Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR DAN INVESTASI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2005-2018

KELOMPOK 7/3SK2

GALANG MADYA PUTRA/211709710

JUNILLA AJENG PAWESTRI/211709771

KHAIRUL RIJAL/211709777

PROGRAM STUDI : D-IV STATISTIKA

PEMINATAN : STATISTIKA SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

JAKARTA

2019
ABSTRAK

Ekspor merupakan salah satu pemacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia, namun saat
ini masih sangat sulit untuk mendongkrak ekspor Indonesia berkaca dari pertumbuhan
ekspor yang masih dibawah 10%. Banyak masalah yang menjadi penghambat ekspor di
Indonesia diantaranya kebijakan pemerintah, sistem struktural dan daya saing luar negeri
sehingga pertumbuhan ekonomi juga ikut terhambat.

Diluar itu juga ada permasalahan lain yakni meskipun inflasi pada masa pemerintahan
saat ini sudah terkendali tapi mengapa masih terhambatnya pertumbuhan ekonomi belum
lagi persoalan regulasi dalam investasi yang turut memperkeruh masalah ini.

Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik dan Badan Koordinasi
Penanaman Modal, data yang tersedia bersifat series dengan cakupan wilayah nasional
yaitu Indonesia. Metode analisis yang digunakan antara lain regresi linier berganda, uji
asumsi klasik, uji normalitas dan uji statistik. Berdasarkan keterangan diatas, penulis
melakukan penelitian tentang analisis pengaruh ekspor, inflasi dan investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015-2018. Berdasarkan hasil analisis, perubahan
nilai inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, perubahan nilai ekspor
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik, dan perubahan nilai
investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara negatif. Secara simultan, perubahan
nilai inflasi, ekspor dan investasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…..…………………………………………………………………….i

ABSTRAK..............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................5

1.4 Sistematika Penulisan...............................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................6

2.1 Landasan Teori.........................................................................................................6

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi......................................................................................6

2.1.2 Inflasi................................................................................................................9

2.1.3 Ekspor.............................................................................................................10

2.1.4 Investasi..........................................................................................................11

2.2 Penelitian Terkait...................................................................................................11

2.3 Kerangka Pikir........................................................................................................12

2.4 Hipotesis Penelitian................................................................................................13

BAB III METODOLOGI......................................................................................................14

3.1 Ruang lingkup Penelitian.......................................................................................14

3.2 Metode Pengumpulan Data....................................................................................15

iii
3.3 Metode Analisis......................................................................................................15

3.1.1 Regresi Berganda............................................................................................15

3.1.2 Uji Normalitas.................................................................................................16

3.1.3 Uji Asumsi Klasik...........................................................................................16

3.1.4 Uji Statistik.....................................................................................................17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................19

4.1 Hasil........................................................................................................................19

4.2 Pembahasan............................................................................................................20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................22

5.1 Kesimpulan.............................................................................................................22

5.2 Saran.......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................23

LAMPIRAN..........................................................................................................................24

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi serta Nilai Ekspor dalam
Dollar di Indonesia Tahun 2005-2018…………………………………………………14

Tabel 3.2 Investasi Indonesia (Triliun Rupiah)………………………………………..14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian …………………………………………….13

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia menunjukkan sejauh mana aktivitas


perekonomian memperoleh tambahan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Karena
pada dasarnya, aktivitas perekonomian merupakan suatu proses penggunaan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan produk atau output, maka proses ini pada masa yang akan
dating dapat menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki
oleh masyarakat suatu wilayah. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat
maka harapan kedepannya pendapatan masyarakat Indonesia sebagai pemilik faktor
produksi juga akan turut meningkat.

Pemerintah Indonesia sampai dengan pertengahan tahun 1980-an menerapkan strategi


inward looking dalam pengembangan industrinya. Dalam kebijakan pembangunan yang
dipopulerkan oleh Streeten (1987), inward looking adalah strategi pembangunan yang
lebih menekankan pada pembangunan industri domestik pengganti produk impor. Strategi
tersebut dilaksanakan melalui proteksi industri domestik yang dilihat melalui tarif dan
berbagai restriksi impor, untuk kemudian dalam jangka panjang melalui diversifikasi
industri menuju kompetisi ekspor. Selain itu Streeten juga terdapat kebijakan outward
looking yang lebih menekankan kepada upaya mendorong terciptanya perdagangan bebas
melalui strategi promosi ekspor. Strategi inward looking dilandasi oleh pemikiran bahwa
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industri di
dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti impor.

Sedangkan strategi outward looking didasari oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-produk yang dibuat di dalam
negeri dijual di pasar ekspor. Jadi, berbeda dengan strategi inward looking, dalam strategi
outward looking tidak ada diskriminasi pemberian insentif dan kemudahan lainnya dari
pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi ke pasar domestik, maupun industri yang
berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, 2001).

1
Tambunan (2001) menjelaskan bahwa dalam penerapan strategi inward looking,
impor barang dikurangi atau bahkan dikurangi sama sekali. Pelaksanaan strategi inward
looking terdiri atas dua tahap. Pertama, industri yang dikembangkan adalah industri yang
membuat barang-barang konsumsi. Untuk membuat barang-barang tersebut diperlukan
barang modal, input perantara, dan bahan baku yang di banyak negara yang menerapkan
strategi ini banyak tidak tersedia sehingga harus tetap diimpor. Dalam tahap kedua, industri
yang dikembangkan adalah industri hulu (upstream industries). Pengalaman menunjukkan
bahwa tahap pertama ternyata lebih mudah dilakukan. Sedangkan dalam transisi ke tahap
berikutnya banyak negara menghadapi kesulitan. Dalam banyak kasus, industri yang
dikembangkan menjadi high-cost industry.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2005
sampai dengan tahun 2013. Namun hal ini berbeda dengan nilai ekspor Indonesia. Nilai
ekspor Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009 dan tahun 2013. Dimana
seharusnya nilai ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan beriringan. Sehingga
dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
memiliki tren yang sejalan dengan pertumbuhan ekspor di Indonesia, sehingga terdapat gap
antara teori dengan fakta yang ada dan ini merupakan bahan yang bagus untuk diteliti.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang cenderung meningkat tidak sejalan dengan


tren ekspor dan impor Indonesia yang berfluktuatif setiap tahunnya. Adapun jika dilihat
dari data yang ada, jumlah ekspor lebih besar dibandingkan dengan impor. Hal ini berarti
bahwa nett ekspor Indonesia bernilai positif sehingga akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynesian
bahwa pertumbuhan pendapatan nasional ditentukan oleh besarnya pengeluaran konsumsi,
pengeluaran pemerintah, investasi dan net ekspor.

Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak pernah
menghendaki. Inflasi terjadi ketika tingkat harga naik dan kenaikan harga ini bisa
berdampak buruk pada kegiatan produksi karena ketika biaya produksi naik menyebabkan
kegiatan investasi beralih pada kegiatan yang kurang mendorong produk nasional, investasi
produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun. Investasi lebih cenderung pada

2
pembelian tanah, rumah dan bangunan. Jika produksi barang menurun hal tersebut akan
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

Meskipun inflasi memberikan dampak buruk pada pertumbuhan ekonomi bukan


berarti inflasi itu harus diturunkan sampai nol persen. Apabila laju inflasi nol persen ini
juga tidak memacu terjadinya pertumbuhan ekonomi, tetapi akan menimbulkan stagnasi.
Kebijakan akan sangat berarti bagi kegiatan ekonomi, apabila bisa menjaga laju inflasi
berada di tingkat yang sangat rendah. Idealnya, laju inflasi agar bisa meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah sekitar di bawah 5%.

Menurut data BPS tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 6,60% dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,50%. Pada tahun 2007 inflasi Indonesia sebesar 6,59%
dan pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan menjadi 6,35%. Pada tahun 2008 inflasi
Indonesia mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu menjadi 11,06% dan pertumbuhan
ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,01%. Pada tahun 2009 inflasi Indonesia
mengalami penurunan yang cukup besar yaitu menjadi 2,78% namun pertumbuhan
ekonomi juga mengalami penurunan menjadi 4,63%. Pada tahun 2010 inflasi Indonesia
mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu menjadi 6,96% namun pertumbuhan ekonomi
mengalami kenaikan juga yaitu menjadi 6,22%. Pada tahun 2011 nflasi mengalami
penurunan menjadi 3,79% dan pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan menjadi
6,17%. Pada tahun 2012 inflasi mengalami kenaikan menjadi 4,30% dan pertumbuhan
ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,03%.

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas inflasi memberikan dampak buruk pada
pertumbuhan ekonomi. Ketika inflasi naik maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Namun dalam penelitian awal pada tahun 2009 inflasi turun dan pertumbuhan ekonomi
juga turun. Pada tahun 2010 inflasi naik dan pertumbuhan ekonomi juga naik. Tahun 2011
inflasi turun dan pertumbuhan ekonomi juga turun. Sehingga permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.

Selain itu juga, investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi. Dengan munculnya investasi-investasi baru di dalam negeri,
memungkinkan terciptanya barang dan produk modal baru sehingga menyebabkan

3
terserapnya faktor produksi baru seperti menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan
kerja yang nantinya banyak menyerap tenaga yang pada masanya akan mengurangi jumlah
dan tingkat pengangguran. Dengan adanya investasi-investasi baru maka akan terjadi
penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut, sehingga akan
merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2004).

Untuk mendukung upaya pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah perlu


membuat kebijakan yang mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan baik
bagi pemerintah daerah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat. Tumbuhnya iklim
investasi yang sehat dan kompetitif diharapkan akan memacu perkembangan investasi yang
saling menguntungkan dalam pembangunan daerah.

Salah satu Provinsi di Indonesia, yakni Jawa Timur, memiliki angka pertumbuhan
investasi yang relatif stabil dibandingkan provinsi lainnya, hal ini bisa dilihat selama
periode 2007-2011 angka pertumbuhannya tidak pernah bernilai negatif. Angka
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 dimana investasi PMDN Provinsi Jawa
Timur naik sebesar 233,3 persen. Hal berbeda terjadi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, dimana pada tahun 2008 tidak ada realisasi investasi PMDN, namun pada
tahun 2009 Pemerintah Daerah DIY terus berupaya meningkatkan iklim pro-investasi
sehingga realisasi investasi pada tahun 2010 sebesar 10 miliar rupiah meningkat menjadi
195,8 miliar rupiah pada tahun 2011.

Dalam upaya menunjang minat investor baik lokal maupun asing untuk menanamkan
modalnya ke suatu daerah terutama, maka pemerintah daerah setempat perlu untuk
memperbaiki infrastruktur publik melalui peningkatan belanja daerah terutama alokasi
belanja modal. Belanja modal pemerintah secara umum dialokasikan untuk membangun
sarana dan prasarana umum dalam negeri yang nantinya akan membantu dan memudahkan
aktivitas ekonomi. Kenaikan aktivitas ekonomi kemudian diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang kemudian akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Semakin tinggi total belanja di suatu provinsi menunjukkan bahwa semakin tinggi
pula tingkat kebutuhan atau konsumsi provinsi tersebut. Infrastruktur merupakan input
penting bagi kegiatan produksi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam
berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya

4
bagian dari aktivitas produksi yang akan menciptakan output atau produk dan kesempatan
kerja, namun keberadaan infrastruktur juga bagian dari aktivitas tersebut. Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka penulis berusaha untuk mengetahui lebih jauh lagi
mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena
itu, di ambil judul penelitian “Analisis Pengaruh Ekspor, Inflasi dan Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2005-2018”.

1.2 Identifikasi Masalah

Ekspor merupakan salah satu pemacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia, namun saat
ini masih sangat sulit untuk mendongkrak ekspor Indonesia berkaca dari pertumbuhan
ekspor yang masih dibawah 10%. Banyak masalah yang menjadi penghambat ekspor di
Indonesia diantaranya kebijakan pemerintah, sistem struktural dan daya saing luar negeri
sehingga pertumbuhan ekonomi juga ikut terhambat.

Diluar itu juga ada permasalahan lain yakni meskipun inflasi pada masa pemerintahan
saat ini sudah terkendali tapi mengapa masih terhambatnya pertumbuhan ekonomi belum
lagi persoalan regulasi dalam investasi yang turut memperkeruh masalah ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta mengeksplorasi variabel-variabel
permasalahan ekspor, inflasi dan investasi secara lebih dalam lagi.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian awal terdiri
atas halaman sampul/judul, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar.

Sedangkan untuk bagian isi mencakup lima bab; diantaranya bab 1 yaitu pendahuluan
yang berisi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan;
bab 2 tentang kajian pustaka meliputi landasan teori, penelitian terkait, kerangka pikir dan
hipotesis penelitian; bab 3 yang membahas tentang metodologi terdiri dari ruang lingkup
penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis; bab 4 menjelaskan tentang hasil
dan pembahasan; dan bab 5 mencakup kesimpulan dan saran.

5
Dan sebagai penutup daftar pustaka serta lampiran yang menjadi bagian akhir dari
penelitian.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
A. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet (Jhingan 2000), adalah kenaikan
jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin
banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Boediono (1999) menyebutkan pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek,
yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu.
Boediono (1999) menyebutkan secara lebih lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi
juga berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam pengertian ini teori
tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai
pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka
perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah
pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama
jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan
kecenderungan yang meningkat.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu yang
dihitung dengan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk tingkat
provinsi/kabupaten/kota dan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat negara.

7
PDB/PDRB yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan dalam proses produksi
barang dan jasa di prekonomian suatu wilayah. PDB/PDRB dapat dihitung dengan
tiga pendekatan, yaitu produksi, pendapatan dan pengeluaran.Ada tiga faktor dalam
pertumbuhan ekonomi menurut Todaro (2006) yaitu :
1. Akumulasi modal, yaitu semua investasi baru yang berbentuk fisik maupun
non fisik dan juga sumber daya manusia. Dengan investasi yang besar akan
memperbaiki kualitas sumber daya fisik dan manusia juga berdampak pada
meningkatkan kuantitas sumber daya produksi.
2. Populasi dan Pertumbuhan Angkatan Kerja, pertumbuhan penduduk sangat
pesat akan menambah jumlah angkatan kerja.
3. Ilmu pengetahuan akan mengembangkan inovasi dalam berproduksi, semakin
canggih teknologi semakin tinggi produktifitasnya dan akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi menjadi hal yang perkembangan yang


diprioritaskan oleh pemerintah yang tujuannya untuk kesejahteraan masyarakatnya,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, investasi fisik maupun non fisik
menjadi target kebijakan dalam pembangunan ekonomi daerah.

B. Teori Pertumbuhan
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang
digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan
alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.
Namun para pakar ekonomi klasik pada umumnya hanya menitikberatkan pada
pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan teori di atas, dapat dikemukakan suatu teori yang menjelaskan
hubungan diantara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut
dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa
apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi daripada
pendapatan perkapita. Akan tetapi, apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil

8
tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu
produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan
nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Menurut ekonom klasik Adam Smith (dengan buku berjudul “An Inquiry
Into the Nature and Causes of the Wealth of the Nation”), pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk (Arsyad Lincolin,1999). Laju pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor
produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan,
pelatihan dan manajemen yang lebih baik.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Model ini dipelopori oleh Stein pada Tahun 1964, kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Roman dan Siebert. Menurut teori ini
pertumbuhan ekonomi daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah
tersebut untuk meningkatkan produksinya, sedangkan kegiatan produksi
daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi
juga mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antardaerah. Dalam hal ini
penganut aliran Neo Klasik beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi,
baik modal maupun tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan
kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung
terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga kesenjangan pertumbuhan
ekonomi cenderung melebar.
3. Teori Pertumbuhan Baru
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan
yang bersifat endogen, pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem
ekonomi. Menurut Romier (1994) dalam Todaro (2004), teori ini menganggap
bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal
dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan
merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam
pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila
modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.

9
Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi. Definisi
modal diperluas dengan memasukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber
daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau
eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam
teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia
turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mankiw, 2000).
2.1.2 Inflasi

Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar


atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut
mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah
uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Dalam
perkembangan lebih lanjut, inflasi secara singkat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-
menerus.

Dalam pengertian tersebut, terdapat dua pengertian penting yang


merupakan kunci dalam memahami inflasi. Yang pertama adalah “kenaikan
harga secara umum” dan yang kedua adalah “terus-menerus”. Dalam inflasi
harus terkandung unsur kenaikan harga, dan selanjutnya kenaikan harga
tersebut adalah harga secara umum. Hanya kenaikan harga yang terjadi
secara umum yang dapat disebut sebagai inflasi. Hal ini penting untuk
membedakan kenaikan harga atas barang dan jasa tertentu. Misalnya,
meningkatnya harga beras atau harga cabe merah saja belum dapat
dikatakan sebagai inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum,
artinya inflasi harus menggambarkan kenaikan harga sejumlah besar barang
dan jasa yang dipergunakan (atau dikonsumsi) dalam suatu perekonomian.
Kata kunci kedua adalah terus menerus, kenaikan harga yang terjadi karena
faktor musiman, misalnya, menjelang hari-hari besar atau kenaikan harga
sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan juga tidak dapat disebut
inflasi karena kenaikan harga tersebut bukan “masalah kronis” ekonomi.

10
Berhubung inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara
umum, maka untuk mengukur perubahan inflasi dari waktu ke waktu pada
umumnya dipergunakan suatu angka indeks. Angka indeks tersebut disusun
dengan memperhitungkan sejumlah barang dan jasa yang akan
dipergunakan untuk menghitung besarnya angka inflasi. Perubahan angka
indeks dari satu waktu ke waktu yang lain, yang dinyatakan dalam angka
persentase, adalah besarnya angka inflasi dalam periode tersebut. Contoh :
apabila angka indeks harga konsumen pada Juni 2007 sebesar 99.14 dan
angka indeks tersebut pada Juni 2008 menjadi 110.08, maka inflasi tahunan
pada bulan Juni 2008 adalah 11.03%. Perkembangan kenaikan harga
sejumlah barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu ke waktu
tersebut disebut sebagai laju inflasi (inflation rate).

2.1.3 Ekspor

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-


barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantaranya barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu
(Triyoso, 2004).

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi


suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara,
meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang
langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang
mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu
mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.

Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha


pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang
mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor
produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias
produktivitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam
mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro, 2002).

11
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara
memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya
menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang
lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi
dapat ditingkatkan (Jhingan, 2010).

2.1.4 Investasi

Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan


dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu
bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan pada masa depan.
Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Ini adalah kebalikan
dari divestasi pada aset yang lama.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari


modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang
(barang produksi). Contohnya membangun rel kereta api atau pabrik. Investasi adalah
suatu komponen dari PDB dengan rumus

PDB = C + I + G + (X - M)

Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non residential
(seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu
fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya. Suatu pertambahan
pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga
yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut
akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu
perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat
bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan investasi dana tersebut daripada
meminjamkan untuk mendapatkan bunganya.

2.2 Penelitian Terkait

Studi mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti. Secara ringkas disajikan ringkasan penetian-
penelitian sejenis yang menjadi referensi dan inspirasi dalam penelitian ini sebagai berikut :

12
1. Umi Kalsum melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengangguran dan Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh antara pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi
di Sumatera Utara tahun 2011-2015. Penelitian ini menggunakan metode regresi
berganda. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa variabel pengangguran berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu variabel inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Daniel Sitindaon melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi PertumbuhanEkonomi Di Kabupaten Demak”. Dalam penelitian ini,
digunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah OLS. Hasil
penelitian ini yaitu variabel pertumbuhan penduduk berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak, yang artinya peningkatan
pertumbuhan penduduk akan menghambat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak.
Angka Ketergantungan tidak berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak. Sedangkan, tenaga kerja berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak, yang artinya
peningkatan jumlah tenaga kerja akan mendorong naiknya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Demak.
3. Indri Larasati melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta Tahun
2010-2016”. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik. Metode dalam pengujian menggunakan analisis data kuantitatif dengan
variabel dependent pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, Human
Capital Investment dan Angkatan Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, dan Penanaman Modal berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di DIY.
2.3 Kerangka Pikir

Secara umum pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur utama berhasil atau
tidaknya perekonomian suatu wilayah karena berhasil atau tidaknya program- program

13
pembangunan di wilayah tersebut sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat
output dan pendapatan nasional.

Pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara merupakan suatu upaya penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan perkapita dalam
jangka panjang. Oleh karena itu, untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi, maka
hal yang harus kita perhatikan adalah kestabilan perekonomian dan pemerataan pendapatan.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Inflasi (X1)

Pertumbuhan
Ekspor (X2) Ekonomi (Y)

Investasi (X3)

: menyatakan hubungan variabel X terhadap variabel Y.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pendapat atau dugaan sementara, dimana dugaan ini masih
harus diuji kembali kebenarannya. Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat
teoritis dan berdasarkan studi empiris yang pernah dilakuakn berkaitan dengan penelitian
dibidang ini, maka hipotesis yang diajukan adalah:

1. Inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.


2. Ekspor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Investasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

14
BAB III

METODOLOGI

3.1 Ruang lingkup Penelitian

Variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi dan variabel independennya yaitu


inflasi, pengangguran, ekspor, dan inflasi. Data-data variabel tersebut diambil berdasarkan
cakupan wilayah nasional yaitu Indonesia. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2018.

Tabel 3.1 Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi serta nilai Ekspor dalam
Dollar di Indonesia Tahun 2005-2018.

Pertumbuhan
Tahun Inflasi (%) Ekspor (Dollar)
Ekonomi (%)

2005 5.69 17.11 85659952615.00


2006 5.5 6.6 100798624280.00
2007 6.35 6.59 114100890751.00
2008 6.01 11.06 137020424402.00
2009 4.63 2.78 116510026081.00
2010 6.22 6.96 157779103470.00
2011 6.17 3.79 203496620060.00
2012 6.03 4.3 190031845244.00
2013 5.56 8.38 182551798697.00
2014 5.02 8.36 175979986988.00
2015 4.79 3.35 150366291501.58
2016 5.02 3.02 145186211246.43
2017 5.07 3.61 168828175936.02
2018 5.06 3.13 180012674001.96
Sumber: Badan Pusat Statistik, Indonesia.

Tabel 3.2 Investasi Indonesia (Triliun Rupiah)


Ta Ta
Inve Inve
hu hu
stasi stasi
n n
20 111. 20 313.
05 2 12 2
20 74.9 20 398.

15
06 13 6
20 129. 20 463.
07 7 14 1
20 154. 20 545.
08 6 15 5
20 20 612.
09 136 16 8
20 208. 20 692.
10 5 17 8
20 251. 20 721.
11 3 18 3
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
3.2 Metode Pengumpulan Data
a. Jenis dan Sumber Data
Variabel dependen dan variabel independen merupakan data sekunder yang bersifat
series yang didapatkan melalui beberapa sumber. Variabel pertumbuhan ekonomi,
inflasi, pengangguran, dan ekspor didapatkan melalui data Badan Pusat Statistik (BPS),
sedangkan untuk variabel investasi diperoleh dari data Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM).
b. Metode penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan dataset statistik yaitu dengan cara menggunakan data yang
sudah tersedia.
c. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional


Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam persen
Inflasi (X1) Inflasi dinyatakan dalam persen
Ekspor (X2) Nilai ekspor dalam satuan Dollar (USD)
Investasi (X3) Nilai Investasi dalam satuan triliun rupiah.

3.3 Metode Analisis


3.1.1 Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis untuk mengetahuihubungan antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah berhubungan positif atau negatif dan untuk

16
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3.
Y = Pertumbuhan Ekonomi
a = konstanta
b1 = koefisien regresi Inflasi
X1 = Inflasi
B2 = koefisien regresi Ekspor
X2 = Ekspor
B3 = koefisien regresi Investasi
X3 = Investasi

3.1.2 Uji Normalitas


Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui nilai sebaran data pada sebuah
kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal
ataukah tidak. Uji ini berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan
berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji Normalitas penelitian
ini menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov.
Ho : Data berdistribusi normal.
Ha : Data tidak berdistribusi normal.
Pengambilan keputusan: jika Sig.(p) < 0,05 maka Ho ditolak.
3.1.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi tersebut
baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran.
a. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Model
regresi yang baik dan benar jika di dalam model regresi tidak terjadi korelasi di
antara variabel-variabel independennya. Jika ada korelasi yang tinggi di antara

17
variabel-variabel independennya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya menjadi terganggu atau tidak baik.
Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dalam suatu model
regresi dilakukan dengan cara melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
yang dihasilkan. Apabila nilai VIF di bawah 10 maka model regresi tersebut
sudah baik atau dengan kata lain tidak terdapat masalah multikolinearitas.
Ho: terdapat multikolinearitas
H1: tidak terdapat multikolinearitas
b. Heteroskedstisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan  uji yang digunakan untuk melihat
apakah ada ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan data
pada model regresi yang dibentuk. Untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dapat menggunakan Uji Glejser untuk mengetahui ada
tidaknya gejala heteroskedastisitas pada model regresi. Apabila nilai
signifikansi atau p-value diatas 0,05 maka dalam model tidak terjadi gejala
Heteroskedastisitas.
Ho: tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
H1: terjadi gejala heteroskedastisitas
c. Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui adakah korelasi variabel
yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Autokorelasi
yaitu jika terjadi korelasi antara observasi ke-i dengan observasi ke-i-1 pada
variabel independennya. Masalah asumsi ini dapat dideteksi dengan
menggunakan Uji Durbin Watson. Caranya dengan membandingkat nilai
Durbin Watson dengan tabel Durbin Watson.

Deteksi autokorelasi positif


 Jika DW < dL maka terdapat autokorelasi positif
 Jika DW > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif
 Jika dL < DW < dU maka tidak dapat disimpulkan
Deteksi autokorelasi negatif
 Jika (4-DW) < dL maka terdapat autokorelasi positif

18
 Jika (4-DW) > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif
 Jika dL < (4-DW) < dU maka tidak dapat disimpulkan
3.1.4 Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang digunakan untuk mengukur
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai
koefisien berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien mendekati 1
artinya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin
kuat, begitupun sebaliknya jika mendekati 0 maka semakin lemah.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui apakan variabel independen
secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho: variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
H1: variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
Tolak Ho bila nila signifikansi (Sig). di bawah 0,05 yang berarti bahwa
variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
c. Uji Simultan (Uji F)
Uji F adalah uji yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau
dependennya, atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik
(signifikan) atau tidak baik (tidak siginifikan). Dengan Hipotesis nul yaitu
variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen. Tolak Ho bila nila p-value atau signifikansi (Sig). di bawah 0,05
yang berarti bahwa variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Perhitungannya
dapat dilihat di bagian lampiran. Berdasarkan output SPSS hasil analisis, diketahui
bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,22dimana nilai tersebut lebih besar dari
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian,
asumsi atau persyaratan normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi.
2. Uji Multikolinearitas
Uji untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas dengan melihat
nilai VIF yang diperoleh dari tabel koefisien yang ada pada bagian lampiran.
Berdasarkan tabel output “Coefficients”, dipeoleh nilai Statistics VIF untuk variabel
inflasi yaitu 1,581, variabel ekspor yaitu 1,625, dan variabel investasi yaitu 1,433
dimana nilai VIF dari ketiga variabel adalah dibawah 10, berarti tidak ada gejala
multikolinearitas dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas menunjukkan nilai signifikansi varabel independen
dengan absolut residual. Dari hasil output SPSS pada tabel “Coefficients” dengan
variabel dependennya residual, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel inflasi
0,488, variabel ekspor 0,478, dan variabel investasi 0,217. Karena nilai signifikansi
ketiga variabel lebih dari 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi.
4. Uji Autokorelasi
Dari hasil output SPSS pada tabel “Model Summary”, diperoleh nlai Durbin
Watson (d) yakni 2,058 dan lebih besar dari dU yakni 2,296. Berdasarkan dasar
pengambilan keputusan uji Durbin Watson, maka dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
5. Analisis Regresi Berganda

20
Persmaan regresi yang diperoleh yaitu Y = 4.459 + 0,039 inflasi +
0.000000000009801 ekspor – 0,002 investasi. Artinya setiap inflasi bertambah
sebesar satu maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar 0,039. Jika nilai
ekspor bertambah satu maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar
0.000000000009801. jika nilai investasi berkurang satu maka pertumbuhan
ekonomi akan berkurang sebesar -0,002.
6. Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh sebesar 0,554, hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh inflasi, ekspor, dan investasi sebesar 55,4%, sedangkan sisanya
sebesar 44,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang ditak dimasukkan dalam model.
7. Uji Simultan
Pengujian simultan dengan uji F diperoleh hasil F hitung = 4,4142 dengan
signifikansi 0,05 , karena Fhitung = 4,412 > Ftabel = 3,71 maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa variabel inflasi, ekspor, dan investasi simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
8. Uji Parsial
Variabel inflasi memiliki nilai sig (0,316) > α (0,05) berarti inflasi tidak
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Untuk variabel ekspor memiliki nilai sig
(0,046) < α (0,05) berarti ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
variabel investasi memiliki nilai sig (0,017) < α (0,05) berarti investasi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
4.2 Pembahasan
1. Pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil analisis, inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa Inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2. Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil analisis, ekspor berpengaruh signifikan dan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa
Ekspor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

21
3. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil analisis, investasu berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa
Investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, namun pengaruhnya secara
negatif yang berarti jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi maka investasi
cenderung menurun.

22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perubahan nilai inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.


2. Perubahan nilai ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih
baik.
3. Perubahan nilai investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara negatif.
4. Secara simultan, perubahan nilai inflasi, ekspor dan investasi tidak mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
5. Berdasarkan model yang didapat dari hasil pengolahan dapat dikatakan jika inflasi
bertambah sebesar satu maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar
0,039. Jika nilai ekspor bertambah satu maka pertumbuhan ekonomi akan
bertambah sebesar 0.000000000009801. jika nilai investasi berkurang satu maka
pertumbuhan ekonomi akan berkurang sebesar -0,002.
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis memberikan


sejumlah saran antara lain untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia dengan lebih
signifikan dan masif dan mengurangi investasi yang terus dilakukan secara bebas selama
ini. Untuk investasi memang masih bisa diperdebatkan kembali karena pada penelitian ini
penulis tidak memisahkan investasi menjadi penanaman modal dalam negeri (PMD) dan
penanaman modal asing (PMA).

23
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi Ke-5. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.

Boediono. 2008. Ekonomi Makro Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Mankiw. N Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Alih Bahasa. Erlangga.
Jakarta.

Paramita, Anak dan Purbadharmaja, Ida. 2015. Pengaruh Investasi dan Pengangguran
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Kemiskinan di Provinsi Bali. Jurnal EP Umud.
Vol 4 (10): 1194-1218.

Putri, Riris., Heriberta, dan Emilia. 2018. Pengaruh Inflasi, Investasi Asing Langsung Dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Paradigma
Ekonomika. Vol 13 (2): 95-104.

Suhendra, Indra dan Wicaksono, Bayu. 2016. Tingkat Pendidikan, Upah, Inflasi, dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ekonomi-Cu.
Vol 6 (1): 1-17.

Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2011. Pembangunan Ekonomi Edisi


Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika (Pengantar dan Aplikasinya). Yogyakarta: Ekonisia

24
LAMPIRAN

Lampiran 1

Uji Kolmogorov-Smirnov

Lampiran 2

Tabel Koefisien

Lampiran 3

Tabel koefisien residual

25
Lampiran 4

Tabel Ringkasan

Lampiran 5

Tabel Ringkasan Residual

Lampiran 6

Tabel Anova

26

Anda mungkin juga menyukai