Anda di halaman 1dari 37

PENGELAPAN PAJAK DI INDONESIA

(Studi Literatur)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi
Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako

Oleh:

MUHAMMAD ROZIK YAHYA


C 301 15 239

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO

i
PALU
2022

HALAMAN PERSETUJUAN

HASIL PENELITIAN

PENGELAPAN PAJAK DI INDONESIA


(Studi Literatur)

Oleh:

Anggi Abdullah
C 301 15 131

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dra Chalarce Totanan, M.Si.,Ak Dr. Jurana, SE.,MSA.,Ak


NIP. 19560523 199503 2 001 NIP. 19750811 200312 1 001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diterima Oleh Panitia Ujian Seminar Proposal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tadulako Sebagai Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi
Pada Jurusan Akuntansi

Pada Hari Rabu, 17 Januari 2022

Disahkan Oleh:

Panitia Ujian: Tanda Tangan

Ketua : Dr. Muhammad Din, SE., M.Si.,Ak (.......................)

Sekretaris : Masruddin, SE.,MSA.,Ak (.......................)

Anggota : 1. Dr. Andi Chairil Furqan., SE.,M.Sc., Ak (.......................)

2. Dr. Dra. Chalarce Totanan, M.Si.,Ak (.......................)

3. Dr. Jurana, SE.,MSA.,Ak (.......................)

iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Pokok Permasalahan...............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................6
2.2 Tinjauan Pustaka.........................................................................................8
2.2.1 Penggelapan Pajak.......................................................................8
2.2.2 Keadilan Pajak...........................................................................11
2.2.3 Sistem Perpajakan.....................................................................13
2.3 Pengertian Persepsi....................................................................................14
2.4 Etika.............................................................................................................15
2.5 Wajib Pajak................................................................................................20
2.6 Kerangka Pemikiran..................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................22
3.1 Desain Penelitian........................................................................................22
3.1.1 Studi Literatur............................................................................22
3.2 Metode Pelaksanaan Penelitian................................................................23
3.3 Jenis Penelitian...........................................................................................23
3.3.1 Jenis dan Sumber Data..............................................................24

v
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................24
3.4.1 Analisis…....................................................................................24
3.5 Instrumen Penelitian..................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persaman dan Perbedaan…………………….…………………………8

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kerangaka Pemikiran…………………………….…………………22

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengenaan pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluarannya (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (fungsi

mengatur/regulerend). Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Hadiah

dan lain-lain. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pajak merupakan

sumber penerimaan terbesar bagi negara. APBN tahun 2020 menyebutkan bahwa penerimaan

dari pajak dianggarkan sebesar Rp. 2.870,76 triliun (http//www.kemenkeu.go.id)

Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan tindakan yang tidak bermoral karena

merugikan negara. Hal ini disebabkan adanya oknum yang melangar dan melalaikan

tanggungjawabnya untuk membayar pajak. Sehingga menyebakan penurunan pendapatan bagi

negara dalam rangka pembangunan infarstruktur dan pembiayaan kesejahteraan masyarakat.

Kecurangan pajak merupakan permasalahan yang seringkali dijumpai di semua bagian

administrasi perpajakan, salah satunya adalah penggelapan pajak (http://ugm.ac.id). Penggelapan

pajak secara umum bersifat melawan hukum dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan

secara lengkap dan benar obyek pajak atau perbuatan melanggar hukum lainnya. Bebeberapa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggelapan adalah karena kurangnya pemahaman

mengenai perpajakan, kurangnya sistem perpajakan yang ada, keadilan pajak, persepsi wajib

pajak, dan etika wajib pajak. sehingga memungkinkan wajib pajak melakukan pelanggaran.

1
Bentuk tax evasion yang lebih parah adalah apabila Wajib Pajak sama sekali tidak

melaporkan penghasilannya (non-reporting of income). Adanya perlakuan tax evasion

dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tarif pajak terlalu tinggi, kurang informasinya fiskus

kepada wajib pajak tentang hak dan kewajibannya dalam membayar pajak, kurangnya ketegasan

pemerintah dalam menanggapi kecurangan dalam pembayaran pajak sehingga wajib pajak

mempunyai peluang untuk melakukan tax evasion Fedora, (2020).

Besarnya kerugian negara yang ditimbulkan menyebabkan kasus penggelapan pajak

menjadi isu penting yang menarik perhatian rakyat Indonesia. Kasus penggelapan pajak tidak

jarang dilakukan oleh pegawai pajak sendiri dengan melibatkan pihak lain dan Wajib Pajak. Hal

tersebut tentu menyebabkan masyarakat kehilangan rasa kepercayaan kepada oknum perpajakan

maupun kepada negara karena khawatir pajak yang mereka setor akan disalahgunakan oleh

pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab Paramita, (2015) dalam Dewi & Merkusiwati, (2017).

Hilangnya kepercayaan masyarakat kepada oknum perpajakan akan memengaruhi

kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian dari Putra et., al, (2011) menunjukkan semakin banyaknya

kasus penggelapan pajak maka kepatuhan Wajib Pajak akan semakin berkurang. Menurut Imelda

(2014) maraknya kasus-kasus penggelapan pajak memicu reaksi masyarakat untuk menjadi

apatis terhadap pembayaran pajak. Reaksi ini timbul sebagai bentuk dari perlawanan sosial

melawan rasa ketidakadilan dan ketidakpercayaan publik terhadap pengelola negara. Secara

tidak langsung hal tersebut membentuk persepsi Wajib Pajak mengenai perilaku penggelapan

pajak. Persepsi Wajib Pajak mengenai penggelapan pajak meliputi bagaimana Wajib Pajak

menganalisa, mengorganisir, dan memaknai perilaku penggelapan pajak yang terjadi di lapangan

dengan memertimbangkan faktor-faktor tertentu.

2
Pada umumnya Wajib Pajak menginginkan agar dapat meminimalkan jumlah pajak yang

harus dibayar atau sebisa mungkin menghindarinya (Rahman, 2013). Usaha Wajib Pajak

mencapai keinginannya tersebut rawan terhadap kecurangan-kecurangan yang merupakan bentuk

dari ketidakpatuhan pajak. Menurut Effendy dan Agus (2013) Ketidakpatuhan akan timbul

apabila Wajib Pajak tidak mempunyai pengetahuan perpajakan yang memadai, sehingga Wajib

Pajak secara tidak sengaja tidak melakukan kewajiban perpajakannya (tidak mendaftar untuk

memeroleh NPWP, tidak menyampaikan SPT dan lainnya) atau melakukan kewajiban

perpajakan tetapi tidak sepenuhnya benar (membayar dan melaporkan pajak tidak tepat waktu).

Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan cara mengurangi pajak yang masih dalam

batas ketentuan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan melalui perencanaan

perpajakan Rahayu & Fallan, (2010) sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) merupakan

usaha untuk mengurangi beban pajak yang bersifat tidak legal. Kesulitan utama yang dihadapi

oleh Wajib Pajak dalam melakukan penghindaran pajak adalah diperlukan pengetahuan dan

wawasan yang luas mengenai perpajakan guna menemukan celah atau seluk beluk undang-

undang perpajakan yang dapat ditempuh untuk dimanfaatkan agar meminimalkan besaran pajak

terhutang tanpa harus melanggar ketentuan peraturan yang berlaku Ardyaksa, (2014). Kesulitan

tersebut yang menyebabkan Wajib Pajak lebih memilih melakukan penggelapan pajak (tax

evasion) dibandingkan penghindaran pajak (tax avoidance) walaupun hal tersebut melanggar

undang-undang.

3
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Penggelapan Pajak di Indonesia: Studi Literatur”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penggelapan pajak di Indonesia?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengelapan pajak di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menemukan dan menganalisis penggelapan pajak di Indonesia!.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengelapan pajak di Indonesia!

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu perpajakan.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk

pertimbangan pengambilan kebijakan terutama yang bersumber dari informasi tentang pajak

mengenai penggelapan pajak.

4
1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan maka sistematika penulisan hasil penelitian ini terbagi

dalam 5 (lima) bab dengan uraian sebagai berikut:

Bab Pertama adalah Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab Kedua adalah Bab Tinjauan Pustaka yang menjabarkan penelitian terdahulu, tinjauan

pustaka serta kerangka pemikiran.

Bab Ketiga adalah Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang jenis penelitian, jenis

dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisa data.

Bab Keempat adalah Bab Hasil dan Pembahasan yang memuat pemaparan hasil penelitian

serta pembahasan hasil penelitian.

Bab Kelima adalah Bab Penutup yang berisi beberapa kesimpulan dan saran-saran

berdasarkan hasil penelitian

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dewi dan Merkusiwati (2017) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memeroleh bukti empiris pengaruh keadilan pajak, sistem

perpajakan, diskriminasi, pengetahuan Wajib Pajak, dan intensitas pemeriksaan pajak di KPP

Pratama Denpasar Timur mengenai penggelapan pajak. Penentuan sampel ini menggunakan

metode sampling purposive. Responden penelitian ini berjumlah 100 Wajib Pajak Orang Pribadi.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa keadilan pajak, sistem perpajakan, pengetahuan Wajib Pajak, dan intensitas pemeriksaan

pajak berpengaruh negatif pada persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak,

sedangkan diskriminasi berpengaruh positif pada persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas

penggelapan pajak.

Mujiati et., al, (2017) melakukan penelitian dengan judul “Determinan Persepsi Mengenai

Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor

yang mempengaruhi persepsi etika pada penggelapan pajak. Sampel dalam penelitian ini adalah

dosen dan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik analisis data yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Variabel sistem perpajakan terhadap dosen,

diskriminasi pada dosen dan mahasiswa, dan kualitas layanan pajak kepada dosen dan

mahasiswa memiliki pengaruh yang signifikan untuk persepsi tentang etika penghindaran pajak.

Sedangkan variabel keadilan pada dosen dan mahasiswa, sistem perpajakan untuk mahasiswa,

6
dan kemungkinan deteksi kecurangan pada dosen dan mahasiswa tidak berpengaruh dan tidak

signifikan terhadap persepsi tentang etika penghindaran pajak.

Surahman dan Putra (2018). Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika

Penggelapan Pajak. Penelitian ini menguji pengaruh pemahaman perpajakan, norma subyektif,

cinta uang dan agama tentang persepsi wajib pajak tentang etika penggelapan pajak. Data primer

diperoleh melalui survei langsung menggunakan kuesioner. Menggunakan analisis regresi

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua hipotesis yang didukung

mengungkapkan perpajakan itu pemahaman dan agama berpengaruh positif pada persepsi wajib

pajak tentang etika penggelapan pajak.

Pratiwi dan Prabowo (2019). Keadilan dan Diskriminasi Pajak Terhadap Penggelapan

Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

keadilan pajak dan diskriminasi pajak terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi (WPOP)

tentang penggelapan pajak. Populasi penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Salatiga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah insidental sampling di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Salatiga dan

data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 70 kuesioner. Berdasarkan hasil dan

kesimpulan penelitian ini menunjukkan sebagai berikut: (1) keadilan pajak memiliki pengaruh

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi tentang penghindaran pajak, (2) diskriminasi pajak

tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penghindaran

pajak.

Penjelasan tentang ringkasan penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 di

bawah ini, yang menyediakan kolom persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dan

penelitian ini, serta untuk menjelaskan bahwa penelitian ini benar original.

7
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Dewi dan Merkusiwati (2017) Penggelapan pajak Variabel yang digunakan
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi adalah keadilan pajak,
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika sistem perpajakan,
Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) diskriminasi,
pengetahuan Wajib
Pajak, dan intensitas
pemeriksaan pajak

Metode analisis
Mujiati, Rohmawati dan Ririn (2017) Penggelapan pajak Variabel persepsi etika
Determinan Persepsi Mengenai Etika
Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Metode analisis
Penggelapan Variabel yang
pajak digunakan keadilan
Surahman dan Putra (2018)
pajak dan diskriminasi
Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak
pajak
Terhadap Etika Penggelapan Pajak
Metode analisis
Penggelapan Variabel yang
pajak digunakan keadilan
Pratiwi dan Prabowo (2019)
pajak dan diskriminasi
Keadilan dan Diskriminasi Pajak
pajak
Terhadap Penggelapan Pajak:
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Metode analisis
Sumber: peneliti terdahulu

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Penggelapan Pajak

Tax Planning dapat dilakukan WP sebelum melakukan kegiatan perpajakan. Perencanaan

pajak boleh saja dilakukan jika masih berada dalam peraturan perpajakan, hal tersebut juga

dilegalkan oleh pemerintah Wicaksono, (2014). Dengan adanya Tax plannig, wajib pajak dapat

menghemat kas keluar karena pajak adalah beban yang dapat dikurangi dan WP dapat

menghemat aliran kas dengan mengestimasi pajak yang dibayarkan dan dapat menentukan saat

pembayaran yang tepat.

8
Tax Planning, terkadang bisa juga menjadi pemicu Wajib Pajak untuk melakukan

perlawanan pajak dengan mengurangi pajak yang dibayarkan karena beberapa faktor.

Perlawanan pajak ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melanggar Undang-undang

(Tax Evasion) dan tidak melanggar Undang-Undang (Tax Avoidance). Menurut Walldchutzki

(2009) dalam Permata Bahri (2016) menuturkan beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan

dalam melakukan penghindaran pajak, yaitu:

1. Kecil kemungkinan kecurangannya terdeteksi,


2. Bervariasinya penegakan hukum yang dilaksanakan,
3. Resiko lebih kecil dan manfaat yang diperoleh relative lebih besar,
4. Adanya peluang melakukan penghindaran pajak karena ada beberapa ketentuan
perpajakan yang belum diatur secara jelas,
5. Sanksi yang didapat tidak terlalu berat,
6. Perbedaan ketentuan perpajakan terhadap seluruh WP.

Penggelapan pajak merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk menghindari

pajak dan tidak sesuai dengan peraturan perpajakan Palil et.al., (2016); Mujiati et., al, (2017);

Kurniawati dan Toly, (2014) dalam Faradiza (2018). Dalam penerapannya perilaku tersebut

akan menjadi etis atau wajar untuk dilakukan mengingat banyaknya tindakan yang tidak

seharusnya dilakukan oleh para pemimpin yaitu seperti menyalahgunakan dana pajak untuk

kepentingan pribadi atau kelompok, tidak sistematisnya sistem perpajakan yang diterapkan dan

adanya peraturan perpajakan yang dianggap hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan

pihak lainnya. Hal-hal tersebut membuat wajib pajak tidak segan untuk melakukan penggelapan

pajak karena mereka berasumsi bahwa pajak yang akan dibayarkan tidak akan dikelola dengan

baik dan sehingga timbul anggapan perilaku tersebut etis dan wajar untuk dilakukan.

Penggelapan Pajak oleh Wajib Pajak adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kepatuhan Pajak. Penggelapan Pajak oleh Wajib Pajak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu pengenaan sanksi pajak tidak berat, lemahnya penegakan hukum, manfaat dan biaya, kecil

9
kemungkinan perbuatannya terungkap dan bila terungkap masalahnya dapat diselesaikan,

Hutagaol (2007) dalam Surono dan Hidayat (2014).

Menurut McGee (2006) dalam Basri (2015) dalam Ekaputra et., al (2022),

mengemukakan bahwa penggelapan pajak merupakan suatu moral yang memiliki

ketidakmampuan wajib pajak dalam membayar pajak dikerankan tarif pajak yang terlalu tinggi

atau tidak banyak mendapatkan imbalan atas pembayaran pajak.

Menurut Khlif dan Achek (2015) dalam Matitaputty dan Adi (2021), menjelaskan bahwa

penggelapan pajak mengacu pada suatu tindakan yang sengaja oleh wajib pajak dengan

melanggar peraturan perpajakan yang ada. Sedangkan menurut Putri et., al (2018), penggelapan

pajak adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan perpajakan dengan cara melaporkan

kurang saji atau lebih saji atas pemotongan dalam SPT tahunan. Menurut Pohan dalam Suharti

dan Rachmania (2019), menyatakan bahwa ada tiga cara bagi wajib pajak untuk meminimalkan

beban pajak diantaranya. yaitu penggelapan pajak, penghindaran pajak dan penghematan pajak.

Penghindaran Pajak adalah salah satu teknik untuk menghindari pajak secara ilegal dan tidak

aman bagi mereka. Cara ini merupakan salah satu penipuan dan kejahatan fiskal yang

bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan perpajakan. Risiko tinggi dari tindakan ini

harus diadili dengan hukuman yang berat. Penghindaran pajak dilakukan oleh wajib pajak

sebagai perlawanan aktif yang disebabkan oleh ketidakadilan dalam sistem perpajakan atau

karena adanya kesenjangan dalam sistem perpajakan yang buruk.

Rahayu (2010:147) dalam Palowa et., al (2018), menjelaskan bahwa tax evasion

merupakan usaha aktif dari wajib pajak dalam hal mengurangi, menghapuskan, manipulasi

secara ilegal terhadap hutang pajak atau dengan sengaja meloloskan diri untuk tidak membayar

pajak sebagaimana yang telah terhutang menurut aturan perundang-undangan.

10
Tindakan penggelapan pajak dapat dilakukan oleh masyarakat dikarenakan mereka

kurang memahami ketentuan perpajakan yang ada, meliputi Undang-Undang Perpajakan dan

pemanfaatan akan adanya celah dalam Undang-Undang Perpajakan (loopholes) sehingga dapat

disalahgunakan oleh individu untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dengan tidak

memberikan data keuangan yang sebenar-benarnya (tidak jujur), maupun menyembunyikan data

keuangan yang dimilikinya Rahman, (2013).

2.2.2 Keadilan Pajak

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penerapan pajak suatu negara adalah

adanya keadilan. Hal ini karena secara psikologis masyarakan menganggap bahwa pajak

merupakan suatu beban. Oleh karena itu tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian

bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan dan pemungutan pajak oleh

negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak menghambat jalannya sistem perpajakan yang ada.

Dikarenakan sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assesment system, prinsip

keadilan ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan perlawanan-perlawanan pajak seperti tax

avoidance maupun tax evasion. Mardiasmo (2009) mengutarakan bahwa sesuai dengan tujuan

hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil

dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta

disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni

dengan memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam

pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak Sa’diyah &

Imamatus, (2016).

Keadilan pajak oleh Siahaan (2010) dalam Sa’diyah & Imamatus, (2016) dibagi ke dalam

tiga pendekatan aliran pemikiran, yaitu:

11
12
1. Prinsip Manfaat

Seperti teori yang diperkenalkan oleh Adam Smith serta beberapa ahli perpajakan lain

tentang keadilan, mereka mengatakan bahwa keadilan harus didasarkan pada prinsip manfaat.

Prinsip ini menyatakan bahwa suatu sistem pajak dikatakan adil apabila kontribusi yang

diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai dengan manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa

pemerintah. Jasa pemerintah ini meliputi berbagai sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka sistem pajak yang benar-

benar adil akan sangat berbeda tergantung pada struktur pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu

prinsip manfaat tidak hanya menyangkut kebijakan pajak saja, tetapi juga kebijakan pengeluaran

pemerintah yang dibiayai oleh pajak.

2. Prinsip Kemampuan Membayar

Pendekatan yang kedua yaitu prinsip kemampuan membayar. Dalam pendekatan ini,

masalah pajak hanya dilihat dari sisi pajak itu sendiri terlepas dari sisi pengeluaran publik

(pengeluaran pemerintah untuk membiayai pengeluaran bagi kepentingan publik). Menurut

prinsip ini, perekonomian memerlukan suatu jumlah penerimaan pajak tertentu, dan setiap wajib

pajak diminta untuk membayar sesuai dengan kemampuannya. Prinsip kemempuan membayar

secara luas digunakan sebagai pedoman pembebanan pajak. Pendekatan prinsip kemempuan

membayar dipandang jauh lebih baik dalam mengatasi masalah redistribusi pendapatan dalam

masyarakat, tetapi mengabaikan masalah yang berkaitan dengan penyediaan jasa-jasa publik.

3. Keadilan Horizontal dan Keadilan Vertikal

Mengacu pada pengertian prinsip kemampuan membayar, dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat dua kelompok besar keadilan pajak:

a. Keadilan Horizontal

13
Keadilan horizontal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai kemampuan sama harus

membayar pajak dalam jumlah yang sama. Dengan demikian prinsip ini hanya menerapkan

prinsip dasar keadilan berdasarkan undang-undang. Misalnya untuk pajak penghasilan, untuk

orang yang berpenghasilan sama harus membayar jumlah pajak yang sama.

b. Keadilan Vertikal

Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai kemampuan lebih

besar harus membayar pajak lebih besar. Dalam hal ini nampak bahwa prinsip keadilan vertikal

juga memberikan perlakuan yang sama seperti halnya pada prinsip keadilan horizontal, tetapi

beranggapan bahwa orang yang mempunyai kemampuan berbeda, harus membayar pajak dengan

jumlah yang berbeda pula.

Siahaan (2010) dalam Sa’diyah & Imamatus, (2016) juga memaparkan tiga aspek

keadilan yang perlu diperhatikan dalam penerapan pajak, antara lain:

1. Keadilan dalam Penyusunan Undang-Undang Pajak

2. Keadilan dalam Penerapan Ketentuan Perpajakan

3. Keadilan dalam Penggunaan Uang Pajak.

2.2.3 Sistem Perpajakan

Menurut Siahaan (2010) dalam Suminarsasi dan Supriyadi (2011) dikutip dari Sa’diyah

& Imamatus, (2016:32) sistem pemungutan pajak merupakan salah satu elemen penting yang

menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu negara. Secara umum terdapat tiga sistem

pemungutan pajak, yaitu Official assessment system, Self Assessment System, dan Withholding

system. Seiring dengan berjalannya waktu, sejak adanya reformasi di bidang pajak tahun 1984,

Indonesia mulai menerapkan Self Assessment System. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut

untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi SPT (Surat

Pemberitahuan), menghitung besarnya pajak yang terutang, dan menyetorkan kewajibannya.

14
Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai pembina, pembimbing, dan pengawas

pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak.

Self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Wajib Pajak diberi

tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang

perpajakan. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi

penghitungan memberi hak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang

sesuai dengan peraturan perpajakan dan atas dasar fungsi penghitungan Wajib Pajak

berkewajiban untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor

Pos. Fungsi terakhir dari wajib pajak adalah melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak

yang telah dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

2.3 Pengertian Persepsi

Sugihartono (2007:8) mengemukakan bahwa persepsi merupakan salah satu aspek

psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di

sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.

Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada

prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi

adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya.

Sugihartono (2007:8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam

menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat

indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada

15
yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang

akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa:


“…Persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai
akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk…”

2.4 Etika

Etika mempunyai beragam makna yang berbeda, salah satu maknanya adalah: “prinsip

tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok.” Seperti penggunaan istilah etika personal,

yaitu mengacu pada aturan-aturan dalam lingkup dimana orang per orang menjalani kehidupan

pribadinya. Untuk makna yang kedua, etika adalah “kajian moralitas.” Hal ini berarti etika

berkaitan dengan moralitas. Meskipun berkaitan, etika tidak sama persis dengan moralitas. Etika

adalah semacam penelaan (baik aktivitas penelaan maupun hasil-hasil penelaan itu sendiri),

sedangkan moralitas merupakan pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa

itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Setelah mengaitkan dengan moralitas, mengembangkan

pengertian etika sebagai ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral

masyarakat.

Merujuk pada uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa etika pajak adalah peraturan

dalam lingkup dimana orang per orang atau kelompok orang yang menjalani kehidupan dalam

lingkup perpajakan, bagaimana mereka melaksanakan kewajiban perpajakannya, apakah sudah

benar, salah, baik ataukah jahat.

Jones (1991) mengajukan sebuah konstruk yang terkait dengan isu-isu etika yang dikenal

dengan Intensitas Etika. Intensitas Etika adalah sebuah konstruk yang mencakup karakteristik-

karakteristik yang merupakan perluasan dari isu-isu yang terkait dengan imperatif etika dalam

16
sebuah situasi. Intensitas Etika bersifat multidimensi, dan komponen-komponen bagiannya

merupakan karakteristik dari isu-isu etika. Komponen-komponen dari karakteristik-karakteristik

tersebut yaitu: (1) besaran konsekuensi (the magnitude of consequences), didefinisikan sebagai

jumlah kerugian (atau manfaat) yang dihasilkan oleh pengorbanan (atau kebermanfaatan) dari

sebuah tindakan etika; (2) konsensus sosial (social consensus) didefinisikan sebagai tingkat

kesepakatan sosial bahwa sebuah tindakan dianggap jahat atau baik; (3) probabilitas efek

(probability of effect) merupakan sebuah fungsi bersama dari kemungkinan bahwa tindakan

tertentu akan secara aktual mengambil tempat dan tindakan tersebut akan secara aktual

menyebabkan kerugian (manfaat) yang terprediksi; (4) kesegeraan temporal (temporal

immediacy) adalah jarak atau waktu antara pada saat terjadi dan awal mula konsekuensi dari

sebuah tindakan etika tertentu (waktu yang makin pendek menunjukkan kesiapan yang lebih

besar); (5) kedekatan (proximity) adalah perasaan kedekatan (sosial, budaya, psikologi, atau

fisik) yang dimiliki oleh pembawa etika (etika agent) untuk si pelaku dari kejahatan

(kemanfaatan) dari suatu tindakan tertentu; (6) konsentrasi efek (concentration of effect) adalah

sebuah fungsi infers dari jumlah orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sebuah

tindakan yang dilakukan.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat

internasional, diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.

Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan

sopan santun, tata krama, dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang

terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta

terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku

17
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh

kembangnya etika di masyarakat kita.

Etika disebut juga filsafat etika yaitu cabang filsafat yang berbicara tentang praxis

(tindakan) manusia. Etika menekankan pada pendekatan kritis dalam melihat nilai dan

permasalahan-permasalahan etika yang timbul dalam kehidupan manusia. Etika tidak

mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus

bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah nilai benar atau salah yang dianggap suatu

golongan. Etika dalam bahasa latin adalah ethica, yang berarti falsafah etika. Menurut Keraf

(1998) etika secara harfiah berasal dari kata Yunani, ethos (jamaknya ta etha), yang artinya sama

dengan etikaitas, yaitu adat kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik ini kemudian

menjadi sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman dan tolok ukur tingkah laku yang baik dan

buruk. Etika merupakan suatu prinsip etika dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak

seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji

dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. Etika sangat erat kaitannya dengan

hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan kepada perilaku etika.

Etika menurut teori teleologi merupakan kualitas etis suatu perbuatan atau tindakan

diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan itu sendiri. Sementara etika menurut

deontologi yaitu yang menjadi dasar utama. Menurut Murwanto, et al (2008: 92) bahwa etika

merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (1) nilai dan norma yang menyangkut

bagaimana manusia sebagai manusia harus hidup baik, dan (2) masalah-masalah kehidupan

manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma etika yang umum diterima.

Menurut Arens, et al, (2003:110) etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian

18
prinsip atau nilai-nilai etika. Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita

memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit.

Peneliti menyimpulkan bahwa etika merupakan suatu media yang membedakan antara

perbuatan baik dan buruk. Dengan demikian akan terlihat perbedaan etika antar sesama manusia.

Namun sudut pandang mengenai etika akan berbeda antar individu, tergantung lingkungan yang

membentuknya. Penulis memberi contoh dua keluarga yang berbeda, keluarga yang pertama

selalu mengharuskan anak-anaknya selalu memberi salam dan berjabat tangan ketika tamu

berkunjung kerumah mereka, ketika anak-anak mereka tidak melakukan perintah tersebut, orang

tua mereka dapat menyebutkan bahwa anak mereka tidak memiliki etika karena tidak memberi

salam dan berjabat tangan ketika tamu datang. Namun tindakan tidak memberi salam dan

berjabat tangan ketika tamu datang dapat saja merupakan tindakan yang benar di keluarga yang

kedua karena orang tua mereka tidak membiasakan hal tersebut. Penulis menganggap bahwa

etika merupakan persepsi dari masing-masing pribadi.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa etika memiliki fungsi penilaian tentang perilaku

manusia, alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok, memberikan

prospek untuk mengatasi kesulitan etika yang kita hadapi sekarang, dan penuntun agar dapat

bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam

masyarakat.

Steven Robert Erikson dalam Arens, et al, (2003:112-114) menciptakan model awal

pengembangan etika dalam bentuk self-styled sebagai konsepsi sosiopsikologis siklus hidup.

Masing-masing tahapan pengembangan dalam siklus hidup individu dihadapkan dengan krisis

psikologis yang spesifik. Resolusi masing-masing orang mengembangkan melalui tahapan dalam

siklus hidup (life cycle).

19
Menurut Keraf (2007: 41-43) etika dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu sebagai

berikut:

1. Etika Umum
Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika
dan prinsip etika dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus
Etika khusus adalah penerapan-penerapan prinsip-prinsip etika dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi 2 (dua). yaitu:
a. Etika Individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
b. Etika Sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan
manusia lainnya. Etika sosial meliputi: Etika Politik, Etika Keluarga, Sikap terhadap
Sesama, Etika Lingkungan Hidup dan Etika Profesi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa etika dibedakan menjadi etika

umum dan etika khusus. Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil

keputusan etis sedangkan etika khusus adalah adalah penerapan-penerapan prinsip-prinsip etika

dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.

Menurut Keraf (2007: 70-77) terdapat beberapa prinsip dalam etika yang meliputi:

1. Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Dalam prinsip otonomi ini terkait dua aspek yaitu aspek kebebasan dan aspek tanggung
jawab.
2. Prinsip Kejujuran. Aspek kejujuran dalam bisnis meliputi:
a. Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
b. Kejujuran juga menemukan wujudnya dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu
yang baik.
c. Kejujuran menyangkut hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip kejujuran ini
sangatlah berkaitan dengan aspek kepercayaan. Kepercayaan ini merupakan modal
dasar yang akan mengalirkan keuntungan yang besar di masa depan.
d. Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik. Prinsip ini memiliki dua bentuk
yaitu prinsip berbuat baik, menuntut agar secara aktif dan maksimal agar kita semua
berbuat hal yang baik bagi orang lain dan dalam bentuk yang minimal dan pasif,
menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain.

20
e. Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar.
f. Prinsip hormat pada diri sendiri. Sebenarnya dalam arti tertentu prinsip ini sudah
tercakup dalam prinsip pertama dan prinsip kedua di atas. Prinsip ini sengaja
dirumuskan secara khusus untuk menunjukkan bahwa setiap individu itu mempunyai
kewajiban etika yang sama bobotnya untuk menghargai diri sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, maka Penulis menggunkan teori Keraf (2007: 70-77) sebagai

indikator penelitian. Dimana prinsip etika terdiri dari prinsip otonomi dan prinsip kejujuran.

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya

sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Sedangkan kejujuran adalah

kejujuran dalam kehidupan sosial.

2.5 Wajib Pajak

Wajib Pajak sangatlah memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran Sistem

dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Undang-undang No.28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat

(1) Tentang Tata Cara Perpajakan bahwa yang dimaksud dengan Wajib Pajak (tax payer) adalah

sebagai berikut:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu”.

Dengan demikian Wajib Pajak dituntut untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk

pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan

agar Wajib Pajak memahami sepenuhnya kewajibannya terhadap negara dan mau

melaksanakannya dengan itikad baik kewajiban perpajakannya.

Orang Pribadi dianggap subek Pajak karena telah dituju oleh undang-undang untuk

dikenakan pajak. Karena penghasilan orang pribadi merupakan pajak subyektif sehingga yang

pertama yang dilihat adalah kondisi subyeknya. Setelah itu baru dilihat apakah objek pajak yang

dikenai pajak berdasarkan UU PPh. Terdapat (2) dua subyek pajak orang pribadi dalam negeri
21
dan luar negeri, kejelasan status seseorang, apakah ia termasuk subyek pajak dalam negeri atau

subyek pajak luar negeri menjadi sangat penting karena terdapat perbedaan tarif pajak antara

kedua subyek tersebut.

2.6 Kerangka Pemikiran

LITERATUR
RIVIEW

FAKTOR-
FAKTOR PENGGELAPAN
PENGGELAPAN PAJAK
PAJAK DI
INDONESIA

LEXIMANCER

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode penelitian studi literature riview dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian bertujuan untuk mengkaji informasi yang sudah ada untuk di uji kembali

mengunakan leximancer agar dapat mengetahui hubungan antara variabel yang berhubungan

dengan pengelapan pajak di Indonesia. Menurut Mistika (2008:22) menyatakan bahwa kegiatan

membaca dan mencatan penelitian kepustakaan merupakan suatu seni. Menurut Jacques Barzun

(1970:23) dalam Mistika (2008) mengibaratkannya dengan menambah dan membuang bagian

tertentu sampai bungkahan tanah liat itu mirip dengan “image” yang ada dalam mata kepalanya.

3.1.1 Studi Literatur

Penelitian kepustakaan dan studi pustaka/riset pustaka meski bisa dikatakan mirip akan

tetapi berbeda. Studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian

teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review), dan tinjauan teoritis. Yang dimaksud

penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis,

termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan (Embun, 2012).

Meskipun merupakan sebuah penelitian, penelitian dengan studi literatur tidak harus

turun ke lapangan dan bertemu dengan responden. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian

dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. Menurut Mistika (2008) pada riset pustaka

(library research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal menyiapkan kerangka

penelitian (research design) akan tetapi sekaligus memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan

untuk memperoleh data penelitian. Selain data, beberapa hal yang harus ada dalam sebuah

penelitian supaya dapat dikatakan ilmiah, juga memerlukan hal lain seperti rumusan masalah,

23
landasan teori, analisis data, dan pengambilan kesimpulan. penelitian dengan studi literatur

adalah penelitian yang persiapannya sama dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan

metode pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka, membaca, mencatat, dan

mengolah bahan penelitian.

Meskipun terlihat mudah, studi literatur membutuhkan ketekunan yang tinggi agar data

dan analisis data serta kesimpulan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk

itu dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang optimal. Penelitian studi literatur membutuhkan

analisis yang matang dan mendalam agar mendapatkan hasil. Dengan demikian penelitian

dengan studi literatur juga sebuah penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya

ilmiah karena pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi

penelitian. Variabel pada penelitian studi literatur bersifat tidak baku. Data yang diperoleh

dianalisis secara mendalam oleh penulis. Data-data yang diperoleh dituangkan ke dalam sub bab-

sub bab sehingga menjawab rumusan masalah penelitian.

3.2 Metode Pelaksanaan Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode study literatur (Lybrary Study Method) dengan

menggunakan referensi resmi seperti jurnal ilmiah, disertasi, tesis, teks book atau referensi yang

resmi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (La Ode dan Siti, 2014).

3.3 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian literature review. Literatre review adalah metode

penelitian yang menggumpulkan hasil penelitian terdahulu untuk mengemukakan hasil data yang

lebih inklusif. Dengan pendekatan penelitian meta analisis merupakan penelitian yang akan

dilaksanakan peneliti dengan menggabungkan penelusuran data hasil penelitian, mereview, serta

menelaah data penelitian dari banyaknya hasil temuan yang telah ada sebelumnya.

24
3.4 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang disajikan secara deskriptif atau

berbentuk uraian. Data kualitatif dapat dijelaskan dengan proses pemetaan mengunakan program

leximancer dalam membuat peta hubungan antara variabel Ihsan et al, (2020).

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi:

1. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, maupun

literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data/literature dilakukan menggunakan database elektronik untuk

menemukan jurnal nasional yang berupa hasil penelitian mengenai penggelapan pajak. Setelah

semua hasil data penelitian yang sudah diperoleh dan terkumpul, kemudian di olah mengunakan

leximancer untuk melihat faktor-faktor pengelapan pajak di Indonesia. Penelitian ini

mengunakan kata kunci “pengelapan pajak”. Jurnal yang digunakan merupakan jurnal selama 3

tahun terakhir yaitu dari tahun 2020 hingga 2022.

3.4.2 Analisis

Memulai dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi diperhatikan dari yang

paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara lain dapat juga, misalnya dengan melihat tahun

penelitian diawali dari yang paling mutakhir, dan berangsung – angsur mundur ke tahun yang

lebih lama. Membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian

apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian

Kartiningrum, (2015).

Mencatat bagian – bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian, Untuk

menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat, para peneliti hendaknya juga mencatat sumber –

25
sumber informasi dan mencantumkan daftar pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide

atau hasil penelitian orang lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara

sistematis sehingga penelitian dengan mudah dapat mencari kembali jika sewaktu - waktu

diperlukan (Darmadi, (2013).

3.5 Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian meta analisis dilaksanakan dengan kategori pengkodean

(coding category). Wilson (2001) dalam Musna (2020) mengemukakan bahwa perlu diperhatikan

permasalahan umum yang sering terjadi dalam suatu aturan pengcodingan. Hal ini dibedakan

menjadi dua bagian yaitu: bagian yang memberikan kode informasi terkait temuan empiris studi

(effect size) dan bagian yang memberikan kode terkait informasi kriteria inkluasi studi.

Penggunaan effect size (ES) memiliki keterkaitan dengan meta analisis. Karena interpretasi

pengaruh antar variabel dependen dengan variabel independen, dan nilainya hanya dapat

dibandingkan antar penelitian dengan perolehan nilai ES.

Syarat yang utama untuk memudahkan analisis data dan pengumpulan data, dalam

penelitian meta analisis kita menggunakan sistem pengkodean (coding). Identifikasi dari proses

pengkodean dan penelusuran yang sesuai dengan kriteria inklusi secara transparan,

memverifikasi setiap studi apakah kriteria inklusi terpenuhi, layak, serta mencatatkan informasi

dari hasil gabungan penelitian. Penggabungan kode dipergunakan untuk menyimpulkan terkait

banyaknya data penelitian dan keterangan pengkodean. Adapun cara dalam memperoleh hasil

coding data dilakukan secara manual.

26
DAFTAR PUSTAKA

Fedora, 2020 Nalisis Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Di Surabaya Timur Mengenai
Penggelapan Pajak Universitas Widya Kartika

Dewi & Merkusiwati, 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSEPSI


WAJIB PAJAK MENGENAI ETIKA ATAS PENGGELAPAN PAJAK (TAX
EVASION) ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.18.3. Maret
(2017): 2534-2564

Imelda, Bona. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang. Jurnal Ekonesia Vol. 2 No.3.

Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terjadinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal Ekonesia Vol. 2 No. 1.

Effendy, M. A dan Agus Purwoko. 2013. Perpajakan Teori dan Implementasi. Edisi Dua.
Salemba Empat. Jakarta.

Rahayu, Siti Kurnia dan M. Fallan. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Ardyaksa, Theo usuma. 2014. Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian,
Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion. Accounting
Analysis Journal, 3 (4), h :475-484.

Dewi & Merkusiwati, 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSEPSI


WAJIB PAJAK MENGENAI ETIKA ATAS PENGGELAPAN PAJAK (TAX
EVASION) ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.18.3. Maret
(2017): 2534-2564

Mujiati, Fitria Riski Rohmawati dan Wahyu Hening Ririn. 2017. Determinan Persepsi Mengenai
Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
3(1)

Surahman, Wanda dan Ulinnuha Yudiansa Putra. 2018. Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak
Terhadap Etika Penggelapan Pajak. Jurnal Reksa: Rekayasa Keuangan, Syariah dan
Audit Vol. 5 No.1.

Pratiwi, Enggar dan Ronny Prabowo. 2019. Keadilan dan Diskriminasi Pajak Terhadap
Penggelapan Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. AFRe: Accounting and
Financial Review Vol. 2 No.1.

27
Wicaksono, Kunto Adi. 2014. Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion): Perbedaan
Persepsi Mahasiswa Ekonomi, Hukum dan Psikologi. Gajah Mada Journal of
Accounting. Universitas Gajah Mada

Permata Bahari (2016). PENGARUH PEMAHAMAN, SISTEM PERPAJAKAN, PRESEPSI


BAIK PADA FISKUS DAN KEADILAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION
(Studi Kasus pada Wajib Pajak di KPP Pratama Gunungkidul). FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Faradiza, 2018 Persepsi Keadilan, Sistem Perpajakan dan Diskriminasi Terhadap Etika
Penggelapan Pajak.Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi Volume 11 (1), 2018: 53 -
74 P ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461-1190 DOI: 10.15408/akt.v11i1.8820

Surono & Nur Hidayat, 2014. Faktor Penggelapan Pajak, Interaksi Fiskus dengan Wajib Pajak
dan Kepatuhan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor Jurnal Riset Akuntansi
dan Perpajakan, JRAP Vol. 1 no. 2, hal 136-148 ISSN 2339 - 1545

Ekaputra et al, 2022.Meminimalisasi Penggelapan Pajak Melalui Optimalisasi Kesadaran


Perilaku Wajib Pajak Dengan Pendekatan Theory Of Planned Behavior

Matitaputty, J. S., & Adi, P. H. (2021). Machiavellianism dimensions, religiosity, social


environment, and tax evasion. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 24(1), 1-26.

Putri et., al, (2018, Juli). The Impact of Mental Accounting on Tax Evasion (An Experimental
Study in Accounting Students). Faculty of Economics, Accounting Department, Trunojoyo
University, Madura, Indonesia. The Indonesian Accounting Review Vol. 8, No. 1. DOI:
10.14414/tiar.v8i1.1579.

Eni Suharti and Dewi Rachmania (2019) “Tax Officer Services And Tax Justice As Preventive
Action For Tax Evasion”, Jurnal Akuntansi, 23(2), pp. 285–300. doi:
10.24912/ja.v23i2.589.

Palowa et., al (2018). ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENDORONG TINDAKAN


TAX EVASION PADA WAJIB PAJAK UMKM DI KECAMATAN MADIDIR KOTA
BITUNG. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Jl.
Kampus Bahu, Manado, 95115, Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 13(4).

Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terjadinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal Ekonesia Vol. 2 No. 1.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan, edisi revisi tahun 2009.Yogyakarta: Andi

Sa’diyah & Imamatus, 2016. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap Presepsi Wajib Pajak Mengenai Perilaku
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Gresik.

28
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.

Jones, Jennifer J, 1991. Earnings Management During Import Relief Investigations.


Journal Of Accounting Research, Vol 29, No.2 1991, p.193 – 228.

Keraf, Sonny A. 1998. Etika Bisnis (Tuntutan dan Relevansinya), Yogyakarta: Kanisius

Keraf, Sonny A. 2007. Etika Bisnis (Tuntutan dan Relevansinya), Yogyakarta: Kanisius

Arens, Alvin A, and James K. Loebbecke. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi:
Pendekatan Terpadu. Jakarta: Indeks.

Mustika Zed (2008, Januari) Metode penelitian kepustakaan, yayasan obor Indonesia, Jakarta,
edisi kedua

Embun, B. (2012, April 17). Banjir Embun. Retrieved from Penelitian Kepustakaan:
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/04/penelitian kepustakaan.html

LA ODE ALWI DAN SITTI MARWAH (2014, Juli) JURNAL AGROTEKNOS Vol. 4 No. 2.
Hal 135-146 ISSN: 2087-7706 DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP
SUMBER DAYA AIR: STUDI LITERATUR DAN HASIL PENELITIAN

Ihsan et., al (2020, Oktober). Peluang Riset Strategi Bumdes Sebagai Dasar Pengembangan
Perekonomian Masyarakat: Sebuah Studi Literatur. Vokasi: Jurnal Riset Akuntansi STIE
Panca Bhakti, Palu, Indonesia. VJRA, VOL.9.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:

KARTININGRUM (2015) PANDUAN PENYUSUNAN STUDI LITERATUR, LEMBAGA


PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT POLITEKNIK KESEHATAN
MAJAPAHIT MOJOKERTO

Musna, 2020 STUDI META-ANALISIS PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP KEMAMPUANPEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

29

Anda mungkin juga menyukai