Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA

TAHUN 2016-2019

Disusun oleh:

Fatkhiyah Al Fathin 4302180090

Febby Dias Ambarwati 4302180087

Iis Maulidah 4302180118

Satrio Ar Razy Nur Widaputra 4302180010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN ASET

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4

1.3 Tujuan..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5

2.1 Analisis Ekonomi Makro.....................................................................................5

2.2 Analisis Industri...................................................................................................9

2.3 Analisis Laporan Keuangan...............................................................................21

BAB III PENUTUP.....................................................................................................27

3.1 Simpulan............................................................................................................27

3.2 Saran..................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk—yang selanjutnya akan disebut


CPIN, didirikan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama PT Charoen
Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited. CPIN adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang produksi pakan ternak, peternakan unggas, dan
produksi makanan olahan. Sektor pakan ternak merupakan usaha utama CPIN
yang pada tahun 2019 mampu berkontribusi 47,49% dari total penjualan, naik
7,97% dari tahun sebelumnya. CPIN juga menjalankan peternakan unggas
dengan memproduksi Day Old Chick (DOC) yang kemudian melalui distributor
dijual ke peternak dan program kemitraan budi daya ayam pedaging. Segmen
usaha lain yang dilakukan oleh CPIN adalah produksi makanan olahan yang
berkembang pesat karena konsumennya yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun.

CPIN telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1991 dan saat ini
CPIN merupakan perusahaan publik atau perusahaan terbuka dengan jumlah
lebih dari 8000 pemegang saham. Pada tahun 2019, CPIN memiliki
16.398.000.000 lembar saham beredar dan pernah mencapai harga tertinggi
Rp8.600,00 di kuartal pertama.

Sebagai perusahaan publik, tujuan utama perusahaan adalah untuk


memaksimalkan keuntungan pemegang saham dan nilai perusahaan itu sendiri.
Nilai sebuah perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari sisi internal,
salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kinerja
keuangannya. Kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis dari rasio-rasio
keuangan, seperti Return on Equity (ROE) yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari modal yang dimiliki, dan rasio-
rasio lainnya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan dan nilai


perusahaan adalah kondisi perekonomian suatu negara yang dapat berupa Produk
Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, kurs, dan ekspor-impor suatu negara.
Kondisi ekonomi suatu negara dapat mempengaruhi industri maupun perusahaan
secara spesifik. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi ekonomi dan
bagaimana pengaruhnya ke perusahaan menjadi penting dalam menentukan
strategi dan masa depan perusahaan. Di dalam tulisan ini, penulis akan
menganalisis kondisi ekonomi, industri, dan kinerja keuangan CPIN selama
tahun 2016-2019.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kondisi ekonomi makro di Indonesia terhadap kinerja


keuangan CPIN?
2. Bagaimana pengaruh kondisi industri terhadap kinerja keuangan CPIN?
3. Bagaimana kinerja keuangan CPIN dilihat dari rasio keuangannya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh kondisi ekonomi makro di Indonesia terhadap kinerja


keuangan CPIN,
2. Mengetahui pengaruh kondisi industri terhadap kinerja keuangan CPIN,
3. Mengetahui kinerja keuangan CPIN melalui analisis rasio-rasio keuangan
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Ekonomi Makro

2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)

Grafik 1. Laju Pertumbuhan PDB Triwulan 2016—2019 (Persen)

Sumber: BPS 2019

Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan produksi barang dan jasa yang
dihasilkan pada suatu negara. Menurut data dari Badan Pusat Statistika (BPS)
pertumbuhan PDB Indonesia 2016—2019 mengalami fluktuasi. PDB tertinggi
yang pernah dicapai sebesar 5,27% pada kuartal ke-2 tahun 2018, sedangkan PDB
terendah sebesar 4,94% pada kuartal ke-1 dan kuartal ke-4 tahun 2016. Sejak
kuartal ke-2 tahun 2018 PDB Indonesia terus mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa Indonesia mengalami
penurunan yang berakhir di level 4,97% pada akhir tahun 2019. Penurunan PDB
menyebabkan lesunya iklim produksi perusahaan secara nasional. Penurunan
output secara nasional akan berdampak pada penurunan penjualan perusahaan dan
akan menyebabkan efek pengangguran dalam jangka pendek.

2.1.2 Inflasi

Grafik 2. Inflasi Indonesia 2016—2019

Sumber: Bank Indonesia

Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang dalam lingkup nasional.


Inflasi Indonesia, berdasarkan data dari Bank Indonesia, cenderung menunjukkan
penurunan. Penurunan mulai pada tahun 2017 yang menjadikan kisaran inflasi
Indonesia berada pada rentang 2,5—3,5 (Bank Indonesia, n.d.-a).
Kencenderungan Inflasi diikuti dengan menurunnya permintaan di pasar.
Penurunan permintaan membuat perusahaan menurunkan produksinya untuk
menghindari penawaran berlebih. Oleh karena itu jika dihubungkan dengan PDB
maka turunnya permintaan juga mempengaruhi output peusahaan, sehingga dapat
disimpulkan iklim usaha sedang tidak baik pada rentang tahun 2017—2019.
2.1.3 Kurs

Grafik 3. Kurs Transaksi USD 2016—2019

Sumber: Bank Indonesia

Kurs menunjukkan nilai dari mata uang suatu negara, dalam hal ini
Indonesia, dengan mata uang negara lainnya, dalam hal ini Amerika. Kurs
Indonesia cenderung menguat pada 2016—2019. Meskipun terjadi penurunan
pada 2018—2019, namun terjadi kurs yang konstan pada rentang Rp14.000,- s.d.
Rp14.500,- (Bank Indonesia, n.d.-b). Dalam hal ini maka nilai tukar rupiah dapat
dikatakan cukup stabil. Tentu saja kurs yang stabil akan berdampak positif untuk
perusahaan ekspor seperti PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk.

2.1.4 Ekspor-Impor

Grafik 4. Nilai Ekspor Indonesia 2014—2018 (Juta USD)


Sumber: Supply Chain Indonesia

Kegiatan ekspor Indonesia sempat mengalami penurunan pada tahun 2014


—2016 dengan rata-rata sebesar 16,27% pertahun, namun pada tahun 2016—
2018 nilai ekspor mengalami kenaikan dengan rata-rata 12,06% pertahun (Juni,
n.d.). Kegiatan ekspor yang naik mengindikasikan kinerja industri ekspor
Indonesia semakin membaik. Dengan meningkatnya ekspor maka akan
menambah devisa bagi negara dan menguatkan mata uang rupiah.

Grafik 5. Nilai Impor Indonesia 2014—2018 (Juta USD)

Sumber: Supply Chain Indonesia

Nilai Impor Indonesia juga mengalami fluktuasi yang hampir sama dengan
ekspor. Pada tahun 2014—2016 impor Indonesia mengalami penurunan, namun
pada tahun 2016—2018 impor mengalami kenaikan. Rata-rata penurunan impor
sebesar 11,93%, sedangkan kenaikan impor sebesar 19,56% (Juni, n.d.) . Hal ini
menunjukkan kenaikan ekspor tidak didukung dengan bahan baku dalam negeri.
Ketidakcukupan bahan baku membuat perusahaan melakukan impor.
2.2 Analisis Industri

2.2.1 PESTLE (Political, Economic, Social, Technological, Legal,


Environmental)

Politik

Pada tahun 2019, Indonesia mengadakan pesta demokrasi. Pemilihan umum


dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Adanya perhelatan tersebut, memberikan
dampak positif maupun negatif untuk berbagai sector. Salah satunya sector
pangan. Kebutuhan pangan meningkat dikarenakan banyak acara-acara yang
digelar untuk memeriahkan pesta demokrasi tersebut. Menu makanan yang umum
dihidangkan adalah ayam atau telur, sehingga jumlah permintaan keduanya juga
meningkat.

Kekalahan Indonesia atas sengketa WTO (World Trade Organization) yang


digugat Brasil, menuntut pemerintah untuk melonggarkan ketentuan import
daging ayam ke Indonesia. Dengan adanya kelonggaran ini, dapat meyebabkan
kejadian tahun 2016 dapat terulang kembali. Pada tahun 2016, Pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk afkir dini atau pemusnahan induk-induk ayam
yang salah satu penyebabnya adalah karena berlebihnya jumlah indukan ayam
hasil dari impor.

Kemudian, adanya kebijakan retriksi impor jagung oleh Kementerian


Perdagangan (Permendagri No. 12 Tahun 2018) mengharuskan industry pakan
ternak harus menggunakan jagung-jagung dalam negeri. Padahal, harga jagung
dalam negeri masih sangat mahal jika dibandingkan dengan jagung impor dari
brasil.

Ekonomi
Selama tahun 2015-2019, tingkat inflasi cenderung lebih tidak stabil
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Ketidakstabilan inflasi ini dapat
menyebabkan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Inflasi yang tidak stabil akan memberikan kesulitan bagi masyarakat dalam
melakukan konsumsi, investasi, dan produksi dimana akan berimbas balik pada
menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Sosial

Adanya gaya hidup produktif dimana waktu harus digunakan se-efisien


mungkin membuat masyarakat memilih mengkonsumsi produk-produk yang
ringkas dan praktis. Dalam hal makanan, makanan olahan akan menjadi pilihan
banyak orang sehingga permintaan makanan olahan akan meningkat. Faktor
lainnya adalah karena harga makanan olahan yang cenderung lebih murah dan
penyimpanannya yang lebih lama.

Pada tahun 2019, Kementerian Pertanian mendorong masyarakat untuk


meningkatkan konsumsi protein hewani yang dapat berasal dari daging ayam,
telur, dll. Hal ini akan berpengaruh pada permintaan hasil ternak sehingga
membuat permintaan akan pakan ternak juga semakin tinggi. Hal ini akan
menjadi sentiment positif bagi operasional CPIN khususnya penjualan.

Teknologi

Adanya inovasi teknologi di bidang peternakan dapat membantu proses


produksi berjalan lebih cepat dan efisien. Teknologi mesin juga dapat mengurangi
biaya produksi per unitnya sehingga perusahaan dapat meraih keuntungan
maksimum. Contoh mesin yang membantu proses produksi diantaranya adalah
hammer mill untuk menggiling bahan yang akan diproduksi, mixer untuk
mengaduk, dan oven pengering pakan ternak.

Legal

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan tingkat ekpor produk peternakan


adalah dengan penerbitan sertifikat kesehatan (Nomor Kontrol Veteriner) bagi
perusahaan. Sertifikat tersebut digunakan sebagai syarat dari negara tujuan.
Kebijakan tersebut diatur dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan hewan. CPIN telah memiliki sertifikasi Nomor Kontrol
Veteriner (NKV) sehingga memiliki peluang yang besar dalam kegiatan ekspor.
Salah satu peluang besar dari kepemilikan sertifikat NKV adalah CPIN mendapat
kesempatan menjadi pengekspor daging ayam dari kesepakatan Indonesia dan
Papua Nugini padatahun 2017.

Environmental

Lingkungan memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap


peternakan. Menurut penelitian Berna bucci 2019, perubahan iklim (heat stress)
berdampak langsung pada metabolisme dan pernapasan hewan ternak, penurunan
imunitas yang menyebabkan hewan ternak mudah terinfeksi dan berdampak pada
kematian, serta penurunan produktivitas. Dampak tidak langsung dari perubahan
iklim antara lain perubahan ketersediaan dan kualitas bahan pakan dan air minum
serta memperlambat atau mempercepat distribusi patogen dan/atau vektornya.
Selain perubahan iklim, ketinggian tempat juga mempengaruhi berat hewan
ternak. Semakin rendah ketinggian suatu tempat, maka penggurangan bobot
ternakan semakin besar. Tiap kenaikan 1 °C pada ketinggian kurang dari 500
mdpl, berat ternak berkurang 8—10 Kilogram. Sedangkan pada ketinggian 500—
700 mdpl, ternak mengalami penurunan bobot sebesar 4—5 kilogram. Pada
ketinggian lebih dari 750 mdpl, bobot ternak mengalami penurunan 2—3
Kilogram (Rizaldi, 2020).

2.2.2 Five Forces Porter

Ancaman Produk Pengganti

Produk Ayam

Kebutuhan protein hewani tidak hanya dapat didapatkan dari daging ayam
saja. Melainkan juga hewan-hewan ternak lain seperti Sapi, Kambing atau unggas
lain seperti bebek. Produk pengganti lainnya adalah sayuran. Banyak masyarakat
yang mengubah kebiasaan makannya menjadi vegetarian yang mana mereka
hanya makan makana yang berasal dari produk-produk nabati dengan alasan
kesehatan.

Pakan Ternak

Pakan ternak tidak hanya bisa didapatkan dari pabrik saja. Sekarang,banyak
inovasi pakan ternak yang dapat diolah sendiri. Selain dari jagung, pakan ternak
juga bisa didapt dari pengolahan singkong, dedak, dan serangga.

Ancaman Pesaing

Saat ini sudah terdapat banyak perusahaan yang bergerak di sektor ini.
Namun, hanya terdapat 3 pesaing yang cukup memberikan ancaman kepada PT.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pesaing tersebut diantaranya PT. Japfa
Comfeed Tbk, PT. Sierad Produce Tbk, PT. Malindo Feedmill Tbk. Namun, jika
kita lihat dari kapitalisasi pasarnya masih sangat jauh sehingga ancamannya tidak
terlalu serius. Namun, PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk tidak boleh lengah,
perusahaan akan terus meningkatkan kualitas produk dan mempertahankan
tingkat penjualannya.

Ancaman Pendatang Baru

Dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar PT. Charoen Pokphand Indonesia


Tbk menjadi market leader di sektor ini serta price leader. Oleh karena itu,
ancaman pendatang tidak akan signifikan dalam mempengaruhi perusahaan.
Selain itu, untuk masuk ke pasar ini harus memiliki modal yang besar. Perusahaan
ini memiliki keunggulan yang dapat menekan biaya produksinya. Maka dari itu,
tidak semua perusahaan yang baru masuk dapat melakukannya. Namun, terdapat
PT. Chiel Jedang Indonesia yang merupakan perusahaan yang berafiliasi dengan
Samsung di korea. Hal ini akan menjadi ancaman yang cukup karena perusahaan
tersebut memiliki modal yang besar dan mungkin kedepan dapat meningkatkan
kualitas produknya.

Daya Tawar Pemasok

CPIN memiliki beberapa pesaing. Pesaing-pesaing CPIN diantaranya adalah


JPFA dan MAIN. Pesaing CPIN terus memperkuat diversifikasi bisnis. Selain itu
pesaing juga menawarkan nilai dan kualitas yang cukup bersaing dengan CPIN
sehingga daya tawar pemasok cukup tinggi.

Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Dalam hal ini kekuatan tawar menawar pelanggan cukup kuat dibandingkan
dengan perusahaan lain. PT. Charoen Pokphand Indonesia memasarkan produk
kepada pelangganya melalui perusahaannya langsung. Pelanggan dapat langsung
datang ke kantor pusat untuk memesan produk yang mereka butuhkan. Selain itu,
pelanggan juga dapat membandingkan dan memilih produk yang ditawarkan oleh
pesaing perusahaan ini.

2.2.3 Resources Based Value (RBV)

PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (CPIN) merupakan perusahaan yang


kegiatan utamanya adalah mengahsilkan pakan ternak, daging olahan, dan hewan
ternak. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam sub sektor pakan ternak, CPIN
memiliki kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Berdasarkan annual report
CPIN kegiatan utama perusahaan terdiri atas:

1. Input produksi (pembibitan ayam ras dan pengelolaannya);


2. operasi, (industri pengelolaan makanan);
3. penyaluran output (pengiriman dan pergudangan dan cold-storage); dan
4. pemasaran (perdagangan hewan dan olahan daging ayam);

Sedangkan kegiatan pendukung pada CPIN antara lain:

1. infrastruktur perusahaan (cabang pabrik, fasilitas pembibitan, formula bahan


baku);
2. pengembangan teknologi (mesin pengelolaan);
3. manajemen sumber daya manusia (busaya perusahaan, struktur organisasi,
dan produktivitas);
4. marketing perusahaan (iklan dan merk dagang);
5. keuangan (struktur permodalan); dan
6. manajemen resiko.
Kegiatan Pendukung

Tabel 1. Hubungan kegiatan utama dan kegiatan pendukung pada CPIN

Kegiatan Utama
Input Operasi Penyaluran Pemasaran
Produksi output
Infrastruktur Cabang pabrik √ √ √ √
Fasilitas
perusahaan √ √ √ √
pembibitan
Formula bahan
√ √ √ √
baku
Pengembangan Mesin
- √ - -
teknologi pengolaan
Manajemen Budaya
√ √ √ √
sumber daya perusahaan
Struktur
manusia √ √ √ √
organisasi
Produktivitas √ √ √ √
Marketing Iklan - - √ √
Merk dagang - - √ √
Keuangan Struktur
√ √ √ √
permodalan
Manajemen Good corporate
√ √ √ √
resiko governance

Pada analisis resource based view (RBV) menggunakan variabel valuable,


rare, inimmitable, dan organization (VRIO) (Wandrial, 2011). Dalam analisis
VRIO akan ditentukan mana resource perusahaan yang akan menjadi kelemahan
dan kelebihan perusahaan.
Tabel 2. Analisis VRIO CPIN
Pengemban
gan Economic
Competitive Strength/
Teknologi
Resouce V R I O Performanc
Implication Weakness
e
Weakness
Cabang ye ye Competitive Di atas (jumlah tidak
Infrastruktu no no
r pabrik s s parity normal sebanyak

perusahaan pesaing)
Weakness
Fasilitas ye ye Competitive Di atas (belum ada
no no
pembibitan s s parity normal metode baru
dan rare)

Sustained
Formula ye ye ye ye Di atas
competitive Strength
bahan baku s s s s normal
advantage

Strength
(adanya
Temporary
Mesin ye ye ye Di atas pengembanga
no competitive
pengolaan s s s normal n mobile
advantage
dryer oleh
perusahaan)
Strength
Manajemen
sumber Sustained (budaya 5R;
Budaya ye ye ye ye Di atas
competitive ringkas, rapih,
perusahaan s s s s normal
advantage resik, rawat,
dan rajin)
Struktur ye ye Competitive
no no Normal Stregth
organisasi s s parity

Competitive
Produktivita Di atas
no no no no disadvantag Stregth
s normal
e
Competitive
Iklan no no no no disadvantag Normal Weakness
e
Merk ye ye ye ye Sustained Di atas Strength
Marketing dagang s s s s competitive normal (merk pakan
advantage ternak HI-
PRO, HI-
PRO-VITE,
BINTANG,
BONAVITE,
ROYAL
FEED,
TURBO,
FEED, TIJI
merk ayam
olahan
terkenal
GOLDEN
FIESTA,
FIESTA,
CHAMP,
OKEY
Keuangan Sustained
Struktur ye ye ye ye Di atas
competitive Strength
permodalan s s s s normal
advantage
Manajemen Good Sustained
ye ye ye ye Di atas
resiko corporate competitive stregth
s s s s normaa
governance advantage

Tabel analisis VRIO CPIN menunjukkan bahwa kekuatan (strength) ada


pada formula bahan baku, mesin pengolahan, budaya perusahaan, struktur
organisasi, produktivitas, merk dagang, struktur modal, dan good corporate
governance (GCG). Sedangkan kelemahan (weakness) perusahaan ada pada
cabang pabrik, fasilitas pembibitan, dan iklan. Berikut disajikan ringkasan
kekuatan dan kelemahan perusahaan berdasarkan analisis VRIO pada tabel 3.

Tabel 3. Kekuatan dan kelemahan CPIN dengan analisis VRIO

Strength and Strength and


temporary Sustained
Weakness Strength
competitive competitive
advantage advantage
 cabang
Infrastruktur pabrik  Formulasi
perusahaan  fasilitas bahan baku
pembibitan
Pengembangan  Mesin
teknologi pengolahan
Manajemen  Struktur  Budaya
sumber daya organisasi perusahaan
manusia  Produkti-
vitas
 Merk
Marketing  Iklan
dagang
 Struktur
Keuangan
permodalan
 Good
Manajemen
corporate
resiko
governance

2.2.4 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Strength
PT. Charoen Phokpand Indonesia Tbk. merupakan perusahaan yang sudah
berpengalaman sejak tahun 1978 atau sudah hampir 50 tahun di Indonesia. Hal
tersebut membuat perusahaan yang berkode saham CPIN ini mempunyai posisi
yang kuat di dunia agribisnis Indonesia. Karena hal ini juga, CPIN memiliki
jaringan pasar yang luas dalam setiap bidang usahanya.
Weakness
PT. CPIN bergerak di industry manufacturing yang berfokus pada bidang
agribisnis. Produk utamanya adalah pakan ternak, unggas, makanan olahan.
Untuk mendapatkan bahan baku produk tersebut, PT CPIN masih sangat
bergantung pada bahan-bahan impor.
Opportunity
Menurut data dari BPS, konsumsi protein daging ayam oleh masyarakat Indonesia
masih rendah jika dibandigkan dengan negara-negara tetangga. Hal ini
menyebabkan menteri pertanian menganjurkan masyarakat untuk lebih banyak
mengonsumsi ayam atau olahan ayam. Adanya anjuran ini dapat meningkatkan
permintaan ayam, sehingga CPIN juga akan dengan mudah menjual produknya.
Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama muslim lebih banyak
yang memilih daging ayam untuk dikonsumsi sehari-hari yang sudah pasti halal.
Di sisi lain harga daging sapi atau kambing juga masih lebih mahal daripada
ayam.
Threat
PT. CPIN yang berfokus pada perunggasan sangat rawan terhadap isu kesehatan
yaitu virus flu burung. Apabila flu burung sedang mewabah di Indonesia maka
permintaan ayam akan menurun drastic. Begitu pula dengan pakan ternak dan
produk olahan ayam lain. Gugatan afkir dini atau pemusnahan indukan ayam bagi
perusahaa besar juga termasuk ancaman yang cukup berat. Afkir dini akan terjadi
apabila ada kelebihan supply ayam di pasar. Selain isu kesehatan, ancaman
lainnya adalah adanya pembatasan impor bahan baku jagung yang mana
merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan ternak. Masalah impor
yang lain adalah nilai kur rupiah yang lemah, hal ini karena banyak bahan baku
yang perlu di impor dari luar negeri, sehingga apabila kurs rupiah lemah, harga
bahan baku juga akan meningkat. Namun, adanya pembatasan impor bahan baku
tak sebanding dengan pembatasan impor daging ayam oleh pemerintah. Indonesia
masih perlu mengimpor ayam dari luar negeri dikarenakan kalah atas sengketa
yang diajukan Brasil.

Strength Weakness
Jaringan pasar luas Bahan baku masih banyak impor
Produk yang dihasilkan variatif
Mampu menigkatkan laba bersih tiap
Financial Data
tahun 2016 2017 2018 2019
Revenue 38,256,957 49,367,386 53,957,604 58,634,502
Opportunity Threat
COGS 31,743,222 43,118,451 44,822,755 50,538,498
Anjuran peningkatan konsumsi daging Wabah Flu Burung
Gross Profit ayam 6,513,635 6,248,835 afkir dini9,134,849
Kebijakan 8,096,004
Masyarakat Indonesia
Operating Profit yang mayoritas
4,417,116 Pembatasan
3,720,391 impor bahan baku
6,488,206 4,932,919
muslim Kurs Indonesia yang lemah
Net Profit 2,225,402 2,499,875 4,551,485 3,632,174
Harga daging sapi yang lebih murah Impor ayam oleh pemerintah
Fixed Asset munculnya teknolgi211,233,847
baru 11,009,361 11,685,261 13,521,979
Current Asset 12,059,433 11,730,468 14,097,959 13,297,718
Total Asset 24,204,994 24,532,331 27,645,118 29,353,041
Total Equity 14,157,243 15,710,129 19,391,874 21,071,600
Total Liabilities 10,047,751 8,822,202 8,253,244 8,281,441
Current Liab. 5,550,257 5,059,551 4,732,868 5,188,281
A/R 2,837,396 2,359,678 2,777,650 3,043,391
Inventory 5,109,719 5,696,815 6,155,542 5,718,089
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Ratio 2016 2017 2018 2019
Current Ratio 2.17 2.32 2.98 2.56
Quick Ratio 1.25 1.19 1.68 1.46
GPM 17.0% 12.7% 16.9% 13.8%
OPM 11.5% 7.5% 12.0% 8.4%
NPM 5.8% 5.1% 8.4% 6.2%
ROA 9.2% 10.2% 16.5% 12.4%
ROE 15.7% 15.9% 23.5% 17.2%
TATO 1.58 2.01 1.95 2.00
Inven. Turnover 7.49 8.67 8.77 10.25
DER 0.71 0.56 0.43 0.39
Debt Ratio 0.42 0.36 0.30 0.28
LIQUIDITY RATIO

Current Ratio

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar.
Bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current rasio PT. CPIN dari 2015
hingga 2019 terlihat stabil atau bahkan cenderung meningkat dari angka 2.11 pada
tahun 2015 menjadi 2.56 pada tahun 2019, artinya perusahaan mampu membayar
hutang jangka pendek dengan aktiva lancarnya dengan baik. Karena normalnya angka
current rasio adalah 2.

Quick Ratio

Sama seperti current rasio, quick rasio juga digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya namun dikurangi dengan persediaan. Quick Rasio PT CPIN juga cukup
stabil berdasarkan laporan keuangan tahun 2015 hingga 2019. Angka quick rasio
tercatat sebesar 1.15 sampai 1.68. Rendahnya angka ini menunjukkan likuiditas
perusahaan dalam membayar hutan jangka pendek menggunakan aktiva lancar yang
dikurangi persediaan termasuk bagus.

ACTIVITY RATIO

Inventory Turnover

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali perusahaan memutar inventorinya
dalam satu tahun atau seberapa cepat inventori berubah menjadi kas. Inventori
turnover rasio didapatkan dengan membagi COGS dengan jumlah Inventory. Tren
inventory turnover ratio di PT. CPIN sendiri cenderung mengalami kenaikan. Dari
tahun 2015 yang hanya 4.5 kali setahun naik menjadi 8.8 kali setahun pada tahun
2019. Ini menunjukkan efektivitas manajemen persedian semakin baik tiap tahunnya.

Total Asset Turnover (TATO)

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali perputaran total aset dalam satu
tahun atau seberapa cepat total aset berubah menjadi kas dalam satu tahun. Untuk
mendapatkan angka rasio ini maka perlu membagi sales dengan total asset. Dari data
yang ada, di PT. CPIN rasio ini cukup fluktuatif dari tahun ke tahun. Rata-rata total
aset di PT.CPIN berputar 1.5 hingga 2 kali per tahun. Angka ini terlihat cukup
rendah.

LEVERAGE RATIO

Debt Ratio

Debt ratio digunakan untuk Menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur
untuk membiayai aset. Debt Ratio PT. CPIN sendiri dari tahun ke tahun semakin
turun. Pada tahun 2015 Debt rasio perusahaan tersebut mencapai 0.49 atau 49%
sedangkan pada tahun 2019 turun menjadi 0.28 atau 28%. Pada tahun 2019
menunjukkan hanya 28% dari total aset yang dibiayai oleh hutang dari kreditur.

Debt to Equity Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban dengan


membandingkan total kewajibannya terhadap ekuitas. CPIN sendiri dari 2016-2019
DER nya konsisten mengalami penurunan. Hal ini didukung oleh penurunan total
liabilitiesnya dan meningkatnya ekuitas yang cukup signifikan. Ini merupakan sebuah
hal yang baik untuk CPIN karena dapat menjadi acuan untuk bertahan dan terus
berkembang di masa depan.

PROFITABILITY RATIO

Gross Profit Margin

Rasio ini menunjukkan seberapa baik manajemen perusahaan mengendalikan biaya-


biaya untuk mendapatkan profit. Untuk menghitung rasio ini, perlu membagi gross
profit dengan total penjualan atau sales. Di tahun 2019, perusahaan CPIN hanya
menunjukkan gross profit margin sebesar 0.14 atau 14% yang artinya perusahaan
menggunakan 86% COGS dan medapatkan 14% gross profit. Padahal ditahun 2017
perusahaan dapat mencapai gross profit sebesar 17%. Hal ini dapat disebabkan
karena kurs rupiah yang lemah yang menyebabkan harga bahan baku yang didapat
dengan impor menjadi naik.

Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur berapa banyak profit yang dihasilkan dari tiap rupiah penjualan
setelah memperhitungkan costs of goods sold dan operating expenses. Rasio ini
juga mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam mengelola Laba Rugi-nya.
Di PT. CPIN, rasio ini tidak begitu stabil di tahun 2019, Operating Profit margin
perusahaan ini hanya mencapai 8% (0.08 rupiah operating profit dari 1 rupiah
penjualan) , padahal di tahun 2018 sudah mencapai 12%. Hal ini disebabkan karena
bertambahnya beban usaha dan COGS.

Net Profit Margin

Rasio ini mengukur berapa banyak profit yang diperoleh dari tiap rupiah penjualan
setelah dilakukan penyesuaian atas seluruh biaya (termasuk income taxes). Rasio ini
membandingkan Net profit dengan sales (penjualan). Sejalan dengan naik turunnya
Gross Profit Margin dan operating profit margin, net profit margin PT. CPIN juga
demikian. Pada tahun 2019, net profit margin PT. CPIN hanya mencapai 6% atau
hanya 0.06 rupiah yang merupakan net profit mergin dari 1 rupiah penjualan.

Return on Asset

Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Ini juga menentukan tingkat
kesuksesan manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya dan dalam efisiensi
penggunaan aset. Rasio ini didapatkan dengan membagi Net profit dengan total aset.
Dikarenakan berubah-ubahnya net profit, menyebabkan return on asset rasio
PT.CPIN menjadi fluktuatif. Di tahun 2019 perusahaan mencatat rasio ini sebesar
12% atau 0.12 yang artinya dihasilkan net profit sebesar 0.12 untuk setiap 1 rupiah
aset yang diinvestasikan.

Return on Equity

Rasio mengukur imbalan atas investasi para pemegang saham biasa. Rasio ini
didapatkan dengan membagi net income dengan common equity. Dikarenakan net
income perusahaan yang berubah-ubah, PT. CPIN juga mencatat return on equity
ratio yang berbeda tiap tahunnya. Namun, rata-rata masih diangka 0.02 atau 2%,
seperti yang didapatkan dari data tahun 2019. Angka tersebut menunjukkan bahwa
pemegang saham mendapat keuntungan 2% dari net income atas investasi mereka.
MARKET RATIO

S/O 16398000000 16398000000 16398000000 16398000000


Price 3100 3000 7225 6500
PER 22.84 19.68 26.03 29.35
PBV 3.59 3.13 6.11 5.06

Price Earning Ratio

Price-Earnings (PE) Ratio menggambarkan berapa banyak investor yang saat ini
mau membayar sebesar $1 dari earnings yang dilaporkan perusahaan. Rasio ini
didapatkan dari market price per share dibagi earning per share. Dari data yang
didapatkan PER perusahaan CPIN mengalami fluktuatif yang cukup. Namun, untuk
akhir tahun 2019 PER CPIN sudah termasuk tinggi. Hal ini menyebabkan beberapa
investor akan menganggap harga CPIN sudah mahal. Kenaikan PER di tahun 2019
ini disebabkan juga adanya penurunan earning per share yang dialami oleh CPIN.

Price to Book Value

Price Book Value adalah rasio harga terhadap nilai buku. Rasio ini berfungsi untuk
melihat apakah harga saham disuatu perusahaan dapat dikatakan mahal atau murah.
Rasio ini merupakan pembagian dari harga per saham dengan nilai buku yang mana
nilai buku didapat dari nilai ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Biasanya ketika
rasio PBV lebih dari satu, maka harga saham di perusahaan tersebut termasuk mahal.
CPIN sendiri, sejak tahun 2016 selalu meraih rasio PBV lebih dari satu atau dapat
dikatakan harga saham diperusahaan tersebut mahal. Namun, jika dibandingkan
dengan kualitas perusahaannya dengan capital yang sangat besar di sektornya
mungkin akan menyebabkan beberapa investor masih tertarik untuk berinvestasi di
CPIN dengan harapan perusahaan dapat tumbuh terus kedepannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

CPIN merupakan salah satu perusahan dengan kapitalisasi pasar yang cukup
besar. Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi pakan ternak, peternakan
unggas, dan produksi makanan olahan. Dari beberapa bidang tersebut, CPIN memiliki
usaha utamanya di pakan ternak. Produk pakan ternak ini pada tahun 2019
memberikan kontribusi terbesar dari keseluruhan penjualan CPIN.
CPIN memiliki beberapa pesaing kuat, diantaranya JPFA, MAIN, dan SIPD.
Namun, hal ini belum terlalu signifikan memengaruhi kinerja perusahaan. CPIN
masih tetap menjadi market leader di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kuatnya
daya tawar pembeli pada CPIN. Ini membuat CPIN memiliki pelanggan setia yang
lebih banyak diantara pesaing-pesaingnya. Selain itu, CPIN juga dapat membeli
bahan baku yang murah dimana kebanyakan berasal dari impor.
Untuk kinerja keuangannya sendiri CPIN meningkatkan tingkat keefektifannya
di dalam manajemen untuk mengelola aset. Hal ini terlihat adanya peningkatan pada
rasio TATO dan inventory turn over. Selain itu, ROE CPIN pun masih bertahan
diatas 15%, ini menandakan CPIN dapat menghasilkan laba yang baik dari
pengelolaan dana dari para shareholder. Meskipun dalam 2019 CPIN mengalami
penurunan laba tahun berjalan. Hal ini pun dikarenakan adanya peningkatan pada
COGS nya. COGS CPIN rata-rata berasal dari impor. Dan saat waktu itu rupiah
sempat mengalami pelemahan sehingga dapat menjadikan biaya bahan baku CPIN
meningkat. Hal ini sebenarnya tidak terlalu signifikan dalam memengaruhi kinerja
perusahaan karena CPIN masih dapat menghasilkan laba yang baik dengan kondisi
seperti itu. Selain itu, hutang CPIN pun terus mengalami penurunan. Ini dapat
menjadi acuan bahwa CPIN dapat mengelola hutang dengan baik sehingga
perusahaan dapat bertahan lebih lama untuk kedepannya.
3.2 Saran

Dalam beberapa tahun kedepan mungkin akan ada beberapa pesaing-pesaing


yang akan terus ingin merebut predikat market leader yang disebutkan kepada CPIN..
hal ini akan menjadi tantangan sendiri kepada perusahaan terkhusus manajemen. Ini
akan menjadi indikator yang membuat para manajemen untuk lebih mengembangkan
kemampuan pengelolaan perusahaan.

Hal tersebut dapat ditujukan dengan mengembangkan teknologi yang ada. Harus
diakui teknologi terus berkembang secara pesat dengan seiring berjalannya waktu.
Namun, dengan kemampuan perusahaan dalam mengembangkan teknologi akan
menjadi poin positif. Teknologi ini akan menjadi solusi bagi perusahaan dalam
melakukan efisiensi terutama pada biaya bahan baku. Selain itu, teknologi akan dapat
membantu perusahaan dalam mencetak laba yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2019). Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan 2015-
2019. https://www.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=NDkyM2JhM2ZmZDA0Y2QyNWU4M2RjZDk3&xzmn=aHR0cHM
6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTkvMTAvMDcvND
kyM2JhM2ZmZDA0Y2QyNWU4M2RjZDk3L3BkYi1pbmRvbmVzaWEtdHJp
d3VsYW5hbi0yMDE1LTIwMTkuaHRtbA%3D
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMS0wOCAwODo0NzozNw%3D%3D

Bank Indonesia. (n.d.-a). Data Inflasi - Bank Sentral Republik Indonesia. Retrieved
November 7, 2020, from
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-b). Kurs Transaksi BI - Bank Sentral Republik Indonesia.


Retrieved November 7, 2020, from https://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-
kurs/transaksi-bi/Default.aspx
Damodaran, A. (2012). Investment valuation: Tools and techniques for determining
the value of any asset (Vol. 666). John Wiley & Sons.

Dwipartha, N. M. W. (2013). Pengaruh Faktor Ekonomi Makro dan Kinerja


Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.

Juni, V. (n.d.). KUMPULAN DATA EKSPOR IMPOR INDONESIA PUSAT DATA


LOGISTIK SUPPLY CHAIN INDONESIA. Retrieved November 7, 2020, from
https://www.bps.go.id/

Wandrial, S. (2011). Analisis Internal Perusahaan (Strength & Weakness),


Menggunakan konsep ‘Resource-Based View of the Firm’ dengan Kerangka
VRIO. Binus Business Review, 2(2), 627. https://doi.org/10.21512/bbr.v2i2.1457

Anda mungkin juga menyukai