Anda di halaman 1dari 28

Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Ekonomi Moneter

Dosen Pengampuh Asep Dadan Suganda, M.Sh.

Disusun Oleh :
 Tb. Hanzalah (161410140)
 Wili Wiguna (161410128)
 Nurul Muafiyah (161410146)
 Uswatun Hasanah (161410123)
 Zakiatussolihah (161410134)

EKONOMI SYARI’AH 4/D


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2018
2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh Dosen
dalam mata kuliah Ekonomi Moneter.  Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada pemimpin paling mulia, manusia yang paling baik akhlaknya
yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman.  Amin
Makalah ini berjudul “Kebijakan Moneter” yang nantinya akan
memberikan pemahaman kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kebijaksanaan moneter, baik dalam manajemennya, instrument serta bentuk dalam
kebijakan moneter tersebut. Mungkin penulis tidak bisa membuat makalah ini
sesempurna mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan
dari para pembaca. Khususnya dari dosen yang telah membimbing penulis dalam
mata kuliah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dosen pada Mata
Kuliah Ekonomi Moneter kami yang telah memberikan arahan dan juga kepada
orang-orang di sekitar saya yang telah membantu kami dalam mendapatkan
sumber-sumber materi yang bisa saya jadikan pedoman untuk menyelesaikan
makalah ini.

Serang, 03 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Pengertian Kebijakan Moneter...............................................................................3

B. Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional.........................................................3

C. Instrumen Kebijakan Moneter Islam......................................................................5

D. Manajemen Moneter Konvensional dan Islam.....................................................13

E. Tujuan Kebijakan Moneter...................................................................................17

F. Pengaruh Kebijakan Moneter...............................................................................18

G. Efektivitas Kebijakan Moneter.............................................................................20

BAB III PENUTUP.........................................................................................................iii

Kesimpulan...................................................................................................................iii

DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi stabil
tidaklah pekerjaan yang mudah dilaksanakan, ini ibaratnya mata uang dua sisi,
kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi tidak stabil, untuk
mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Dilihat secara umum kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai
stabilitasi ekonomi. Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor, pertama : kuat tidaknya hubungan kebijakan moneter
dengan kegiatan ekonomi tersebut, kedua : jangka waktu pertumbuhan kebijakan
moneter terhadap kegiatan ekonomi.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kebijakan moneter?
b. Bagaimana instrument yang dilakukan pada kebijakan moneter?
c. Bagaimana manajemen moneter dalam sistem konvensional dan islam?
d. Bagaimana evektifitas yang dilakukan kebijakan moneter?
e. Apa tujuan dari kebijakan moneter?
f. Bagaimana pengaruh dari kebijakan moneter?
C. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah mengenai “Kebijakan Moneter” ini adalah
guna memenuhi  tugas mata pelajaran kami. Manfaat penulisan makalah ini
adalah untuk memperluas wawasan kami dan para pembaca tentang bagaimana
instrument, manajemen, efektivitas dan tujuan, dari pada kebijakan moneter.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur jumlah uang
yang beredar (JUB) atau money supply (Ms). Yang dimaksud dengan “kondisi
yang diinginkan” adalah situasi perekonomian di mana terjadi peningkatan output
dan atau terpeliharanya stabilitas harga dengan tingkat inflasi yang dapat
dikontrol. Dalam konteks Indonesia, kebijakan moneter menjadi wewenang bank
sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI)1.

Jika BI menambah JUB, maka kebijakan ini disebut dengan kebijakan


moneter ekspansif (monetary expansive). Se-baliknya, jika BI mengurangi JUB,
maka langkah ini tergolong sebagai kebijakan moneter kontraktif (monetary
contractive) atau biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

B. Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional


Ada lima kebijakan moneter, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Instrumen kebijakan moneter tersebut diantaranya2:

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Jika kebijakan yang diambil adalah kontraksi moneter, maka BI


menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kepada masyarakat dengan tingkat
bunga yang tinggi (open market selling). Dampaknya, JUB yang ada di
masyarakat akan mengalir ke otoritas moneter (BI), sehingga JUB berkurang.

1
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017.
Hal 134
2
Op.Cit Zaini
Sebaliknya, bila BI melihat JUB perlu ditambah agar perbankan lebih
banyak menyalurkan kredit yang akan memacu pertumbuhan ekonomi, maka
ekonomi, maka BI harus membeli SBI yang ada ditangan masyarakat (open
market buying). Agar semakin banyak SBI yang dijual maka BI menurunkan
tingkat bunga SBI.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Untuk membantu bank komersial yang mengalami kesulitan dana
dalam rangka ekspansi kredit, bank sentral dapat memberi pinjaman. Pinjaman
oleh bank sentral kepada bank komersial disebut dengan fasilitas diskonto,
dan tingkat bunga yang ditetapkan atas fasilitas diskonto disebut dengan
discount rate. Jika BI ingin menambah jumlah uang beredar, maka BI dapat
menurunkan tingkat bunga diskonto (dincount rate). Dengan cara ini pinjaman
bank komersial kepada BI akan meningkat. Begitu pun sebaliknya.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Reserve Requirement Ratio yang lazim diterapkan bagi bank umum
adalah berupa Giro Wajib Minimum (GWM). Telah dijelaskan dalam sub bab
sebelumnya bahwa GWM akan memengaruhi daya ekspansi kredit bank
komersial. Jika BI menurunkan GWM maka ekspansi kredit bank komersial
akan meningkat, sehingga JUB akan bertambah. Sebaliknya jika GWM
dinaikkan maka ekspansi kredit bank komersial menurun dan JUB juga akan
berkurang.
4. Intervensi di Pasar Uang (Foreign Exchange Intervention)
Yaitu kebijakan yang ditempuh bank sentral untuk mempengaruhi JUB
atau likuiditas di pasar uang (Ms) melalui jual beli valas atau cadangan devisa.
Kebijakan kontraksi moneter dapat dilakukan dengan cara BI membeli
rupiah di pasar uang dengan menggunakan cadangan devisanya. Sedangkan
kebijakan ekspansi moneter dilakukan BI melalui tindakan membeli valas
dengan rupiah, sehingga suplai rupiah di pasar uang meningkat.
5. Imbauan Moral (Moral Suassion)
Selain empat instrumen di atas, bank sentral dapat juga melakukan himbauan
moral. Imbauan ini sangat kualitatif sifatnya dan tidak menuntut bank
komersial untuk menaatinya. Imbauan moral berupa pernyataan Gubernur BI
yang bersifat mengarahkan atau memberi informasi yang bersifat makro untuk
dijadikan masukan bagi bank komersial dalam pengelolaan aset dan
kewajibannya.

C. Instrumen Kebijakan Moneter Islam


a. Reserve ratio, yaitu persentase tertentu dari simpanan bank yang harus
dipegang oleh bank sentral, misalnya 5%. Jika ingin mengontrol jumlah
uang beredar, bank sentral dapat menaikkan RR, misalnya dari 5%
menjadi 20%, yang dampaknya sisa uang yang ada pada komersial bank
menjadi lebih sedikit. Demikian pula, sebaliknya.
b. Moral suassion. Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk
meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika
ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit dikucurkan
maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.
c. Lending ratio, dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah lending
(meminjamkan), lending ratio dalam hal ini berarti qardhul hasan
(pinjaman kebaikan).
d. Refinance ratio, yaitu sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Jika
refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan pun meningkat,
dan jika refinance ratio turun, bank komersial harus berhati-hati karena
mereka tidak didorong untuk memberikan pinjaman.
e. Profit sharing ratio atau rasio bagi keuntungan harus ditentukan sebelum
memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing
ratio sebagai instrumen moneter. Jika bank sentral ingin meningkatkan
jumlah uang beredar, rasio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.
f. Islamic sukuk, jika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk
lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah
uang beredar akan tereduksi. Jadi, sukuk memiliki kapasitas untuk
menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar.
g. Goverment investment certificate, penjualan atau pembelian sertifikat bank
sentral dalam kerangka komersial, disebut sebagai treasury bills.
Instrumen ini dikeluarkan oleh menteri keuangan dan dijual oleh bank
sentral kepada broker dalam jumlah besar, dalam jangka pendek dan
berbunga meskipun kecil. Treasury bills tidak bisa diterima dalam islam
maka sebagai penggantinya adalah sistem bebas bunga, yang disebut GIC
(Government instrument certificate)3.

Instrument moneter Islam dalam beberapa mazhab diantaranya4 :

1. Mazhab Pertama ( iqtishaduna)


Pada masa awal Islam suatu kebijakan moneter tidak diperlukan karena
hampir tidak ada sistem perbankan dan penggunaan uang pun sangat minim.
Jadi, tidak alasan untuk melakukan perubahan terhadap penawaran uang
melalui diskrsioner. Pada masa tersebut kredit tidak memiliki peran dalam
menciptakan uang karena kredit hanya digunakan diantara para pedagang.
Selain itu, peraturan pemerintah tentang surat peminjaman (promissory notes)
dan instrument negosiasi (negotiable instrument) dirancang sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan penciptaan uang.
Instrument lain yang saat ini digunakan untuk mengatur jumlah
peredaran uang serta mengatur tingkat suku bunga jangka pendek adalah
OMO (jual beli surat berharga pemerintah) yang belum dikenal pada masa
pemerintahan Islam. Selain itu, tindakan menaikan atau menurunkan tingkat
suku bunga bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang peraktik riba.
Permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu
transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Secara matematik, formula
permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut :

3
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017.
Hal 144
4
Vinna Sri Yuniarti. Ekonomi Mikro Syari’ah, CV Pustaka Setia, Bandung , 2016
Md = Mdtrans + Mdprec

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi tingkat pendapatan


yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang,
semakin meningkat pula permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi
barang dan jasa.

Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi juga


pemintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya
harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai.

Zaid bin ali Zainal Abidin Ibn Husain Ibn Ali Ibn Abi Talib
membolehkan pembayaran dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai
dalam perniagaan komoditas secara kredit. Pt sebagai besarnya harga yang
akan dibayar kredit adalah lebih besar dari harga tunai Po. Pt/Po adalah rasio
harga antara future price dengan present price atau harga bayar tangguh.
Apabila harga bayar tamgguh meningkat, akan mengurangi pernintaan uang
kas real karena orang akan lebih senang memegang barang akan meningkat
harganya pada masa datang daripada memegang dalam wujud uang kas.

Pada masa Rasullah SAW., permintaan uang hanya ada dua, yaitu
untuk transaksi dan berjaga-jaga.

Md = Mdtr + Mdpr apabila Mdpr↑ maka Mdtr ↓

Meningkatnya permintaan uang untuk transaksi ini akan meningkatkan


velositas daripada uang V meningkat. Selanjutnya, adanya kenaikan dari
velositas uang ini akan meningkatkan harga bayar tangguh Pt/Po.

2. Mazhab Kedua ( Mainstream)


Tujuan kebijakan moneter pemerintah adalah maksimalisasi alokasi
sumber daya untuk kegiatan ekonomi produktif. Al-Quran melarang praktik
penumpukan uang (money Hoarding) karena menyebabkan uang tersebut tidak
memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh
sebab itu, mazhab ini merancang sebuah instrumen kebijakan yang ditujukan
untuk mempengaruhi besar kecilnya permintaan akan uang sehingga dapat
diaplikasikan pada peningkatan produktivitas perekonomian secara
keseluruhan.

Permintaan dalam islam dikelompokan dalam dua motif, yaitu motif


transaksi (yransaction motive) dan motif berjaga-jaga (ptecautionary motive).
Semakin banyak uang yang menganggur (iddle), permintaan uang untuk
berjaga-jaga semakin besar, sedangkan semakin tinggi pajak yang dikenakan
terhadap uang yang menganggur berbanding terbalik dengan permintaan uang
untuk berjaga-jaga. Dues of iddle fund adalah instrumen kebijakan yang
dikenakan pada semua aset produktif yang menganggur.

Konsep uang beredar menurut mazhab mainstream, bahwa penawaran


uang dalam islam sepenuhnya dikontrol oleh negara sebagai pemegang
monopoli dari penerbit uang yang sah. Keberadaan baitul mal semasa
Rasulullah SAW. Merupakan prototype dari banyak sentral yang ada selama
ini. Keberadaan bank sentral adalah untuk menetbitkan mata uang dan menjaga
nilai tukarnya agar berada pada tingkat harga yang stabil. Negara melakukan
sendiri kontrol terhadap penerbitan uang dan kepemilikan atas semua bentuk
uang, baik logam, kertas maupun kredit.

Oleh karena itu, penawaran uang diasumsikan secara penuh


dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral sehingga secara grafik akan terlihat
bahwa Ms bersifat perfect inelastis, yang berkaitan biaya atas aset yang
menganggur. Jumlah uang beredar oleh otoritas moneter ditetapkan sesuai
dengan proporsional tingkat pendapatan atau nilai transaksi.
Ms = F (µ) dan Ms = β > 0

µ Md1
Md0 Ms
Pajak terhadap
asset produktif
yang menganggur

2
1

M/P
M0 M1
Bentuk kurva Ms adalah tegak lurus dengan garis horizontal Ms Artinya
pergerakan Ms1 dari dan Ms2 tidak dipengaruhi oleh pergerakan dari nilai u,
tetapi oleh variabel eksogen dari luar sistem ini. Dalam hal ini adalah bank sentral
sebagai pemegang otoritas moneter, sedangkan pergerakan u hanya akan
berdampak pada pergerakan disepanjang kurva Ms.

Suatu kondisi yang penting bagi keseimbangan uang adalah permintaan uang
sama dengan permintaan akan uang.

Ms = Md
Apabila ada kelebihan permintaan uang, instrumen yang digunakan untuk
mengembalikan pada tingkat yang stabil adalah menaikkan biaya atas uang yang
menganggur. Secara matematis, keseimbangan terbentuk pada tingkat pendapatan
Y dan biaya atas aset yang menganggur µ0.

Md0 (Y0/µ0) = Ms0 = Ay0

Karena ada kelebihan permintaan uang yang berarti banyak uang yang
iddle, pemerintah menaikkan biaya atas aset yang menganggur menjadi u1
sehingga persamaan matematisnya adalah :

Md0 (Y0/µ0) = Ms0 = aY0

Kebijakan untuk menaikan biaya atas aset yang menganggur ini akan
berdampak pada kenaikan permintaan uang untuk transaksi investasi dan
konsumsi sehingga akan mengakibatkan kanaikan tingkat pendapatan.
Selanjutnya, tingkat pendapatan yang baru akan mendorong kurva permintaan
naik bergeser ke kanan sehingga tingkat keseimbangan yang baru akan diperoleh
sebagai berikut :

Md1 (Y1/µ1) = Ms1 = Ay1

Menurut mazhab mainstream, seperti halnya pada mazhab pertama,


permintaan uang dalam islam hanya dikategorikan dalam dua hal, yaitu
permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga. Perbedaan kedua mazhab ini
dapat ditemukan setelah kita membicarakan perilaku permintaan uang untuk motif
berjaga-jaga dalam Islam dan variabel yang memengaruhi motif berjaga-jaga ini.

Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah islam
mengarahkan sumber-sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara
maksimum dan efisien. Pelanggaran hoarding money atau penimbunan kekayaan
merupakan kejahatan penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak
terhadap aset produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang
digunakan oleh mazhab ini. Dues of idlecash atau pajak atas aset produktif yang
menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada
kegiatan usaha ptoduktif.

Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola permintaan uang


untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pihak pajak yang dikenakan terhadap
aset produktif yang dianggurkan, semakin berkurang permintaan terhadap aset ini.

Secara sistematis, permintaan uang untuk mazhab kedua ini dapat


dirumuskan sebagai berikut :

Md = Md trans + Mdprec
Mdtrans = F (Y)
Mdprec,inv = f (Yµ)

Tingkat dues of idle fund diwakili oleh nilai u, semakin tinggi nilai u,
semakin kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat u
yang tinggi, biaya resiko yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap
uang kas tersebut menjadi naik. Dalam kondisi ini seseorang akan berusaha
memperkecil pajak yang ia bayarkan pada pemerintah dengan cara mengurangi
kakayaan yang iddle. Demikian pula, sebaliknya apabila nilai u relatif rendah,
memegang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko yang tinggi.
Tinggi rendahnya tingkat risiko menyimpan uang kas yang dipengaruhi oleh
besarnya dues of iddle fund dikurangi dengan risiko investasi.

Dalam persamaan di bawah ini dapat dituliskan bahwa variabel


pendapatan (Y) berbanding positif dengan banyaknya permintaan uang dan
berbanding terbalik dengan nilai pajak yang dikenakan terhadap aset atau
kekayaan yang dianggurkan.
Md = F (Y+µ_)

3. Mazhab ketiga (alternative)

Dalam menjelaskan manajemen moneter islam, mazhab alternatif


menyatakan bahwa keberadaan uang pada dasarnya terintegrasi dalam sistem
sosial ekonomi yang berlaku sehingga value dan jumlah uang bukanlah variabel
utuh yang berdiri sendiri. Terintegrasinya uang dalam sebuah sistem yang
kompleks menjadikan uang tidak independen atau bukanlah variabel yang
exogenous.

Menurut mardani (2012), konsep endogeounitas uang dalam islam ini


berbeda dengan cara pandang terhadap uang dalam mazhab kedua.

Adapun asumsi yang digunakan dalam konsep ini adalah sebagai betikut.

a) Terjadinya globalisasi perekonomian menyebabkan bank sentral tidak lagi


mampu melakukan pengontrolan secara penuh terhadap jumlah uang yang
beredar. Keberadaan fund manager merupakan salah satu contoh bahwa
pihak di luar bank sentral juga mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan dalam memengaruhi level stock uang yang ada dalam pasar.
Fund managers tidak hanya memengaruhi permintaan permintaan rupiah
melalui pembelian/penjualan rupiah. Akan tetapi, lebih jauh dari itu,
mereka juga dapat memengaruhi penawaran rupiah apabila mereka
menghilangkan uang rupiah yang dibelinya.

b) Perekonomian mengarah ke tahap islamisasi sistem keuangan, sistem


ummah sudah mulai diberlakukan dalam sistem perekonomian yang
dianut. Sistem ummah yang dimaksud adalah tidak adanya suku bunga dan
penggunaan expected rate of profit dalam sistem pembiayaan. Sistem
ummah ini juga mengarahkan pada maksimalisasi sumber dana pada
usaha-usaha yang bersifat produktif.

Secara mikroekonomi, penawaran uang adalah fungsi dari price stock,


yang berupa expected rate of profit dari akad musyarakah atau mudharabah.
Semakin tinggi expected rate of profit yang berlaku, semakin meningkat
penawaran uang untuk diinvestasikan dalam sistem pembiayaan mudharabah ini
karena ini karena pelaku dari transaksi ini adalah pasar.

D. Manajemen Moneter Konvensional dan Islam


1. Manajemen moneter konvensional
Adanya ketidak tahuan dan hubungan antar variabel dalam perekonomian
sering menjadikan kita sulit untuk mengidentifikasi alur suatu kebijakan
moneter mencapai tujuannya sehingga banyak pihak yang melihat mekanisme
moneter seperti halnya Blck-Box. Dengan demikian, kita perlu sedikit
mengurai dan memahami proses yang terjadi didalamnya. Pada dasranya, ada
dua paradigma dalam memahami mekanisme transmisi moneter, yakni dengan
paradigma uang pasif dan paradigma uang aktif. Perbedaan antara dua
paradigma ini terletak dari penggunaan sasaran operasional. Yang digunakan
dalam mekanisme moneternya5.
a. Uang Pasif
Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan uang output merupakan
kausal utama dalam mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku bunga
jangka pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasara antara (intermediate
objective) yang akan mempengaruhi perkembangan besaran kesenjangan
sebagai output, dan ekspektasi inflasi.
Dalam paradigma uang pasif ini, uang dinyatakan sebagai variable
endogen yang menyebabkan otoritas moneter tidak mempunyai kemampuan
secara penuh untuk mengatur jumlah usng beredar. Asumsi yang digunakan
dalam paradigma endogenous konvensional ini adalah:

5
Amin Suma, Pengantar Ekonomi Syari’ah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2016, hal 236
1) Jumlah uang yang beredar adalah dependen (bergantung) terhadap tingkat
suku bunga, dengan demikian uang adalah variabel endogen.
2) Instrument moneter yang dijadikan sasaran operasional bank sentral
bukanlah jumlah uang yang beredar, melalui suku bunga.
Sasaran pokok yang ingin dcapai oleh paradigma ini adalah tercapainya
target inflasi yang telah ditetapkan sebelumnya (price targeting) dengan
menggunakan sasaran suku bunga jangka pendek sebagai instrument
moneternya.
b. Uang Aktif
Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan penyebab
utama dalam mekanisme transmisi moneter. Dalam paradigma ini suku bunga
dianggap sebagai variabel biasa yang terjadi dalam mekanisme transmisi
moneter. Penganut paradigm ini ialah Milton Friedman. Paradigma uang aktif
secara sederhana dapat dijelaskan dengan teori kuantitas (quantity theory of
money). Teori yang diajukan oleh Irvig Fisher dengan MV = PT merupaka
dasar pijakan utama dalam paradigma uang aktif ini. Bahwa perubahan % M +
dengan % V sebanding denga perubahan % P + % T. dalam pandangan ini
diasumsikan bahwa M secara penuh mampu dikendalikan oleh otoritas
moneter, sedangkan nilai V adalah konstan. Dengan demikian, jumlah uang
beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan pemerintah sebagai instrument
moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Paradigma uang aktif dalam teori konvesional menganggap bahwa uang
sebagai variable exogen yang bentuk kurva penawarannya bersifat inelastis
sempurna. Sasaran pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan
paradigma ini adalah terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan
besaran moneter (jumlah uang beredar) sebagai sasaran moneter.

2. Manajemen moneter islami


Dasar pemikiran manajemen moneter dalam konsep islam adalah
terciptanya stabilitas permintaan uang dan pengarahan permintaan uang
tersebut pada tujuan yang penting dan produktif. Oleh Karen itu, setiap
instrument yang akan mengarahkan pada instabilitas dan pengalokasian
sumber data yang tidak produktif akan ditinggalkan. Dalam teori Keynes
disebutkan bahwa adanya permintaa spekulatif terhadap uang pada dasarnya
dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (The Teory of liquidity preference).
Pergerakan suku bunga merupakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk
spekulatif. Semakin tingga permintaan uang untuk spekulatif semakin rendah
tingkat bunga yang berlaku di pasar. Demikian pula, sebaliknya. Apabila
permintaan uang spekulatif menurun, tingkat suku bunga akan relative
meningkat penghapusan suku bunga dan adanya kewajiban pembayaran pajak
atas biaya produktif yang mrnganggur dalam menejemen moneter islam akan
menghilangkan insentif orang untuk memegang uang yang menganggur (idle
fun) sehingga mendorong orang untuk melakukan :
a. qard (meminjamkan harta pada orang lain)
b. penjualan muajjalah
c. mudharabah
Para pemilik dana akan menginvestasikan dananya kepada kegiatan yang
memberikan keuntungan actual terbesar (actual return). Jadi, semakin tingi
permintaan uang untuk investasi dalam sector rilil atak kebutuhan persedian
dana untuk investasi semakin besar, tingkat keuntungan harapan yang akan
diberikan akan relative menurun karena besarnya tingkat actual return ini
tidak berfluktuasi seperti halnya suku bunga, permintaan uang akan lebih
stabil. Penggunaan bunga sebagai opportunity cost tidak memberikan jaminan
terhadap penggunaan dana yang tersedia.
Dengan kata lain, tidak ada mekanisme control dari suku bunga dalam
mengalokasikan untuk apa dana pinjaman tersebut digunakan. Pada satu sisi,
bunga merupakan biaya modal (cost of capital) yang sudah pasti harus dibayar
pada masa yang akan datang, peristiwa ini menjadikan para peminjam dana
berusaha untuk mendapatkan nilai tambah dana tersebut untuk menutupi biaya
bunga. Jika tidak ada mekanisme kontrol disertai dengan rentannya fluktuasi
suku bunga, dana akan dialokasikan untuk usaha-usaha yang tidak
bersinggungan dengan sektor real. Karena dasar pengambilan keputusan
mereka bukanlah nilai tambah pada sektro real, melainkan nilai tambah akan
uang yang bisa didapatkan dari dunia maya. Perilaku ini akan mengurangi
sumber dana pinjaman diinvestasika pada sector real.
Dalam strategi manajemen moneter islam, ketika ada penurunan actual
return dari investasi sector real (kondisi ekonomi sedang lesu), hal ini akan
direspons oleh pemegang dana untuk menguragi investasinya dan cendrung
lebih senang memegang uang kas real. Apabila hal itu terjadi, kebijakan yang
ditempuh pemerintah adalah meningkatkan biaya terhadap asset atau dana
yang tidak digunakan (dues of idle fund). Kebijakan ini akan memosisikan
pemilik dana menanggung sejumlah dana dari pengangguran uang. Akibatnya,
mereka akan menginvestasikan uangnya dan menurunkan permintaan uang
kas real.
Strategi dasar dalam manajemen moneter islam menurut mazhab kedua
(mazham mainstream) adalah sebagai berikut.
a. Tidak adanya suku bunga sebagai biaya dari modal (cost of capital) dan
dikenakan pajak pada asset produktif yang dibiarkan menganggur atau
tidak digunakan (duis on idle fund) bertujuan mendorong pemilik modal
untuk menginvestasikan sejumlah kekayaannya pada sector real yang
produktif.
b. Adanya mekanisme sistem bagi hasil dalam transaksi Syirkah memberikan
kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk secara bersama-sama ikut
serta dalam kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya terjadi
pemerataan kesempatan kerja dan distribusi pendapatan. Pemerataan
pendapatan akan terealisasikan ketika kesempatan berusaha dapat dimiliki
oleh setiap orang.
c. Terciptanya kepastian berusaha yang tidak didukung suku bunga yang
ditentukan di muka dalam transaksi pinjam-meminjam. Satu-satunya
perhitungan biaya dana pinjaman yang ditentukan yang ditentukan di
muka adalah perhitungan risiko bagi hasil (profit sharing ratio),
sedangkan besarnya bagi keuntungan yang harus ditanggung oleh
peminjam dana adalah besarnya nisbah bagi hasil dikali dengan
keuntungan actual yang didapat. Kondisi ini dapat memungkinkan
terciptanya kepastian berusaha bagi peminjam dana karena mereka akan
membayar tambahan bagi hasil sesuai dengan keuntungan yang diperoleh
dari usahanya. Karena besarnya profit sharing ratio tidak berfluktuatif
seperti halnya suku bunga, dunia usaha akan lebih relative stabil. Hal ini
disebabkan profit sharing ratio dibagi berdasarkan aktual yang diterima
oleh peminjam dana dan bukan berdasarkan pendapatan ekspektasi seperti
pada bunga.
Strategi dasar menejemen moneter islam menurut mazhab ketiga, yaitu
sebagai berikut:
1. Penawaran uang (Ms) mengikuti besarnya permintaan uang (Md), atau
dengan kata lain keseimbangan Ms=Md selalu terjaga. Md merupakan
fungsi dari Permintaan Agregat (AD). Dengan kata lain, Ms juga
merupaka fungsi dari Permintaan Agregat (AD).
2. Penentuan besarnya Ms yang merupakan refleksi dari Md ditentukan
melalui shuratic process (proses musyawarah) yang melibatkan para
pelaku ekonomi di sector riil.
3. Shuratic process akan efektif apabila masyarakat mempunyai
pengetahuan merata (induced knowledge)

E. Tujuan Kebijakan Moneter


Bank Indonsia memiliki tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana trcantum dalam UU No. 3 Tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia.
Kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan
jasa yang tedermin dalam inflasi. Untuk mencapai tujan tersbut, sejak tahun2005
Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama kbijakan moneter (inflation targeting framework) dengan menganut
sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).
Dalam plaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter (seperti uang
beredar atau suku bunga) dngan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Secara operasional, pengendalian sasaran moneter tersbut menggunakan
berbagai instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah
maupun mata uang asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah6.

F. Pengaruh Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter dikatakan efektif apabila mampu mengendalikan
tingkat output dan atau harga. Untuk mengevaluasi efektifitas kebijakan moneter,
alat analisis yang paling sederhana namun koperhensif adalah kurva AD-AS7.

1. Pengaruh Kebijakan Moneter Ekspansi Terhadap Keseimbangan Ekonomi


Pengaruh kebijakan ekspansi moneter berupa penambahan jumlah uang
beredar (JUB) oleh bank sentral akan mempengaruhi keseimbangan ekonomi,
karena mengubah titik potong kurva AD-AS. Penjelasannya dapat dilukiskan
dalam gambar dibawah ini
Penambahan JUB akan memindahkan kurva AS ke kanan, yaitu dari AS0
ke AS1. Penambahan JUB tidak berpengaruh terhadap kurva AD. Perpindahan
kurva AS mengakibatkan pergeseran keseimbangan dari E0 menjadi E1, sehingga
akan menurunkan tingkat harga dari 150 menjadi 100 dan menjadikan pendapatan
nasional meningkat dari Rp 1000 triliun menjadi Rp 1500 triliun.
Gambar. Pengaruh Kebijakan Moneter Ekspansi

6
Vinna Sri Yuniarti. Ekonomi Mikro Syari’ah, CV Pustaka Setia, Bandung , 2016
7
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017.
Hal 136
IHK AS0
E0

150
AS1
100 E1

AD

0
1000 1500 PDB (Rp triliun)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari fenomena ini adalah kebijakan


moneter ekspansi bertujuan menurunkan tingkat bunga sehingga akan
meningkatka investasi yang membuat roda perekonomian semakin berputar dan
pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan nasional.
2. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan Ekonomi
Kebijakan moneter kontraksi atau juga disebut tight money policy
biasanya diambil otoritas moneter apabila terjadi kenaikan inflasi. Fenomena
inflasi terjadi karena Ms > Md, sehingga kebijakan moneter kontraksi diterapkan
dengan cara menerangi JUB.
Bila kita perhatikan gambar dibawah, pengurangan JUB akan menggeser
kurva AS ke kiri dan AS0 menjadi AS1. Dampaknya adalah selain tingkat bunga
yang meningkat juga akan menurunkan tingkat pendapatan nasional dari Rp 1500
triliun menjadi Rp 1000 triliun.

Gambar. Pengaruh Kebijakan Moneter Kontraksi


IHK
AS1

AS0
E1
150
E0
100

AD
0
1000 1500 PDB (Rp triliun)

Bank sentral dapat mengurangi money supply dengan menggunakan


intrumen open market operation, yang menjual surat berharga, misalnya SBI,
dengan tingkat bunga yang tinggi sehingga bank komersial tertarik membelinya.
Kenaikan bunga SBI akan diikuti oleh kenaikan bunga bank komersial, baik
bunga simpenan maupun bunga pinjeman.

G. Efektivitas Kebijakan Moneter

Ada beberapa pendapatan yang menyoroti sejauhmana efektifitas kebijakan


moneter daam meningkatkan pendapatan, meningkatkan kesempatan kerja, serta
memengaruhi variable ekonomi makro lainnya beberapa teori dikenal dengan apa
yang disebut sebagai naturel rate hypotehesis dan natural expectation hypothesis.
Dalam pengertia lain, Efektifitas kebijakan moneter dilihat dari tercapai
tidaknya tujuan-tujuan kebijakan tsb. Menurut Milton Friedman (ekonom Klasik),
bahwa efektifitas kebijakan moneter sulit dicapai karena adanya perbedaan
waktu antara diambilnya tindakan moneter dengan timbulnya efek kebijakan
tersebut yg tidak dapat diketahui secara pasti 8
Teori Efektifitas Kebijakan Moneter, antara lain :
Teori Natural Rate Hypothesis

8
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017. Hal 140
Teori ini percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif dan memberi dampak dalam
jangka pendek saja , namun tidak akan efektif untuk jangka panjang.
Teori Rational Expectation Hypothesis
Teori ini percaya bahwa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang
, kebijakan moneter tidak akan efektif.
Untuk mempermudah memahami kedua hipotesisi tersebut, berikut ini contoh dari
hal tersebut, misalnya bank sentral melakukan espansi moneter dengan maksud
meningkatkan kegiatan ekonomi melalui meningkatkan pengeluaran konsumsi
masyarakat kenaikan konsumsi pada umumnya akan mendorong kenaikan harga-
harga. Bagi produsen kenaikan harga tersebut akan memberikan keuntungan
tambahan karena marjin keuntungan yang diterima menjadi lebih besar, dengan
keuntungan yangt lebih besar produsen akan terdorong meningkatkan produksinya
Selain dengan dua pendekatan di atas masyarakat dapat melihat dan
merasakan beberapa komponen yang menjadi indicator dari stabilitas moneter,
sebagai ntolak ukur tercapainya stabilitas moneter dapat dilihat dari beberapa hal
di bawah ini antara lain.
1. Laju inflasi yang cukup rendah
Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi secara berkelanjutan atau ysng
terjadi secara umum dan terus menerus, kenaikan harga bagi suatu perekonomian
sangat diperlukan agar dapat mendorong produsen untuk lebih bayak melakukan
produksi, selain itu dapat mendorong para investor untuk masuk ke dalam pasar
namun disisi lain naiknya harga barang dan jasa bisa mengganggu daya beli
masyarakat sehingga mereka mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa.
Oleh karena itu kenaikan tersebut harus menjadi perhatian jangan sampai
kenaikan tersebuh melebihi daya beli konsumen.
Indikator Inflasi :
a. IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index)
a. Sekeranjang barang dan jasa (kelompok Bahan Makanan, Makanan
Jadi/ Minuman/Tembakau, Perumahan, Sandang, Kesehatan,
Pendidikan & Olah Raga, Transfortasi & Komunikasi)
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
a. Harga perdagangan besar dari suatu komoditas ialah harga
transaksi yg terjadi antara pedagang besar pertama dengan
pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama
atas suatu komoditas.

c. Deflator Produk Domestik Bruto


Menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (Final goods)
dan jasa yg diproduksi didalam suatu ekonomi (negeri).

2. Suku bunga yang relative rendah


Sama halnya dengan variable inflasi variable tingkat sukunbunga jangan
sampai pada posisi yang sangattinggi atau pun terlalu rendah, tingat bunga yang
sangat tinggi memang sangat menarik di pasar uang namun di lain pihak akan
menyebabkan sector rill berjalan lambat karena mahalnya cost of fund
Sementara tingakkat suku bunga yang rendah diprediksi akan mampu
menggerakan sektor rill, akan tetapi terlalu rendahnya tinggkat bunga juga
menjadi persoalan tersendiri karena tidak menjadi daya tarik masyarakat untuk
menyimpan dananya di bank, serta dapat menjadi penyebab terjadinya capital
outflow, oleh karena itu, sudah menjadi tugas BImenentukkan formula yang
tepat dalam menentukan tingkat bunga yang wajar
3. Nilai tukar rupiah yang realitas
Stabilitas nilai tukar rupiah sangat diperlukan demi memberi kepastian
baik bagi exporter maupun inportir
4. Ekspetasi masyarakat terhadap moneter
Perekonomian saat ini sangat mendorong masyarakat Indonesia semakin
aware terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di bidang ekonomi
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Menurut pengertiannya Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau
mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur
jumlah uang yang beredar (JUB) atau money supply (Ms). Yang dimaksud dengan
“kondisi yang diinginkan” adalah situasi perekonomian dimana terjadi
peningkatan output dan atau terpeliharanya stabilitas harga dengan tingkat inflasi
yang dapat dikontrol. Dalam konteks Indonesia, kebijakan moneter menjadi
wewenang bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI).
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Zaini. Pengantar Ekonomi Makro. Banten, Koperasi Syari’ah Baraka,


2017
Suma, Amin. Pengantar Ekonomi Syari’ah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2015
Yuniarti, Vinna Sri. Ekonomi Mikro Syari’ah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2016

Anda mungkin juga menyukai