(Studi Literatur)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi
Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako
Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
i
PALU
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
HASIL PENELITIAN
Oleh:
Anggi Abdullah
C 301 15 131
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Diterima Oleh Panitia Ujian Seminar Proposal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tadulako Sebagai Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi
Pada Jurusan Akuntansi
Disahkan Oleh:
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Pokok Permasalahan...............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................6
2.2 Tinjauan Pustaka.........................................................................................8
2.2.1 Penggelapan Pajak.......................................................................8
2.2.2 Keadilan Pajak...........................................................................11
2.2.3 Sistem Perpajakan.....................................................................13
2.3 Pengertian Persepsi....................................................................................14
2.4 Etika.............................................................................................................15
2.5 Wajib Pajak................................................................................................20
2.6 Kerangka Pemikiran..................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................22
3.1 Desain Penelitian........................................................................................22
3.1.1 Studi Literatur............................................................................22
3.2 Metode Pelaksanaan Penelitian................................................................23
3.3 Jenis Penelitian...........................................................................................23
3.3.1 Jenis dan Sumber Data..............................................................24
v
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................24
3.4.1 Analisis…....................................................................................24
3.5 Instrumen Penelitian..................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persaman dan Perbedaan…………………….…………………………8
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kerangaka Pemikiran…………………………….…………………22
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengenaan pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluarannya (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur atau
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Hadiah
dan lain-lain. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pajak merupakan
sumber penerimaan terbesar bagi negara. APBN tahun 2020 menyebutkan bahwa penerimaan
Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan tindakan yang tidak bermoral karena
merugikan negara. Hal ini disebabkan adanya oknum yang melangar dan melalaikan
pajak secara umum bersifat melawan hukum dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan
secara lengkap dan benar obyek pajak atau perbuatan melanggar hukum lainnya. Bebeberapa
mengenai perpajakan, kurangnya sistem perpajakan yang ada, keadilan pajak, persepsi wajib
pajak, dan etika wajib pajak. sehingga memungkinkan wajib pajak melakukan pelanggaran.
1
Bentuk tax evasion yang lebih parah adalah apabila Wajib Pajak sama sekali tidak
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tarif pajak terlalu tinggi, kurang informasinya fiskus
kepada wajib pajak tentang hak dan kewajibannya dalam membayar pajak, kurangnya ketegasan
pemerintah dalam menanggapi kecurangan dalam pembayaran pajak sehingga wajib pajak
menjadi isu penting yang menarik perhatian rakyat Indonesia. Kasus penggelapan pajak tidak
jarang dilakukan oleh pegawai pajak sendiri dengan melibatkan pihak lain dan Wajib Pajak. Hal
tersebut tentu menyebabkan masyarakat kehilangan rasa kepercayaan kepada oknum perpajakan
maupun kepada negara karena khawatir pajak yang mereka setor akan disalahgunakan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab Paramita, (2015) dalam Dewi & Merkusiwati, (2017).
kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian dari Putra et., al, (2011) menunjukkan semakin banyaknya
kasus penggelapan pajak maka kepatuhan Wajib Pajak akan semakin berkurang. Menurut Imelda
(2014) maraknya kasus-kasus penggelapan pajak memicu reaksi masyarakat untuk menjadi
apatis terhadap pembayaran pajak. Reaksi ini timbul sebagai bentuk dari perlawanan sosial
melawan rasa ketidakadilan dan ketidakpercayaan publik terhadap pengelola negara. Secara
tidak langsung hal tersebut membentuk persepsi Wajib Pajak mengenai perilaku penggelapan
pajak. Persepsi Wajib Pajak mengenai penggelapan pajak meliputi bagaimana Wajib Pajak
menganalisa, mengorganisir, dan memaknai perilaku penggelapan pajak yang terjadi di lapangan
2
Pada umumnya Wajib Pajak menginginkan agar dapat meminimalkan jumlah pajak yang
harus dibayar atau sebisa mungkin menghindarinya (Rahman, 2013). Usaha Wajib Pajak
dari ketidakpatuhan pajak. Menurut Effendy dan Agus (2013) Ketidakpatuhan akan timbul
apabila Wajib Pajak tidak mempunyai pengetahuan perpajakan yang memadai, sehingga Wajib
Pajak secara tidak sengaja tidak melakukan kewajiban perpajakannya (tidak mendaftar untuk
memeroleh NPWP, tidak menyampaikan SPT dan lainnya) atau melakukan kewajiban
perpajakan tetapi tidak sepenuhnya benar (membayar dan melaporkan pajak tidak tepat waktu).
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan cara mengurangi pajak yang masih dalam
perpajakan Rahayu & Fallan, (2010) sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) merupakan
usaha untuk mengurangi beban pajak yang bersifat tidak legal. Kesulitan utama yang dihadapi
oleh Wajib Pajak dalam melakukan penghindaran pajak adalah diperlukan pengetahuan dan
wawasan yang luas mengenai perpajakan guna menemukan celah atau seluk beluk undang-
undang perpajakan yang dapat ditempuh untuk dimanfaatkan agar meminimalkan besaran pajak
terhutang tanpa harus melanggar ketentuan peraturan yang berlaku Ardyaksa, (2014). Kesulitan
tersebut yang menyebabkan Wajib Pajak lebih memilih melakukan penggelapan pajak (tax
evasion) dibandingkan penghindaran pajak (tax avoidance) walaupun hal tersebut melanggar
undang-undang.
3
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan
2. Praktis
pertimbangan pengambilan kebijakan terutama yang bersumber dari informasi tentang pajak
4
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan maka sistematika penulisan hasil penelitian ini terbagi
Bab Pertama adalah Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah,
Bab Kedua adalah Bab Tinjauan Pustaka yang menjabarkan penelitian terdahulu, tinjauan
Bab Ketiga adalah Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang jenis penelitian, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisa data.
Bab Keempat adalah Bab Hasil dan Pembahasan yang memuat pemaparan hasil penelitian
Bab Kelima adalah Bab Penutup yang berisi beberapa kesimpulan dan saran-saran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dewi dan Merkusiwati (2017) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion).
Tujuan penelitian ini yaitu untuk memeroleh bukti empiris pengaruh keadilan pajak, sistem
perpajakan, diskriminasi, pengetahuan Wajib Pajak, dan intensitas pemeriksaan pajak di KPP
Pratama Denpasar Timur mengenai penggelapan pajak. Penentuan sampel ini menggunakan
metode sampling purposive. Responden penelitian ini berjumlah 100 Wajib Pajak Orang Pribadi.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa keadilan pajak, sistem perpajakan, pengetahuan Wajib Pajak, dan intensitas pemeriksaan
pajak berpengaruh negatif pada persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak,
sedangkan diskriminasi berpengaruh positif pada persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas
penggelapan pajak.
Mujiati et., al, (2017) melakukan penelitian dengan judul “Determinan Persepsi Mengenai
Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor
yang mempengaruhi persepsi etika pada penggelapan pajak. Sampel dalam penelitian ini adalah
dosen dan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda. Variabel sistem perpajakan terhadap dosen,
diskriminasi pada dosen dan mahasiswa, dan kualitas layanan pajak kepada dosen dan
mahasiswa memiliki pengaruh yang signifikan untuk persepsi tentang etika penghindaran pajak.
Sedangkan variabel keadilan pada dosen dan mahasiswa, sistem perpajakan untuk mahasiswa,
6
dan kemungkinan deteksi kecurangan pada dosen dan mahasiswa tidak berpengaruh dan tidak
Surahman dan Putra (2018). Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika
Penggelapan Pajak. Penelitian ini menguji pengaruh pemahaman perpajakan, norma subyektif,
cinta uang dan agama tentang persepsi wajib pajak tentang etika penggelapan pajak. Data primer
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua hipotesis yang didukung
mengungkapkan perpajakan itu pemahaman dan agama berpengaruh positif pada persepsi wajib
Pratiwi dan Prabowo (2019). Keadilan dan Diskriminasi Pajak Terhadap Penggelapan
Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
keadilan pajak dan diskriminasi pajak terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi (WPOP)
tentang penggelapan pajak. Populasi penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Salatiga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah insidental sampling di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Salatiga dan
data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 70 kuesioner. Berdasarkan hasil dan
kesimpulan penelitian ini menunjukkan sebagai berikut: (1) keadilan pajak memiliki pengaruh
terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi tentang penghindaran pajak, (2) diskriminasi pajak
tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penghindaran
pajak.
Penjelasan tentang ringkasan penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 di
bawah ini, yang menyediakan kolom persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dan
penelitian ini, serta untuk menjelaskan bahwa penelitian ini benar original.
7
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Dewi dan Merkusiwati (2017) Penggelapan pajak Variabel yang digunakan
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi adalah keadilan pajak,
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika sistem perpajakan,
Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) diskriminasi,
pengetahuan Wajib
Pajak, dan intensitas
pemeriksaan pajak
Metode analisis
Mujiati, Rohmawati dan Ririn (2017) Penggelapan pajak Variabel persepsi etika
Determinan Persepsi Mengenai Etika
Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Metode analisis
Penggelapan Variabel yang
pajak digunakan keadilan
Surahman dan Putra (2018)
pajak dan diskriminasi
Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak
pajak
Terhadap Etika Penggelapan Pajak
Metode analisis
Penggelapan Variabel yang
pajak digunakan keadilan
Pratiwi dan Prabowo (2019)
pajak dan diskriminasi
Keadilan dan Diskriminasi Pajak
pajak
Terhadap Penggelapan Pajak:
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Metode analisis
Sumber: peneliti terdahulu
pajak boleh saja dilakukan jika masih berada dalam peraturan perpajakan, hal tersebut juga
dilegalkan oleh pemerintah Wicaksono, (2014). Dengan adanya Tax plannig, wajib pajak dapat
menghemat kas keluar karena pajak adalah beban yang dapat dikurangi dan WP dapat
menghemat aliran kas dengan mengestimasi pajak yang dibayarkan dan dapat menentukan saat
8
Tax Planning, terkadang bisa juga menjadi pemicu Wajib Pajak untuk melakukan
perlawanan pajak dengan mengurangi pajak yang dibayarkan karena beberapa faktor.
Perlawanan pajak ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melanggar Undang-undang
(Tax Evasion) dan tidak melanggar Undang-Undang (Tax Avoidance). Menurut Walldchutzki
(2009) dalam Permata Bahri (2016) menuturkan beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan
pajak dan tidak sesuai dengan peraturan perpajakan Palil et.al., (2016); Mujiati et., al, (2017);
Kurniawati dan Toly, (2014) dalam Faradiza (2018). Dalam penerapannya perilaku tersebut
akan menjadi etis atau wajar untuk dilakukan mengingat banyaknya tindakan yang tidak
seharusnya dilakukan oleh para pemimpin yaitu seperti menyalahgunakan dana pajak untuk
kepentingan pribadi atau kelompok, tidak sistematisnya sistem perpajakan yang diterapkan dan
adanya peraturan perpajakan yang dianggap hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan
pihak lainnya. Hal-hal tersebut membuat wajib pajak tidak segan untuk melakukan penggelapan
pajak karena mereka berasumsi bahwa pajak yang akan dibayarkan tidak akan dikelola dengan
baik dan sehingga timbul anggapan perilaku tersebut etis dan wajar untuk dilakukan.
Penggelapan Pajak oleh Wajib Pajak adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kepatuhan Pajak. Penggelapan Pajak oleh Wajib Pajak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu pengenaan sanksi pajak tidak berat, lemahnya penegakan hukum, manfaat dan biaya, kecil
9
kemungkinan perbuatannya terungkap dan bila terungkap masalahnya dapat diselesaikan,
Menurut McGee (2006) dalam Basri (2015) dalam Ekaputra et., al (2022),
ketidakmampuan wajib pajak dalam membayar pajak dikerankan tarif pajak yang terlalu tinggi
Menurut Khlif dan Achek (2015) dalam Matitaputty dan Adi (2021), menjelaskan bahwa
penggelapan pajak mengacu pada suatu tindakan yang sengaja oleh wajib pajak dengan
melanggar peraturan perpajakan yang ada. Sedangkan menurut Putri et., al (2018), penggelapan
pajak adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan perpajakan dengan cara melaporkan
kurang saji atau lebih saji atas pemotongan dalam SPT tahunan. Menurut Pohan dalam Suharti
dan Rachmania (2019), menyatakan bahwa ada tiga cara bagi wajib pajak untuk meminimalkan
beban pajak diantaranya. yaitu penggelapan pajak, penghindaran pajak dan penghematan pajak.
Penghindaran Pajak adalah salah satu teknik untuk menghindari pajak secara ilegal dan tidak
aman bagi mereka. Cara ini merupakan salah satu penipuan dan kejahatan fiskal yang
bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan perpajakan. Risiko tinggi dari tindakan ini
harus diadili dengan hukuman yang berat. Penghindaran pajak dilakukan oleh wajib pajak
sebagai perlawanan aktif yang disebabkan oleh ketidakadilan dalam sistem perpajakan atau
Rahayu (2010:147) dalam Palowa et., al (2018), menjelaskan bahwa tax evasion
merupakan usaha aktif dari wajib pajak dalam hal mengurangi, menghapuskan, manipulasi
secara ilegal terhadap hutang pajak atau dengan sengaja meloloskan diri untuk tidak membayar
10
Tindakan penggelapan pajak dapat dilakukan oleh masyarakat dikarenakan mereka
kurang memahami ketentuan perpajakan yang ada, meliputi Undang-Undang Perpajakan dan
pemanfaatan akan adanya celah dalam Undang-Undang Perpajakan (loopholes) sehingga dapat
disalahgunakan oleh individu untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dengan tidak
memberikan data keuangan yang sebenar-benarnya (tidak jujur), maupun menyembunyikan data
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penerapan pajak suatu negara adalah
adanya keadilan. Hal ini karena secara psikologis masyarakan menganggap bahwa pajak
merupakan suatu beban. Oleh karena itu tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian
bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan dan pemungutan pajak oleh
negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak menghambat jalannya sistem perpajakan yang ada.
Dikarenakan sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assesment system, prinsip
keadilan ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan perlawanan-perlawanan pajak seperti tax
avoidance maupun tax evasion. Mardiasmo (2009) mengutarakan bahwa sesuai dengan tujuan
hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil
dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
dengan memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak Sa’diyah &
Imamatus, (2016).
Keadilan pajak oleh Siahaan (2010) dalam Sa’diyah & Imamatus, (2016) dibagi ke dalam
11
12
1. Prinsip Manfaat
Seperti teori yang diperkenalkan oleh Adam Smith serta beberapa ahli perpajakan lain
tentang keadilan, mereka mengatakan bahwa keadilan harus didasarkan pada prinsip manfaat.
Prinsip ini menyatakan bahwa suatu sistem pajak dikatakan adil apabila kontribusi yang
diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai dengan manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa
pemerintah. Jasa pemerintah ini meliputi berbagai sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka sistem pajak yang benar-
benar adil akan sangat berbeda tergantung pada struktur pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu
prinsip manfaat tidak hanya menyangkut kebijakan pajak saja, tetapi juga kebijakan pengeluaran
Pendekatan yang kedua yaitu prinsip kemampuan membayar. Dalam pendekatan ini,
masalah pajak hanya dilihat dari sisi pajak itu sendiri terlepas dari sisi pengeluaran publik
prinsip ini, perekonomian memerlukan suatu jumlah penerimaan pajak tertentu, dan setiap wajib
pajak diminta untuk membayar sesuai dengan kemampuannya. Prinsip kemempuan membayar
secara luas digunakan sebagai pedoman pembebanan pajak. Pendekatan prinsip kemempuan
membayar dipandang jauh lebih baik dalam mengatasi masalah redistribusi pendapatan dalam
masyarakat, tetapi mengabaikan masalah yang berkaitan dengan penyediaan jasa-jasa publik.
a. Keadilan Horizontal
13
Keadilan horizontal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai kemampuan sama harus
membayar pajak dalam jumlah yang sama. Dengan demikian prinsip ini hanya menerapkan
prinsip dasar keadilan berdasarkan undang-undang. Misalnya untuk pajak penghasilan, untuk
orang yang berpenghasilan sama harus membayar jumlah pajak yang sama.
b. Keadilan Vertikal
Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai kemampuan lebih
besar harus membayar pajak lebih besar. Dalam hal ini nampak bahwa prinsip keadilan vertikal
juga memberikan perlakuan yang sama seperti halnya pada prinsip keadilan horizontal, tetapi
beranggapan bahwa orang yang mempunyai kemampuan berbeda, harus membayar pajak dengan
Siahaan (2010) dalam Sa’diyah & Imamatus, (2016) juga memaparkan tiga aspek
Menurut Siahaan (2010) dalam Suminarsasi dan Supriyadi (2011) dikutip dari Sa’diyah
& Imamatus, (2016:32) sistem pemungutan pajak merupakan salah satu elemen penting yang
menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu negara. Secara umum terdapat tiga sistem
pemungutan pajak, yaitu Official assessment system, Self Assessment System, dan Withholding
system. Seiring dengan berjalannya waktu, sejak adanya reformasi di bidang pajak tahun 1984,
Indonesia mulai menerapkan Self Assessment System. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut
untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi SPT (Surat
14
Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai pembina, pembimbing, dan pengawas
Self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Wajib Pajak diberi
tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang
perpajakan. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi
penghitungan memberi hak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang
sesuai dengan peraturan perpajakan dan atas dasar fungsi penghitungan Wajib Pajak
berkewajiban untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor
Pos. Fungsi terakhir dari wajib pajak adalah melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak
psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di
sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.
Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada
prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi
adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal
menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat
indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada
15
yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang
2.4 Etika
Etika mempunyai beragam makna yang berbeda, salah satu maknanya adalah: “prinsip
tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok.” Seperti penggunaan istilah etika personal,
yaitu mengacu pada aturan-aturan dalam lingkup dimana orang per orang menjalani kehidupan
pribadinya. Untuk makna yang kedua, etika adalah “kajian moralitas.” Hal ini berarti etika
berkaitan dengan moralitas. Meskipun berkaitan, etika tidak sama persis dengan moralitas. Etika
adalah semacam penelaan (baik aktivitas penelaan maupun hasil-hasil penelaan itu sendiri),
sedangkan moralitas merupakan pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa
itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Setelah mengaitkan dengan moralitas, mengembangkan
pengertian etika sebagai ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat.
Merujuk pada uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa etika pajak adalah peraturan
dalam lingkup dimana orang per orang atau kelompok orang yang menjalani kehidupan dalam
Jones (1991) mengajukan sebuah konstruk yang terkait dengan isu-isu etika yang dikenal
dengan Intensitas Etika. Intensitas Etika adalah sebuah konstruk yang mencakup karakteristik-
karakteristik yang merupakan perluasan dari isu-isu yang terkait dengan imperatif etika dalam
16
sebuah situasi. Intensitas Etika bersifat multidimensi, dan komponen-komponen bagiannya
tersebut yaitu: (1) besaran konsekuensi (the magnitude of consequences), didefinisikan sebagai
jumlah kerugian (atau manfaat) yang dihasilkan oleh pengorbanan (atau kebermanfaatan) dari
sebuah tindakan etika; (2) konsensus sosial (social consensus) didefinisikan sebagai tingkat
kesepakatan sosial bahwa sebuah tindakan dianggap jahat atau baik; (3) probabilitas efek
(probability of effect) merupakan sebuah fungsi bersama dari kemungkinan bahwa tindakan
tertentu akan secara aktual mengambil tempat dan tindakan tersebut akan secara aktual
immediacy) adalah jarak atau waktu antara pada saat terjadi dan awal mula konsekuensi dari
sebuah tindakan etika tertentu (waktu yang makin pendek menunjukkan kesiapan yang lebih
besar); (5) kedekatan (proximity) adalah perasaan kedekatan (sosial, budaya, psikologi, atau
fisik) yang dimiliki oleh pembawa etika (etika agent) untuk si pelaku dari kejahatan
(kemanfaatan) dari suatu tindakan tertentu; (6) konsentrasi efek (concentration of effect) adalah
sebuah fungsi infers dari jumlah orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sebuah
internasional, diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.
Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta
terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
17
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
Etika disebut juga filsafat etika yaitu cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia. Etika menekankan pada pendekatan kritis dalam melihat nilai dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah nilai benar atau salah yang dianggap suatu
golongan. Etika dalam bahasa latin adalah ethica, yang berarti falsafah etika. Menurut Keraf
(1998) etika secara harfiah berasal dari kata Yunani, ethos (jamaknya ta etha), yang artinya sama
dengan etikaitas, yaitu adat kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik ini kemudian
menjadi sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman dan tolok ukur tingkah laku yang baik dan
buruk. Etika merupakan suatu prinsip etika dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak
seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji
dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. Etika sangat erat kaitannya dengan
hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan kepada perilaku etika.
Etika menurut teori teleologi merupakan kualitas etis suatu perbuatan atau tindakan
diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan itu sendiri. Sementara etika menurut
deontologi yaitu yang menjadi dasar utama. Menurut Murwanto, et al (2008: 92) bahwa etika
merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (1) nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia sebagai manusia harus hidup baik, dan (2) masalah-masalah kehidupan
manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma etika yang umum diterima.
Menurut Arens, et al, (2003:110) etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian
18
prinsip atau nilai-nilai etika. Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita
Peneliti menyimpulkan bahwa etika merupakan suatu media yang membedakan antara
perbuatan baik dan buruk. Dengan demikian akan terlihat perbedaan etika antar sesama manusia.
Namun sudut pandang mengenai etika akan berbeda antar individu, tergantung lingkungan yang
membentuknya. Penulis memberi contoh dua keluarga yang berbeda, keluarga yang pertama
selalu mengharuskan anak-anaknya selalu memberi salam dan berjabat tangan ketika tamu
berkunjung kerumah mereka, ketika anak-anak mereka tidak melakukan perintah tersebut, orang
tua mereka dapat menyebutkan bahwa anak mereka tidak memiliki etika karena tidak memberi
salam dan berjabat tangan ketika tamu datang. Namun tindakan tidak memberi salam dan
berjabat tangan ketika tamu datang dapat saja merupakan tindakan yang benar di keluarga yang
kedua karena orang tua mereka tidak membiasakan hal tersebut. Penulis menganggap bahwa
Berdasarkan pendapat di atas bahwa etika memiliki fungsi penilaian tentang perilaku
manusia, alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok, memberikan
prospek untuk mengatasi kesulitan etika yang kita hadapi sekarang, dan penuntun agar dapat
bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam
masyarakat.
Steven Robert Erikson dalam Arens, et al, (2003:112-114) menciptakan model awal
pengembangan etika dalam bentuk self-styled sebagai konsepsi sosiopsikologis siklus hidup.
Masing-masing tahapan pengembangan dalam siklus hidup individu dihadapkan dengan krisis
psikologis yang spesifik. Resolusi masing-masing orang mengembangkan melalui tahapan dalam
19
Menurut Keraf (2007: 41-43) etika dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu sebagai
berikut:
1. Etika Umum
Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika
dan prinsip etika dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus
Etika khusus adalah penerapan-penerapan prinsip-prinsip etika dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi 2 (dua). yaitu:
a. Etika Individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
b. Etika Sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan
manusia lainnya. Etika sosial meliputi: Etika Politik, Etika Keluarga, Sikap terhadap
Sesama, Etika Lingkungan Hidup dan Etika Profesi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa etika dibedakan menjadi etika
umum dan etika khusus. Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil
keputusan etis sedangkan etika khusus adalah adalah penerapan-penerapan prinsip-prinsip etika
Menurut Keraf (2007: 70-77) terdapat beberapa prinsip dalam etika yang meliputi:
1. Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Dalam prinsip otonomi ini terkait dua aspek yaitu aspek kebebasan dan aspek tanggung
jawab.
2. Prinsip Kejujuran. Aspek kejujuran dalam bisnis meliputi:
a. Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
b. Kejujuran juga menemukan wujudnya dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu
yang baik.
c. Kejujuran menyangkut hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip kejujuran ini
sangatlah berkaitan dengan aspek kepercayaan. Kepercayaan ini merupakan modal
dasar yang akan mengalirkan keuntungan yang besar di masa depan.
d. Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik. Prinsip ini memiliki dua bentuk
yaitu prinsip berbuat baik, menuntut agar secara aktif dan maksimal agar kita semua
berbuat hal yang baik bagi orang lain dan dalam bentuk yang minimal dan pasif,
menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain.
20
e. Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar.
f. Prinsip hormat pada diri sendiri. Sebenarnya dalam arti tertentu prinsip ini sudah
tercakup dalam prinsip pertama dan prinsip kedua di atas. Prinsip ini sengaja
dirumuskan secara khusus untuk menunjukkan bahwa setiap individu itu mempunyai
kewajiban etika yang sama bobotnya untuk menghargai diri sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas, maka Penulis menggunkan teori Keraf (2007: 70-77) sebagai
indikator penelitian. Dimana prinsip etika terdiri dari prinsip otonomi dan prinsip kejujuran.
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Sedangkan kejujuran adalah
Wajib Pajak sangatlah memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran Sistem
dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Undang-undang No.28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat
(1) Tentang Tata Cara Perpajakan bahwa yang dimaksud dengan Wajib Pajak (tax payer) adalah
sebagai berikut:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu”.
Dengan demikian Wajib Pajak dituntut untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan
agar Wajib Pajak memahami sepenuhnya kewajibannya terhadap negara dan mau
Orang Pribadi dianggap subek Pajak karena telah dituju oleh undang-undang untuk
dikenakan pajak. Karena penghasilan orang pribadi merupakan pajak subyektif sehingga yang
pertama yang dilihat adalah kondisi subyeknya. Setelah itu baru dilihat apakah objek pajak yang
dikenai pajak berdasarkan UU PPh. Terdapat (2) dua subyek pajak orang pribadi dalam negeri
21
dan luar negeri, kejelasan status seseorang, apakah ia termasuk subyek pajak dalam negeri atau
subyek pajak luar negeri menjadi sangat penting karena terdapat perbedaan tarif pajak antara
LITERATUR
RIVIEW
FAKTOR-
FAKTOR PENGGELAPAN
PENGGELAPAN PAJAK
PAJAK DI
INDONESIA
LEXIMANCER
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan metode penelitian studi literature riview dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian bertujuan untuk mengkaji informasi yang sudah ada untuk di uji kembali
mengunakan leximancer agar dapat mengetahui hubungan antara variabel yang berhubungan
dengan pengelapan pajak di Indonesia. Menurut Mistika (2008:22) menyatakan bahwa kegiatan
membaca dan mencatan penelitian kepustakaan merupakan suatu seni. Menurut Jacques Barzun
(1970:23) dalam Mistika (2008) mengibaratkannya dengan menambah dan membuang bagian
tertentu sampai bungkahan tanah liat itu mirip dengan “image” yang ada dalam mata kepalanya.
Penelitian kepustakaan dan studi pustaka/riset pustaka meski bisa dikatakan mirip akan
tetapi berbeda. Studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian
teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review), dan tinjauan teoritis. Yang dimaksud
penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis,
termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan (Embun, 2012).
Meskipun merupakan sebuah penelitian, penelitian dengan studi literatur tidak harus
turun ke lapangan dan bertemu dengan responden. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. Menurut Mistika (2008) pada riset pustaka
(library research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal menyiapkan kerangka
untuk memperoleh data penelitian. Selain data, beberapa hal yang harus ada dalam sebuah
penelitian supaya dapat dikatakan ilmiah, juga memerlukan hal lain seperti rumusan masalah,
23
landasan teori, analisis data, dan pengambilan kesimpulan. penelitian dengan studi literatur
adalah penelitian yang persiapannya sama dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan
metode pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka, membaca, mencatat, dan
Meskipun terlihat mudah, studi literatur membutuhkan ketekunan yang tinggi agar data
dan analisis data serta kesimpulan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk
itu dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang optimal. Penelitian studi literatur membutuhkan
analisis yang matang dan mendalam agar mendapatkan hasil. Dengan demikian penelitian
dengan studi literatur juga sebuah penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya
ilmiah karena pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi
penelitian. Variabel pada penelitian studi literatur bersifat tidak baku. Data yang diperoleh
dianalisis secara mendalam oleh penulis. Data-data yang diperoleh dituangkan ke dalam sub bab-
Penelitian ini menggunakan metode study literatur (Lybrary Study Method) dengan
menggunakan referensi resmi seperti jurnal ilmiah, disertasi, tesis, teks book atau referensi yang
resmi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (La Ode dan Siti, 2014).
Penelitian ini merupakan penelitian literature review. Literatre review adalah metode
penelitian yang menggumpulkan hasil penelitian terdahulu untuk mengemukakan hasil data yang
lebih inklusif. Dengan pendekatan penelitian meta analisis merupakan penelitian yang akan
dilaksanakan peneliti dengan menggabungkan penelusuran data hasil penelitian, mereview, serta
menelaah data penelitian dari banyaknya hasil temuan yang telah ada sebelumnya.
24
3.4 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang disajikan secara deskriptif atau
berbentuk uraian. Data kualitatif dapat dijelaskan dengan proses pemetaan mengunakan program
leximancer dalam membuat peta hubungan antara variabel Ihsan et al, (2020).
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi:
1. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, maupun
menemukan jurnal nasional yang berupa hasil penelitian mengenai penggelapan pajak. Setelah
semua hasil data penelitian yang sudah diperoleh dan terkumpul, kemudian di olah mengunakan
mengunakan kata kunci “pengelapan pajak”. Jurnal yang digunakan merupakan jurnal selama 3
3.4.2 Analisis
Memulai dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi diperhatikan dari yang
paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara lain dapat juga, misalnya dengan melihat tahun
penelitian diawali dari yang paling mutakhir, dan berangsung – angsur mundur ke tahun yang
lebih lama. Membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian
apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian
Kartiningrum, (2015).
Mencatat bagian – bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian, Untuk
menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat, para peneliti hendaknya juga mencatat sumber –
25
sumber informasi dan mencantumkan daftar pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide
atau hasil penelitian orang lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara
sistematis sehingga penelitian dengan mudah dapat mencari kembali jika sewaktu - waktu
(coding category). Wilson (2001) dalam Musna (2020) mengemukakan bahwa perlu diperhatikan
permasalahan umum yang sering terjadi dalam suatu aturan pengcodingan. Hal ini dibedakan
menjadi dua bagian yaitu: bagian yang memberikan kode informasi terkait temuan empiris studi
(effect size) dan bagian yang memberikan kode terkait informasi kriteria inkluasi studi.
Penggunaan effect size (ES) memiliki keterkaitan dengan meta analisis. Karena interpretasi
pengaruh antar variabel dependen dengan variabel independen, dan nilainya hanya dapat
Syarat yang utama untuk memudahkan analisis data dan pengumpulan data, dalam
penelitian meta analisis kita menggunakan sistem pengkodean (coding). Identifikasi dari proses
pengkodean dan penelusuran yang sesuai dengan kriteria inklusi secara transparan,
memverifikasi setiap studi apakah kriteria inklusi terpenuhi, layak, serta mencatatkan informasi
dari hasil gabungan penelitian. Penggabungan kode dipergunakan untuk menyimpulkan terkait
banyaknya data penelitian dan keterangan pengkodean. Adapun cara dalam memperoleh hasil
26
DAFTAR PUSTAKA
Fedora, 2020 Nalisis Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Di Surabaya Timur Mengenai
Penggelapan Pajak Universitas Widya Kartika
Imelda, Bona. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang. Jurnal Ekonesia Vol. 2 No.3.
Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terjadinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal Ekonesia Vol. 2 No. 1.
Effendy, M. A dan Agus Purwoko. 2013. Perpajakan Teori dan Implementasi. Edisi Dua.
Salemba Empat. Jakarta.
Rahayu, Siti Kurnia dan M. Fallan. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Ardyaksa, Theo usuma. 2014. Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian,
Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion. Accounting
Analysis Journal, 3 (4), h :475-484.
Mujiati, Fitria Riski Rohmawati dan Wahyu Hening Ririn. 2017. Determinan Persepsi Mengenai
Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
3(1)
Surahman, Wanda dan Ulinnuha Yudiansa Putra. 2018. Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak
Terhadap Etika Penggelapan Pajak. Jurnal Reksa: Rekayasa Keuangan, Syariah dan
Audit Vol. 5 No.1.
Pratiwi, Enggar dan Ronny Prabowo. 2019. Keadilan dan Diskriminasi Pajak Terhadap
Penggelapan Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. AFRe: Accounting and
Financial Review Vol. 2 No.1.
27
Wicaksono, Kunto Adi. 2014. Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion): Perbedaan
Persepsi Mahasiswa Ekonomi, Hukum dan Psikologi. Gajah Mada Journal of
Accounting. Universitas Gajah Mada
Faradiza, 2018 Persepsi Keadilan, Sistem Perpajakan dan Diskriminasi Terhadap Etika
Penggelapan Pajak.Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi Volume 11 (1), 2018: 53 -
74 P ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461-1190 DOI: 10.15408/akt.v11i1.8820
Surono & Nur Hidayat, 2014. Faktor Penggelapan Pajak, Interaksi Fiskus dengan Wajib Pajak
dan Kepatuhan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor Jurnal Riset Akuntansi
dan Perpajakan, JRAP Vol. 1 no. 2, hal 136-148 ISSN 2339 - 1545
Putri et., al, (2018, Juli). The Impact of Mental Accounting on Tax Evasion (An Experimental
Study in Accounting Students). Faculty of Economics, Accounting Department, Trunojoyo
University, Madura, Indonesia. The Indonesian Accounting Review Vol. 8, No. 1. DOI:
10.14414/tiar.v8i1.1579.
Eni Suharti and Dewi Rachmania (2019) “Tax Officer Services And Tax Justice As Preventive
Action For Tax Evasion”, Jurnal Akuntansi, 23(2), pp. 285–300. doi:
10.24912/ja.v23i2.589.
Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terjadinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal Ekonesia Vol. 2 No. 1.
Sa’diyah & Imamatus, 2016. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap Presepsi Wajib Pajak Mengenai Perilaku
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
28
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers
Arens, Alvin A, and James K. Loebbecke. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi:
Pendekatan Terpadu. Jakarta: Indeks.
Mustika Zed (2008, Januari) Metode penelitian kepustakaan, yayasan obor Indonesia, Jakarta,
edisi kedua
Embun, B. (2012, April 17). Banjir Embun. Retrieved from Penelitian Kepustakaan:
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/04/penelitian kepustakaan.html
LA ODE ALWI DAN SITTI MARWAH (2014, Juli) JURNAL AGROTEKNOS Vol. 4 No. 2.
Hal 135-146 ISSN: 2087-7706 DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP
SUMBER DAYA AIR: STUDI LITERATUR DAN HASIL PENELITIAN
Ihsan et., al (2020, Oktober). Peluang Riset Strategi Bumdes Sebagai Dasar Pengembangan
Perekonomian Masyarakat: Sebuah Studi Literatur. Vokasi: Jurnal Riset Akuntansi STIE
Panca Bhakti, Palu, Indonesia. VJRA, VOL.9.
29