Anda di halaman 1dari 13

Makalah

EKONOMI MIKRO DAN MAKRO

KEBIJAKAN MONETER

Disusun oleh kelompok 11


1. Ghina Jannatul H
2. Sagita Putri

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN


SOLOK

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kepada Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah

dan karunianya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Ekonomi Moneter dengan

judul “Kebijakan Moneter”. Makalah ini ini disusun atas dasar untuk memenuhi tugas-tugas

mata kuliah Etika Bisnis. tidak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada

segenap pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan

makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Solok, 18 Juni 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Pengertian Kebijakan Moneter ...................................................................... 2
2.2 Pengertian Efektifitas Kebijakan Moneter .................................................. 2
2.3 Intsrumen Kebijakan Moneter ...................................................................... 3
2.4 Indikator Kebijakan Moneter ........................................................................ 5
2.5 Tolak Ukur Stabilitas Moneter ...................................................................... 6
2.6 Teori Efektifitas Kebijakan Moneter ............................................................. 9
2.7 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion .................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebijaksanaan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kegiatan ekonomi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

kebijakan ekonomi tetapi kebijakan moneterlah yang merupakan faktor yang

dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga dengan demikian dapat dipakai untuk

mencapai sasaran pembangunan ekonomi. Apabila pemerintah memandang

bahwa tujuan pembangunan ekonomi tidak seperti yang diharapkan, misalnya

adanya pengangguran yang tinggi, inflasi atau defisit dalam neraca pembayaran

maka perlu adanya tindakan stabilisasi untuk menghilangkan/mengurangi

pengangguran,menekan inflasi dan defisit. Maka perlu adanya “indikator” Untuk

mengetahui apakah tindakan kebijakan instrumen moneter yang dilakukan

pemerintah sudah tepat sasaran atau belum. Indiktor sebenarnya merupakan

pemilihan variabel-variabel moneter yang secara konsisten memberikan informasi

tentang pengaruh kebijaksnaan moneter terhadap perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Saja Intsrumen Kebijakan Moneter ?

2. Apa Indikator dari implementasi kebijakan moneter

3. Apa saja tolak ukur stabilitas moneter

4. Apa perbedaan rules dan discretion


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui


bank sentral dalam rangka mencapai kestabilan moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
2.2 Pengertian Efektifitas Kebijakan Moneter
Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana
kebijakan moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya), memberi
dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat, dalam arti :
a) dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c) dapat meningkatkan kesempatan kerja
d) dapat meningkatkan penerimaan devisa negara
e) serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya
3
2.3 Intsrumen Kebijakan Moneter
1. Open Market Operation (Pembelian Dan Penjualan Surat Berharga Oleh
Bank Sentrral)
Yang termasuk operasi pasar terbuka (open market operation) adalah
pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga milik pemerintah (government securities).
Jika ingin mengurangi jumlah yang beredar, maka pemerintah menjual
surat-surat berharga (open market selling). Dengan demikian uang primer
yang beredar dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter, sehingga
jumlah uang beredar berkurang.
Sebaliknya jika perekonomian mengalami kelesuan karena kurangnya
jumlah uang beredar dan tingkat harga sangat rendah, maka bank Sentral
atau Bank Indonesia dapat melakukan pembelian surat-surat berharga,
sehingga akan menambah jumlah uang beredar di masyarakat dan tingkat
harga akan kembali naik.
Rumus
Proceeds = Nilai nominal x 360
360 + (tk.diskonto x jmlh hari jatuh tempo)
= Nilai nominal
1 + Tk. Diskonto x jml hari jatuh tempo
360
2. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)\
Kebijakan diskonto merupakan instrumen yang digunakan melalui
peningkatan atau penurunan tingkat suku bunga.
Jika uang beredar terlampau banyak melebih permintaan yang
mengakibatkan inflasi, maka Bank Sentral dapat menaikkan tingkat suku
bunga.
4
Dengan naiknya tingkat suku tersebut, maka jumlah uang beredar
akan berkurang dan tingkat harga akan turun.
Sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga dapat dilakukan jika jumlah
uang beredar dalam perekonomian kurang dibanding permintaan sehingga
terjadi deflasi.
Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih rendah maka keinginan
bak-bank umum untuk meminjam uang dari bank senteal menjadi
lebih besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah.
Dengan turunnya tingkat suku bunga, maka masyarakat akan
mengurangi simpanannya di bank dan akan lebih baik melakukan
investasi yang lebih menguntungkan sehingga jumlah uang beredar
bertambah yang dapat mendorong naiknya tingkat harga.
3. GIRO WAJIB MINIMUM (GWM)
Pada dasarnya Giro Wajib Minimum adalah sejumlah minimum dana
yang harus selalu tersedia pada saldo giro setiap bank pada rekening Bank
Sentral. Keharusan menyediakan saldo minimum disebut juga dengan
likuiditas wajib minimum (statutory reserve requirement).
Dalam keadaan inflasi, Bank Sentral dapat meningkatkan GWM bank,
sehingga kemampuan bank untuk menyalur dana di masyarkat rendah dan
jumlah uang beredar berkurang yang kemudian tingkat harga akan turun
.
Sebaliknya jika terjadi deflasi, maka Bank Sentral menurunkan GWM agar
bank dapat meningkatkan kemampuannya menyalurkan dana ke
masyarakat sehingga jumlah uang beredar bertambah dan tingkat harga
akan naik.
Untuk pertama kalinya sejak Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 1988) Bank
Indonesia menggunakan GWM untuk mengerem pertumbuhan besaran-besaran
moneter yang masih tinggi yaitu dengan menetapkan GWM sebesar 3% pada
5
Februari 1996 (ketentuan likuditas sebelumnya menurut Paktor 1988 sebesar 2%).
Sejak April 1997 GWM ditingkatkan lagi menjadi 5%.
4. PERSUASI MORAL
Instrumen ini digunakan oleh Bank Sentral dengan meminta atau
menghimbau bank-bank untuk selalu mempertimbangkan kondisi
makroekonomi maupun mikroekonomi masing-masing bank dalam menyusun
rencana ekspansi kredit yang realistis.
Kebijakan persuasi moral pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong
perbankan agar senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan kredit, namun tetap memberikan kebebasan bagi perbankan
untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan mekanisme pasar.
2.4 Indikator Kebijakan Moneter
Indikator adalah variabel-variabel ekonomi yang memberikan informasi
tentang gerakan atau perubahan dalam sektor rill apakah sudah bergerak ke arah
sasaran yang diinginkan atau belum.
Ada dua pilihan variabel yang dapat digunakan, yaitu tingkat suku
bunga (interest rate) dan jumlah uang beredar (monetary aggregate). Baik suku
bunga maupun jmlah uang beredar, selain sebagai indikator juga berfungsi
sebagai „sasaran antara‟ yang ingin dikontrol oleh bank sentral dalam rangka
mencapai target akhir yang telah ditetapkan.
1. Pilihan suku bunga.
Kebijakan moneter akan mempengaruhi suku bunga sedemikian rupa
sehingga tetap stabil, sedangkan jumlah uang beredar akan bergejolak naik
dan turun demi mempertahankan suku bunga tetap pada tingkat yang
diinginkan. Bergejolaknya jumlah uang beredar dapat mengakibatkan
terganggunya kestabilan harga.
2. Pilihan uang beredar.
6
Pilihan uang beredar sebagai indikator akan memberikan dampak positif
yaitu tingkat harga stabil karena apabila jumlah uang beredar bergejolak, bank
sentral akan melakukan tindakan kontraksi atau ekspansi moneter sehingga
jumlah uang beredar akan relatif konstan pada suatu jumlah yang ditetapkan.
Namun, kebijakan ini akan mengakibatkan suku bunga bergejolak karena
gejolak permintaan akan uang tidak diimbangi oleh penawaran akan uang.
2.5 Tolak Ukur Stabilitas Moneter
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target
dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagian acuan,
apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Dalam perekonomian beberapa
indikator yang biasanya digunakan untuk menialai kebijakan moneter adalah:
1. Jumlah Uang Beredar (JUB)
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali.
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar.
4. Nilai tukar rupiah yang realistis.
5. Ekspetasi/harapan masyarakat terhadap moneter.
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan
dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara itu indikator nomor 2 sampai
dengan 5, relatif dapat terlihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan
alasan ini, berikut ini akan dijelaskan secara ringkas dari keempat indikator
tersebut.
1. Laju Inflasi
Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbulkan
kesulitan bagi Bank untuk mengerahkan dana masyarakat, karena dengan
inflasi yang tinggi tersebut, tingkat bunga riil (bunga nominal inflasi) akan
menurun, sehingga mengurangi keinginan masyarakat untuk menyimpaan
kekayaannya dalam bentuk perbankan. Dampak selanjutnya adalah, bunga riil
yang menurun jika dibandingkan tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu
larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena dirasakan masyarakat lebih
menguntungkan menyimpan dananya diluar negeri.
7
Kedua dampak inflasi diatas akan menyebabkan Perbankan
kekurangan dana yang berasal dari masyarakat, dan ini berarti kemampuan
Bank dalam menyediakan dana untuk investasi juga turut berkurang,
akibatnya laju pertumbuhan ekonomi dan produksi juga akan melambat.
Selain itu, inflasi yang tinggi juga akan memicu ketidakpastian dalam banyak
aktifitas ekonomi masyarakat, khususnya dalam hal perencanaan dan operasional
perusahaan, termasuk dalam perbankan.
2. Suku Bunga
Selain yang telah sering dijelaskan sebelunya, bahwa dari sisi
masyarakat tingginya suku bunga memang akan menambah keinginan
masyarakat untuk menyimpan dananya di Bank, namun disisi lain, tingginya
suku bunga tersebut akan mengurangi niat dunia usaha yang mengambil kredit
bagi pengembangan usahanya. Akibatnya dana yang sudah terlanjur masuk ke
perbankan dengan adanya bunga tinggi tersebut, tidak dapat terrsalurkan dan
menimbulkan permasalahan baru bagi perbankan, yakni, kemana dana
masyarakat itu akan di salurkan? Apabila masalah ini tidak segera mendapat
jalan keluar, maka perbankan terancam akan mendapatkan masalah likuiditas
dan tentu saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya di peroleh.
Dengan penjelasan yang sedikit berbeda, rendahnya tingkat bunga
memang akan mendorong banyak pelaku dunia usaha untuk mengambil dana di
perbankan, namun karena rendahnya tingkat bunga tersebut, apalagi bila
dibandingkan dengan tingkat bunga di luar negeri, masyarakat akan lebih tertarik
menyimpan dananya di perbankan luar negeri, sehingga perbankan dalam negeri
akan kekurangan dana yang sedah dibutuhkan oleh dunia usaha. Lebih jauh lagi
adalah terhambatnya investasi yang terjadi di sektor industri karena kesulitan
mendapat dana, sehingga produksi akan melambat.
3. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar yang stabil akan lebih memberi iklim kepastian bagi semua
pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat. Nilai
8
tukar rupiah yang rendah saat ini dapat di jadikan saat yang baik dunia usaha
yang berorientasi ekspor, dan ini dapat memicu peningkatan permintaan kredit
dari dunia usaha untuk melanjutkan dan meningkatkan produk ekspornya.
Dengan kejadian ini tentunya akan menguntungkan dunia perbankan.
Penyesuaian nilai yukar yang terlalu cepat akan sangat merugikan
karena hal ini dapat mendorong bergeraknya aliran dana masyarakat ke luar
negeri. Dengan demikian anatara nilai tukar dan indikator kebijakan moneter
lainnya memiliki hubungan yang sangat erat, khususnya bagi kebijaka
pemerintah yang sedang di tempuh untuk menstabilkan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

4. Ekspektasi/harapan Masyarakat
Meskipun lebih sulit untuk di ukur, namun ekspetasi masyarakat mulai
mendapat perhatian besar dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter di
Indonesia. Ekspektasi umumnya terjadi melalui ekspektasi masyarakat
terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi terhadap nilai tukar.
Ekspektasi masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi akan
mendorong semakin tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi tingkat
konsumsi dan daya saing produk dalam negeri yang akan ekspor.
Sementara itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar
akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata uang
rupiah. Sehingga dapat memicu dana masyarakat ke luar negeri. Apabila hal
ini terjadi, maka seperti telah dijelaskan di awal, maka perbankan akan
kesulitan dalam menghimpun dana masyarakat yang sangat diperlukan untuk
keperluan investasi dunia usaha.
Dengan keempat penjelasan indikator moneter tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa stabilitas dan pertumbuhan ekonommi Indonesia, sangatlah di pengaruhi
oleh keempat indikator tersebut, sehingga kebijakan moneter yang di tempuh
pemerintah akan hal itu, harus membrikan hasil yang baik, dalam arti terkendali,
wajar, dan realistis.
9
2.6 Teori Efektifitas Kebijakan Moneter
1. Teori Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya
akan efektif dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak
akan efektif untuk jangka panjang
2. Teori Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak
akan efektif.
2.7 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion
Perdebatan tersebut bermula dari perbedaan cara pandang diantara aliran
Klasik mengenai penetuan inflasi (melalui teori Kuantitas Uang yaitu: MV=PT)
dan aliran Keynesians mengenai penetuan output melalui model IS=LM. Kedua
aliran ini berbeda dalam hal harga atau inflasi.
Aliran Klasik: Menganggap bahwa perkembangan harga sangat fleksibel
dan inflasi terjadi hanya karena bertambahnya JUB: untuk alasan itu, maka
kebijakan moneter harus dilaksanakan secara ketat mengikuti aturan (rule) yang
secara konsisten diikuti.
Aliran Keynesians: menganggap bahwa perkebangan harga sangat kaku
dan inflasi terjadi bukan karena bertambahnya jumlah uang yang melebihi jumlah
barang, tapi lebih disebabkan karena adanya ketidak seimbangan antara
permintaan dan penawaran. Untuk alasan itu, kebijakan moneter diarahkan untuk
menjamin keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, oleh karena itu
kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana (discreation) sesuai dengan
perkembangan yang ada.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan


untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro
Terdapat 3 instrumen kebijakan moneter yang dijadikan sebagai alat untuk
mengendalikan ekonomi moneter yakni : Operasi Pasar Terbuka, Kebijakan
Diskonto, Giro Wajib Minimun, dan Persuasi Moral
Bagi aliran klasoik bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secara ketat
mengikuti aturan (rule) yang secara konsisten diikuti. Sedangkan bagi aliran
Keynesians kebijakan moneter seharusnya diarahkan untuk menjamin
keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, oleh karena itu
kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana (discreation) sesuai
dengan perkembangan yang ada.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mulkhan. KEBIJAKAN_MONETER.2015.
https://www.academia.edu/19823224/MAKALAH_KEBIJAKAN_MONET
ER?fbclid=IwAR1I7_2upBlhe2ybb6Z9o8SbRuK1dPZMEa0t9bNb81WJs8k
n_jRcxpjbFRg. Diakses pada 10 Deseember 2018
Firmansyah, Ichwan S. Kebijakan Moneter.2016.
https://aeyogy.wordpress.com/tag/indikator-kebijakan-moneter/. Diakses
pada 10 Deseember 2018
Halim, Muh. Abdul. “Teori Ekonomika”.Jelajah Nusa: Tanggrerang
Nopirin.1988.”Ekonomi Moneter”.BPFE: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai