Disusun Oleh :
Tb. Hanzalah (161410140)
Wili Wiguna (161410128)
Nurul Muafiyah (161410146)
Uswatun Hasanah (161410123)
Zakiatussolihah (161410134)
Penyusun
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
Kesimpulan...................................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi stabil
tidaklah pekerjaan yang mudah dilaksanakan, ini ibaratnya mata uang dua sisi,
kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi tidak stabil, untuk
mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Dilihat secara umum kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai
stabilitasi ekonomi. Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor, pertama : kuat tidaknya hubungan kebijakan moneter
dengan kegiatan ekonomi tersebut, kedua : jangka waktu pertumbuhan kebijakan
moneter terhadap kegiatan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kebijakan moneter?
b. Bagaimana instrument yang dilakukan pada kebijakan moneter?
c. Bagaimana manajemen moneter dalam sistem konvensional dan islam?
d. Bagaimana evektifitas yang dilakukan kebijakan moneter?
e. Apa tujuan dari kebijakan moneter?
f. Bagaimana pengaruh dari kebijakan moneter?
C. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah mengenai “Kebijakan Moneter” ini adalah
guna memenuhi tugas mata pelajaran kami. Manfaat penulisan makalah ini
adalah untuk memperluas wawasan kami dan para pembaca tentang bagaimana
instrument, manajemen, efektivitas dan tujuan, dari pada kebijakan moneter.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017.
Hal 134
2
Op.Cit Zaini
Sebaliknya, bila BI melihat JUB perlu ditambah agar perbankan lebih
banyak menyalurkan kredit yang akan memacu pertumbuhan ekonomi, maka
ekonomi, maka BI harus membeli SBI yang ada ditangan masyarakat (open
market buying). Agar semakin banyak SBI yang dijual maka BI menurunkan
tingkat bunga SBI.
3
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017.
Hal 144
4
Vinna Sri Yuniarti. Ekonomi Mikro Syari’ah, CV Pustaka Setia, Bandung , 2016
Md = Mdtrans + Mdprec
Zaid bin ali Zainal Abidin Ibn Husain Ibn Ali Ibn Abi Talib
membolehkan pembayaran dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai
dalam perniagaan komoditas secara kredit. Pt sebagai besarnya harga yang
akan dibayar kredit adalah lebih besar dari harga tunai Po. Pt/Po adalah rasio
harga antara future price dengan present price atau harga bayar tangguh.
Apabila harga bayar tamgguh meningkat, akan mengurangi pernintaan uang
kas real karena orang akan lebih senang memegang barang akan meningkat
harganya pada masa datang daripada memegang dalam wujud uang kas.
Pada masa Rasullah SAW., permintaan uang hanya ada dua, yaitu
untuk transaksi dan berjaga-jaga.
µ Md1
Md0 Ms
Pajak terhadap
asset produktif
yang menganggur
2
1
M/P
M0 M1
Bentuk kurva Ms adalah tegak lurus dengan garis horizontal Ms Artinya
pergerakan Ms1 dari dan Ms2 tidak dipengaruhi oleh pergerakan dari nilai u,
tetapi oleh variabel eksogen dari luar sistem ini. Dalam hal ini adalah bank sentral
sebagai pemegang otoritas moneter, sedangkan pergerakan u hanya akan
berdampak pada pergerakan disepanjang kurva Ms.
Suatu kondisi yang penting bagi keseimbangan uang adalah permintaan uang
sama dengan permintaan akan uang.
Ms = Md
Apabila ada kelebihan permintaan uang, instrumen yang digunakan untuk
mengembalikan pada tingkat yang stabil adalah menaikkan biaya atas uang yang
menganggur. Secara matematis, keseimbangan terbentuk pada tingkat pendapatan
Y dan biaya atas aset yang menganggur µ0.
Karena ada kelebihan permintaan uang yang berarti banyak uang yang
iddle, pemerintah menaikkan biaya atas aset yang menganggur menjadi u1
sehingga persamaan matematisnya adalah :
Kebijakan untuk menaikan biaya atas aset yang menganggur ini akan
berdampak pada kenaikan permintaan uang untuk transaksi investasi dan
konsumsi sehingga akan mengakibatkan kanaikan tingkat pendapatan.
Selanjutnya, tingkat pendapatan yang baru akan mendorong kurva permintaan
naik bergeser ke kanan sehingga tingkat keseimbangan yang baru akan diperoleh
sebagai berikut :
Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah islam
mengarahkan sumber-sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara
maksimum dan efisien. Pelanggaran hoarding money atau penimbunan kekayaan
merupakan kejahatan penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak
terhadap aset produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang
digunakan oleh mazhab ini. Dues of idlecash atau pajak atas aset produktif yang
menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada
kegiatan usaha ptoduktif.
Md = Md trans + Mdprec
Mdtrans = F (Y)
Mdprec,inv = f (Yµ)
Tingkat dues of idle fund diwakili oleh nilai u, semakin tinggi nilai u,
semakin kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat u
yang tinggi, biaya resiko yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap
uang kas tersebut menjadi naik. Dalam kondisi ini seseorang akan berusaha
memperkecil pajak yang ia bayarkan pada pemerintah dengan cara mengurangi
kakayaan yang iddle. Demikian pula, sebaliknya apabila nilai u relatif rendah,
memegang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko yang tinggi.
Tinggi rendahnya tingkat risiko menyimpan uang kas yang dipengaruhi oleh
besarnya dues of iddle fund dikurangi dengan risiko investasi.
Adapun asumsi yang digunakan dalam konsep ini adalah sebagai betikut.
5
Amin Suma, Pengantar Ekonomi Syari’ah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2016, hal 236
1) Jumlah uang yang beredar adalah dependen (bergantung) terhadap tingkat
suku bunga, dengan demikian uang adalah variabel endogen.
2) Instrument moneter yang dijadikan sasaran operasional bank sentral
bukanlah jumlah uang yang beredar, melalui suku bunga.
Sasaran pokok yang ingin dcapai oleh paradigma ini adalah tercapainya
target inflasi yang telah ditetapkan sebelumnya (price targeting) dengan
menggunakan sasaran suku bunga jangka pendek sebagai instrument
moneternya.
b. Uang Aktif
Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan penyebab
utama dalam mekanisme transmisi moneter. Dalam paradigma ini suku bunga
dianggap sebagai variabel biasa yang terjadi dalam mekanisme transmisi
moneter. Penganut paradigm ini ialah Milton Friedman. Paradigma uang aktif
secara sederhana dapat dijelaskan dengan teori kuantitas (quantity theory of
money). Teori yang diajukan oleh Irvig Fisher dengan MV = PT merupaka
dasar pijakan utama dalam paradigma uang aktif ini. Bahwa perubahan % M +
dengan % V sebanding denga perubahan % P + % T. dalam pandangan ini
diasumsikan bahwa M secara penuh mampu dikendalikan oleh otoritas
moneter, sedangkan nilai V adalah konstan. Dengan demikian, jumlah uang
beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan pemerintah sebagai instrument
moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Paradigma uang aktif dalam teori konvesional menganggap bahwa uang
sebagai variable exogen yang bentuk kurva penawarannya bersifat inelastis
sempurna. Sasaran pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan
paradigma ini adalah terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan
besaran moneter (jumlah uang beredar) sebagai sasaran moneter.
6
Vinna Sri Yuniarti. Ekonomi Mikro Syari’ah, CV Pustaka Setia, Bandung , 2016
7
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017.
Hal 136
IHK AS0
E0
150
AS1
100 E1
AD
0
1000 1500 PDB (Rp triliun)
AS0
E1
150
E0
100
AD
0
1000 1500 PDB (Rp triliun)
8
Zaini Ibrahim. Pengantar Ekonomi Makro. Koperasi Syari’ah Baraka, Banten, 2017. Hal 140
Teori ini percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif dan memberi dampak dalam
jangka pendek saja , namun tidak akan efektif untuk jangka panjang.
Teori Rational Expectation Hypothesis
Teori ini percaya bahwa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang
, kebijakan moneter tidak akan efektif.
Untuk mempermudah memahami kedua hipotesisi tersebut, berikut ini contoh dari
hal tersebut, misalnya bank sentral melakukan espansi moneter dengan maksud
meningkatkan kegiatan ekonomi melalui meningkatkan pengeluaran konsumsi
masyarakat kenaikan konsumsi pada umumnya akan mendorong kenaikan harga-
harga. Bagi produsen kenaikan harga tersebut akan memberikan keuntungan
tambahan karena marjin keuntungan yang diterima menjadi lebih besar, dengan
keuntungan yangt lebih besar produsen akan terdorong meningkatkan produksinya
Selain dengan dua pendekatan di atas masyarakat dapat melihat dan
merasakan beberapa komponen yang menjadi indicator dari stabilitas moneter,
sebagai ntolak ukur tercapainya stabilitas moneter dapat dilihat dari beberapa hal
di bawah ini antara lain.
1. Laju inflasi yang cukup rendah
Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi secara berkelanjutan atau ysng
terjadi secara umum dan terus menerus, kenaikan harga bagi suatu perekonomian
sangat diperlukan agar dapat mendorong produsen untuk lebih bayak melakukan
produksi, selain itu dapat mendorong para investor untuk masuk ke dalam pasar
namun disisi lain naiknya harga barang dan jasa bisa mengganggu daya beli
masyarakat sehingga mereka mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa.
Oleh karena itu kenaikan tersebut harus menjadi perhatian jangan sampai
kenaikan tersebuh melebihi daya beli konsumen.
Indikator Inflasi :
a. IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index)
a. Sekeranjang barang dan jasa (kelompok Bahan Makanan, Makanan
Jadi/ Minuman/Tembakau, Perumahan, Sandang, Kesehatan,
Pendidikan & Olah Raga, Transfortasi & Komunikasi)
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
a. Harga perdagangan besar dari suatu komoditas ialah harga
transaksi yg terjadi antara pedagang besar pertama dengan
pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama
atas suatu komoditas.
Kesimpulan
Menurut pengertiannya Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau
mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur
jumlah uang yang beredar (JUB) atau money supply (Ms). Yang dimaksud dengan
“kondisi yang diinginkan” adalah situasi perekonomian dimana terjadi
peningkatan output dan atau terpeliharanya stabilitas harga dengan tingkat inflasi
yang dapat dikontrol. Dalam konteks Indonesia, kebijakan moneter menjadi
wewenang bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI).
DAFTAR PUSTAKA