OLEH :
PESERTA PELATIHAN
Istiadi Nugroho, ST
NIP. 198005202008031001
MENGETAHUI MENYETUJUI
COACH MENTOR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK)
Pendidikan dan Latihan Pejabat Inti Satuan Kerja Tahun 2021, Balai Pengembangan
Kompetensi PUPR Wilayah I Medan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berjudul Peningkatan
Kinerja PPK PKP Dalam Pengendalian Melalui Manajemen Risiko stusi .
Laporan ini merupakan bagian dari tugas yang perlu diselesaikan pada Pendidikan dan
Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Balai
Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah I Medan, Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Laporan
Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK) merupakan implementasi dari Peningkatan
Kinerja Satuan Kerja (PKSK), dimulai dari jangka pendek selama 1 bulan dari bulan Juli
2021, jangka menengah 6 bulan dari bulan Agustus 2021 sampai dengan Januari 2022
dan jangka panjang dari bulan Februari sampai dengan Juli tahun 2022..
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
2. Direktur Kepatuhan Intern
3. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau
4. Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah I Medan, BPSDM Kementerian
PUPR
5. Coach
6. Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Kepulauan Riau
7. Widyaiswara dan para narasumber
8. Tim Pengendali Risiko
9. Isteri, anak-anak dan orang tua
10. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan Peningkatan Kinerja
Satuan Kerja (PKSK)
Besar harapan dengan tersusunnya laporan ini, terjadi peningkatan kinerja organisasi
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau terutama pada Satuan Kerja
Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Kepulauan Ria, dan pada PPK
Pengembangan Kawasan Permukiman pada khususnya.
Saya menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan Peningkatan Kinerja
Satuan Kerja (PKSK) ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi
perbaikan laporan ini.
Agustus 2021
Penyusun
Istiadi Nugroho, ST
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi ............................................................................................................. i
Daftar Gambar .................................................................................................... ii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Dukungan SDM PPK PKP ...................................................... 6
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................ 6
1.4 Tujuan ..................................................................................... 10
1.5 Manfaat dan Lingkup.............................................................. 11
LAMPIRAN PENDUKUNG
DAFTAR
GAMBAR
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
menyebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan permukiman bertujuan dilakukan untuk
mewujudkan lingkungan hunian yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang
berkelanjutan.
Pidato Presiden mengenai visi Indonesia kedepan pada tanggal 14 Juli 2019, menyebutkan
bahwa pembangunan infrastruktur harus berhubungan dengan kawasan industri rakyat,
ekonomi khusus, pariwisata, kawasan persawahan, perkebunan dan perikanan. Sedangkan
untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM) perlu ditekankan pada pelatihan vokasi dan
vocational school.
Sejalan dengan hal itu, Arahan Menteri pada Rapat Kerja Kementerian PUPR tahun 2019,
kebijakan kedepan yang perlu dilakukan:
a) Mendorong pengembangan skema pembiayaan kreatif;
b) Pengembangan SDM;
c) Mendukung mitigasi bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi; dan
d) Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman yang menciptakan
ekonomi baru.
Di sisi lain Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR melaksanakan Program Kota
Tanpa Kumuh (KOTAKU) atau National Slum Upgrading Project (NSUP) untuk menjawab
tantangan penanganan kawasan kumuh di Indonesia. Program KOTAKU dibiayai oleh
berbagai sumber dari Pemerintah Pusat dan Daerah, pihak swasta, masyarakat, serta beragam
donor seperti Bank Pembangunan Islam, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan lain-lain.
Program KOTAKU merupakan respon langsung terhadap RPJMN 2015-2019 dan dirancang
untuk peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh dengan mempertahankan
prinsip-prinsip yang mengedepankan upaya memperkuat peran pemerintah daerah dan
masyarakat.
Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh dalam
program KOTAKU dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu: Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
(SEL). Kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman berupa pemenuhan terhadap 7
(tujuh) + 1 (satu) indicator kumuh, yaitu keteraturan bangunan, jalan lingkungan, drainase
lingkungan, air minum, air limbah, persampahan, proteksi kebakaran dan Ruang Terbuka Hijau
1
(RTH). Selain itu, terdapat kegiatan sosial dan ekonomi berupa kegiatan peningkatan
penghidupan masyarakat secara berkelanjutan (sustainable livelihood), salah satunya adalah
Kegiatan Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK).
Pada tahun 2020 Provinsi Kepulauan Riau mendapat lokasi 4 kegiatan di 3 kota/kabupaten
dengan alokasi Rp.4 M. Masing-masing lokasi mendapatkan alokasi sebesar Rp. 1 M. kegiatan
ini merupakan kegiatan yang baru dalam program KOTAKU. Jenis fasilitas yang dibangun
terdiri 3 bangunan Gedung dan 1 tambatan perahu.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaa kegiatan infrastruktur pendukung
livelihood ditemukan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Penyusunann Perencanaan terlambat
2. Pelaksanaan terlambat
3. Pengendalian kegiatan belum optimal
4. Pemanfaatan belum sepenuhnya terlaksana
2
1.2 Dukungan SDM PPK PKP
1.2.1 Organisasi Balai PPW Kepri
Dalam rangka mendukung peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Unit
Pelaksana Teknis serta penyesuaian tugas dan fungsi dari Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, perlu dilakukan penyesuaian tugas fungsi serta organisasi
dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
3
c. Pelaksanaan, pengendalian teknis, dan pengawasan pembangunan system penyediaan
air minum, pengelolaan air limbah domestic, pengelolaan drainase lingkungan, dan
pengelolaan persampahan, penataan bangunan Gedung, pengembangan Kawasan
permukiman, dan pengembangan sarana prasarana strategis;
d. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pembangunan sarana dan prasarana
permukiman;
e. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan asset pembangunan sarana dan prasarana sampai
dengan serah terima aset;
f. Fasilitasi penyampaian usulan daerah dan koordinasi pemangku kepentingan bidang
pembangunan sarana dan prasarana permukiman;
g. Fasilitasi pengadaan lahan dan serah terima asset;
h. Fasilitasi pengelolaan rumah negara;
i. Pengelolaan tanggap darurat dan pelaksanaan dukungan penanggulangan pasca
bencana serta kerusuhan social;
j. Pemberdayaan masyarakat bidang pembangunan sarana dan prasarana permukiman;
k. Pelaksanaan penerapan system manajemen keselamatan konstruksi;
l. Pengelolaan system informasi bidang pembangunan sarana dan prasarana permukiman,
dan
m. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
Dalam kajian ini penulis mengambil tema dari salah satu tugas dan fungsi Balai Prasarana
Wilayah yaitu “Pelaksanaan, pengendalian teknis, dan pengawasan pembangunan system
penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestic, pengelolaan drainase lingkungan,
dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan Gedung, pengembangan Kawasan
permukiman, dan pengembangan sarana prasarana strategis.”
4
pemanfaatan Penulis ingin melakukan kajian lebih mendalam apa faktor penyebab
terjadinya hal tersebut dengan harapan sebagai perbaikan kinerja pada pelaksanaan Tahun
Anggaran 2021.
Dalam model 3 THE 3 LINES OF DEFENCE PPK PKP ataupun Balai masuk dalam lini
pertahanan pertama.
Pertahanan lapis pertama dilaksanakan oleh unit atau komponen atau fungsi bisnis yang
melakukan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang merupakan garis
depan atau ujung tombak organisasi. Dalam hal ini mereka diharapkan untuk:
5
1.2.2 Dukungan SDM PKP
PPK PKP melakukan sebagian tugas Kepala Satuan Kerja dalam melakukan administrasi
realisasi keuangan dan kegiatan sesuai rencana dan DIPA yang telah ditetapkan untuk
mendukung ketercapaian target realisasi anggaran.
§ Pelaksana Teknik
Melakukan penyusunan konsep dokumen rencana kegiatan program usulan rencana
operasional dan RKA-KL serta penyusunan konsep laporan kegiatan Sekretariat
Direktorat Jenderal sesuai peraturan yang berlaku untuk dukungan administrasi Satuan
Kerja
§ Penata Keuangan (Pelaksana Administrasi)
Melakukan penyusunan konsep usulan administrasi keuangan, kas dan perbendaharaan
serta pengumpulan dan updating data pegawai sesuai peraturan yang berlaku untuk
pemenuhan dukungan layanan keuangan.
§ Penata Teknik
Melakukan pengawasan fisik pada kegiatan pra dan pasca kontrak (setelah kegiatan
berakhir) pada pekerjaan di unit Pejabat Pembuat Komitmen terkait berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam dokumen kontrak untuk menyelaraskan kegiatan
pembangunan dengan rencana yang telah ditetapkan.
§ Petugas Teknik
Melaksanakan pengawasan paket secara rutin di lapangan berdasarkan arahan Penata
Teknik sesuai dengan bidang pengasan pekerjaan masing-masing untuk membantu
proses pengawasan fisik.
Dalam pelaksanaan tugas PPK PKP didukung dengan 6 orang staff yang terdiri dari:
- Pendidikan S2 = 2 orang;
- Pendidikan S1 = 2 orang;
- Tamat SMA = 2 orang.
6
Penyediaan infrastruktur merupakan tugas Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam pelaksanaan perlu dilakukan pengendalian untuk
memastikan tujuan dan sasaran pembangunan tercapai. Pencapaian pembangunan sebagai
wujud good governance melalui sistem pengendalian internal pemerintah.
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
7
h. Pengadministrasian yang lemah;
i. Pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun belum optimal.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaa kegiatan infrastruktur pendukung
livelihood ditemukan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Penyusunan Perencanaan terlambat
2. Lemahnya Dukungan BKM
3. Pengendalian kegiatan belum efektif
Permasalahan yang ditemukan di atas dilakukan analisis permasalahan dengan skoring
disajikan pada tabel 1 berikut:
Tabel. 1 Analisis Masalah (USG)
Keterangan:berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)
Aspek Pengendalian menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan program, namun demikian
proses pengendalian berbasis resiko tetap mengacu pada business process dalam pelaksanaan
kegiatan secara menyeluruh. Berdasarkan penilaian terhadap permasalahan yang muncul
sebagaimana tabel di atas terdapat 4 permasalahan yang menonjol yaitu:
1. Proses perencanaan terlambat;
2. Belum optimalnya pengendalian dilapangan pada pelaksanaan;
3. Penyusunan LPJ terlambat;
4. Belum optimalnya pemanfaatan.
Dari hasil analisis permasalahan yang ditemukan disebabkan oleh pelaksanaan pengendalian
yang belum efektif akibat masih lemahnya pengendalian berbasis manajemen resiko. Apabila
tidak segera ditasi maka akan terjadi kembali keterlambatan dalam pelaksanaan Tahun
Anggaran 2021. Ini akan berdampak pada tidak tercapainya target kinerja PPK PKP dan tujun
dan fungsi Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepulauan Riau.
8
Tabel. 2 Permasalahan Saat ini
9
mendapatkan kesepakatan design. Proses ini
memakan waktu 3 bulan. Setelah design disepakati
dilanjutkan dengan penyusunan DED dan RAB
memakan waktu 1 bulan.
c. Penyepakatan kriteria penerima pemanfaat (1 bulan)
Hasil identifikasi penerima manfaat lebih banyak
dibandingkan dengan daya tampung fasilitas yang
akan dibangun maka perlu diseleksi penerima manfaat
yang akan menggunakan fasilitas. Sehingga perlu
penetapan kriteria penerima manfaat. Penetapan
kriteria melalui rembug masyarakat, untuk
menghasilkan kesepakatan diperlukan beberapa kali
pertemuan (5 kali rembug) memakan waktu 1 bulan.
d. Seleksi penerima manfaat (2 minggu)
Setelah ditetapkan penerima manfaat dilakukan
seleksi penerima manfaat, proses seleksi memakan
waktu 2 minggu.
e. SDM
Fasilitator pendamping khususnya fasilitator Teknik
dengan basic Teknik sipil/arsitek umumnya adalah
baru lulus dan belum punya pengalaman dalam
penyusunan DED dan RAB dari 8 orang terdapat 6
orang yang belum pengalaman dan baru lulus.
2 Belum optimalnya a. Belum optimalnya MP2K
pengendalian dilapangan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
pada pelaksanaan (MP2K) yaitu musyawarah persiapan untuk
menjelaskan kesepatan dan rencana pelaksanaan.
Menjelaskan dalam mengimplementasikan DED dan
RAB kepada KSM dan masyarakat. Pembagian kerja
dan jadwal pelaksanaan (Schedule).
b. Belum optimalnya pengendalian lapangan
Pengendalian dilakukan melalui pemantauan dari
laporan harian pekerjaan, catatan hasil kunjungan
fasilitator. Pada
c. SDM di KSM dan fasilitator masih lemah.
Dari 8 fasilitator 6 fasilitator belum pengalaman dan
fresh graduate. KSM tidak punya personil dengan
basic lulusan STM bangunan dan ekonomi
3 Penyusunan LPJ terlambat Lemahnya SDM
KSM tidak punya personil dengan latar Pendidikan
ekonomi pembukuan sehingga lemah dalam pengelolaan
pembukan dan pengadministrasian. Dari 4 KSM, 3 KSM
selalu terlambat dalam melakukan pencatatan
pembukuan
4 Belum optimalnya Dari 4 infrastruktur yang terbangun baru 2 yang telah
pemanfaatan termanfaatkan dikarenakan:
a. Terlambat serah terima pekerjaan
b. Kesepakatan aturan bersamayang telah disepakati
belum semuanya dapat ditterapkan
Proses selanjutnya akan dilaksanakan dengan melakukan perumusan mengenai manajemen
risiko yang tertuang dalam profil risiko.
10
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik
itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dari suatu program. Risiko tidak dikelola dengan baik maka akan
mengakibatkan kerugian serta hambatan yang terjadi sehingga program tidak berjalan dengan
baik. Namun, jika risiko dikelola dengan baik, tepat dan cepat maka segala kerugian dapat
dimiinimalisir, dan program dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Manajemen risiko dilakukan dengan menerapkan dan melaksanakan program-program yang
dilaksanakan agar dapat menghindari risiko (risk advoidnace), mengurangi risiko (risk
management), memindahkan risiko (risk transfer), penahanan risiko (risk retention).
Manajemen risiko dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur perlu dilkaukan agar dapat
mengantisipasi, mengelola serta mengantispasi risiko yang terjadi. Proses manajemen risiko
dimulai dari identifikasi risiko, pengukuran risiko, pengendalian risiko dan evaluasi risiko.
Proses-proses tersebut bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses yang bekerja dalam
keseluruhan strategi oganisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.
1.4 Tujuan
“Melakukan langkah pengendalian dengan Manajemen Risiko”
JANGKA PENDEK
• Menyusun Profil Risiko
JANGKA MENENGAH
• Implementasi dan Pemantauan Manajemen Risiko
JANGKA PANJANG
• Mengevaluasi Implementasi Manajemen Risiko
11
Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan Kotaku Livelihood di Keluarahan Mangsang-
Kota Batam, dengan menerapkan manajemen Risiko melalui:
1. Pembentukan Tim Pengendali Risiko, melalui SK Ka. Balai PPW Kepri;
2. Penyusunan Profil Risiko;
3. Internalisasi Tim Pengendaian Risiko;
4. Koordinasi dengan Stakeholders melalui rapat lapangan atau daring.
12
BAB II
DESKRIPSI GAGASAN PKSK
Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PISK) ini akan menghasilkan suatu instrumen yang
menjadi salah satu upaya optimalisasi dan pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan
Infrastruktur Berbasis Masyarakat melalui penerapan manajemen risiko pada kegiatan
infrastruktur pendukung livelihood. Diharapkan dengan adanya instrumen ini,
peningkatan kinerja pengendalian PPK PKP sehingga dapat memberikan dampak positif
terhadap para stakeholders yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur pendukung
livelihood di Kelurahan Mangsang Kecamatan Sei Beduk Kota Batam Tahun 2021.
13
2.2 Rencana Organisasi PKSK
Gambar 3. Struktur Organisasi PKSK
Dalam kegiatan PKSK ini PPK PKP sebagai Project Leader yang mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan pengendalian melalui manajemen risiko dibantu oleh Tim Pengendali Risiko yang
dibentuk berdasarkan SK Kepala Balai.
14
kepentingannya. Pengelompokan stakeholders tingkat kewenangan dan kepentingan disajikan
pada gambar 4.
Gambar 4. Tingkat Kewenangan dan Kepentingan Stakeholders
Dari hasil pemeteaan Steakholders yang terlibat dalam Infrastruktur Pendungkung Livelihood
dapat digambarkan hubungannya PPK PKP. Bentuk Hubungan Stakeholders dengan PPK PKP
ditampilkan pada gambar 5.
15
2.4 Potensi Kendala dan Strategi Penanganan
Adapun Identifikasi Potensi Kendala Melalui Penerapan Manajemen Risiko dapat disajikan
pada Tabel 5 di bawah ini.
Adapun Kriteria Kunci Keberhasilan Pada Pengendalian Manajemen Risiko Tersaji Pada
Tabel Berikut.Tabel 6
Tabel 6. Kriteria Kunci Keberhasilan
1 Pembentukan Tim Pengendali SK Kabalai Dapat diterbitkan pada Pembentukan tim yang
Risiko Minggu 1 Bulan Juli solid dalam
2021 penyelenggaraan
Manajemen risiko
2 Penyusunan Profil Risiko Laporan Dapat disepakati Koordinasi dan
dimulai pada minggu komunikasi efektif
ke 2 bulan juli 2021 dalam penyusunan
profil risiko
3 Internalisasi Tim Pengendali Laporan Dapat di laksanakan Kesepahaman dan
Risiko bulan Agustus 2021 penentuan rancana
kerja pelaksanaan
Manajemen Risiko
4 Pengendalian Lapangan Laporan Dilaksanakan Kesepahaman antara
pengendalian lapangan tim dan steakholders
selama 6 bulan dalam implementasi
pengendalian
16
KRITERIA FAKTOR KUNCI
NO KEGIATAN OUTPUT
KEBERHASILAN KEBERHASILAN
1. JANGKA PENDEK
Kegiatan yang akan dilakukan dalam rencana jangka pendek periode yaitu Juli 2021
yaitu:
• Pengusulan tim pengendali kepada Kepala Balai;
• Penerbitan SK Kepala Balai tentang tim pengendali manajemen risiko;
• Penyusunan Profil Risiko
17
2. JANGKA MENENGAH
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rencana jangka menengah periode Agustus
2021– Januari 2022 yaitu;
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rencana jangka panjang tahun 2022 yaitu:
• Evaluasi Implementasi Manajemen Risiko 2021;
• Identifikasi langkah-langkah perbaikan;
• Implementasi manajemen risko;
• Rapat-rapat pelaksanaan manajemen risiko;
• Pemantauan dan kujungan lapangan pada perencanaan;
• Pemantauan dan kunjungan lapangan pada pelaksanaan;
• Evaluasi pelaksanaan manajemen risiko 2022; dan
• Laporan pelaksanaan manajemen risiko 2022.
JULI (MINGGU)
No KEGIATAN OUTPUT
1 2 3 4
1 PENGUSULAN TIM PENGENDALI RISIKO NOTA DINAS
18
2 MELAKUKAN KOORDINASI
SK
DENGAN STEAKHOLDERS
19
BAB III
OUTPUT PKSK
3.1. Output PKSK
3.1.1. Pengusulan Tim Pengendali Risiko
Pengusulan tim pengendali risiko dilakukan oleh Project Leader selaku PPK
kepada Kasatker melalui Nota Dinas, selanjutnya dilanjutkan dengan Nota
Dinas Kasatker kepada Kepala Balai.
09
Laporan
Gambar 6. Nota Hasil
Dinas PPK danPelaksanaan
Kasatker PKSK
Pengusulan Tim Pengendali Risiko melalui Nota Dinas PPK dan Kasatker (02 Juli 2021
Terbitnya Sk Tim Pengendali Risiko oleh Kepala Balai tanggal 09 Juli 2021
20
3.1.3. Perumusan Profil Risiko
1. Mentoring
Pelaksanaan mentoring 1 dilaksanakan untuk mendapatkan arahan dan
masukan terkait dengan penyusunan profil risiko berkaitan dengan
pernyataan-pernyataan risiko dan perlunya keterlibatan PPK sektor lain
untuk ikut membuat profil risiko pada kegiatan kontraktual dan
pemberdayaan masyarakat.
Gambar 8. Mentoring 1
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 05 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri, PPK PKP, Staf KI Manajemen Risiko. Agenda Rapat adalah
Konsultansi dengan Mentor (Ka. BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :
2. Sesuai dalam SK Tim Pengendali Risiko, perlu dilibatkan dari PPK lain agar
kedepan dapat dilakukan proses miitigasi resiko baik kegiatan Kontraktual
maupun Pemberdayaan Masyarakat pada PPK yang lain.
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
21
Pelaksanaan mentoring 2 dilaksanakan untuk mendapatkan arahan dan
masukan terkait dengan tindaklanjut pada pelaksanaan implementasi di
lapangan dan dukungan Kepala Balai dalam pelaksanaan pengendalian dan
agar segera dilakukan proses internalisasi dengan tim pengendali risiko agar
mendapatkan kesepahaman dalam implementasi.
Gambar 10 Mentoring 2
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 26 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri dan PPK PKP. Agenda Rapat adalah Konsultansi dengan Mentor (Ka.
BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara lain :
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
22
2. Perumusan dengan Tim Pengendali Risiko
Perumusan Profil Risiko dilakukan dengan melibatkan Tim Pengendali
Rsiko dan Tim Fasilitator Kotaku Pelaksanaan mentoring 1 dilaksanakan
untuk mendapatkan arahan dan masukan terkait dengan penyusunan profil
risiko berkaitan dengan pernyataan-pernyataan risiko dan perlunya
keterlibatan PPK sektor lain untuk ikut membuat profil risiko pada kegiatan
kontraktual dan pemberdayaan masyarakat.
Gambar 12. Perumusan Profil Risiko
Rapat dilaksanakan pada Tanggal 28 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :
3. Bebarapa hal yang masih menjadi perdebatan atau hal – hal yang belum
disepakati akan ditindaklanjuti dengan pertemuan internal berikutnya.
23
Gambar 14. Notulensi Perumusan Profil Risiko 2
NOTULENSI 29 Juli 2021
Rapat dilaksanakan pada Tanggal 29 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :
24
pendampingan pelaksanaan program dan dapat menginisiasi keterpaduan
dan keberlanjutan program.
Rapat dilaksanakan pada Tanggal 16 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala Satker,
PPK PKP, Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukman Kota Batam, Staf Dinas
Perumahan dan Permukman Kota Batam, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku
Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah Koordinasi dengan stakeholder
mengenai program kerja manajemen risiko. Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :
3. Pokja PKP Kota Batam memiliki persepsi yang sama dalam upaya
pengedanlian risiko terutama yang berasal dari eksternal PPK PKP. Sehngga
Pokja PKP mendukung pengendalian melalui Manajemen Risiko. Kedepan
Pokja PKP akan lebih aktif dan melakukan kolaborasi lintas dinas dan sector
terutama di Kota Batam.
25
Gambar 18. Notulensi Koordinasi Tim Kotaku
NOTULENSI 09 Juli 2021
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 09 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
Satker, PPK PKP, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot/Askot dan faskel, Staf PPK PKP.
Agenda Rapat adalah Sosialisasi dengan Tim KOTAKU mengenai pentingnya
Manajemen Risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara
lain :
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
26
Gambar 20. Surat Undangan Koordinasi dengan Direktorat Pembina
27
3.2. Komunikasi PKSK
Dalam mendukung terselenggaranya implementasi pengendalian dengan manajemen
risiko diperlukan strategi komunikasi dengan stakeholders, project leader yang
merupakan sentral dalam pelaksanaan ini harus mampu melakukan pola komunikasi
yang efektif, beberapa pola komunikasi yang diterapkan yaitu :
1. Konsultasi
2. Koordinasi
3. Instruksi
4. Sosialisasi
5. Edukasi
Dalam implementasi jangka pendek telah dilakukan upaya-upaya komunikasi dengan
melibatkan stakeholders sesuai dengan porsi kewenangan dan kepentingan seperti yang
dijelaskan dalam gambar dibawah ini.
Gambar 22. Strategi Komunikasi dan Jejaring Stakeholder
07Strategi Komunikasi
Internal :
1. Dir. PKP (Konsultasi)
2. Dir. KI (Konsultasi)
3. Ka. BPPW Kepri (Konsultasi)
4. Ka. Satker PPP Provinsi Kepri
(Konsultasi)
5. PPK Perencanaan (Koordinasi)
6. KMW OC 3 (Instruksi)
7. Korkot Kota Batam (Instruksi)
Eksternal :
1. Walikota Batam (Koordinasi)
2. Pokja PKP (Koordinasi)
3. BKM (Instruksi, Sosialisasi,
Edukasi)
4. KSM (Instruksi, Sosialisasi,
Edukasi)
5. KPP (Instruksi, Sosialisasi,
Edukasi)
6. Masyarakat (Sosialisasi)
28
Gambar 23. Perubahan Kuadran Stakeholder06
Identifikasi Stakeholder
LATENTS PROMOTERS
Internal : • Dir. PKP
• Dir. KI
1. Dir. PKP • Ka. PW Kepri
2. Dir. KI • Ka. Satker PPP Provinsi Kepri
• PPK PKP
3. Ka. BPPW Kepri • Walikota
4. Ka. Satker PPP • PPK Perencanaan • Pokja
• KMW OC 3
Provinsi Kepri
5. PPK Perencanaan 2 1
• Korkot Kota Batam
29
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PKSK
4.1. Persandingan Rencana dengan Pelaksanaan
Proses pelaksanaan kegiatan Jangka Pendek dijadwalkan dilaksanakan selama 1 Bulan
pada Bulan Juli 2021 selama 4 minggu dimulai sejak tanggal 5 sampai dengan tanggal
31, sesuai dengan rencana dalam pelaksanaan kegiatan Jangka pendek dibagi menjadi
3 Kegiatan yaitu :
1. Pengusulan Tim Pengendali Risiko
a. Pembuatan Nota Dinas PPK kepada Kasatker;
b. Pembuatan Nota Dinas Kasatker kepada Kepala Balai;
2. Penerbitan SK Tim Pengendali Risiko
a. Penerbitan SK
3. Penyusunan Profil Risiko
a. Konsultasi Mentor 1;
b. Sosialisasi dan Koordinasi dengan Tim Kotaku;
c. Konsultasi dengan Mentor 2;
d. Koordinasi dengan Pokja PKP;
e. Perumusan Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko 1;
f. Perumusan Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko 2;
g. Koordinasi dengan stakeholders (Direktorat Pembina)
Namun dalam Pelaksanaan terdapat 1 tambahan agenda yaitu dukungan Stakeholder
dari Walikota Batam. Dalam pelaksanaan implementasi pelaksanaan pengendali Risiko
terdapat 12 sub kegiatan (sebelumnya 10 sub kegiatan).
1. Surat Dukungan stakeholders (Walikota Batam)
a. Surat permohonan dukungan dari Kepala Balai;
b. Surat Pernyataan Dukungan Walikota Batam (disertai dengan video).
Dukungan oleh Walikota Batam sangat penting mengingat dengan dukungan
tersebut dapat berhubungan secara langsung dengan kelancaran proses koordinasi
pada OPD atau Pokja PKP bahkan Pemerintah Kelurahan di Kota Batam.
Secara umum pelaksanaan pada tahap jangka pendek telah dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, beberapa kendala karena proses komunikasi tidak dapat
dilaksanakan dengan tatap muka namun hal ini dapat diantisipasi dengan proses
komunikasi dengan menggunakan daring (zoom meeting), sehingga pesan yang
30
diharapkan tetap dapat disampaikan kepada stakeholders. Sandingan antara rencana dan
realisasi pelaksanaan implementasi jangka pendek dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 10. Sandingan Rencana dan Realisasi pelaksanaan Jangka Pendek
31
10. Lemahnya pengawasan Satker dan PPK dalam pelaksanaan pekerjaan
11. Kelembagaan KPP belum Optimal
12. Hasil pembangunan infrastruktur yang mengalami kerusakan atau belum
dimanfaatkan
13. LPJ Tidak sesuai
14. Tidak sesuai Mutu dan Waktu
15. Dokumen untuk proses Serah terima tidak memadai untuk dilakukan
16. Permasalahan Lahan dan Perizinan
Dalam proses internalisasi dari 16 pernyataan risiko tersebut disederhanakan karena
terdapat klasifikasi yang hamper sama, sehingga pernyataan risiko disederhanakan
menjadi 5 pernyataan risiko yaitu :
1. Perencanaan Terlambat
2. Lemahnya Pengendalian Pelaksanaan
3. Penyalahgunaan Dana
4. LPJ Terlambat dan Tidak Sesuai Pedoman Teknis
5. Pemanfaatan tidak Optimal
32
Tabel 12. Rekap Profil Risiko
Yang Melekat
No Kategori
Pernyataan Risiko Tahapan Level
Risiko Risiko K D Nilai Risiko
Lemahnya Pengendalian
7. Sangat
2 Pelaksanaan Konstruksi 4 5 24
Construction Tinggi
7. Sangat
3 Penyalahgunaan Dana Konstruksi 2 5 21
Construction Tinggi
7.
5 Pemanfaatan tidak Optimal Konstruksi 3 3 14 Sedang
Construction
Dari hasil pemetaan melalui inputing Risk Register terdapat hasil sebagai berikut :
1. Dampak Sangat Tinggi :
a. Lemahnya Pengendalian Pelaksanaan
b. Penyalahgunaan Dana
2. Dampa Tinggi :
a. Perencanaan Terlambat
b. LPJ Terlambat dan Tidak Sesuai Pedoman Teknis
3. Dampak Sedang:
a. Pemanfaatan Tidak Optimal
Tabel 13. Riskmap
Tingkat Dampak
1 2 3 4 5
Matriks Analisis Risiko
11 15 18 23 25
Hampir Pasti
5
Terjadi
6 12 16 19 24
4 Sering Terjadi
1 1 1
Tingkat Kemungkinan
4 8 14 17 22
3 Kadang Terjadi
1
2 7 10 13 21
2 Jarang Terjadi
1
1 3 5 9 20
Hampir Tidak
1
Terjadi
Garis Toleransi
33
Tabel 14. Risk Register NILAI RISIKO
NILAI RESPON
ANALISIS RISIKO RISIKO THD
YANG PENGENDALIAN YANG SUDAH ADA ALOKASI
RISIKO SETELAH NILAI INOVASI INDIKATOR
No Kegiatan Tahapan MELEKAT SUMBER
PENGENDA SETELAH PENGENDALIAN KELUARAN
Pernyataan Kategori DAYA
Penyebab Risiko Uraian Dampak K D Nilai Uraian Efektivitas K D Nilai PENGENDALIA
Risiko Risiko N
1 Pembangunan 5. Design Perencanaan Kinerja 1. Lahan dan pemenuhan 1. Keterlambatan 4 4 19 1. Melakukan Rekrutmen secara Belum 2 4 13 Membagi risiko 1. Melakukan zoom Man 1. Laporan
Kotaku Skaa Terlambat persetujuan dasar (KKPR, penyusunan berkala untuk memenuhi Memadai meeting Tematik dengan 2.
Lingkungan persetujuan lingkungan, dokumen kekurangan personil; topic sesuai dengan Dokumentasi
Livelihood di persetujuan bangunan perencanaan; 2. Disamping pelatihan-pelatihan kendala/masalah dan 3. RKTL
Kelurahan gedung) yang dibutuhkan 2. Keterlambatan dan OJT yg di fasilitasi kebutuhan penihgkatan
Mangsang untuk pembangunan dalam pelaksanaan manajemen juga telah dilakukan kapasitas berdasarkan
Kota Batam infrastruktur belum pekerjaan. Coaching Clinic berdasarkan hasil pemetaan masalah
sepenuhnya dapat kebutuhan hasil pemetaan dan kapasitas masing-
disediakan oleh Pemerintah kapasitas personil; masing personil
daerah tepat waktu; 3. Melakukan Penguatan dilaksanakan 1 kali
2. Lemahnya Fasilitator Kapasitas terhadap KSM berupa dalam satu bulan;
dalam pendampingan OJT, Coaching da n 2. Melakukan evaluasi
Perencanaan; pendampingan UP-UP ; Setiap bulan terkait
3. Lemahnya BKM dalam 4. Penilaian Kinerja BKM pemahaman konsep dan
Perencanaan. dilaksanakan secara rutin per mekanisme sesuai
semester; pedoman teknis;
5. Musyawarah Persiapan 3. Penilaian Kinerja
Pelaksanaan Konstruksi (Mp2K) BKM dilakukan per
wajib di lakukan sebelum Triwulan;
pelaksanaan Konstuksi; 4. Koordinasi dengan
2 Pembangunan 7. Construction Lemahnya Kinerja 1. Lemahnya Fasilitator 1. Pelaksanaan tidak 4 5 24 1. Melakukan Rekrutmen secara Belum 3 4 17 Mengurangi 1. Membentuk forum Man 1. Laporan
Kotaku Skaa Pengendalian dalam pengendalian; Tepat Mutu dan berkala untuk memenuhi Memadai dampak BKM agar bisa sharing 2.
Lingkungan Pelaksanaan 2. Lemahnya BKM dalam Waktu; kekurangan personil; pengalaman dan bisa Dokumentasi
Livelihood di Pengendalian; 2. Progres terlambat. 2. Disamping pelatihan-pelatihan menjadi media belajar 3. RKTL
Kelurahan 3. KSM belum sepenuhnya dan OJT yg di fasilitasi bersama;
Mangsang memahami pedoman dan manajemen juga telah dilakukan 2. Penilaian Kinerja
Kota Batam kaidah teknis. Coaching Clinic berdasarkan BKM dilakukan per
kebutuhan hasil pemetaan Triwulan;
kapasitas personil; 3. Monitoring Virtual dan
3. Melakukan Penguatan pembahasan bersama
Kapasitas terhadap KSM berupa secara mingguan;
OJT, Coaching danpendampingan 4. Koordinasi dengan
UP-UP; pemerintah daerah
4. Penilaian Kinerja BKM (Kelurahan dan Pokja)
dilaksanakan secara rutin per secara menerus mulai
semester; dari perencanaan,
5. Melakukan pemantaun melalui pelaksanaan dan pasca
Quick Status yg harus di update pelaksanaan;
minimal 1 x semingu; 5. Melakukan
6. Melakukan Evaluasi terhadap Pemantauan progres
3 Pembangunan 7. Construction Penyalahgunaa Fraud 1. Kolusi dalam 1. Kerugian Negara. 2 5 21 capaian dan memberikan
1. Pemantauan Pembukuan dan Belum 2 4 13 Menghindari harian yg dikendalikan
1. Coaching tentang Man 1. Laporan
Kotaku Skaa n Dana pengurangan Kuantitas dan Lapangan Memadai risiko konsep dan mekanisme 2.
Lingkungan Kualitas; pengadaan barang dan Dokumentasi
Livelihood di 2. Pembelanjaan Fiktif. jasa;
Kelurahan 2. Verifikasi administrasi
Mangsang BKM-KSM dan
Kota Batam fisiklapangan oleh
Fasilitator dalam jangka
waktu Mingguan
4 Pembangunan 7. Construction LPJ Terlambat Kinerja 1. KSM tidak melakukan 1. Progres terlambat; 4 3 16 1. Coaching Clinik fasilitator; Belum 3 3 14 Mengurangi 1. Mengarsipkan Man 1. Laporan
Kotaku Skaa dan Tidak pengadministrasian LPJ 2. Kerugian Negara. 2. Verifikasi Pembukuan secara Memadai frekuensi transaksi sesuai tanggal 2.
Lingkungan Sesuai dengan baik; berjenjang; transaksi; Dokumentasi
Livelihood di Pedoman 2. Lemahnya pengendalian 3. Uji petik Pembukuan dan 2. Penyusunan LPJ 3. RKTL
Kelurahan Teknis Satker dan Fasilitator Dokumen pengadaan barang dan dimulai sejak Pekerjaan
Mangsang dalam verifikasi dokumen; jasa. dimulai;
Kota Batam 3. Kurangnya pemahaman 3. Verifikasi administrasi
KSM atas pedoman BKM-KSM oleh
pengadaan barang dan jasa Fasilitator dalam jangka
(POS BARJAS). waktu Mingguan
5 Pembangunan 8. Operational Pemanfaatan Kinerja 1. Proses penyiapan 1. Outcome tidak 3 3 14 1. Melakukan Koordinasi dan Belum 3 3 14 Mengurangi 1. Mendorong PEMDA Man 1. Laporan
Kotaku Skaa tidak Optimal dokumen serah terima tercapai; Advokasi secara rutin ke PEMDA Memadai frekuensi untuk mengalokasi kan 2.
Lingkungan terlambat; 2. Berkurangnya nilai tentang program , agar Anggaran Khusus Dokumentasi
Livelihood di 2. Terlambatnya proses aset karena tidak mendapatkan dukungan baik fasilitasi program melalui 3. RKTL
Kelurahan sertifikasi yang melibatkan dipelihara (terjadi pendanaan maupun fasilitasi; POKJA PKP sehingga
Mangsang Stakeholder (Pemda/Pokja kerusakan). 2. Memfasilitasi dan memiliki rencana kerja
Kota Batam PKP); memverifikasi dokumen serah yang terstruktur;
3. Kurangnya dukungan terima pekerjaan dan aset; 2. Memfasilitasi upaya
Pemerintah Daerah dalam 3. Mengawal penerapan aturan pembiayaan dari sektor
pendanaan dan bersama yang sudah disepakti yang lain Contohnya
keberlanjutan program. untuk pemeliharaan dan CSR)
pemanfaatan sarana dan 3. Evaluasi
prasarana Kelembagaan KPP;
Ket: Rencana kerja dibuat berdasarkan Jadwal kegiatan jangka pendek = Warna Kuning, Jangka menengah = Warna Hijau dan Jangka Panjang= Warna Merah
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Realisasi Aktualisasi PKSK (Jangka Pendek)
§ Pelaksanaan Aktualisasi Jangka Pendek dilakukan dengan tatap muka dan daring;
§ Pelaksanaan Aktualisasi jangka pendek telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal;
§ Terdapat tambahan agenda pelaksanaan Jangka Pendek yaitu Dukungan
Stakeholder oleh Walikota Batam.
2. Respon Stakeholders
§ Stakeholder baik internal maupun eksternal memberikan apresiasi dalam
penyampaian substansi Manajemen Risiko;
§ Diharapkan dapat direplikasi pada kegiatan lain;
§ Pada tahapan implementasi perlu dilakukan sosialisasi pada BKM dan KSM
3. Keterlibatan Stakeholders
§ Pada proses aktualisasi jangka pendek sudah melibatkan stakeholder yang
berkaitan implementasi jangka pendek
§ Strategi komunikasi selanjutnya harus disesuaikan dengan implementasi jangka
menengah dan Panjang
4. Manfaat yang didapat
§ Proses pembelajaran penerapan manajemen risiko dalam pengendalian pekerjaan
dengan peng-administrasian Manajemen Risiko;
§ Pengendalian yang terstruktur pada pelaksanaan kegiatan;
§ Koordinasi yang efektif dengan Stakeholder.
5.2. Rekomendasi
1. Internalisasi pada Tim Pengendali Risiko;
2. Perlu dibuatkan Jadwal terperinci dalam implementasi;
3. Proses Evaluasi pada setiap tahapan implementasi;
4. Keterlibatan semua stakeholder;
35
LAMPIRAN
TANGGAPAN PENGUJI DAN TINDAK LANJUT
NO TANGGAPAN PENGUJI TINDAK LANJUT
SEMINAR I
1 Agar hal yang disampaikan terkait aspek 1. Proses Perencanaan yang Terlambat :
Kualitatif dapat dijelaskan dengan Dari 4 Lokasi Livelihood tahun 2020
pendekatan Kuantitatif. terdapat 3 Lokasi yang mengalami
keterlambatan selama 4 Bulan
dikarenakan proses Perijinan, Lahan
dan Internalisasi Penyusunan DED
RAB;
2. Pengendalian di lapangan masih
belum dilakukan berjenjang; dari 4
Lokasi masih belum menerapkan
hasil MP2K sehingga proses
pelaksanaan terlambat (deviasi
minus);
3. Penyusunan LPJ terlambat: dari 4
Lokasi 3 KSM selalu terlambat
menyampaikan Laporan Pertanggung
Jawaban;
4. Terdapat 2 lokasi dari 4 lokasi
kegiatan Livelihood tahun 2020 yang
belum dimanfaatkan.
2 Agar Proses manajemen Risiko menjadi 1. SK Tim Pengendali Risiko
budaya baru dalam Pengendalian melibatkan PPK sektor lain, dengan
Pelaksanaan di Balai. harapan agar kedepan pengendalian
dengan Manajemen Risiko dapat
direplikasi pada kegiatan sektor lain
baik kontraktual maupun
Pemberdayaan Masyarakat;
2. Melibatkan Direktorat Pembina
dalam proses Implementasi
Manajemen Risiko yaitu : Direktorat
PKP dan Direktorat KI.
SEMINAR II
36
1 Agar dimasukkan terkait dengan model Sudah dimasukkan dalam BAB I terkait
Three Lines of Defence, menunjukkan posisi dengan penjelasan 3 lini pertahanan
di Balai di lini pertahanan mana.
2 Dalam dampak yang melekat pada Sudah dimasukkan dalam Dampak melekat
Pernyataan Risiko tentang “Penyalahgunaan pada Pernyataan Risiko dan akan
Dana” memiliki Risiko sangat tinggi ditindaklanjuti dalam implementasi pada tahap
sehingga harus dituangkan dalam Risk Jangka Menengah sebagai pernyataan yang
Register. menjadi perhatian khusus
37
38
39
40
41
42
43
44
45
NOTULENSI 05 Juli 2021
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 05 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri, PPK PKP, Staf KI Manajemen Risiko. Agenda Rapat adalah
Konsultansi dengan Mentor (Ka. BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :
2. Sesuai dalam SK Tim Pengendali Risiko, perlu dilibatkan dari PPK lain agar
kedepan dapat dilakukan proses miitigasi resiko baik kegiatan Kontraktual
maupun Pemberdayaan Masyarakat pada PPK yang lain.
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
46
NOTULENSI 16 Juli 2021
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 16 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri dan PPK PKP. Agenda Rapat adalah Konsultansi dengan Mentor (Ka.
BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara lain :
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
47
NOTULENSI 09 Juli 2021
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 09 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
Satker, PPK PKP, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot/Askot dan faskel, Staf PPK PKP.
Agenda Rapat adalah Sosialisasi dengan Tim KOTAKU mengenai pentingnya
Manajemen Risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara
lain :
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
48
NOTULENSI 16 Juli 2021
Rapat dilaksanakan pada Tanggal 16 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala Satker,
PPK PKP, Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukman Kota Batam, Staf Dinas
Perumahan dan Permukman Kota Batam, Tim Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku
Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah Koordinasi dengan stakeholder
mengenai program kerja manajemen risiko. Beberapa hal yang dibahas dan
diputuskan dalam rapat antara lain :
3. Pokja PKP Kota Batam memiliki persepsi yang sama dalam upaya
pengedanlian risiko terutama yang berasal dari eksternal PPK PKP. Sehngga
Pokja PKP mendukung pengendalian melalui Manajemen Risiko. Kedepan
Pokja PKP akan lebih aktif dan melakukan kolaborasi lintas dinas dan sector
terutama di Kota Batam.
49
NOTULENSI 26 Juli 2021
Rapat Konsultans dilaksanakan pada Tanggal 26 Juli 2021 yang dihadiri oleh Kepala
BPPW Kepri dan PPK PKP. Agenda Rapat adalah Konsultansi dengan Mentor (Ka.
BPPW Kepri). Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam rapat antara lain :
3. Agar hasil dari kajian ini dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
50
NOTULENSI 28 Juli 2021
Rapat dilaksanakan pada Tanggal 28 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :
3. Bebarapa hal yang masih menjadi perdebatan atau hal – hal yang belum
disepakati akan ditindaklanjuti dengan pertemuan internal berikutnya.
51
NOTULENSI 29 Juli 2021
Rapat dilaksanakan pada Tanggal 29 Juli 2021 yang dihadiri oleh PPK PKP, Tim
Kotaku KMW OC1, Korkot Kotaku Batam, Staf PPK PKP. Agenda Rapat adalah
perumusan draft profil risiko. Beberapa hal yang dibahas dan diputuskan dalam
rapat antara lain :
52
NOTULENSI 30 Juli 2021
53
c. Isu yang disampaikan oleh penulis sudah relevan dan bisa
dimanfaatkan untuk kegiatan pada program atau lokasi lain, namun
perlu menyesuaikan jenis risiko dengan layanan atau fungsi dan tugas
PPK PKP.
d. Perlu inovasi dalam menentukan solusi dari risiko yang diidentifikasi.
Inovasi harus konkrit atau tidak normatif. 1 (satu) inovasi bisa
menyelesaikan beberapa risiko. Contoh : Inovasi coaching dapat
menyelesaikan beberapa risiko.
e. Kolom V adalah interpretasi dari inovasi yang dihasilkan guna
mengendalikan risiko yang timbul.
54
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK
Konsultasi dengan Mentor mengenai Draft Profil Risiko, tanggal 5 Juli 2021
Sosialisasi dengan Tim Kotaku mengenai pentingnya Manajemen Risiko, tanggal 09 Juli 2021
55
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK
Koordinasi dengan Stakeholder mengenai program kerja Manajemen Risiko, tanggal 16 Juli 2021
Konsultasi dengan Mentor mengenai program kerja Manajemen Risiko, tanggal 16 Juli 2021
56
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK
Perumusan Draft Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko, tanggal 28 Juli 2021
Perumusan Draft Profil Risiko dengan Tim Pengendali Risiko, tanggal 29 Juli 2021
57
09Laporan Hasil Pelaksanaan PKSK
Tindak Lanjut
• Akan dimasukkan dalam Profil Risiko;
02 • Proses Implementasi akan didahului dengan Internalisasi.
58