah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Kebijakan tersebut adalah kebijakan
moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif, berikut penjelasannya:

14
1. Kebijakan Moneter Ekspansif

Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar


(easy money policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok
dalam perekonomian. Caranya dengan menurunkan suku bunga, membeli
sekuritas pemerintah oleh bank sentral, dan menurunkan persyaratan cadangan
untuk bank. Kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran
dan merangsang aktivitas bisnis atau kegiatan belanja konsumen.
Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter
ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko inflasi
akan semakin tinggi. Kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive
policy) utamanya melakukan penambahan uang yang beredar dalam
masyarakat agar roda perekonomian semakin berjalan cepat. Kebijakan ini
mampu meningkatkan daya beli (permintaan) masyarakat dan mengurangi
jumlah pengangguran pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif juga mempengaruhi tingkat pengangguran di
suatu negara.

Contohnya, kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk mengurangi angka


pengangguran karena ketersediaan uang dalam jumlah banyak akan
merangsang kegiatan bisnis sehingga pasar tenaga kerja semakin besar.
Dengan otoritas fiskal, bank sentral mengontrol nilai tukar mata uang dalam
negeri (Rupiah) terhadap mata uang asing. Contoh konkretnya, yaitu bank
Indonesia menambah jumlah uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak
uang cetak. Mata uang Rupiah menjadi lebih murah daripada mata uang negara
lain.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif

15
Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy). Kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive
policy) yang disebut kebijakan uang ketat (tight money policy) ialah kebijakan
mengurangi jumlah uang yang beredar.
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi.
Tujuan kebijakan moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang beredar
dalam perekonomian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan
suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan
cadangan untuk bank.

Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia Beberapa contoh monetary policy


yang telah diterapkan di Indonesia, adalah sebagai berikut: Bank Indonesia
(BI) melakukan lelang sertifikatnya, atau bisa juga melalui pembelian surat
berharga di pasar modal. UBI dapat menurunkan suku bunga jika kondisi
ekonomi sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya, BI bisa menaikkan suku bunga
bila ingin membatasi aktivitas ekonomi sehingga aliran uang berkurang. Ketika
perekonomian mengalami resesi maka peredaran uang akan meningkat
sehingga aktivitas perekonomian meningkat. Contohnya adalah membeli
sekuritas (surat-surat berharga) Saat terjadi inflasi, BI akan mengurangi aliran
uang ke masyarakat dengan menjual surat berharga untuk mengurangi aktivitas
ekonomi yang berlebihan.

2.6 Tujuan Kebijakan Moneter


Bank Indonesia memiliki tujuan mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004
pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai

16
rupiah antara lain kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang
tercermin pada inflasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia


menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dan menganut sistem nilai
tukar yang mengambang (free floating).

Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas


harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan,
bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk


melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan menjaga sasaran laju
inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah. Jika dirangkum,
maka tujuan kebijakan moneter diantaranya:

1. Stabilitas Ekonomi

Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan


ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya,
pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan seimbang.

2. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat.


Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan

17
ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja. Perbaikan upah dan
keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan pada akhirnya
kemakmuran dapat tercapai.

3. Kestabilan Harga

Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke


waktu. Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli
barang pada tingkat harga sekarang sama dengan tingkat harga yang akan
datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah sama.

4. Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila


jumlah nilai barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor.
Untuk mendapatkan neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering
menjalankan kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara melakukan
devaluasi.

5. Menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi

Menjaga stabilitas harga dari banyaknya jumlah uang yang beredar,


Meningkatkan kesempatan kerja, Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan
neraca pembayaran, jika negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang
asing.

2.7 Instrument Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang mengatur tingkat
pertumbuhan dan peredaran uang di dalam suatu negara. Variabel
makroekonomi utama yang diatur oleh kebijakan moneter adalah inflasi dan
pengangguran.

18
Cara-cara yang menjadi ciri khas kebijakan moneter adalah pengaturan
suku bunga, transaksi jual dan beli sekuritas pemerintah, dan pengubahan
jumlah uang tunai yang beredar di pasar. Bank sentral atau badan negara
pengatur keuangan seperti Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas
perumusan kebijakan moneter. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah
manajemen inflasi, manajemen pengangguran, dan penjagaan nilai tukar mata
uang. Kebijakan moneter bisa membuat target tentang tingkat inflasi, suku
bunga, dan nilai mata uang. Bank Sentral adalah aktor utama dalam
pelaksanaan kebijakan moneter secara langsung dan tidak langsung. Contoh
dari kebijakan moneter langsung adalah mencetak uang baru, membekukan
saldo perusahaan swasta/negara, merombak sistem perbankan, mengambil alih
urusan perbankan/perkreditan, dan masih banyak lagi.

Bank sentral ikut serta dalam peredaran uang dan lalu lintas kredit
perbankan. Sedangkan contoh kebijakan politik moneter tidak langsung adalah
memberikan pengaruh kepada pemberian kredit oleh dunia perbankan.
Pengaturan uang beredar dalam masyarakat dilakukan dengan menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar.

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen


kebijakan moneter, tujuannya mengatur jumlah uang yang beredar demi
terjaganya stabilitas harga, baik instrumen langsung maupun tidak langsung.
Beberapa instrumen utamanya, diantaranya:

1. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas Diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah


pada bank-bank umum yang meminjam uang kepada bank sentral. Ketika
bank-bank umum mengalami kondisi yang mengharuskan mereka untuk
meminjam uang ke bank sentral, pemerintah dapat menggunakan kesempatan

19
ini untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Jika pemerintah ingin
menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah akan menurunkan
tingkat suku bunga pinjaman atau diskonto. Ketika tingkat suku bunga
pinjaman menurun menjadi lebih murah, maka bank-bank umum akan lebih
tertarik untuk meminjam uang ke bank sentral.

Sebaliknya ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang


beredar, maka pemerintah akan menaikan tingkat suku bunga. Kenaikan suku
bunga tersebut akan mengurangi niat bank-bank umum untuk melakukan
pinjaman di bank sentral sehingga pemerintah dapat menekan laju
pertambahan jumlah uang beredar.

2. Operasi Pasar Terbuka

Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan salah satu instrumen


kebijakan moneter tidak langsung yang sangat penting karena sifatnya yang
sangat fleksibel dibanding dengan instrument lain. OPT dilakukan oleh
pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan
menjual (open market selling) atau membeli (open market buying) surat-surat
berharga milik pemerintah.
a. Open Market Selling dilakukan ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan menjual surat-surat berharga yang beredar.
Ketika pemerintah menjual surat-surat tersebut ke masyarakat, maka uang
yang digunakan masyarakat untuk membeli surat tersebut akan masuk ke
otoritas moneter. Akhirnya, uang yang beredar di masyarakat semakin
sedikit.
b. Open Market Buying dilakukan ketika pemerintah ingin menambah jumlah
uang yang beredar dengan cara membeli surat-surat berharga yang beredar.
Ketika pemerintah membeli surat berharga dari masyarakat, maka uang
yang beredar di masyarakat akan bertambah.

20
Di Indonesia kebijakan moneter berupa OPT dilakukan dengan cara
menjual atau membeli surat-surat berharga yang terdiri dari Sertifikat Bank
Indonesia (SBI, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan Surat Berharga
Negara (SBN) yang dibagi menjadi Surat Utang Negara (SUN) terdiri dari
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara termasuk Zero
Coupon Bond (ZCB) dan Obligasi Negara Ritel (ORI), Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) termasuk SBSN Ritel.

Ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka


pemerintah akan menjual berbagai surat berharga tersebut, sebaliknya ketika
pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
membeli kembali berbagai surat-surat berharga yang telah dijual sebelumnya.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Ketika minimum cadangan wajib tersebut berkurang, maka bank


memiliki lebih banyak uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui
pinjaman. Sebaliknya jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum cadangan wajib
bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.
Ketika minimum candangan wajib tersebut berkurang, maka bank memiliki
lebih banyak uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui pinjaman.
Sebaliknya jika pemeritnah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka
pemerintah dapat menambah jumlah minimum cadangan wajib bank sehingga
bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.

4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Instrumen kebijakan moneter berupa imbauan moral dapat dilakukan


oleh bank sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar melalui

21
berbagai hal. Bank sentral dapat mengimbau bank-bank umum untuk
menurunkan atau menaikan suku bunga pinjamannya.

Bank sentral juga dapat memberikan saran kepada bank-bank tersebut


untuk hati-hati dalam memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat ataupun
membatasi keinginannya untuk meminjam uang kepada bank sentral melalui
Fasilitas Diskonto. Selain 4 instrumen tersebut, Bank Indonesia memiliki
beberapa instrumen kebijakan moneter lainnya seperti:

1. Kredit Langsung yaitu Bank Indonesia memberikan kredit secara langsung


kepada sektor, program, proyek, ataupun kegiatan yang sifatnya mendesak
dan harus diprioritaskan. Kredit langsung ini akan menambah jumlah uang
yang beredar di masyarakat karena digunakan untuk membiayai program
ataupun kegiatan yang diprioritaskan.
2. Penetapan Uang Muka Impor dimana para importir diwajibkan membayar
sejumlah persentase tertentu sebagai uang muka untuk pembelian valuta
asing yang mereka perlukan untuk mengimpor barang dari luar negeri.
Dengan ditetapkannya instrumen ini, pemerintah dapat mengatur jumlah
uang yang beredar dari sisi impor dan dapat mengontrol devisa negara.
3. Fasilitas Overdraft (Overdraft Window) dimana Bank Indonesia akan
menyediakan fasilitas pinjaman yang berjangka sangat pendek kepada
bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas (pencairan) jangka pendek.
Suku bunga yang diterapkan pada fasilitas ini lebih tinggi dibanding
sumber pinjaman lain sehingga dapat mengontrol jumlah uang yang
beredar.
4. Intervensi Rupiah dimana Bank Indonesia melakukan pinjam meminjam
dana secara langsung di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dalam jangka
waktu overnight sampai dengan 7 hari demi membantu instrumen kegiatan
Operasi Pasar Terbuka.

22
5. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah instrumen yang pada
awalnya dibuat oleh Bank Indonesia sebagai fasilitas untuk bank-bank
syariah, namun tidak menutup kemungkinan SWBI ini digunakan untuk
membantu Operasi Pasar Terbuka. Pelaksanaan SWBI tidak dilakukan
secara lelang melainkan membuka window sehingga memiliki kemiripan
dengan fasilitas simpanan bank sentral. Selanjutnya, bank akan
meningkatkan suku bunga yang mereka tetapkan kepada pelanggan
mereka. Dengan demikian, biaya pinjaman dalam perekonomian akan
meningkat, dan jumlah uang beredar akan berkurang.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

Novalina, A. (2018). Kemampuan Bi 7-Day Repo Rate (Bi7drr) Dalam


Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia (Pendekatan Transmisi Moneter Jangka
Panjang). Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, 10(2), 1874-1885.
Warjiyo, P. (2017). Kebijakan moneter di indonesia (Vol. 6). Pusat Pendidikan
Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Rahardjo, M. (2011). Ekonomi Moneter.

25

Anda mungkin juga menyukai