Anda di halaman 1dari 7

Makalah Seminar Hasil, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR

TEKNOLOGI CAMPURAN PANAS ASBUTON


DIHAMPAR DINGIN (CPHMA) UNTUK MEMBANGUN
INDONESIA DARI PINGGIRAN
Madi Hermadi1 (1), Willy Pravanto 2(2), Yohanes Ronny 3 (3)
(1)
Alamat Instansi: Jalan A.H. Nasution No. 264 Bandung, Email: madi.hermadi@pusjatan.pu.go.id
(2)
Alamat Instansi: Jalan A.H. Nasution No. 264 Bandung, Email: willy.pravianto@pusjatan.pu.go.id
(3)
Alamat Instansi: Jalan A.H. Nasution No. 264 Bandung, Email: yohanes.ronny@pusjatan.pu.go.id

ABSTRAK

Dalam mengatasi kesenjangan pembangunan antar daerah, pemerintah memperkenalkan konsep


membangun dari pinggiran yang selanjutnya menjadi salah satu program prioritas. Dari segi
pembangunan jalan, banyak daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses ke
alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan, AMP) sehingga tidak memungkinkan diterapkan
campuran beraspal panas. Selain itu, sumberdaya manusia di daerah terpencil juga memiliki
keterbatasan sehingga perlu dikembangkan suatu pelaksanaan campuran beraspal yang relatif
pelaksanaannya sederhana serta tidak mengharuskan adanya ketersediaan AMP di daerah. Untuk
maksud tersebut maka Pusjatan telah mengembangkan spesifikasi dan pedoman Asbuton
Campuran Panas Dihampar Dingin (Cold Paving Hot Mix Asbuton, CPHMA). CPHMA adalah
produk campuran beraspal siap pakai. Pencampuran dilakukan secara pabrikasi kemudian
didistribusikan dalam bentuk kemasan. Selanjutnya dihampar dan dipadatkan secara dingin (pada
temperatur udara). Berdasarkan hasil kajian di laboratorium dan lapangan maka Pusjatan telah
mengkarakterisasi mutu CPHMA yang kemudian dituangkan dalam spesifikasi dan pedoman.
Spesifikasi dan pedoman tersebut telah divalidasi pula dengan pemantauan lapangan CPHMA di
Kendari, Buton dan Wakatobi. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi
pada perkerasan jalan CPHMA relatif kecil yaitu kerusakan pada perkerasan CPHMA dengan
umur 3 tahun total kerusakan sekitar 15% sedangkan yang dengan umur 4 tahun total kerusakan
sekitar 20%.

Kata kunci : asbuton, CPHMA, campuran panas, hampar dingin

Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 1


Judul Makalah :

LATAR BELAKANG campuran panas, khususnya dari segi produksi


Berbagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan campuran beraspal panas Asbuton Lawele di AMP.
asbuton sebagai bahan pengikat pada perkerasan
jalan beraspal telah dilakukan berbagai pihak dengan b) Asbuton Campuran Hangat
mengacu pada kebutuhan yang berkembang
Asbuton campuran hangat dibuat dari asbuton butir
diberbagai daerah. Saat ini telah beredar di pasaran
yang dicampur dengan agregat dan bahan peremaja
produk CPHMA. Pencampuran dilakukan secara di Unit Pencampur Aspal pada temperatur 120 oC
pabrikasi kemudian dipasarkan dalam bentuk dan dipadatkan pada temperatur sekitar 100 oC atau
kemasan ataupun curah. Penghamparan dan temperatur tersebut lebih rendah sekitar 30 oC dari
pemadatan dilakukan secara dingin (temperatur campuran beraspal panas. Temperatur pencampuran
udara). Produk ini menjadi alternatif pilihan dan pemadatan lebih rendah sekitar 30 oC dari
terutama untuk pembangunan jalan di daerah yang campuran beraspal panas karena bitumen Asbuton
memiliki keterbatasan Unit Pencampur Aspal setelah diremajakan relatif lebih lunak dari aspal
(Asphalt Mixing Plan / AMP) seperti di daerah- minyak. Oleh sebab itu, jalan yang
daerah terpencil dan pulau-pulau kecil. Namun yang direkomendasikan dapat menggunakan perkerasan
dengan Asbuton campuran hangat ini adalah jalan
menjadi kendala adalah Indonesia belum memiliki
dengan lalulintas ringan sampai sedang (Direktorat
spesifikasi, kriteria atau pedoman yang dapat Jenderal Bina Marga, 2007; Iriansyah AS, 2009).
digunakan untuk menilai kualitas campuran serta
pedoman pelaksanaannya. Hal ini dapat Seperti pada Asbuton campuran hangat, pada
menimbulkan kegagalan perkerasan jalan atau teknologi CPHMA juga digunakan bahan pelunak
kalaupun kinerjanya cukup memadai serta ekonomis, untuk melunakkan aspal dalam campuran sehingga
tetap akan menimbulkan keraguan serta campuran dapat disimpan dalam periode tertentu
kesalahpahaman diantara para pihak yang (sekitar 3-6 bulan) dan dilaksanakan secara dingin
berkepentingan. Untuk mengatasi masalah tersebut, (pada temperature udara).
pada tulisan ini disajikan hasil kajian yang telah
c) Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi
dilakukan terhadap beberapa contoh CPHMA yang
beredar di pasaran. Kajian meliputi sifat campuran Asbuton campuran dingin aspal emulsi dapat
dan sifat bahan dalam campuran, diuji di digunakan sebagai perkerasan jalan pada lalulintas
laboratorium dan kemudian dibandingkan antara sedang. Campuran ini pada prinsipnya adalah
sifat satu contoh dengan contoh yang lainnya dan campuran dingin aspal emulsi pada umumnya
juga dengan kriteria campuran beraspal yang sudah namun dengan diberi bahan tambah Asbuton butir
ada. Dengan demikian maka telah diperoleh (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006-a).
perkiraan kelayakan perkerasaan jalan yang akan Berdasarkan hasil kajian, stabilitas Asbuton
dihasilkan serta rekomendasi sifat campuran yang campuran dingin aspal emulsi relatif lebih tinggi dari
stabilitas campuran aspal emulsi tanpa Asbuton.
dapat dijadikan pegangan dalam menilai produk
Namun, bila dibandingkan dengan Asbuton
CPHMA.
campuran panas dan hangat, stabilitasnya tetap jauh
lebih rendah sehingga penggunaannya
TEKNOLOGI ASBUTON direkomendasikan di jalan dengan lalulintas ringan
sampai sedang.
Pada prinsipnya, CPHMA dapat dikembangkan
dengan merujuk pada beberapa jenis teknologi Karena campuran dingin aspal emulsi didesain untuk
campuran Asbuton yang ada yaitu: pelaksanaan secara dingin maka karakteristik aspal,
karakteristik agregat, gradasi campuran, sifat-sifat
a) Asbuton Campuran Panas campuran dan kriteria lalu lintas yang dapat dilayani
sudah sesuai untuk pelaksanaan secara dingin. Oleh
Asbuton campuran panas pada prinsipnya adalah sebab itu, kriteria-kriteria tersebut juga menjadi
campuran beraspal panas biasa yang menggunakan criteria dalam CPHMA.
aspal minyak namun diberi bahan tambah Asbuton
butir atau Asbuton semi ekstraksi (Kementrian PRINSIP DAN KRITERIA CPHMA
Pekerjaan Umum, 2004). Teknologi CPHMA
dikembangkan dengan merujuk pada Asbuton Berdasarkan kajian terhadap beberapa teknologi
perkerasan jalan Asbuton yang sudah ada, maka
Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 2
Judul Makalah :

teknologi perkerasan jalan CPHMA dapat


dikembangkan dengan prinsip dan kriteria sebagai
berikut.

a) Prinsip CPHMA

CPHMA dapat didefinisikan sebagai campuran


beraspal yang mengandung Asbuton dan bahan
tambah lain bila diperlukan, yang sudah dicampur
dengan baik di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan
siap dihampar dan dipadatkan dalam pembuatan
perkerasan jalan beraspal. Gambar 2: Pemulihan aspal dari larutan hasil
ekstraksi
Teknik pencampuran serta proporsi bahan dalam
campuran menjadi menjadi kewenangan produsen Aspal dalam campuran CPHMA hasil ekstraksi dan
asal menghasilkan campuran yang memenuhi pemulihan harus memiliki nilai penetrasi minimum
persyaratan. Mungkin pencampuran dengan 200 dmm (setara dengan nilai penetrasi residu aspal
menggunakan Unit Pencampur Aspal (AMP) seperti emulsi), titik lembek minimum 40 oC dan daktilitas
pada Asbuton campuran panas atau hangat, serta minimum 100 cm sebagaimana yang ditunjukkan
mungkin juga pencampuran dilakukan secara pada Tabel 1.
manual dan dingin seperti pada Asbuton campuran
dingin. Tabel 1: Persyaratan aspal dalam campuran
CPHMA
b) Sifat Aspal dalam Campuran Sifat aspal dalam campuran Standar Persyaratan
Penetrasi aspal pada SNI 2456:2011 Min. 100
Agar campuran CPHMA dapat dihampar dan temperatur 250C, 100 g, 5
dipadatan pada temperatur dingin, sifat aspal dalam detik; dmm
campuran CPHMA harus lebih lunak dari aspal Titik lembek; oC SNI 2434:2011 Min. 40
keras Pen 60 yang biasa digunakan untuk campuran Daktilitas pada 250C, 5 SNI 2432:2011 Min. 100
cm/menit; cm
beraspal panas. Untuk mengetahui sifat aspal dalam
campuran maka aspal harus diekstraksi kemudian
aspal dalam larutan yang diperoleh dari hasil c) Gradasi Campuran
ekstraksi dipulihkan (recovered) untuk
menghilangkan pelarutnya. Dengan demikian maka Gradasi campuran termasuk faktor penting agar
akan diperoleh aspal murni dari campuran CHMA campuran dapat dipadatkan pada temperatur udara
yang siap untuk diuji sifat-sifatnya. namun dengan memberikan kinerja yang
semaksimal mungkin. Persyaratan gradasi campuran
CPHMA juga merujuk pada gradasi campuran
dingin aspal emulsi bergradasi rapat.(DEGEN).

Tabel 2: Persyaratan gradasi campuran CPHMA


Persen berat lolos
Nominal Nominal
Ukuran ayakan
Maksimum Maksimum
12,5 mm 19 mm
1 in (25 mm) - 100
¾ in (19 mm) 100 90 -- 100
½ in (12,5 mm) 90 -- 100 -
3/8 in (9,5 mm) - 60 -- 80
No.4 (4,76 mm) 45 -- 70 35 -- 65
No.8 (2,36 mm) 25 -- 55 20 -- 50
No.50 (0,300 mm) 5 -- 20 3 -- 20
No.200 (0,075 mm) 2 -- 9 2 -- 8

d) Sifat Campuran
Gambar 1: Ekstraksi aspal dalam campuran CPHMA
dengan tabung refluks Sifat campuran CPHMA yang sudah dipadatkan
dengan alat pemadat Marshall sebanyak 2 x 75
Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 3
Judul Makalah :

tumbukan pada temperatur udara (30 oC) harus pelaksanaan perkerasan jalan pada umumnya serta
memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 3. sudah diberi lapis pengikat atau lapis resap ikat.
Stabilitas Marshall yang diuji juga pada temperatur
udara (30 oC) minimum 500 kg. Penghamparan dapat dengan menggunakan mesin
penghampar (Finisher) atau secara manual.
Sifat campuran yang perlu perhatian dan agak sulit Penghamparan secara manual perlu memperhatikan
dicapai adalah persen rongga udara dalam campuran. kerataan elevasi hamparan serta keseragaman
Persyaratannya adalah 4% sampai dengan 10%. butiran agregat (tidak segregasi).
Namun karena memang pelaksanaannya pada Pada saat pemadatan sering kali terjadi campuran
temperatur dingin maka tidak sedikit hasil menempel pada roda alat pemadat dan terangkat.
perencanaan campuran menemui persen rongga Hal ini juga sering terjadi pada saat melakukan
udara di atas 10%. Untuk mengatasi hal ini maka pemadatan pada campuran dingin aspal emulsi atau
produsen CPHMA dapat membuat aspal dalam aspal cair. Untuk menghindari hal tersebut, roda
campuran menjadi lebih lunak namun hanya pemadat harus cukup basah. Hal ini karena berbeda
temporer saja yaitu dengan menambahkan minyak dengan campuran panas, ikatan antar campuran
ringan yang dapat menguap setelah dihampar. beraspal pada campuran dingin lebih tidak kuat
karena aspal lebih lunak atau adanya minyak ringan.
Beberapa produsen CPHMA ada juga yang
menambahkan polimer bersamaan dengan bahan f) Tipikal struktur perkerasan jalan
pelunak. Polimer dapat meningkatkan nilai stabilitas
serta persen stabilitas sisa setelah perendaman dalam
air.

Tabel 3: Persyaratan sifat campuran CPHMA


Sifat campuran Standar Persyaratan
Rongga di antara agregat AASHTO
Min.16
(VMA); % M 323-12
Rongga terisi aspal, AASHTO
Min. 60
(VFB); % M 323-12
Rongga udara dalam AASHTO
Gambar 3: Struktur perkerasan jalan CPHMA tipe-1
4 - 10
campuran (VIM); % M 323-12
ASTM D
Stabilitas Marshall pada
6927-06 Min. 500
temperatur udara; kg

Stabilitas sisa setelah ASTM D


perendaman selama 2 x 6927-06 Min. 60
24 jam pada temperatur
udara; %

e) Kriteria lalu-lintas
Gambar 4: Struktur perkerasan jalan CPHMA tipe-2
Dengan pelaksanaan penghamparan secara dingin
maka kinerja perkerasan yang dihasilkan juga
dianggap tidak jauh berbeda dengan sifat campuran
beraspal dingin. Menurut Asphalt Institute dalam
buku Cold Mix Manual MS-14, campuran seperti ini
diperuntukan untuk lalu lintas ringan sampai sedang.

PELAKSANAAN LAPANGAN CPHMA

CPHMA dapat dihampar di atas perkerasan lama


(Tipe 1), di atas lapis fondasi (Tipe 2) atau di atas
lapis fondasi batu kapur (Tipe 3) yang masing-
masing sudah dipersiapkan sesuai kriteria Gambar 5: Struktur perkerasan jalan CPHMA tipe-3

Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 4


Judul Makalah :

Gambar 6: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun


di Kendari Gambar 10: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun
di Baubau

Gambar 7: Perkerasan Jalan CPHMA umur 2 tahun


di Kendari
Gambar 11: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun
di Baubau

Gambar 8: Perkerasan Jalan CPHMA umur 3 tahun


di Kendari Gambar 12: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun
di Baubau

Gambar 9: Perkerasan Jalan CPHMA umur 3 tahun


di Kendari

Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 5


Judul Makalah :

Gambar 13: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun Gambar 16: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun
di Wakatobi di Wakatobi

Berdasarkan hasil pemantauan, kerusakan yang


terjadi pada perkerasan jalan CPHMA relatif kecil.
Kerusakan pada perkerasan CPHMA dengan umur 4
tahun total kerusakan sekitar 20% sedangkan yang
dengan umur 3 tahun total kerusakan sekitar 15%.

PERBANDINGAN DENGAN TEKNOLOGI


ASBUTON LAINNYA

Ada beberapa teknologi yang dapat diaplikasikan di


daerah yang memiliki keterbatasan akses terhadap
Gambar 14: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun AMP yaitu, LPMA (Lapis Penetrasi Makadam
di Wakatobi Asbuton), Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi,
Butur Seal dan Cape Buton Seal. Jika dibandingkan
dengan teknologi-teknologi tersebut, CPHMA
memiliki keunggulan yaitu:
a) Dapat melayani lalu lintas ringan sampai sedang
yaitu sampai maksimum 1 juta ESA, sedangkan
Butur Seal dan Cape Buton Seal hanya untuk
lalu lintas ringan yaitu di bawah 500 ESA.
b) Dibanding LPMA, CPHMA dapat menghasilkan
konstruksi perkerasan yang lebih merata dan
homogen. Kerataan permukaan CPHMA juga
lebih baik.
Gambar 14: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun c) Asbuton campuran dingin aspal emulsi saat ini
di Buton dipandang kurang efektif mengaktifkan bitumen
Asbuton sehingga ada indikasi kebutuhan aspal
emulsi dalam campuran justru menjadi lebih
tinggi bila ditambah asbuton butir. Hal ini dapat
difahami mengingat aspal emulsi yang berbasis
air tidak akan dapat memobilisasi bitumen
dalam Asbuton. Oleh sebab itu, Asbuton
campuran dingin aspal emulsi kurang diminati.
Selain itu, espal emulsi juga masih
menggunakan aspal minyak. Untuk daerah yang
lebih dekat ke sumber produksi Asbuton
(Sulawesi dan sekitarnya) dan jauh dari sumber
produksi aspal minyak (Cilacap) dari segi harga
Gambar 15: Perkerasan Jalan CPHMA umur 1 tahun menjadi kurang ekonomis.
di Unahaa
KESIMPULAN

CPHMA adalah campuran panas Asbuton yang


dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dihampar
secara dingin. CPHMA sesuai untuk diaplikasikan di
lokasi-lokasi terpencil, termasuk pulau-pulau kecil
yang tidak memiliki fasilitas Unit Pencampur Aspal
Panas. Lalu lintas jalan yang dapat dilayani adalah
lalu lintas ringan sampai sedang.
Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa
setelah umur 3 – 4 tahun kerusakan pada perkerasan
jalan relatif kecil yaitu berkisar antara 15 – 20%.
Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 6
Judul Makalah :

CPHMA memiliki beberapa keunggulan SNI 2434:2011, Cara uji titik lembek aspal dengan
dibandingkan dengan campuran sejenis antara lain alat cincin dan bola (ring and ball)
konstruksi perkerasan yang lebih merata dan SNI 2432:2011, Cara uji daktilitas aspal
homogen serta kerataan permukaan yang lebih baik SNI ASTM C136-2012, Metode uji untuk analisis
saringan agregat halus dan agregat kasar
DAFTAR PUSTAKA RSNI M-01-2003, Metode pengujian campuran
beraspal panas dengan alat Marshall.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1998, Petunjuk ASTM D 6927-06, Standard Test Method for
Pelaksanaan Lasbutag dan Latasbusir No. Marshall Stability and Flow of Bituminous
006/T/Bt/1998, Direktorat Bina Teknik Mixtures
Departemen Pekerjaan Umum. The Asphalt Institute, 2001, Asphalt Cold-mix
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006-a, Spesifikasi Manual MS-14,
Khusus Seksi 6.5 Campuran Beraspal Dingin The Asphalt Institute, 2001, Basic Asphalt Emulsion
dengan Asbuton dan Peremaja Aspal Emulsi, Manual MS-19,
Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006-b, Spesifikasi
Khusus Seksi 6.6 Lapis Penetrasi Macadam
Asbuton (LPMA), Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2007, Spesifikasi
Khusus Bab VI A Campuran Beraspal Hangat
dengan Asbuton Butir, Departemen Pekerjaan
Umum.
Kementrian Pekerjaan Umum, Spesifikasi teknis
campuran beraspal dengan asbuton Pd T-07-
2004-B.
Iriansyah AS, 2009, Uji Coba Skala Penuh Asbuton
Campuran Hangat Jalan Pangkalan Lima –
Kumai di Kalimantan Tengah, Puslitbang Jalan
dan Jembatan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan
Jembatan, 2012, Rancangan 3 -Pelaksanaan lapis
tipis asbuton butur (Butur Seal), Kementrian
Pekerjaan Umum.
The Asphalt Institute, 1989, Asphalt Cold Mix
Manual, Manual Series No. 14 (MS-14), 3rd
edition. Asphalt Institute, Lexington, KY,
USA.Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006-a,
Spesifikasi Khusus Seksi 6.5 Campuran Beraspal
Dingin dengan Asbuton dan Peremaja Aspal
Emulsi. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga bekerjasama dengan
Balitbang tahun 2007, Spesifikasi khusus
campuran beraspal panas dengan asbuon butir.
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2013, Spesifikasi
Khusus Interim Seksi 6.3 Asbuton Campuran
Panas Hampar Dingin (Cold Paving Hotmix
Asbuton, CPHMA). Kementerian Pekerjaan
Umum, Jakarta.
SNI 2456:2011, Cara uji penetrasi aspal

Makalah Seminar Hasil Pusjatan | 7

Anda mungkin juga menyukai