SKRIPSI
OLEH
Asqiya Sabila Izzati
NIM 160432609015
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN ..................................................................................................... 22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikansebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Menurut
Arsyad (2010) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk
Domestik Bruto/Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah
kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak identik.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
diantaranya adalah variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah
penduduk, Upah Minimum Kabupaten (UMK), dan tingkat kemiskinan.
Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator terciptanya
pembangunan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk
mengukur mutu modal manusia, United Nations Development Program
(UNDP) mengenalkan konsep mutu modal manusia yang diberi nama Human
Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tingkat
pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk
dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik
kaitannya dengan teknologi maupun terhadap kelembagaan sebagai sarana
penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Dewi dan I Ketut,2014).
Salah satu faktor pertumbuhan ekonomi yaitu kemiskinan. Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga
1
negara. Salah satu akar permasalahan kemiskinan yaitu jumlah penduduk yang
tinggi. Menurut Todaro (2000: 236) pertumbuhan penduduk yang cepat
mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek
pembangunan menjadi semakin jauh. Kenaikan jumlah penduduk tanpa
dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor perkembangan yang lain tentu tidak
akan menaikan pendapatan dan permintaan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan
kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan. Jumlah penduduk bertambah setiap tahun,
sehingga dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah
setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Upah
dan gaji adalah pendapatan bagi pekerja (Tarigan, 2015:14). Maka dari itu
unsur upah minimum diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi. Pada
kenyataannya upah minimum merupakan komponen penting dalam
pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Upah
minimum berperan penting untuk pertumbuhan ekonomi, yaitu penting untuk
tenaga kerja dalam pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran.
2
Gambar 1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi di Indonesia Tahun 2015 (%)
3
4. Bagaimana pengaruh tingkat kemiskinan terhadap laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi DIY tahun 2014-2017?
4
BAB II
KAJIAN LITERATUR
5
faktor modal dan tenaga kerja bisa dikombinasikan dalam berbagai model
kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
Q = f (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
6
menurut Said (2012: 136) yang dimaksud dengan penduduk adalah “jumlah
orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan
merupakan hasil dari proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan
migrasi.”
7
pertumbuhan ekonomi akan mencapai peningkatan produktivitas dan
kesempatan kerja.
8
2.2.4 Hubungan antara Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi
9
Eko Analisis Pertumbuhan pengaruh investasi dan
Wicaksono Ekonomi dan Faktor- angkatan kerja terhadap
Pambudi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
(2013) (kabupaten/kota di berpengaruh positif dan
provinsi Jawa tengah) signifikan, human
development index
berpengaruh positing tetapi
tidak signifikan.
Denni Sulistio Pengaruh Kemiskinan, Variabel kemiskinan
Mirza (2012) Pertumbuhan Ekonomi, berpengaruh negatif signifikan
dan Belanja Modal terhadap IPM, Pertumbuhan
terhadap IPM Jawa Ekonomi dan Belanja Modal
Tengah tahun 2006-2009 berpengaruh positif signifikan
terhadap IPM.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
3.3.2 Uji Asumsi
Karena data yang digunakan adalah gabungan dari data cross
section dan time series maka penelitian menggunakan data panel sehingga
hanya membutuhkan 3 uji asumsi yaitu:
Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal
ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Uji multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Pengujian ada tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan
dengan menggunakan perhitungan Tolerance (TOL) dan metode VIF
(Variance Inflation Factor)
Uji heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
3.3.3 Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu
variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.
3.3.4 Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji model regresi atas pengaruh seluruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
3.3.5 Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar persentase variasi variabel bebas mempengaruhivariasi
variabel terikat. Nilai R2 berada pada kisaran nol sampai satu. Nilai R2
mendekati nol dapat diartikan bahwa variasi variabel bebas dalam
menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas (kecil). Jika R2
12
mendekati satu berarti variasi variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.
13
BAB IV
14
Variabel UMK tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel laju
pertumbuhan ekonomi
Variabel tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan 10% terhadap variabel
laju pertumbuhan ekonomi
c) Uji Koefisien Determinasi (Adj R2 )
Keragaman pada variabel laju pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh
variabel independen sebesar 50.85% dan 49.15% dijelaskan oleh variabel
lainnya
d) Model Prediksi
Ŷ = -1.494 + 0.060 (IPM) + 0.047 (Tingkat Kemiskinan)
Ketika variabel independen =0, maka laju pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota provinsi DIY sebesar -1.494
Pada tingkat signifikansi 5%, setiap peningkatan satu-satuan IPM dapat
meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi secara signifikan sebesar 0.060
satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Pada tingkat signifikansi 10%, setiap peningkatan satu-satuan tingkat
kemiskinan dapat meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi secara
signifikan sebesar 0.047 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap.
e) Uji Normalitas
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Model I
Smaller Group D P-Value
Resid1 0.1433 0.440
Cumulative -0.1147 0.591
Combine K-S 0.1433 0.806
Sumber: Data diolah, 2019.
Dari data diatas, uji normalitas terpenuhi karena nilai Combined K-S lebih
besar dari α sehingga Model I memiliki distribusi normal.
f) Uji Non-Heterokedastisitas
Tabel 4. Hasil Uji Non-Heterokedastisitas Model I
15
Uji Non-Heterokedastisitas terpenuhi karena nilai Prob>Chi2 lebih besar
dari nilai α.
g) Uji Non-Multikolinearitas
Tabel 5. Hasil Uji Non-Multikolinearitas Model I
Variabel VIF 1/VIF
16
c. Uji Koefisien Determinasi (Adj R2 )
Keragaman pada variabel laju pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh
variabel independen sebesar 51.29% dan 48.71% dijelaskan oleh variabel
lainnya
d. Model Prediksi
Ŷ = -14.023 + 0.060 (IPM) + 0.965 (ln_UMK) + 0.046 (Tingkat
Kemiskinan)
Ketika variabel independen =0, maka laju pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota provinsi DIY sebesar -14.023
Pada tingkat signifikansi 5%, setiap peningkatan satu-satuan IPM dapat
meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi secara signifikan sebesar 0.060
satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Pada tingkat signifikansi 1%, setiap peningkatan 1% UMK dapat
meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi secara signifikan sebesar
0.965% dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Pada tingkat signfikansi 1%, setiap peningkatan satu-satuan tingkat
kemiskinan dapat meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi secara
signifikan sebesar 0.046 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap
e. Uji Normalitas
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Model II
Smaller Group D P-Value
Resid1 0.1433 0.440
Cumulative -0.1147 0.591
Combine K-S 0.1433 0.806
Sumber: Data diolah, 2019.
Dari data diatas, uji normalitas terpenuhi karena nilai Combined K-S lebih
besar dari α sehingga Model I memiliki distribusi normal.
f. Uji Non-Heterokedastisitas
Tabel 7. Hasil Uji Non-Heterokedastisitas Model II
Chi2 (1) 2.54
Prob > Chi2 0.1108
Sumber: Data diolah, 2019.
17
Uji Non-Heterokedastisitas terpenuhi karena nilai Prob>Chi2 lebih besar
dari nilai α.
g. Uji Non-Multikolinearitas
Tabel 8. Hasil Uji Non-Multikolinearitas Model II
Variabel VIF 1/VIF
Model I Model II
Sigma_u 0 0
Sigma_e 0.1390 0.1399
Rho 0 0
Sumber: Data diolah, 2019.
Jika nilai rho > α maka model fixed effect lebih baik daripada common
effect. Namun dari tabel diatas baik Model I maupun Model II memiliki nilai rho
< α sehingga model common effect lebih baik daripada model fixed effect.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka simpulan dari penelitian ini
adalah:
5.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Ardyan, Wahyu S, & Mulyo, Hendarto. (2012). Analisis pengaruh aglomerasi,
Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk, dan Modal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Kendal. Journal of Economics, 1(1),1-6.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Yogyakarta.
Astuti, Windy Ayu, dkk. (2017). Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan
Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Pelalawan. Jurnal Akuntansi dan Ekonomika, Vol. 7 No. 2, Desember
2017
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2018. Jumlah Penduduk: Daerah
Istimewa Yogyakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2018. Upah Minimum Kabupaten
(UMK): Daerah Istimewa Yogyakarta: Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2018. Tingkat Kemiskinan: Daerah
Istimewa Yogyakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Manusia: Daerah Istimewa
Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2013). Estimasi Parameter Demograf: Tren Fertilitas,
Mortalitas, dan Migrasi. Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta.
Bappenas. 2004. Rencana Strategik Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia.
Jakarta:Bappenas
Denni Sulistio Mirza. 2012. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan
Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa
Tengah Tahun 2006-2009.Jurnal ekonomi, Hal. 1-15.
Dewi, Nyoman LY Dan Sutrisna, I Ketut. (2014). Pengaruh Komponen Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali.
EJurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Bali, Vol.3, No.3.
Bali.
Jaya, I.G. N. M, & N. Sunengsih. 2009. Kajian Analisis Regresi dengan Data
Panel. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Yogyakarta: Universitas
NegeriYogyakarta
Jhingan, ML. 2013. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta:PT Raja
Graindo;Jakarta
Jonaidi, Arius. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di
Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, Vol. 1, No. 1, April 2012
Nurkse, Ragnar. 1964. Masalah Pembentukan Modal di Negara-negara yang
sedang membangun terjemahan Hutagalung. Jakarta:Bhatara.
Pemerintah Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Yang
Mengatur Tentang ketenagakerjaan. Lembaran Negara RI Tahun 2008
No. 18. Jakarta: Sekretariat Negara.
Ruanda S, Neng Sova. 2017. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah
Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Banten.
Diploma atau S1 thesis, Universitas Islam Negeri "Sultan Maulana
Hasanuddin" Banten
20
Todaro, Michael P. dan Stephen C. S. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga Edisi Ketujuh. Jakarta:Erlangga.
Tarigan, Robinson. (2015). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
UNDP. 1995. Human Development Report 1995. New York: Oxford University
Press
Wicaksono, Eko, P. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi (Studi kasus : Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah): Universitas Diponegoro
21
LAMPIRAN
UMK (Upah
Laju Jumlah Tingkat
Kab/Kota Tahun Pertumbuhan IPM Penduduk Minimum
Kemiskinan
Kabupaten)
Bantul 2014 5.04 77.11 913407 1125500 15.89
Bantul 2015 4.97 77.99 919440 1163800 16.33
Bantul 2016 5.06 78.42 928676 1297700 14.55
Bantul 2017 5.10 78.67 927181 1404760 14.07
Sleman 2014 5.30 80.73 1063448 1127000 9.5
Sleman 2015 5.18 81.20 1075126 1200000 9.46
Sleman 2016 5.25 82.15 1079210 1338000 8.21
Sleman 2017 5.35 82.85 1046622 1448385 8.13
Gunung
2014 4.54 67.03 749447 988500 20.83
Kidul
Gunung
2015 4.82 67.41 755744 1108249 21.73
Kidul
Gunung
2016 4.89 67.82 762452 1235700 19.34
Kidul
Gunung
2017 5.00 68.73 757169 1337650 18.65
Kidul
Kulon Progo 2014 4.57 70.68 417473 1069000 20.64
Kulon Progo 2015 4.62 71.52 436123 1138000 21.40
Kulon Progo 2016 4.76 72.38 445293 1268870 20.30
Kulon Progo 2017 5.97 78.89 446028 1373600 20.03
Kota
2014 5.28 83.78 407904 1173300 8.67
Yogyakarta
Kota
2015 5.09 84.56 408823 1302500 8.75
Yogyakarta
Kota
2016 5.11 85.32 412331 1272420 7.70
Yogyakarta
Kota
2017 5.24 85.49 410921 1572200 7.64
Yogyakarta
22
DO FILE STATA
tsset id tahun
//Model 1//
vif //non-heterokedastisitas
hettest //non-multikolinearitas
predict resid1, r
summarize resid1
//Model 2//
vif //non-heterokedastisitas
hettest //non-multikolinearitas
summarize resid1
23