Anda di halaman 1dari 65

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH I MEDAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

JUDUL LAPORAN PENINGKATAN KINERJA SATUAN KERJA


“PENINGKATAN KINERJA PPK PKP DALAM PENGENDALIAN MELALUI
MANAJEMEN RISIKO”
(Studi Kasus : Kegiatan Kotaku Livelihood Kelurahan Mangsang, Kota Batam)

OLEH :

NAMA : Istiadi Nugroho, ST


NIP : 198005202008031001
UNIT KERJA : Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau

PESERTA PELATIHAN

Istiadi Nugroho, ST
NIP. 198005202008031001

MENGETAHUI MENYETUJUI
COACH MENTOR

Ir. Muhammad Maliki Moersid, Albert Reinaldo, ST, MSi, MSc


MCP NIP. 196801291996031002
NIP.196012251990031004
PENINGKATAN KINERJA SATUAN KERJA (PKSK)

PENINGKATAN KINERJA PPK PKP DALAM PENGENDALIAN MELALUI


PENERAPAN MANAJEMEN PENGENDALIAN RISIKO
Studi Kasus : Kegiatan Kotaku Livelihood Kelurahan Mangsang, Kota Batam

ISTIADI NUGROHO S.T.


NIP. 198005202008031001
NO. URUT : 16

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH I MEDAN


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK)
Pendidikan dan Latihan Pejabat Inti Satuan Kerja Tahun 2021, Balai Pengembangan
Kompetensi PUPR Wilayah I Medan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berjudul Peningkatan
Kinerja PPK PKP Dalam Pengendalian Melalui Manajemen Risiko stusi .

Laporan ini merupakan bagian dari tugas yang perlu diselesaikan pada Pendidikan dan
Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Balai
Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah I Medan, Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Laporan
Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK) merupakan implementasi dari Peningkatan
Kinerja Satuan Kerja (PKSK), dimulai dari jangka pendek selama 1 bulan dari bulan Juli
2021, jangka menengah 6 bulan dari bulan Agustus 2021 sampai dengan Januari 2022
dan jangka panjang dari bulan Februari sampai dengan Juli tahun 2022..
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
2. Direktur Kepatuhan Intern
3. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau
4. Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah I Medan, BPSDM Kementerian
PUPR
5. Coach
6. Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Kepulauan Riau
7. Widyaiswara dan para narasumber
8. Tim Pengendali Risiko
9. Isteri, anak-anak dan orang tua
10. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan Peningkatan Kinerja
Satuan Kerja (PKSK)

Besar harapan dengan tersusunnya laporan ini, terjadi peningkatan kinerja organisasi
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau terutama pada Satuan Kerja
Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Kepulauan Ria, dan pada PPK
Pengembangan Kawasan Permukiman pada khususnya.
Saya menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan Peningkatan Kinerja
Satuan Kerja (PKSK) ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi
perbaikan laporan ini.

Agustus 2021
Penyusun

Istiadi Nugroho, ST
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi ............................................................................................................. i
Daftar Gambar .................................................................................................... ii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Dukungan SDM PPK PKP ...................................................... 6
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................ 6
1.4 Tujuan ..................................................................................... 10
1.5 Manfaat dan Lingkup.............................................................. 11

BAB II DESKRIPSI GAGASAN PKSK


2.1. Deskripsi PKSK ..................................................................... 13
2.2. Rencana Organisasi PKSK ..................................................... 14
2.3. Pemetaan Stakeholder dan Strategi Komunikasi ………….... 14
2.4. Potensi Kendala dan Strategi Penanganan .............................. 16
2.5. Tahapan Fase Aktualialisasi ..................................................... 17

BAB III OUTPUT PKSK


3.1. Output PKSK………………..................................................... 20
3.2. Komunikasi PKSK…………………….................................... 28

BAB IV HASIL PELAKSANAAN PKSK


4.1. Persandingan Antara Rencana dan Pelaksanaan...................... 30
3.2. Hasil Pelaksanaan ................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI ……………..…………..….. 35

LAMPIRAN PENDUKUNG
DAFTAR
GAMBAR

Gambar 1. Struktur Balai PPW .................................................................................. 3


Gambar 2. Gagasan PKSK…………..………………………..……......................... 1 3
Gambar 3. Struktur Organisasi PKSK ...................................................................... 14
Gambar 4. Tingkat Kewenangan dan Kepentingan Stakeholders.............................. 15
Gambar 5. Jejaring Steakholdrs dengan PPK PKP .....................................................15
Gambar 6. Nota Dinas PPK dan Kasatker …… .........................................................20
Gambar 7. SK Tim Pengendali Risiko 19…………….……….................................. 20
Gambar 8. Mentoring 1…………………………………….….................................. 21
Gambar 9. Notulensi Mentoring 1…………………………….................................. 21
Gambar 10 Mentoring 2 ……………………..............................................................22
Gambar 11. Notulensi Mentoring 2 ………………...…………..................................22
Gambar 12. Perumusan Profil Risiko …………………………..................................23
Gambar 13. Notulensi Perumusan Profil Risiko 1 ……………..................................23
Gambar 14. Notulensi Perumusan Profil Risiko 2 ……………..................................24
Gambar 15. Koordinasi dengan Pokja PKP …………………..................................24
Gambar 16 Notulensi Koordinasi Pokja PKP ………..………..................................25
Gambar 17. Koordinasi dengan Tim Kotaku ………………….................................25
Gambar 18. Notulensi Koordinasi Tim Kotaku ..……………...................................26
Gambar 19. Koordinasi dengan Direktorat Pembina ………….................................26
Gambar 20. Surat Undangan Koordinasi dengan Direktorat Pembina ……...............27
Gambar 21. Notulensi Koordinasi dengan Direktorat Pembina .................................27
Gambar 22. Strategi Komunikasi dan Jejaring Stakeholder …..................................28
Gambar 23. Perubahan Kuadran Stakeholder …………………….............................28
Gambar 24. Dukungan Stakeholder (Walikota Batam) ………...................................29
DAFTAR
TABEL

Tabel. 1 Analisis Permasalahan ………………………………………………………….8


Tabel. 2 Permasalahan Saat ini …………………………………………………………...9
Tabel 3. Tujuan perubahan jangka pendek, menengah, dan Panjang ……………………9
Tabel 5. Identifikasi dan Potensi Kendala ………………………………………………16
Tabel 6. Kriteria Kunci Keberhasilan …………………………………………………...16
Tabel 7. Jadwal Rencana Kegiatan Jangka Pendek ……………………………………..18
Tabel 8. Jadwal Rencana Kegiatan Jangka Menengah (Agustus-Januari 2021) ………..18
Tabel 9. Jadwal Rencana Kegiatan Jangka Panjang (Tahun 2022) ……………………..19
Tabel 10. Sandingan Rencana dan Realisasi pelaksanaan Jangka Pendek ……………...31
Tabel 11. Pernyataan Risiko-Dampak …………………………………………………..32
Tabel 12. Rekap Profil Risiko …………………………………………………………..33
Tabel 13. Riskmap ………………………………………………………………………33
Tabel 14. Risk Register …………………………………………………………………34
Tabel 15. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ………………………………………………...34

0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
menyebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan permukiman bertujuan dilakukan untuk
mewujudkan lingkungan hunian yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang
berkelanjutan.

Pidato Presiden mengenai visi Indonesia kedepan pada tanggal 14 Juli 2019, menyebutkan
bahwa pembangunan infrastruktur harus berhubungan dengan kawasan industri rakyat,
ekonomi khusus, pariwisata, kawasan persawahan, perkebunan dan perikanan. Sedangkan
untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM) perlu ditekankan pada pelatihan vokasi dan
vocational school.

Sejalan dengan hal itu, Arahan Menteri pada Rapat Kerja Kementerian PUPR tahun 2019,
kebijakan kedepan yang perlu dilakukan:
a) Mendorong pengembangan skema pembiayaan kreatif;
b) Pengembangan SDM;
c) Mendukung mitigasi bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi; dan
d) Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman yang menciptakan
ekonomi baru.

Di sisi lain Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR melaksanakan Program Kota
Tanpa Kumuh (KOTAKU) atau National Slum Upgrading Project (NSUP) untuk menjawab
tantangan penanganan kawasan kumuh di Indonesia. Program KOTAKU dibiayai oleh
berbagai sumber dari Pemerintah Pusat dan Daerah, pihak swasta, masyarakat, serta beragam
donor seperti Bank Pembangunan Islam, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan lain-lain.

Program KOTAKU merupakan respon langsung terhadap RPJMN 2015-2019 dan dirancang
untuk peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh dengan mempertahankan
prinsip-prinsip yang mengedepankan upaya memperkuat peran pemerintah daerah dan
masyarakat.

Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh dalam
program KOTAKU dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu: Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
(SEL). Kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman berupa pemenuhan terhadap 7
(tujuh) + 1 (satu) indicator kumuh, yaitu keteraturan bangunan, jalan lingkungan, drainase
lingkungan, air minum, air limbah, persampahan, proteksi kebakaran dan Ruang Terbuka Hijau

1
(RTH). Selain itu, terdapat kegiatan sosial dan ekonomi berupa kegiatan peningkatan
penghidupan masyarakat secara berkelanjutan (sustainable livelihood), salah satunya adalah
Kegiatan Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK).

Infrastruktur Berbasis masyarakat (IBM) adalah kegiatan infrastruktur yang diusulkan,


direncanakan dan dilaksanakan langsung oleh masyarakat secara swakelola melalui Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM)/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) ditingkat
Kelurahan/Desa. Pelaksanaan secara swakelola melibatkan berbagai stakeholders dengan
berbagai latar belakang. Tantangannya adalah dalam mengorganisir sumber daya manusia
dengan berbagai latar belakang dan kepentingan. Apabila pengelolaan sumber daya ini tidak
terkendali berpotensi terjadinya resiko tidak tercapainya tujuan dan kualitas infrastruktur yang
diharapkan.

Pada tahun 2020 Provinsi Kepulauan Riau mendapat lokasi 4 kegiatan di 3 kota/kabupaten
dengan alokasi Rp.4 M. Masing-masing lokasi mendapatkan alokasi sebesar Rp. 1 M. kegiatan
ini merupakan kegiatan yang baru dalam program KOTAKU. Jenis fasilitas yang dibangun
terdiri 3 bangunan Gedung dan 1 tambatan perahu.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaa kegiatan infrastruktur pendukung
livelihood ditemukan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Penyusunann Perencanaan terlambat
2. Pelaksanaan terlambat
3. Pengendalian kegiatan belum optimal
4. Pemanfaatan belum sepenuhnya terlaksana

Keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan infrastruktur pendukung livelihood tahun 2020


disebabkan karena belum diterapkannya pengendalian berbasis manajemen risiko. Apabila
manajemen risiko belum diterapkan tentunya pada pelaksanaan Tahun Anggaran 2021 akan
terjadi juga keterlambatan.

Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka perlu dilakukan kajian atas


permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan infrastrtuktur berbasis masyarakat di
Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2020 untuk meningkatkan kinerja pengendalian
PPK PKP melalui penerapan manajemen risiko pada kegiatan infrastruktur pendukung
livelihood di Kelurahan Mangsang Kecamatan Sei Beduk Kota Batam tahun 2021.

2
1.2 Dukungan SDM PPK PKP
1.2.1 Organisasi Balai PPW Kepri

Dalam rangka mendukung peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Unit
Pelaksana Teknis serta penyesuaian tugas dan fungsi dari Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, perlu dilakukan penyesuaian tugas fungsi serta organisasi
dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

Balai Prasarana Permukiman Wilayah mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan


penyiapan teknis, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan sarana dan
prasarana permukiman, pengelolaan informasi pelaksanaan pembangunan permukiman,
penanggulangan pasca bencana, dan fasilitasi serah terima asset (Permen PUPR No. 16
Tahun 2020, Pasal 130).

Gambar 1. Struktur Balai PPW

Tugas dan fungsi Balai Prasarana Permukiman yaitu:


a. Penyusunan rencana teknis program, dan anggaran pembangunan sarana dan prasarana
permukiman;
b. Penyiapan analisis teknis dan evaluasi terhadap kelayakan program pembangunan
sarana dan prasarana perdmukiman;

3
c. Pelaksanaan, pengendalian teknis, dan pengawasan pembangunan system penyediaan
air minum, pengelolaan air limbah domestic, pengelolaan drainase lingkungan, dan
pengelolaan persampahan, penataan bangunan Gedung, pengembangan Kawasan
permukiman, dan pengembangan sarana prasarana strategis;
d. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pembangunan sarana dan prasarana
permukiman;
e. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan asset pembangunan sarana dan prasarana sampai
dengan serah terima aset;
f. Fasilitasi penyampaian usulan daerah dan koordinasi pemangku kepentingan bidang
pembangunan sarana dan prasarana permukiman;
g. Fasilitasi pengadaan lahan dan serah terima asset;
h. Fasilitasi pengelolaan rumah negara;
i. Pengelolaan tanggap darurat dan pelaksanaan dukungan penanggulangan pasca
bencana serta kerusuhan social;
j. Pemberdayaan masyarakat bidang pembangunan sarana dan prasarana permukiman;
k. Pelaksanaan penerapan system manajemen keselamatan konstruksi;
l. Pengelolaan system informasi bidang pembangunan sarana dan prasarana permukiman,
dan
m. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

Dalam kajian ini penulis mengambil tema dari salah satu tugas dan fungsi Balai Prasarana
Wilayah yaitu “Pelaksanaan, pengendalian teknis, dan pengawasan pembangunan system
penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestic, pengelolaan drainase lingkungan,
dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan Gedung, pengembangan Kawasan
permukiman, dan pengembangan sarana prasarana strategis.”

Berdasarkan pengalaman pelaksanaan Tahun Anggran 2020 kegiatan program KOTAKU


terdapat 3 kegiatan yaitu kegiatan infrastruktur skala lingkungan, infrastruktur pendukung
livelihod dan infrastruktur skala kawasan. Kegiatan infrastruktur skala lingkungan di 5
kelurahan di 3 kabupaten dengan alokasi Rp. 5 M. kegiatan infrstruktur pendukung
livelihood di 4 kelurahan di 3 kota/kab dengan alokasi Rp. 4 M. Sedangkan kegiatan skala
kawasan di 2 kawasan di 2 kota dengan alokasi Rp. 42 M.

Dari 3 kegiatan tersebut pada pelaksanaan kegiatan infrastruktur pendukung livelihood


yang berada di 4 kelurahan dengan alokasi Rp. 4 M terlambat dalam pelaksanaan dan
pelaporannya. Keterlambatan teridentifikasi di perencanaan, pelaksanaan dan

4
pemanfaatan Penulis ingin melakukan kajian lebih mendalam apa faktor penyebab
terjadinya hal tersebut dengan harapan sebagai perbaikan kinerja pada pelaksanaan Tahun
Anggaran 2021.

Dalam Pelaksanaan Pengendalian terdapat 3 lini pertahanan (Three Lines of Defence)


Model Koordinasi Manajemen Risiko dalam suatu organisasi yaitu :

1. First line of defence (Balai PPW Kepri/PPK PKP)


2. Second line of defence (Unit Kepatuhan Intern)
3. Third line of defence (Inspektorat Jenderal)

Model THE 3 LINES OF DEFENCE ( Model 3LD) membedakan/memisahkan antara


fungsi-fungsi bisnis sebagai berikut:

1. Fungsi-fungsi pemilik risiko (owning risks/risk owner) dengan fungsi-fungsi yang


menangani risiko (managing risks), dan
2. Fungsi-fungsi yang mengawasi risiko (overseeing risks) dengan fungsi-fungsi yang
menyediakan pemastian independen (independent assurance)
3. Kesemua fungsi tersebut memainkan dalam platform Enterprise Risk Management
(ERM) baik untuk organisasi korporasi perbankan atau sektor riil, maupun
organisasiorganisasi pemerintahan

Dalam model 3 THE 3 LINES OF DEFENCE PPK PKP ataupun Balai masuk dalam lini
pertahanan pertama.

Pertahanan lapis pertama dilaksanakan oleh unit atau komponen atau fungsi bisnis yang
melakukan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang merupakan garis
depan atau ujung tombak organisasi. Dalam hal ini mereka diharapkan untuk:

1. Memastikan adanya lingkungan pengendalian (control environment) yang kondusif di


unit bisnis mereka.
2. Menerapkan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan sewaktu menjalankan
peran dan tanggung jawab mereka terutama dalam mengejar pertumbuhan
perusahaan→mereka diharapkan secara penuh kesadaran mempertimbangkan faktor
risiko dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
3. Mampu menunjukkan adanya pengendalian internal yang efektif di unit bisnis mereka,
dan juga adanya pemantauan dan transparansi terhadap efektifitas pengendalian
internal tersebut

5
1.2.2 Dukungan SDM PKP

PPK PKP melakukan sebagian tugas Kepala Satuan Kerja dalam melakukan administrasi
realisasi keuangan dan kegiatan sesuai rencana dan DIPA yang telah ditetapkan untuk
mendukung ketercapaian target realisasi anggaran.
§ Pelaksana Teknik
Melakukan penyusunan konsep dokumen rencana kegiatan program usulan rencana
operasional dan RKA-KL serta penyusunan konsep laporan kegiatan Sekretariat
Direktorat Jenderal sesuai peraturan yang berlaku untuk dukungan administrasi Satuan
Kerja
§ Penata Keuangan (Pelaksana Administrasi)
Melakukan penyusunan konsep usulan administrasi keuangan, kas dan perbendaharaan
serta pengumpulan dan updating data pegawai sesuai peraturan yang berlaku untuk
pemenuhan dukungan layanan keuangan.
§ Penata Teknik
Melakukan pengawasan fisik pada kegiatan pra dan pasca kontrak (setelah kegiatan
berakhir) pada pekerjaan di unit Pejabat Pembuat Komitmen terkait berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam dokumen kontrak untuk menyelaraskan kegiatan
pembangunan dengan rencana yang telah ditetapkan.
§ Petugas Teknik
Melaksanakan pengawasan paket secara rutin di lapangan berdasarkan arahan Penata
Teknik sesuai dengan bidang pengasan pekerjaan masing-masing untuk membantu
proses pengawasan fisik.

SDM PPK PKP

Dalam pelaksanaan tugas PPK PKP didukung dengan 6 orang staff yang terdiri dari:
- Pendidikan S2 = 2 orang;
- Pendidikan S1 = 2 orang;
- Tamat SMA = 2 orang.

1.3 Identifikasi Masalah


Permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur seringkali terjadi keterlambatan
yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya kesiapan
pelaksana, SDM, dan kapasitas. Sementaran factor eksternal diantaranya dukungan masyarakat
dan pemerintah daerah.

6
Penyediaan infrastruktur merupakan tugas Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam pelaksanaan perlu dilakukan pengendalian untuk
memastikan tujuan dan sasaran pembangunan tercapai. Pencapaian pembangunan sebagai
wujud good governance melalui sistem pengendalian internal pemerintah.

Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Bahwa untuk melaksanakan manajemen risiko secara komprehensif di Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat serta melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, perlu
menetapkan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

Pelaksanaan infrastruktur berbasis masyarakat seringkali terjadi keterlambatan baik dari


perencanaan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan. Beberapa permasalahan yang sering
timbul dalam pembangunan infrastruktur skala lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Lambatnya penyelesaian perencanaan


b. Terlambatnya penyelesaian pekerjaan;
c. Kelembagaan yang masih lemah;
d. Kualitas infrastruktur yang rendah;
e. Lemahnya pengendalian;
f. Dukungan pemerintah daerah yang rendah;
g. Penyusunan laporan pertanggungjawaban yang lambat;

7
h. Pengadministrasian yang lemah;
i. Pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun belum optimal.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaa kegiatan infrastruktur pendukung
livelihood ditemukan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Penyusunan Perencanaan terlambat
2. Lemahnya Dukungan BKM
3. Pengendalian kegiatan belum efektif
Permasalahan yang ditemukan di atas dilakukan analisis permasalahan dengan skoring
disajikan pada tabel 1 berikut:
Tabel. 1 Analisis Masalah (USG)

Keterangan:berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)

Aspek Pengendalian menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan program, namun demikian
proses pengendalian berbasis resiko tetap mengacu pada business process dalam pelaksanaan
kegiatan secara menyeluruh. Berdasarkan penilaian terhadap permasalahan yang muncul
sebagaimana tabel di atas terdapat 4 permasalahan yang menonjol yaitu:
1. Proses perencanaan terlambat;
2. Belum optimalnya pengendalian dilapangan pada pelaksanaan;
3. Penyusunan LPJ terlambat;
4. Belum optimalnya pemanfaatan.
Dari hasil analisis permasalahan yang ditemukan disebabkan oleh pelaksanaan pengendalian
yang belum efektif akibat masih lemahnya pengendalian berbasis manajemen resiko. Apabila
tidak segera ditasi maka akan terjadi kembali keterlambatan dalam pelaksanaan Tahun
Anggaran 2021. Ini akan berdampak pada tidak tercapainya target kinerja PPK PKP dan tujun
dan fungsi Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau.

8
Tabel. 2 Permasalahan Saat ini

Permasalahan pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan infrastruktur pendukung livelihood


tahun 2020 dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tujuan perubahan jangka pendek, menengah, dan Panjang


No Identifikasi Permasalahan Uraian Masalah
1 Proses perencanaan a. Pengurusan perizinan penggunaan lahan terlambat (4
terlambat bulan)
Penggunaan lahan untuk kegiatan infrstruktur
pendukung livelihood dengan status lahan hibah.
Kondisi lapangan lahan yang akan digunakan berasal
dari hibah developer, masyarakat, pemerintah daerah.
- Lahan yang bersumber dari hibah masyarakat tidak
terlalu lama prosesnya memakan waktu 1 minggu
(Lubuk Puding). Penerbitan SPPL memakan waktu
1 bulan.
- Hibah dari developer memakan waktu yang lama
dengan alur proses hibah dari dari developer ke
pemerintah kota kemudian dari pemko ke
masyarakat memakan waktu 3 bulan. Sebelum
hibah dari developer perlu pengecekan PL
(Penetapan Lokasi), pemecahan sertifikat
developer dengan yang akan digunakan.
Pengurusan SPPL 1 bulan (Duriangkang)
pengurusan SPPL 3 bulan.
- Izin pakai lahan pemerintah daerah memakan
waktu 3 bulan
Penelusuran kewenangan asset dan pengurusan
izin memakan waktu 3 bulan (Tebing). Pengurusan
SPPL memakan waktu 2 bulan
b. Perencanaan dan penyepakatan design lambat (4
bulan)
Proses penyusunan disegn diawali dengan penggalian
gagasan melalui rembug warga, hasil penggalian
gagasan dituangkan dalam pra design selanjutnya di
sampaikan Kembali kepada masyarakat, hasil ini

9
mendapatkan kesepakatan design. Proses ini
memakan waktu 3 bulan. Setelah design disepakati
dilanjutkan dengan penyusunan DED dan RAB
memakan waktu 1 bulan.
c. Penyepakatan kriteria penerima pemanfaat (1 bulan)
Hasil identifikasi penerima manfaat lebih banyak
dibandingkan dengan daya tampung fasilitas yang
akan dibangun maka perlu diseleksi penerima manfaat
yang akan menggunakan fasilitas. Sehingga perlu
penetapan kriteria penerima manfaat. Penetapan
kriteria melalui rembug masyarakat, untuk
menghasilkan kesepakatan diperlukan beberapa kali
pertemuan (5 kali rembug) memakan waktu 1 bulan.
d. Seleksi penerima manfaat (2 minggu)
Setelah ditetapkan penerima manfaat dilakukan
seleksi penerima manfaat, proses seleksi memakan
waktu 2 minggu.
e. SDM
Fasilitator pendamping khususnya fasilitator Teknik
dengan basic Teknik sipil/arsitek umumnya adalah
baru lulus dan belum punya pengalaman dalam
penyusunan DED dan RAB dari 8 orang terdapat 6
orang yang belum pengalaman dan baru lulus.
2 Belum optimalnya a. Belum optimalnya MP2K
pengendalian dilapangan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
pada pelaksanaan (MP2K) yaitu musyawarah persiapan untuk
menjelaskan kesepatan dan rencana pelaksanaan.
Menjelaskan dalam mengimplementasikan DED dan
RAB kepada KSM dan masyarakat. Pembagian kerja
dan jadwal pelaksanaan (Schedule).
b. Belum optimalnya pengendalian lapangan
Pengendalian dilakukan melalui pemantauan dari
laporan harian pekerjaan, catatan hasil kunjungan
fasilitator. Pada
c. SDM di KSM dan fasilitator masih lemah.
Dari 8 fasilitator 6 fasilitator belum pengalaman dan
fresh graduate. KSM tidak punya personil dengan
basic lulusan STM bangunan dan ekonomi
3 Penyusunan LPJ terlambat Lemahnya SDM
KSM tidak punya personil dengan latar Pendidikan
ekonomi pembukuan sehingga lemah dalam pengelolaan
pembukan dan pengadministrasian. Dari 4 KSM, 3 KSM
selalu terlambat dalam melakukan pencatatan
pembukuan
4 Belum optimalnya Dari 4 infrastruktur yang terbangun baru 2 yang telah
pemanfaatan termanfaatkan dikarenakan:
a. Terlambat serah terima pekerjaan
b. Kesepakatan aturan bersamayang telah disepakati
belum semuanya dapat ditterapkan
Proses selanjutnya akan dilaksanakan dengan melakukan perumusan mengenai manajemen
risiko yang tertuang dalam profil risiko.

10
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik
itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dari suatu program. Risiko tidak dikelola dengan baik maka akan
mengakibatkan kerugian serta hambatan yang terjadi sehingga program tidak berjalan dengan
baik. Namun, jika risiko dikelola dengan baik, tepat dan cepat maka segala kerugian dapat
dimiinimalisir, dan program dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Manajemen risiko dilakukan dengan menerapkan dan melaksanakan program-program yang
dilaksanakan agar dapat menghindari risiko (risk advoidnace), mengurangi risiko (risk
management), memindahkan risiko (risk transfer), penahanan risiko (risk retention).
Manajemen risiko dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur perlu dilkaukan agar dapat
mengantisipasi, mengelola serta mengantispasi risiko yang terjadi. Proses manajemen risiko
dimulai dari identifikasi risiko, pengukuran risiko, pengendalian risiko dan evaluasi risiko.
Proses-proses tersebut bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses yang bekerja dalam
keseluruhan strategi oganisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.

1.4 Tujuan
“Melakukan langkah pengendalian dengan Manajemen Risiko”
JANGKA PENDEK
• Menyusun Profil Risiko
JANGKA MENENGAH
• Implementasi dan Pemantauan Manajemen Risiko
JANGKA PANJANG
• Mengevaluasi Implementasi Manajemen Risiko

1.5 Manfaat dan Lingkup


Melalui penerapan manajemen pengendalian risiko diharapkan terjadi perubahan bagi:
a. Individu
Sebagai tools pengendalian PPK dalam pelaksanaan kegiatan yang teradministrasi
dalam profil risiko.
b. Organisasi
(1) Terkendalinya pelaksanaan kegiatan pada satuan kerja
(2) Mampu menerapkan manajemen risiko dalam pelaksanaan kegiatan
c. Stakeholders
Terjadinya koordinasi efektif dalam pengendalian pelaksanaan kegiatan.

11
Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan Kotaku Livelihood di Keluarahan Mangsang-
Kota Batam, dengan menerapkan manajemen Risiko melalui:
1. Pembentukan Tim Pengendali Risiko, melalui SK Ka. Balai PPW Kepri;
2. Penyusunan Profil Risiko;
3. Internalisasi Tim Pengendaian Risiko;
4. Koordinasi dengan Stakeholders melalui rapat lapangan atau daring.

12
BAB II
DESKRIPSI GAGASAN PKSK

2.1 Deskripsi PKSK


Adapun judul gagasan PKPSK yaitu Peningkatan Kinerja Pengendalian PPK PKP melalui
Manajemen Risiko studi kasus Kegiatan KOTAKU Livelihood di Kelurahan Mangsang
Kecamatan Sei Beduk Kota Batam.

Manajemen Risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, menilai, mengelola, dan


mengendalikan peristiwa atau situasi potensial untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tujuan organisasi. Proses manajemen risiko adalah
penerapan kebijakan, prosedur, dan praktik manajemen yang bersifat sistematis atas
aktivitas penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
respons risiko, pemantauan, serta informasi dan komunikasi.

Gambar 2. Gagasan PKSK


03Gagasan Perubahan

1. Proses perencanaan terlambat; 1. Tercapainya Perencanaan yang sesuai


2. Pengendalian di lapangan masih belum dengan jadwal;
PENGENDALIAN
dilakukan berjenjang; 2. Tercapainya pengendalian berjenjang;
BELUM OPTIMAL
3. Penyusunan LPJ terlambat; 3. Penyusunan LPJ Tepat Waktu;
4. Terdapat 2 lokasi dari 4 lokasi kegiatan 4. Semua kegiatan Livelihood dapat
Livelihood tahun 2020 yang belum termanfaatkan.
dimanfaatkan.

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PENGENDALIAN

PENINGKATAN KINERJA PENGENDALIAN PADA PPK PKP

Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PISK) ini akan menghasilkan suatu instrumen yang
menjadi salah satu upaya optimalisasi dan pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan
Infrastruktur Berbasis Masyarakat melalui penerapan manajemen risiko pada kegiatan
infrastruktur pendukung livelihood. Diharapkan dengan adanya instrumen ini,
peningkatan kinerja pengendalian PPK PKP sehingga dapat memberikan dampak positif
terhadap para stakeholders yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur pendukung
livelihood di Kelurahan Mangsang Kecamatan Sei Beduk Kota Batam Tahun 2021.

13
2.2 Rencana Organisasi PKSK
Gambar 3. Struktur Organisasi PKSK

Dalam kegiatan PKSK ini PPK PKP sebagai Project Leader yang mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan pengendalian melalui manajemen risiko dibantu oleh Tim Pengendali Risiko yang
dibentuk berdasarkan SK Kepala Balai.

2.3 Pemetaan Stakeholder dan Strategi Komunikasi


Dalam pelaksanaan infrastruktur pendukung Livelihood adpun pihak-pihak yang
berkepentingan dari internal dan eksternal. Adapun hasil pemetaan stakeholders;
1. Internal
1. Dir. PKP
2. Dir. KI
3. Ka. BPPW Kepri
4. Ka. Satker PPP Provinsi Kepri
5. PPK Perencanaan
6. KMW OC 3
7. Korkot Kota Batam
2. Eksternal
1. Walikota Batam
2. Pokja PKP
3. BKM
4. KSM
5. KPP
6. Masyarakat
Dari hasil pemeteaan stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan infrastruktur
pendukung livelihood dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kewenangan dan

14
kepentingannya. Pengelompokan stakeholders tingkat kewenangan dan kepentingan disajikan
pada gambar 4.
Gambar 4. Tingkat Kewenangan dan Kepentingan Stakeholders

Dari hasil pemeteaan Steakholders yang terlibat dalam Infrastruktur Pendungkung Livelihood
dapat digambarkan hubungannya PPK PKP. Bentuk Hubungan Stakeholders dengan PPK PKP
ditampilkan pada gambar 5.

GAMBAR 5. Jejaring Steakholdrs dengan PPK PKP

15
2.4 Potensi Kendala dan Strategi Penanganan
Adapun Identifikasi Potensi Kendala Melalui Penerapan Manajemen Risiko dapat disajikan
pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Identifikasi dan Potensi Kendala


No KENDALA RISIKO STRATEGI
1 Belum Terselenggaranya Manajemen Proses pengendalian dan • Tim Pengendali Risiko
Risiko pelaksanaan terhambat • Profil Risiko
• Internalisasi
2 Pandemi Covid 19 Proses pengendalian dan • Pembatasan kunjungan
pelaksanaan terhambat lapangan
• Pemantauan secara daring
3 Belum dipahami parameter pengendalian Proses implementasi • Internalisasi
manajemen pengendalian lapangan pada terhambat • Rapat koordinasi
steakholders • Evaluasi

Adapun Kriteria Kunci Keberhasilan Pada Pengendalian Manajemen Risiko Tersaji Pada
Tabel Berikut.Tabel 6
Tabel 6. Kriteria Kunci Keberhasilan

KRITERIA FAKTOR KUNCI


NO KEGIATAN OUTPUT
KEBERHASILAN KEBERHASILAN

1 Pembentukan Tim Pengendali SK Kabalai Dapat diterbitkan pada Pembentukan tim yang
Risiko Minggu 1 Bulan Juli solid dalam
2021 penyelenggaraan
Manajemen risiko
2 Penyusunan Profil Risiko Laporan Dapat disepakati Koordinasi dan
dimulai pada minggu komunikasi efektif
ke 2 bulan juli 2021 dalam penyusunan
profil risiko
3 Internalisasi Tim Pengendali Laporan Dapat di laksanakan Kesepahaman dan
Risiko bulan Agustus 2021 penentuan rancana
kerja pelaksanaan
Manajemen Risiko
4 Pengendalian Lapangan Laporan Dilaksanakan Kesepahaman antara
pengendalian lapangan tim dan steakholders
selama 6 bulan dalam implementasi
pengendalian

16
KRITERIA FAKTOR KUNCI
NO KEGIATAN OUTPUT
KEBERHASILAN KEBERHASILAN

(program jangka manajemen


menengah) Risiko,Melalui
kunjungan lapangan
dan metode daring
5 Rapat Pengendalian Notulensi Dilaksanakan Dapat dilakukan
pengendalian lapangan pengendalian
selama 6 bulan berjenjang pada
(program jangka pelaksanaan
menengah),setiap 1 pengendalian dan
bulan merumuskan
keberlanjutan
pengendalian
selanjutnya
6 Evaluasi Laporan Dilaksanakan Dapat disusun evaluasi
pengendalian lapangan pelaksanaan
selama 6 bulan pada manajemen Risiko
tahun 2022 secara menyeluruh dan
menjadi pembelajaran
pada penyusunan
profil Risiko
Selanjutnya

2.5 Tahapan pada Fase Aktualisasi


Dalam Upaya Peningkatan Kinerja PPK PKP Melalui Penerapan Manajemen Pengendalian
Risiko dapat disajikan tahapa-tahapan utamanya sebagai berikut;

1. JANGKA PENDEK
Kegiatan yang akan dilakukan dalam rencana jangka pendek periode yaitu Juli 2021
yaitu:
• Pengusulan tim pengendali kepada Kepala Balai;
• Penerbitan SK Kepala Balai tentang tim pengendali manajemen risiko;
• Penyusunan Profil Risiko

17
2. JANGKA MENENGAH

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rencana jangka menengah periode Agustus
2021– Januari 2022 yaitu;

• Internalisasi pengendalian berbasis manajemen risiko di lingkup kegiatan PPK PKP;


• Penerapan pengendalian berbasis manajemen risiko;
• Melakukan rapat-rapat;
• Melakukan pemantauan
• Pengendalian melalui kunjungan lapangan;
• Implementasi dan Pemantauan Manjemen Risiko

3. JANGKA PANJANG (Tahun 2022)

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rencana jangka panjang tahun 2022 yaitu:
• Evaluasi Implementasi Manajemen Risiko 2021;
• Identifikasi langkah-langkah perbaikan;
• Implementasi manajemen risko;
• Rapat-rapat pelaksanaan manajemen risiko;
• Pemantauan dan kujungan lapangan pada perencanaan;
• Pemantauan dan kunjungan lapangan pada pelaksanaan;
• Evaluasi pelaksanaan manajemen risiko 2022; dan
• Laporan pelaksanaan manajemen risiko 2022.

Adapun jadwal Rencana Kegiatan di sajikan di Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9 .


Tabel 7. Jadwal Rencana Kegiatan Jangka Pendek

JULI (MINGGU)
No KEGIATAN OUTPUT
1 2 3 4
1 PENGUSULAN TIM PENGENDALI RISIKO NOTA DINAS

2 DITETAPKANNYA SK TIM PENGENDALI RISIKO


SK
OLEH KEPALA BALAI
3 PERUMUSAN PROFIL RISIKO PROFIL RISIKO

Tabel 8. Jadwal Rencana Kegiatan Jangka Menengah (Agustus-Januari 2021)


BULAN
No KEGIATAN OUTPUT
1 2 3 4 5 6
1 INTERNALISASI TIM
NOTA DINAS
PENGENDALIAN RISIKO

18
2 MELAKUKAN KOORDINASI
SK
DENGAN STEAKHOLDERS

3 MELAKUKAN RAPAT BULANAN PROFIL RISIKO


4 MELAKUKAN PENGENDALIAN
LAPORAN
LAPANGAN

Tabel 9. Jadwal Rencana Kegiatan Jangka Panjang (Tahun 2022)


BULAN
No KEGIATAN OUTPUT
1 2 3 4 5 6
1 RAPAT EVALUASI
IMPLEMENTASI (TAHAPAN LAPORAN
PELAKSANAAN)
2 RAPAT EVALUASI
IMPLEMENTASI (TAHAPAN LAPORAN
PEMANFAATAN)
3 PENYUSUNAN PROFIL RISIKO
LAPORAN
TAHUN BERIKUTNYA

19
BAB III
OUTPUT PKSK
3.1. Output PKSK
3.1.1. Pengusulan Tim Pengendali Risiko
Pengusulan tim pengendali risiko dilakukan oleh Project Leader selaku PPK
kepada Kasatker melalui Nota Dinas, selanjutnya dilanjutkan dengan Nota
Dinas Kasatker kepada Kepala Balai.

09
Laporan
Gambar 6. Nota Hasil
Dinas PPK danPelaksanaan
Kasatker PKSK

Pengusulan Tim Pengendali Risiko melalui Nota Dinas PPK dan Kasatker (02 Juli 2021

3.1.2. SK Tim Pengendali Risiko


Surat Keputusan Tim Pengendali Risiko diterbitkan oleh Kepala Balai pada
tanggal 09 Juli 2021
09
Gambar 7.Laporan Hasil Pelaksanaan
SK Tim Pengendali Risiko PKSK

Terbitnya Sk Tim Pengendali Risiko oleh Kepala Balai tanggal 09 Juli 2021

20
3.1.3. Perumusan Profil Risiko
1. Mentoring
Pelaksanaan mentoring 1 dilaksanakan untuk mendapatkan arahan dan
masukan terkait dengan penyusunan profil risiko berkaitan dengan
pernyataan-pernyataan risiko dan perlunya keterlibatan PPK sektor lain
untuk ikut membuat profil risiko pada kegiatan kontraktual dan
pemberdayaan masyarakat.
Gambar 8. Mentoring 1

Gambar 9. Notulensi Mentoring 1


NOTULENSI 05 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 05 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri, PPK PKP, Staf KI Manajemen Risiko. Agenda Rapat adalah
Konsultansi dengan Mentor (Ka. BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Proses penyusunan Profil Risiko mempertimbangkan semua proses secara


menyeluruh (baik aspek Perencanaa, Pelaksanaan sampai dengan
Pemanfaatan;

2. Sesuai dalam SK Tim Pengendali Risiko, perlu dilibatkan dari PPK lain agar
kedepan dapat dilakukan proses miitigasi resiko baik kegiatan Kontraktual
maupun Pemberdayaan Masyarakat pada PPK yang lain.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. mempertimbangkan semua aspek pengendalian dengan melibatkan


KMW dan Korkot sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi
pada tahun sebelumnya;

b. Akan dilakukan proses internalisasi dengan tim Pengendali Risiko;

21
Pelaksanaan mentoring 2 dilaksanakan untuk mendapatkan arahan dan
masukan terkait dengan tindaklanjut pada pelaksanaan implementasi di
lapangan dan dukungan Kepala Balai dalam pelaksanaan pengendalian dan
agar segera dilakukan proses internalisasi dengan tim pengendali risiko agar
mendapatkan kesepahaman dalam implementasi.
Gambar 10 Mentoring 2

Gambar 11. Notulensi Mentoring 2


NOTULENSI 26 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 26 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri dan PPK PKP. Agenda Rapat adalah Konsultansi dengan Mentor (Ka.
BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Kepala Balai selaku Mentor mendukung proses implementasi Pengendalian


melalui Manajemen Risiko; Harapannya, dapat diimplementasikan tidak
hanya pada program KOTAKU namun juga pada program program lainnya
yang ada di BPPW Kepri.

2. Proses Manajemen Risiko sangat bergantung pada Implementasi yang akan


dilakukan pada Target Jangka Menengah, sehingga PPK PKP sebagai
Project Leader perlu melakukan langkah-langkah kongkrit yang dapat
dituangkan dalam Rencana Kerja yang detail.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. mempertimbangkan semua aspek pengendalian dengan melibatkan


KMW dan Korkot sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi
pada tahun sebelumnya;

b. dilakukan proses internalisasi dengan tim Pengendali Risiko

22
2. Perumusan dengan Tim Pengendali Risiko
Perumusan Profil Risiko dilakukan dengan melibatkan Tim Pengendali
Rsiko dan Tim Fasilitator Kotaku Pelaksanaan mentoring 1 dilaksanakan
untuk mendapatkan arahan dan masukan terkait dengan penyusunan profil
risiko berkaitan dengan pernyataan-pernyataan risiko dan perlunya
keterlibatan PPK sektor lain untuk ikut membuat profil risiko pada kegiatan
kontraktual dan pemberdayaan masyarakat.
Gambar 12. Perumusan Profil Risiko

Gambar 13. Notulensi Perumusan Profil Risiko 1


NOTULENSI 28 Juli 2021

Rapat dilaksanakan pada Tanggal 28 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :

1. Penyusunan profil risiko antara lain analisis risiko melalui identfikasi


pernyataan risiko yang didasarkan pada penyebab risiko dari kegiatan yang
dilaksanakan. Penyebab risiko perlu mempertimbangkan preseden dari
kejadian sebelumnya.

2. Mengingat permasalahan dan risiko yang terjadi dalam pelaksanaan program


KOTAKU terutama dalam kegatan infrastruktur pendukung livelihood adalah
hal yang sudah lazim terjadi dan telah ada upaya pengendalian yang
dilakukan namun belum tercatat atau belum teradministrasikan dengan baik.
Sebagai langkah awal dalam mitigasi risiko maka pelaksanaan pengendalian
yang telah dilakukan agar dimasukkan sebagai bagian dari Profil Risiko;

3. Bebarapa hal yang masih menjadi perdebatan atau hal – hal yang belum
disepakati akan ditindaklanjuti dengan pertemuan internal berikutnya.

23
Gambar 14. Notulensi Perumusan Profil Risiko 2
NOTULENSI 29 Juli 2021

Rapat dilaksanakan pada Tanggal 29 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :

1. Jadwal pelaksanaan kegiatan baik jangka pendek, jangka panjanmg maupun


jangka menengah disesuaikan dengan upaya pengedalian risiko dan
penyusunan jadwal harus terperinci.
2. Penentuan nilai risiko melekat perlu mempertimbangkan kejadian yang telah
ada. Hal ini diperlukan agar nilai yang diberikan mengacu pada pengalaman
atau kejadian yang sudah berlansung.
3. Proses penyusunan Profil Risiko agar dilakukan pembahasan dengan
Direktorat Pembina.

Dari hasil pembahasan diatas direncanakan akan ditindaklanjuti melalui diskusi


dengan Direktorat KI, Direktorat PKP dan PMU.

3. Koordinasi dengan Tim Kotaku dan Pokja PKP

Sesuai dengan Permen PUPR Nomor 12 Tahun 2020 tentang Peran


Masyarakat dalam Penyelenggaran Perumahan dan Kawasan Permukiman,
keberadaan Pokja PKP menjadi sangat penting dalam berperan baik dalam
Program, Implementasi dan Keberlanjutan.

Gambar 15. Koordinasi dengan Pokja PKP

Dalam hal pelaksanaan PKSK mengenai pengendalian kegiatan Kotaku


Skala Lingkungan livelihood di Kelurahan Mangsang, sangat perlu untuk
dilakukan koordinasi dalam hal pelaksanaan pengendalian dengan
manajemen risiko, kesepahaman ini diperlukan agar Pokja dapat melakukan

24
pendampingan pelaksanaan program dan dapat menginisiasi keterpaduan
dan keberlanjutan program.

Gambar 16 Notulensi Koordinasi Pokja PKP


NOTULENSI 16 Juli 2021

Rapat dilaksanakan pada Tanggal 16 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala Satker,
PPK PKP, Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukman Kota Batam, Staf Dinas
Perumahan dan Permukman Kota Batam, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku
Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah Koordinasi dengan stakeholder
mengenai program kerja manajemen risiko. Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Kepala Satuan Kerja mendukung proses implementasi Pengendalian melalui


Manajemen Risiko dan diharapkan instrumen ini dapat digunakan pada
kegiatan pengendalian program di sektor lainnya. Perlu pemantapan dalam
perumusan risiko dan inovasi yang perlukan untuk mengendalikan risiko.

2. Pelaksanaan pengendalian program KOTAKU dalam hal ini pembangunan


infrastruktur pendukung livelihood mengalami kendala baik dari internal
maupun eksternal. Kendala dari eksternal salah satunya adalah dari
kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini diwakili oleh Pokja
PKP. Untuk meningkatkan kinerja pengendalian PPK PKP dalam pelaksaan
program KOTAKU memerlukan dukungan pemerintah kota mellaui dukungan
Pokja PKPK. Peran Stakeholder dalam hal ini sebagai Pokja PKP sangat
penting karena sesuai Permen 12 Tahun 2020, keberadaan Pokja PKP
memegang peranan penting dalam proses implementasi kegiatan
Permukiman;

3. Pokja PKP Kota Batam memiliki persepsi yang sama dalam upaya
pengedanlian risiko terutama yang berasal dari eksternal PPK PKP. Sehngga
Pokja PKP mendukung pengendalian melalui Manajemen Risiko. Kedepan
Pokja PKP akan lebih aktif dan melakukan kolaborasi lintas dinas dan sector
terutama di Kota Batam.

4. Rencana inovasi dalam pengendalian risiko pelaksanaan kegiatan


pembangunan infrastruktur pendukung livelihood akan diimplementasikan
dalam pelaksanaan jangka pendek dengan melibatkan Pokja PKP Kota
Batam.

Berkaitan dengan pelibatan Tim Kotaku sangat diperlukan mengingat Tim


Kotaku adalah kepanjangan tangan dari PPK dalam proses pendampingan
kegiatan, sehingga langkah-langkah mitigasi risiko dapat dengan mudah
diimplementasikan di lapangan.

Gambar 17. Koordinasi dengan Tim Kotaku

25
Gambar 18. Notulensi Koordinasi Tim Kotaku
NOTULENSI 09 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 09 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
Satker, PPK PKP, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot/Askot dan faskel, Staf PPK PKP.
Agenda Rapat adalah Sosialisasi dengan Tim KOTAKU mengenai pentingnya
Manajemen Risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara
lain :

1. Permasalahan dan risiko yang diidentifikasi adalah permasalahan yang lazim


terjadi dan berulang pada pelaksanaan program KOTAKU. Upaya
pengendalian telah dilakukan, namun permasalahan tersebut kerap terjadi
pada tahun berikutnya. Hal ini karena belum adanya pengadministrasi yang
dilakukan selama ini terhadap permasalahan dan upaya pengendaliannya.
Sehingga perlu melakukan sosialisasi mengenai Pentingnya Manajemen
Risiko sebagai upaya pengadministrasian pengendalian;

2. Permasalahan dan risiko dari pelaksanaan pengendalian program KOTAKU


terjadi pada berbagai level sehingga perlu dukungan tim Kotaku baik KMW,
Korkot dan Fasilitator untuk Bersama melakukan implementasi Manajemen
Risiko.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. Diagendakan akan dilakukan Internalisasi dengan Tim Kotaku pada


saat Implementasi Manajemen Risiko (Target Jangka Menengah)

b. Proses Implementasi Pengendalian melalui Manajemen Risiko akan


menjadi muatan yang dimasukkan pada agenda rapat rutin koordinasi
internal Korkot

4. Koordinasi dengan Direktorat Pembina


Dalam implementasi pelaksanaan penyusunan profil risiko dan pelaksanaan
pengendalian di lapangan diperlukan koordinasi dengan Direktorat Pembina
yang dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
selaku Direktorat yang melaksanakan program Kotaku dan Direktorat
Kepatuhan Intern selaku Direktorat yang membidangi pelaksanaan
Manajemen Risiko. Selain dari direktorat tersebut koordinasi juga
melibatkan PMU selaku unit pelaksana manajemen kegiatan Kotaku.
Gambar 19. Koordinasi dengan Direktorat Pembina

26
Gambar 20. Surat Undangan Koordinasi dengan Direktorat Pembina

Gambar 21. Notulensi Koordinasi dengan Direktorat Pembina


NOTULENSI 30 Juli 2021

1. PPK PKP menyampaikan Peningkatan Kinerja PPK PKP dalam pengendalian


melalui manajemen risiko. Studi Kasus : Kegiatan Kotaku Livelihood
Kelurahan Mangsang , Kota Batam dengan outline paparan meliputi :
a. Latarbelakang
b. Judul PSKS
c. Gagasan Perubahan
d. Tujuan dan Manfaat Perubahan
e. Milestone
f. Identifikasi Stakeholder
g. Strategi Komunikasi
h. Action Plan
i. Laporan Hasil Pelaksanaan PSKS
j. Kesimpulan.

2. Gagasan awal disampaikan bahwa pengendalian pelaksanaan dilapangan


yang sudah lazim dilakukan tapi belum teradministrasi dengan baik.
Permasalahan yang ditimbul dan menjadi sumber risiko terjadi pada setiap
level baik berasal dari internal maupun ekternal. Risiko ini harus dikendalikan
agar tidak berulang dan dapat mengurangi kerugian pada pelaksanaan
program pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat dalam hal kegiatan
pendukung livelihood. Manajemen risiko diawali dengan pencataan atau
pengadministrasian dalam proses pengendalian.

3. Tanggapan dari KI (pak Catur)


a. Masalah dan Risiko adalah 2 (dua) hal yang berbeda sehingga penulis
perlu mengidentifikasi hal – hal yang menjadi masalah dan yang
mengerucut menjadi risiko yang akan dikendalikan melalui manajemn
risiko.
b. Diagram risiko disusun berdasarkan pernyataan (status risiko) : Risiko
tinggi, Risiko Sedang dan Risiko Rendah.

27
3.2. Komunikasi PKSK
Dalam mendukung terselenggaranya implementasi pengendalian dengan manajemen
risiko diperlukan strategi komunikasi dengan stakeholders, project leader yang
merupakan sentral dalam pelaksanaan ini harus mampu melakukan pola komunikasi
yang efektif, beberapa pola komunikasi yang diterapkan yaitu :
1. Konsultasi
2. Koordinasi
3. Instruksi
4. Sosialisasi
5. Edukasi
Dalam implementasi jangka pendek telah dilakukan upaya-upaya komunikasi dengan
melibatkan stakeholders sesuai dengan porsi kewenangan dan kepentingan seperti yang
dijelaskan dalam gambar dibawah ini.
Gambar 22. Strategi Komunikasi dan Jejaring Stakeholder
07Strategi Komunikasi
Internal :
1. Dir. PKP (Konsultasi)
2. Dir. KI (Konsultasi)
3. Ka. BPPW Kepri (Konsultasi)
4. Ka. Satker PPP Provinsi Kepri
(Konsultasi)
5. PPK Perencanaan (Koordinasi)
6. KMW OC 3 (Instruksi)
7. Korkot Kota Batam (Instruksi)

Eksternal :
1. Walikota Batam (Koordinasi)
2. Pokja PKP (Koordinasi)
3. BKM (Instruksi, Sosialisasi,
Edukasi)
4. KSM (Instruksi, Sosialisasi,
Edukasi)
5. KPP (Instruksi, Sosialisasi,
Edukasi)
6. Masyarakat (Sosialisasi)

Dengan demikian diharapkan terjadi pergeseran posisi dalam kuadran Stakeholders,


diharapkan perubahan tersebut dapat menggeser stakeholders pada posisi promoters
dari sebelumnya apatthetics dan defenders, sehingga dengan semakin banyak
stakeholders yang memiliki kewenangan dan kepentingan tinggi tentunya akan
mempermudah implementasi dari pengendalian manajemen risiko ini.

28
Gambar 23. Perubahan Kuadran Stakeholder06
Identifikasi Stakeholder

LATENTS PROMOTERS
Internal : • Dir. PKP
• Dir. KI
1. Dir. PKP • Ka. PW Kepri
2. Dir. KI • Ka. Satker PPP Provinsi Kepri
• PPK PKP
3. Ka. BPPW Kepri • Walikota
4. Ka. Satker PPP • PPK Perencanaan • Pokja
• KMW OC 3
Provinsi Kepri
5. PPK Perencanaan 2 1
• Korkot Kota Batam

6. KMW OC 3 Kewenangan tinggi, Kepentingan rendah Kewenangan tinggi, Kepentingan tinggi


7. Korkot Kota Batam
APATHETICS 4 3 DEFENDERS
Eksternal :
1. Walikota Batam
2. Pokja PKP • BKM
3. BKM • KSM
4. KSM • KPP
• Masyarakat
5. KPP
6. Masyarakat
Kewenangan rendah, Kepentingan rendah Kewenangan rendah, Kepentingan tingggi

Gambar 24. Dukungan 09


Laporan
Stakeholder Hasil Pelaksanaan
(Walikota Batam) PKSK

Surat Pernyataan Dukungan Stakeholder (Walikota Batam)

29
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PKSK
4.1. Persandingan Rencana dengan Pelaksanaan
Proses pelaksanaan kegiatan Jangka Pendek dijadwalkan dilaksanakan selama 1 Bulan
pada Bulan Juli 2021 selama 4 minggu dimulai sejak tanggal 5 sampai dengan tanggal
31, sesuai dengan rencana dalam pelaksanaan kegiatan Jangka pendek dibagi menjadi
3 Kegiatan yaitu :
1. Pengusulan Tim Pengendali Risiko
a. Pembuatan Nota Dinas PPK kepada Kasatker;
b. Pembuatan Nota Dinas Kasatker kepada Kepala Balai;
2. Penerbitan SK Tim Pengendali Risiko
a. Penerbitan SK
3. Penyusunan Profil Risiko
a. Konsultasi Mentor 1;
b. Sosialisasi dan Koordinasi dengan Tim Kotaku;
c. Konsultasi dengan Mentor 2;
d. Koordinasi dengan Pokja PKP;
e. Perumusan Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko 1;
f. Perumusan Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko 2;
g. Koordinasi dengan stakeholders (Direktorat Pembina)
Namun dalam Pelaksanaan terdapat 1 tambahan agenda yaitu dukungan Stakeholder
dari Walikota Batam. Dalam pelaksanaan implementasi pelaksanaan pengendali Risiko
terdapat 12 sub kegiatan (sebelumnya 10 sub kegiatan).
1. Surat Dukungan stakeholders (Walikota Batam)
a. Surat permohonan dukungan dari Kepala Balai;
b. Surat Pernyataan Dukungan Walikota Batam (disertai dengan video).
Dukungan oleh Walikota Batam sangat penting mengingat dengan dukungan
tersebut dapat berhubungan secara langsung dengan kelancaran proses koordinasi
pada OPD atau Pokja PKP bahkan Pemerintah Kelurahan di Kota Batam.

Secara umum pelaksanaan pada tahap jangka pendek telah dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, beberapa kendala karena proses komunikasi tidak dapat
dilaksanakan dengan tatap muka namun hal ini dapat diantisipasi dengan proses
komunikasi dengan menggunakan daring (zoom meeting), sehingga pesan yang

30
diharapkan tetap dapat disampaikan kepada stakeholders. Sandingan antara rencana dan
realisasi pelaksanaan implementasi jangka pendek dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 10. Sandingan Rencana dan Realisasi pelaksanaan Jangka Pendek

4.2. Hasil Profil Risiko


Pelaksanaan penyusunan profil risiko dilakukan dengan proses Internalisasi Tim
Pengendali Risiko. Proses ini juga melibatkan Tim Kotaku baik di KMW OC-3
Kepulauan Riau maupun Tim Korkot Kota Batam, hal ini dimasukkan untuk menjaring
informasi atau preseden dalam pelaksanaan pengendalian sebelumnya maupun kejadian
yang mempengaruhi tercapainya target Kinerja.
Proses yang utama adalah penyepakatan Risk Register yang didalamnya terdapat
pernyataan risiko, dalam proses sebelumnya pernyataan risiko disampaikan sebanyak
16 pernyataan yaitu:
1. Kelemahan Fasilitator dalam mendukung pengendalian pekerjaan;
2. Kelemahan BKM dan KSM dalam mendukung pengendalian pekerjaan
3. Penyusunan Dokumen Perencanaan belum sepenuhnya sesuai ketentuan
4. Ketepatan Kualitas kelembagaan
5. Dukungan Pemerintah Daerah atas program
6. Kegiatan Pemantauan dan Monitoring belum efektif
7. Kegiatan pembangunan infrastruktur yang tidak sesuai pedoman atau tidak sesuai
ketentuan
8. Lemahnya administrasi di tingkat BKM-KSM
9. Terlambatnya Kegiatan dan penyaluran dana kegiatan

31
10. Lemahnya pengawasan Satker dan PPK dalam pelaksanaan pekerjaan
11. Kelembagaan KPP belum Optimal
12. Hasil pembangunan infrastruktur yang mengalami kerusakan atau belum
dimanfaatkan
13. LPJ Tidak sesuai
14. Tidak sesuai Mutu dan Waktu
15. Dokumen untuk proses Serah terima tidak memadai untuk dilakukan
16. Permasalahan Lahan dan Perizinan
Dalam proses internalisasi dari 16 pernyataan risiko tersebut disederhanakan karena
terdapat klasifikasi yang hamper sama, sehingga pernyataan risiko disederhanakan
menjadi 5 pernyataan risiko yaitu :
1. Perencanaan Terlambat
2. Lemahnya Pengendalian Pelaksanaan
3. Penyalahgunaan Dana
4. LPJ Terlambat dan Tidak Sesuai Pedoman Teknis
5. Pemanfaatan tidak Optimal

Tabel 11. Pernyataan Risiko-Dampak

ANALISIS RISIKO Dampak


No Kegiatan Kategori
Pernyataan Risiko Penyebab Risiko Kategori Uraian Dampak
Risiko
1 Konstruksi Perencanaan Kinerja 1. Lahan dan pemenuhan persetujuan dasar (KKPR, Kinerja 1. Keterlambatan
Terlambat persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan penyusunan dokumen
gedung) yang dibutuhkan untuk pembangunan perencanaan;
infrastruktur belum sepenuhnya dapat disediakan oleh 2. Keterlambatan dalam
Pemerintah daerah tepat waktu; pelaksanaan pekerjaan.
2. Lemahnya Fasilitator dalam pendampingan
Perencanaan;
3. Lemahnya BKM dalam Perencanaan.
2 Konstruksi Lemahnya Kinerja 1. Lemahnya Fasilitator dalam pengendalian; Kinerja 1. Pelaksanaan tidak Tepat
Pengendalian 2. Lemahnya BKM dalam Pengendalian; Mutu dan Waktu;
Pelaksanaan 3. KSM belum sepenuhnya memahami pedoman dan 2. Progres terlambat.
kaidah teknis.
3 Konstruksi Penyalahgunaan Dana Fraud 1. Kolusi dalam pengurangan Kuantitas dan Kualitas; Kinerja 1. Kerugian Negara.
2. Pembelanjaan Fiktif.
4 Konstruksi LPJ Terlambat dan Kinerja 1. KSM tidak melakukan pengadministrasian LPJ Kinerja 1. Progres terlambat;
Tidak Sesuai Pedoman dengan baik; 2. Kerugian Negara.
Teknis 2. Lemahnya pengendalian Satker dan Fasilitator
dalam verifikasi dokumen;
3. Kurangnya pemahaman KSM atas pedoman
pengadaan barang dan jasa (POS BARJAS).
5 Konstruksi Pemanfaatan tidak Kinerja 1. Proses penyiapan dokumen serah terima terlambat; Kinerja 1. Outcome tidak tercapai;
Optimal 2. Terlambatnya proses sertifikasi yang melibatkan 2. Berkurangnya nilai aset
Stakeholder (Pemda/Pokja PKP); karena tidak dipelihara
3. Kurangnya dukungan Pemerintah Daerah dalam (terjadi kerusakan).
pendanaan dan keberlanjutan program.

32
Tabel 12. Rekap Profil Risiko
Yang Melekat
No Kategori
Pernyataan Risiko Tahapan Level
Risiko Risiko K D Nilai Risiko

1 Perencanaan Terlambat 5. Design Konstruksi 4 4 19 Tinggi

Lemahnya Pengendalian
7. Sangat
2 Pelaksanaan Konstruksi 4 5 24
Construction Tinggi

7. Sangat
3 Penyalahgunaan Dana Konstruksi 2 5 21
Construction Tinggi

LPJ Terlambat dan Tidak 7.


4 Konstruksi 4 3 16 Tinggi
Sesuai Pedoman Teknis Construction

7.
5 Pemanfaatan tidak Optimal Konstruksi 3 3 14 Sedang
Construction

Dari hasil pemetaan melalui inputing Risk Register terdapat hasil sebagai berikut :
1. Dampak Sangat Tinggi :
a. Lemahnya Pengendalian Pelaksanaan
b. Penyalahgunaan Dana
2. Dampa Tinggi :
a. Perencanaan Terlambat
b. LPJ Terlambat dan Tidak Sesuai Pedoman Teknis
3. Dampak Sedang:
a. Pemanfaatan Tidak Optimal
Tabel 13. Riskmap
Tingkat Dampak

1 2 3 4 5
Matriks Analisis Risiko

Tidak Signifikan Minor Moderat Signifikan Sangat Signifikan

11 15 18 23 25
Hampir Pasti
5
Terjadi

6 12 16 19 24

4 Sering Terjadi
1 1 1
Tingkat Kemungkinan

4 8 14 17 22

3 Kadang Terjadi
1

2 7 10 13 21

2 Jarang Terjadi
1

1 3 5 9 20
Hampir Tidak
1
Terjadi

Garis Toleransi

33
Tabel 14. Risk Register NILAI RISIKO
NILAI RESPON
ANALISIS RISIKO RISIKO THD
YANG PENGENDALIAN YANG SUDAH ADA ALOKASI
RISIKO SETELAH NILAI INOVASI INDIKATOR
No Kegiatan Tahapan MELEKAT SUMBER
PENGENDA SETELAH PENGENDALIAN KELUARAN
Pernyataan Kategori DAYA
Penyebab Risiko Uraian Dampak K D Nilai Uraian Efektivitas K D Nilai PENGENDALIA
Risiko Risiko N
1 Pembangunan 5. Design Perencanaan Kinerja 1. Lahan dan pemenuhan 1. Keterlambatan 4 4 19 1. Melakukan Rekrutmen secara Belum 2 4 13 Membagi risiko 1. Melakukan zoom Man 1. Laporan
Kotaku Skaa Terlambat persetujuan dasar (KKPR, penyusunan berkala untuk memenuhi Memadai meeting Tematik dengan 2.
Lingkungan persetujuan lingkungan, dokumen kekurangan personil; topic sesuai dengan Dokumentasi
Livelihood di persetujuan bangunan perencanaan; 2. Disamping pelatihan-pelatihan kendala/masalah dan 3. RKTL
Kelurahan gedung) yang dibutuhkan 2. Keterlambatan dan OJT yg di fasilitasi kebutuhan penihgkatan
Mangsang untuk pembangunan dalam pelaksanaan manajemen juga telah dilakukan kapasitas berdasarkan
Kota Batam infrastruktur belum pekerjaan. Coaching Clinic berdasarkan hasil pemetaan masalah
sepenuhnya dapat kebutuhan hasil pemetaan dan kapasitas masing-
disediakan oleh Pemerintah kapasitas personil; masing personil
daerah tepat waktu; 3. Melakukan Penguatan dilaksanakan 1 kali
2. Lemahnya Fasilitator Kapasitas terhadap KSM berupa dalam satu bulan;
dalam pendampingan OJT, Coaching da n 2. Melakukan evaluasi
Perencanaan; pendampingan UP-UP ; Setiap bulan terkait
3. Lemahnya BKM dalam 4. Penilaian Kinerja BKM pemahaman konsep dan
Perencanaan. dilaksanakan secara rutin per mekanisme sesuai
semester; pedoman teknis;
5. Musyawarah Persiapan 3. Penilaian Kinerja
Pelaksanaan Konstruksi (Mp2K) BKM dilakukan per
wajib di lakukan sebelum Triwulan;
pelaksanaan Konstuksi; 4. Koordinasi dengan
2 Pembangunan 7. Construction Lemahnya Kinerja 1. Lemahnya Fasilitator 1. Pelaksanaan tidak 4 5 24 1. Melakukan Rekrutmen secara Belum 3 4 17 Mengurangi 1. Membentuk forum Man 1. Laporan
Kotaku Skaa Pengendalian dalam pengendalian; Tepat Mutu dan berkala untuk memenuhi Memadai dampak BKM agar bisa sharing 2.
Lingkungan Pelaksanaan 2. Lemahnya BKM dalam Waktu; kekurangan personil; pengalaman dan bisa Dokumentasi
Livelihood di Pengendalian; 2. Progres terlambat. 2. Disamping pelatihan-pelatihan menjadi media belajar 3. RKTL
Kelurahan 3. KSM belum sepenuhnya dan OJT yg di fasilitasi bersama;
Mangsang memahami pedoman dan manajemen juga telah dilakukan 2. Penilaian Kinerja
Kota Batam kaidah teknis. Coaching Clinic berdasarkan BKM dilakukan per
kebutuhan hasil pemetaan Triwulan;
kapasitas personil; 3. Monitoring Virtual dan
3. Melakukan Penguatan pembahasan bersama
Kapasitas terhadap KSM berupa secara mingguan;
OJT, Coaching danpendampingan 4. Koordinasi dengan
UP-UP; pemerintah daerah
4. Penilaian Kinerja BKM (Kelurahan dan Pokja)
dilaksanakan secara rutin per secara menerus mulai
semester; dari perencanaan,
5. Melakukan pemantaun melalui pelaksanaan dan pasca
Quick Status yg harus di update pelaksanaan;
minimal 1 x semingu; 5. Melakukan
6. Melakukan Evaluasi terhadap Pemantauan progres
3 Pembangunan 7. Construction Penyalahgunaa Fraud 1. Kolusi dalam 1. Kerugian Negara. 2 5 21 capaian dan memberikan
1. Pemantauan Pembukuan dan Belum 2 4 13 Menghindari harian yg dikendalikan
1. Coaching tentang Man 1. Laporan
Kotaku Skaa n Dana pengurangan Kuantitas dan Lapangan Memadai risiko konsep dan mekanisme 2.
Lingkungan Kualitas; pengadaan barang dan Dokumentasi
Livelihood di 2. Pembelanjaan Fiktif. jasa;
Kelurahan 2. Verifikasi administrasi
Mangsang BKM-KSM dan
Kota Batam fisiklapangan oleh
Fasilitator dalam jangka
waktu Mingguan

4 Pembangunan 7. Construction LPJ Terlambat Kinerja 1. KSM tidak melakukan 1. Progres terlambat; 4 3 16 1. Coaching Clinik fasilitator; Belum 3 3 14 Mengurangi 1. Mengarsipkan Man 1. Laporan
Kotaku Skaa dan Tidak pengadministrasian LPJ 2. Kerugian Negara. 2. Verifikasi Pembukuan secara Memadai frekuensi transaksi sesuai tanggal 2.
Lingkungan Sesuai dengan baik; berjenjang; transaksi; Dokumentasi
Livelihood di Pedoman 2. Lemahnya pengendalian 3. Uji petik Pembukuan dan 2. Penyusunan LPJ 3. RKTL
Kelurahan Teknis Satker dan Fasilitator Dokumen pengadaan barang dan dimulai sejak Pekerjaan
Mangsang dalam verifikasi dokumen; jasa. dimulai;
Kota Batam 3. Kurangnya pemahaman 3. Verifikasi administrasi
KSM atas pedoman BKM-KSM oleh
pengadaan barang dan jasa Fasilitator dalam jangka
(POS BARJAS). waktu Mingguan

5 Pembangunan 8. Operational Pemanfaatan Kinerja 1. Proses penyiapan 1. Outcome tidak 3 3 14 1. Melakukan Koordinasi dan Belum 3 3 14 Mengurangi 1. Mendorong PEMDA Man 1. Laporan
Kotaku Skaa tidak Optimal dokumen serah terima tercapai; Advokasi secara rutin ke PEMDA Memadai frekuensi untuk mengalokasi kan 2.
Lingkungan terlambat; 2. Berkurangnya nilai tentang program , agar Anggaran Khusus Dokumentasi
Livelihood di 2. Terlambatnya proses aset karena tidak mendapatkan dukungan baik fasilitasi program melalui 3. RKTL
Kelurahan sertifikasi yang melibatkan dipelihara (terjadi pendanaan maupun fasilitasi; POKJA PKP sehingga
Mangsang Stakeholder (Pemda/Pokja kerusakan). 2. Memfasilitasi dan memiliki rencana kerja
Kota Batam PKP); memverifikasi dokumen serah yang terstruktur;
3. Kurangnya dukungan terima pekerjaan dan aset; 2. Memfasilitasi upaya
Pemerintah Daerah dalam 3. Mengawal penerapan aturan pembiayaan dari sektor
pendanaan dan bersama yang sudah disepakti yang lain Contohnya
keberlanjutan program. untuk pemeliharaan dan CSR)
pemanfaatan sarana dan 3. Evaluasi
prasarana Kelembagaan KPP;

Tabel 15. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN UPR
2021/2022
No Tahap proses MR B7 Ket
B8 B9 B10 B11 B12 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7
M1 M2 M3 M4
1 Nota Dinas Pembentukan Tim pengendali Risiko 2 Juli 2021
2 SK Tim Pengendali Risiko 9 Juli 2021
3 Perumusan Profil Risiko 30 juli 2021
4 Internalisasi manajemen Risiko 13 Agustus 2021
5 Pelaksanaan Inovasi Pengendalian Risiko 1
a Zoom Tematik Setiap hari Senin setiap Minggu
b Evaluasi Bulanan Minggu 2 tiap bulan
c Penilaian Kinerja Triwulan 5 Oktober 2021
d Koordinasi Pemda (triwulan) 5 Oktober 2021 dan 14 Januari 2022
6 Pelaksanaan Inovasi Pengendalian Risiko 2
a Pembentukan Forum BKM 15 September 2021
b Penilaian Kinerja Triwulan Minggu 4 tiap bulan
c Monitoring Virtual Setiap hari Jumat setiap Minggu
d Koordinasi Pemda Minggu 4 tiap bulan
e Pemantauan Progres harian Setiap hari melalui media wag
7 Pelaksanaan Inovasi Pengendalian Risiko 3
a Coaching 17 September dan 17 Desember 2021
b Verifikasi Minggu 2 tiap bulan
8 Pelaksanaan Inovasi Pengendalian Risiko 4
a Coaching Minggu 3 Tiap Bulan
b Verifikasi Minggu 2 tiap bulan
9 Pelaksanaan Inovasi Pengendalian Risiko 4
a Advokasi Minggu 2 tiap bulan
b Fasiltasi 6 Desember 2021
c Evaluasi KPP 7 Oktober 2021 dan 10 Januari 2022
10 Evaluasi Pengendalian Manjemen Risiko Minggu 2 tiap bulan
11 Penyusunan Profil Risiko Tahun berikutnya 2 Juni-15 Juli 2022

Ket: Rencana kerja dibuat berdasarkan Jadwal kegiatan jangka pendek = Warna Kuning, Jangka menengah = Warna Hijau dan Jangka Panjang= Warna Merah

34
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Realisasi Aktualisasi PKSK (Jangka Pendek)
§ Pelaksanaan Aktualisasi Jangka Pendek dilakukan dengan tatap muka dan daring;
§ Pelaksanaan Aktualisasi jangka pendek telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal;
§ Terdapat tambahan agenda pelaksanaan Jangka Pendek yaitu Dukungan
Stakeholder oleh Walikota Batam.
2. Respon Stakeholders
§ Stakeholder baik internal maupun eksternal memberikan apresiasi dalam
penyampaian substansi Manajemen Risiko;
§ Diharapkan dapat direplikasi pada kegiatan lain;
§ Pada tahapan implementasi perlu dilakukan sosialisasi pada BKM dan KSM
3. Keterlibatan Stakeholders
§ Pada proses aktualisasi jangka pendek sudah melibatkan stakeholder yang
berkaitan implementasi jangka pendek
§ Strategi komunikasi selanjutnya harus disesuaikan dengan implementasi jangka
menengah dan Panjang
4. Manfaat yang didapat
§ Proses pembelajaran penerapan manajemen risiko dalam pengendalian pekerjaan
dengan peng-administrasian Manajemen Risiko;
§ Pengendalian yang terstruktur pada pelaksanaan kegiatan;
§ Koordinasi yang efektif dengan Stakeholder.
5.2. Rekomendasi
1. Internalisasi pada Tim Pengendali Risiko;
2. Perlu dibuatkan Jadwal terperinci dalam implementasi;
3. Proses Evaluasi pada setiap tahapan implementasi;
4. Keterlibatan semua stakeholder;

35
LAMPIRAN
TANGGAPAN PENGUJI DAN TINDAK LANJUT
NO TANGGAPAN PENGUJI TINDAK LANJUT
SEMINAR I
1 Agar hal yang disampaikan terkait aspek 1. Proses Perencanaan yang Terlambat :
Kualitatif dapat dijelaskan dengan Dari 4 Lokasi Livelihood tahun 2020
pendekatan Kuantitatif. terdapat 3 Lokasi yang mengalami
keterlambatan selama 4 Bulan
dikarenakan proses Perijinan, Lahan
dan Internalisasi Penyusunan DED
RAB;
2. Pengendalian di lapangan masih
belum dilakukan berjenjang; dari 4
Lokasi masih belum menerapkan
hasil MP2K sehingga proses
pelaksanaan terlambat (deviasi
minus);
3. Penyusunan LPJ terlambat: dari 4
Lokasi 3 KSM selalu terlambat
menyampaikan Laporan Pertanggung
Jawaban;
4. Terdapat 2 lokasi dari 4 lokasi
kegiatan Livelihood tahun 2020 yang
belum dimanfaatkan.
2 Agar Proses manajemen Risiko menjadi 1. SK Tim Pengendali Risiko
budaya baru dalam Pengendalian melibatkan PPK sektor lain, dengan
Pelaksanaan di Balai. harapan agar kedepan pengendalian
dengan Manajemen Risiko dapat
direplikasi pada kegiatan sektor lain
baik kontraktual maupun
Pemberdayaan Masyarakat;
2. Melibatkan Direktorat Pembina
dalam proses Implementasi
Manajemen Risiko yaitu : Direktorat
PKP dan Direktorat KI.

SEMINAR II

36
1 Agar dimasukkan terkait dengan model Sudah dimasukkan dalam BAB I terkait
Three Lines of Defence, menunjukkan posisi dengan penjelasan 3 lini pertahanan
di Balai di lini pertahanan mana.

2 Dalam dampak yang melekat pada Sudah dimasukkan dalam Dampak melekat
Pernyataan Risiko tentang “Penyalahgunaan pada Pernyataan Risiko dan akan
Dana” memiliki Risiko sangat tinggi ditindaklanjuti dalam implementasi pada tahap
sehingga harus dituangkan dalam Risk Jangka Menengah sebagai pernyataan yang
Register. menjadi perhatian khusus

37
38
39
40
41
42
43
44
45
NOTULENSI 05 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 05 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri, PPK PKP, Staf KI Manajemen Risiko. Agenda Rapat adalah
Konsultansi dengan Mentor (Ka. BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Proses penyusunan Profil Risiko mempertimbangkan semua proses secara


menyeluruh (baik aspek Perencanaa, Pelaksanaan sampai dengan
Pemanfaatan;

2. Sesuai dalam SK Tim Pengendali Risiko, perlu dilibatkan dari PPK lain agar
kedepan dapat dilakukan proses miitigasi resiko baik kegiatan Kontraktual
maupun Pemberdayaan Masyarakat pada PPK yang lain.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. mempertimbangkan semua aspek pengendalian dengan melibatkan


KMW dan Korkot sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi
pada tahun sebelumnya;

b. Akan dilakukan proses internalisasi dengan tim Pengendali Risiko;

46
NOTULENSI 16 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 16 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri dan PPK PKP. Agenda Rapat adalah Konsultansi dengan Mentor (Ka.
BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Kepala Balai selaku Mentor mendukung proses implementasi Pengendalian


melalui Manajemen Risiko; Harapannya, dapat diimplementasikan tidak
hanya pada program KOTAKU namun juga pada program program lainnya
yang ada di BPPW Kepri.

2. Proses Manajemen Risiko sangat bergantung pada Implementasi yang akan


dilakukan pada Target Jangka Menengah, sehingga PPK PKP sebagai
Project Leader perlu melakukan langkah-langkah kongkrit yang dapat
dituangkan dalam Rencana Kerja yang detail.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. mempertimbangkan semua aspek pengendalian dengan melibatkan


KMW dan Korkot sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi
pada tahun sebelumnya;

b. dilakukan proses internalisasi dengan tim Pengendali Risiko

47
NOTULENSI 09 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 09 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
Satker, PPK PKP, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot/Askot dan faskel, Staf PPK PKP.
Agenda Rapat adalah Sosialisasi dengan Tim KOTAKU mengenai pentingnya
Manajemen Risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara
lain :

1. Permasalahan dan risiko yang diidentifikasi adalah permasalahan yang lazim


terjadi dan berulang pada pelaksanaan program KOTAKU. Upaya
pengendalian telah dilakukan, namun permasalahan tersebut kerap terjadi
pada tahun berikutnya. Hal ini karena belum adanya pengadministrasi yang
dilakukan selama ini terhadap permasalahan dan upaya pengendaliannya.
Sehingga perlu melakukan sosialisasi mengenai Pentingnya Manajemen
Risiko sebagai upaya pengadministrasian pengendalian;

2. Permasalahan dan risiko dari pelaksanaan pengendalian program KOTAKU


terjadi pada berbagai level sehingga perlu dukungan tim Kotaku baik KMW,
Korkot dan Fasilitator untuk Bersama melakukan implementasi Manajemen
Risiko.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. Diagendakan akan dilakukan Internalisasi dengan Tim Kotaku pada


saat Implementasi Manajemen Risiko (Target Jangka Menengah)

b. Proses Implementasi Pengendalian melalui Manajemen Risiko akan


menjadi muatan yang dimasukkan pada agenda rapat rutin koordinasi
internal Korkot

48
NOTULENSI 16 Juli 2021

Rapat dilaksanakan pada Tanggal 16 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala Satker,
PPK PKP, Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukman Kota Batam, Staf Dinas
Perumahan dan Permukman Kota Batam, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku
Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah Koordinasi dengan stakeholder
mengenai program kerja manajemen risiko. Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Kepala Satuan Kerja mendukung proses implementasi Pengendalian melalui


Manajemen Risiko dan diharapkan instrumen ini dapat digunakan pada
kegiatan pengendalian program di sektor lainnya. Perlu pemantapan dalam
perumusan risiko dan inovasi yang perlukan untuk mengendalikan risiko.

2. Pelaksanaan pengendalian program KOTAKU dalam hal ini pembangunan


infrastruktur pendukung livelihood mengalami kendala baik dari internal
maupun eksternal. Kendala dari eksternal salah satunya adalah dari
kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini diwakili oleh Pokja
PKP. Untuk meningkatkan kinerja pengendalian PPK PKP dalam pelaksaan
program KOTAKU memerlukan dukungan pemerintah kota mellaui dukungan
Pokja PKPK. Peran Stakeholder dalam hal ini sebagai Pokja PKP sangat
penting karena sesuai Permen 12 Tahun 2020, keberadaan Pokja PKP
memegang peranan penting dalam proses implementasi kegiatan
Permukiman;

3. Pokja PKP Kota Batam memiliki persepsi yang sama dalam upaya
pengedanlian risiko terutama yang berasal dari eksternal PPK PKP. Sehngga
Pokja PKP mendukung pengendalian melalui Manajemen Risiko. Kedepan
Pokja PKP akan lebih aktif dan melakukan kolaborasi lintas dinas dan sector
terutama di Kota Batam.

4. Rencana inovasi dalam pengendalian risiko pelaksanaan kegiatan


pembangunan infrastruktur pendukung livelihood akan diimplementasikan
dalam pelaksanaan jangka pendek dengan melibatkan Pokja PKP Kota
Batam.

49
NOTULENSI 26 Juli 2021

Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 26 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri dan PPK PKP. Agenda Rapat adalah Konsultansi dengan Mentor (Ka.
BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara lain :

1. Kepala Balai selaku Mentor mendukung proses implementasi Pengendalian


melalui Manajemen Risiko; Harapannya, dapat diimplementasikan tidak
hanya pada program KOTAKU namun juga pada program program lainnya
yang ada di BPPW Kepri.

2. Proses Manajemen Risiko sangat bergantung pada Implementasi yang akan


dilakukan pada Target Jangka Menengah, sehingga PPK PKP sebagai
Project Leader perlu melakukan langkah-langkah kongkrit yang dapat
dituangkan dalam Rencana Kerja yang detail.

3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:

a. mempertimbangkan semua aspek pengendalian dengan melibatkan


KMW dan Korkot sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi
pada tahun sebelumnya;

b. dilakukan proses internalisasi dengan tim Pengendali Risiko

50
NOTULENSI 28 Juli 2021

Rapat dilaksanakan pada Tanggal 28 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :

1. Penyusunan profil risiko antara lain analisis risiko melalui identfikasi


pernyataan risiko yang didasarkan pada penyebab risiko dari kegiatan yang
dilaksanakan. Penyebab risiko perlu mempertimbangkan preseden dari
kejadian sebelumnya.

2. Mengingat permasalahan dan risiko yang terjadi dalam pelaksanaan program


KOTAKU terutama dalam kegatan infrastruktur pendukung livelihood adalah
hal yang sudah lazim terjadi dan telah ada upaya pengendalian yang
dilakukan namun belum tercatat atau belum teradministrasikan dengan baik.
Sebagai langkah awal dalam mitigasi risiko maka pelaksanaan pengendalian
yang telah dilakukan agar dimasukkan sebagai bagian dari Profil Risiko;

3. Bebarapa hal yang masih menjadi perdebatan atau hal – hal yang belum
disepakati akan ditindaklanjuti dengan pertemuan internal berikutnya.

51
NOTULENSI 29 Juli 2021

Rapat dilaksanakan pada Tanggal 29 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :

1. Jadwal pelaksanaan kegiatan baik jangka pendek, jangka panjanmg maupun


jangka menengah disesuaikan dengan upaya pengedalian risiko dan
penyusunan jadwal harus terperinci.
2. Penentuan nilai risiko melekat perlu mempertimbangkan kejadian yang telah
ada. Hal ini diperlukan agar nilai yang diberikan mengacu pada pengalaman
atau kejadian yang sudah berlansung.
3. Proses penyusunan Profil Risiko agar dilakukan pembahasan dengan
Direktorat Pembina.

Dari hasil pembahasan diatas direncanakan akan ditindaklanjuti melalui diskusi


dengan Direktorat KI, Direktorat PKP dan PMU.

52
NOTULENSI 30 Juli 2021

1. PPK PKP menyampaikan Peningkatan Kinerja PPK PKP dalam pengendalian


melalui manajemen risiko. Studi Kasus : Kegiatan Kotaku Livelihood
Kelurahan Mangsang , Kota Batam dengan outline paparan meliputi :
a. Latarbelakang
b. Judul PSKS
c. Gagasan Perubahan
d. Tujuan dan Manfaat Perubahan
e. Milestone
f. Identifikasi Stakeholder
g. Strategi Komunikasi
h. Action Plan
i. Laporan Hasil Pelaksanaan PSKS
j. Kesimpulan.

2. Gagasan awal disampaikan bahwa pengendalian pelaksanaan dilapangan


yang sudah lazim dilakukan tapi belum teradministrasi dengan baik.
Permasalahan yang ditimbul dan menjadi sumber risiko terjadi pada setiap
level baik berasal dari internal maupun ekternal. Risiko ini harus dikendalikan
agar tidak berulang dan dapat mengurangi kerugian pada pelaksanaan
program pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat dalam hal kegiatan
pendukung livelihood. Manajemen risiko diawali dengan pencataan atau
pengadministrasian dalam proses pengendalian.

3. Tanggapan dari KI (pak Catur)


a. Masalah dan Risiko adalah 2 (dua) hal yang berbeda sehingga penulis
perlu mengidentifikasi hal – hal yang menjadi masalah dan yang
mengerucut menjadi risiko yang akan dikendalikan melalui manajemn
risiko.
b. Diagram risiko disusun berdasarkan pernyataan (status risiko) : Risiko
tinggi, Risiko Sedang dan Risiko Rendah.

53
c. Isu yang disampaikan oleh penulis sudah relevan dan bisa
dimanfaatkan untuk kegiatan pada program atau lokasi lain, namun
perlu menyesuaikan jenis risiko dengan layanan atau fungsi dan tugas
PPK PKP.
d. Perlu inovasi dalam menentukan solusi dari risiko yang diidentifikasi.
Inovasi harus konkrit atau tidak normatif. 1 (satu) inovasi bisa
menyelesaikan beberapa risiko. Contoh : Inovasi coaching dapat
menyelesaikan beberapa risiko.
e. Kolom V adalah interpretasi dari inovasi yang dihasilkan guna
mengendalikan risiko yang timbul.

4. Tanggapan dari PMU (pak Rayhan)


a. Manajemen risiko yang akan dilakukan oleh PPK PKP sangat relevan
dan dapat dijadikan referensi pada kegiatan kegiatan KOTAKU di
lokasi lain
b. Manajemen risiko dilakukan dengan menerapkan dan melaksanakan
program-program yang dilaksanakan agar dapat menghindari risiko
(risk advoidnace), mengurangi risiko (risk management), memindahkan
risiko (risk transfer), penahanan risiko (risk retention). Apakah dalam
kajian ini tidak dilakukan karena kolom pada matrik belum terisi respon
risiko terhadap nilai setelah pengendalian.

54
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Konsultasi dengan Mentor mengenai Draft Profil Risiko, tanggal 5 Juli 2021

Hasil Kegiatan Tindak Lanjut


• Proses penyusunan Profil Risiko mempertimbangkan • Dalam akan mempertimbangkan semua aspek
01 semua proses secara menyeluruh (baik aspek 02 pengendalian dengan melibatkan KMW dan Korkot
Perencanaa, Pelaksanaan sampai dengan Pemanfaatan; sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi pada
• Sesuai dalam SK Tim Pengendali Risiko, perlu dilibatkan tahun sebelumnya;
dari PPK lain agar kedepan dapat dilakukan proses • Akan dilakukan proses internalisasi dengan tim
miitigasi resiko baik kegiatan Kontraktual maupun Pengendali Risiko;
Pemberdayaan Masyarakat pada PPK yang lain.

09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Sosialisasi dengan Tim Kotaku mengenai pentingnya Manajemen Risiko, tanggal 09 Juli 2021

Hasil Kegiatan Tindak Lanjut


• Sosialisasi mengenai Pentingnya Manajemen Risiko • Diagendakan akan dilakukan Internalisasi dengan Tim
01 sebagai upaya pengdministrasian pengendalian; 02 Kotaku pada saat Implementasi Manajemen Risiko
• Perlu dukungan tim Kotaku baik KMW, Korkot dan (Target Jangka Menengah)
Fasilitator untuk Bersama melakukan implementasi • Proses Implementasi Pengendalian melalui Manajemen
Manajemen Risiko. Risiko akan menjadi muatan yang dimasukkan pada
agenda rapat rutin koordinasi internal Korkot

55
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Koordinasi dengan Stakeholder mengenai program kerja Manajemen Risiko, tanggal 16 Juli 2021

Hasil Kegiatan Tindak Lanjut


• Kepala Satuan Kerja mendukung proses implementasi • Implementasi dalam pelaksanaan jangka pendek akan
01 Pengendalian melalui Manajemen Risiko; 02 melibatkan Pokja PKP Kota Batam;
• Peran Stakeholder dalam hal ini sebagai Pokja PKP
sangat penting karena sesuai Permen 12 Tahun 2020,
keberadaan Pokja PKP memegang peranan penting
dalam proses implementasi kegiatan Permukiman;
• Pokja PKP mendukung pengendalian melalui Manajemen
Risiko.

09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Konsultasi dengan Mentor mengenai program kerja Manajemen Risiko, tanggal 16 Juli 2021

Hasil Kegiatan Tindak Lanjut


• Kepala Balai selaku Mentor mendukung proses • Dalam akan mempertimbangkan semua aspek
01 implementasi Pengendalian melalui Manajemen Risiko; 02 pengendalian dengan melibatkan KMW dan Korkot
• Proses Manajemen Risiko sangat bergantung pada sehingga teridentifikasi preseden yang telah terjadi pada
Implementasi yang akan dilakukan pada Target Jangka tahun sebelumnya;
Menengah, sehingga PPK PKP sebagai Project Leader • Akan dilakukan proses internalisasi dengan tim
perlu melakukan langkah-langkah kongkrit yang dapat Pengendali Risiko;
dituangkan dalam Rencana Kerja yang detail.

56
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Perumusan Draft Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko, tanggal 28 Juli 2021

Hasil Kegiatan Tindak Lanjut


• Penyusunan Profil Risiko mempertimbangkan Preseden • Akan ditindaklanjuti dengan pertemuan internal.
01 dari kejadian sebelumnya; 02
• Pelaksanaan pengendalian yang telah dilakukan agar
dimasukkan sebagai bagian dari Profil Risiko;

09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Perumusan Draft Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko, tanggal 29 Juli 2021

Hasil Kegiatan Tindak Lanjut


• Penyusunan Jadwal harus terperinci; • Akan ditindaklanjuti dengan pertemuan dengan Direktorat
01 • Penentuan Nilai Risiko melekat perlu mempertimbangkan 02 KI, Direktorat PKP dan PMU.
kejadian yang telah ada;
• Proses penyusunan Profil Risiko agar dilakukan
pembahasan dengan Direktorat Pembina.

57
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK

Koordinasi dengan Direktorat PKP, Direktorat KI dan


PMU mengenai Profil Risiko, tanggal 30 Juli 2021
Hasil Kegiatan
• Pernyataan Risiko perlu disederhanakan berdasarkan
01 sasaran ataupun Business Process;
• Implementasi agar dilakukan evaluasi berkala sehingga
dapat segera dirumuskan tindaklanjutnya

Tindak Lanjut
• Akan dimasukkan dalam Profil Risiko;
02 • Proses Implementasi akan didahului dengan Internalisasi.

58

Anda mungkin juga menyukai