Anda di halaman 1dari 15

Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA.

2009

UJI COBA SKALA PENUH ASBUTON CAMPURAN HANGAT


JALAN PANGKALAN LIMA – KUMAI DI KALIMANTAN TENGAH
Iriansyah, AS
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H Nasution No. 264 Ujungberung Bandung

Abstrak
Penelitian dan pengembangan asbuton yang dilakukan Pusat Litbang Jalan dan jembatan Dep. PU
sejak tahun 2002 sampai 2006 mengenai teknologi asbuton campuran panas dan hangat. Asbuton
campuran panas telah dilakukan uji coba skala penuh pada tahun 2006 dibeberapa lokasi seperti
di Guyaman (Gorontalo), Kolaka (Sultra), Muna (Sultra), Palangkaraya (Kalteng) dan Pasuruan
(Jatim) dengan hasil yang baik sedangkan asbuton campuran hangat belum pernah dilakukan
dalam uji coba skala penuh dilapangan.
Perbedaan campuran panas asbuton dan campuran hangat adalah pada campuran panas
temperatur campuran 160°C sedangkan campuran hangat temperatur campuran hanya 120°C
selain itu dengan penggunaan bahan peremaja bitumen asbuton akan dapat menggunakan
asbuton yang lebih banyak bila dibandingkankan dengan campuran asbuton panas. Berdasarkan
hal tersebut kegiatan penelitian tahun 2008, telah dilaksanakan uji mencoba sekala penuh asbuton
campuran hangat pada jalan Pangkalan Lima – Kumai di Kalimantan Tengah (Km.6+225 s/d
Km.8+125), sepanjang 1,9 km dengan jenis campuran AC- BC Asb H setebal 5 cm dan AC-WC
Asb H setebal 4 cm. Sampai saat ini hasil monitoring umur 5 bulan perkerasan asbuton campuran
hangat tersebut masih menunjukkan performan yang cukup baik. Dengan terlaksana Uji coba skala
penuh pemanfaatan asbuton di Kalimantan Tengah ini diharapkan dapat memberikan data kondisi
dan kinerja dari konstruksi asbuton campuran hangat.
Kata Kunci : Asbuton campuran hangat, peremajaan bitumen, AC-BC 5 cm, AC-WC 4 cm,
performa yang baik, data kondisi dan kinerja
Abstract
Research and development of butonite asphalt has been carried out in Research and Development
Centre for Road and Bridge (RDCRB) since 2002 up to 2006. This research was focused on hot
and warm mixes. Hot mix of butonite asphalt has been applied as full scale trial for some locations
such as Guyaman (Gorontalo), Kolaka (South East Sulawesi), Muna (South East Sulawesi),
Palangkaraya (Central Kalimantan), and Pasuruan (East Java). On these location it gives a good
performance after a few years monitoring. While the warm mix, the full scale trial was applied in the
fiscal year 2008.
The main difference of these two types of mixes i.e. the hot mix is mixed on temperature 160 0C,
while the warm mix is done in 120 0C. Beside that the use of modifier on warm mix is much better
than that of hot mix when dealing with the butonite asphalt. The full scale trial of warm mix has
been carried out at Jalan Pangkalan Lima – Kumai Central Kalimantan (Km 6.225 – Km 8.125) and
the layer composition was AS-BC 5 cm and AC-WC 4 cm. After 5 months monitoring, it seems that
the performance is still good. Through application this full scale trial, hopefully it can give a series
of data which figure out the performance of warm mix butonite asphalt on its service period.
Keywords : Warm mix asbuton, bitumen modifier, AC-BC 5 cm, AC-WC 4 cm, good performance,
performance and condition data

Iriansyah. AS 164
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asbuton atau aspal buton merupakan aspal alam yang terdapat di pulau Buton Sulawesi
Tenggara yang diperkirakan mempunyai cadangan aspal alam sekitar 300 juta ton (Dep.
Kimpraswill 1999). Pemanfaatan aspal alam tersebut sebagai bahan jalan sangat
potensial untuk menunjang pembangunan dan pemeliharaan jalan. Saat ini kebutuhan
aspal di Indonesia mencapai sekitar 600.000 ton pertahun, dimana setengahnya harus
diimpor sehingga akan mengurangi devisa negara. Sementara kesediaan aspal miyak
semakin terbatas dan harganya yang cendrung meningkat terus seiring dengan kenaikan
harga minyak mentah. Untuk menjawab kendala tersebut diatan maka salah satu
alternatip yang cukup menjanjikan adalah memanfaatkan dalam penggunaan aspal alam
ini sebagai bahan perkerasan jalan.
Pada saat ini penelitian dan pengembangan asbuton yang dilakukan Pusat Litbang Jalan
dan jembatan Dep. PU sejak tahun 2002 sampai 2006 mengenai teknologi asbuton
campuran panas dan hangat. Asbuton campuran panas telah dilakukan uji coba skala
penuh pada tahun 2005 dibeberapa lokasi seperti di Guyaman (Gorontalo), Kolaka
(Sultra), Muna (Sultra), Palangkaraya (Kalteng) dan Pasuruan (Jatim) dengan hasil yang
baik sedangkan asbuton campuran hangat belum pernah dilakukan dalam uji coba skala
penuh dilapangan. Berdasarkan hal tersebut kegiatan penelitian tahun 2008, akan
mencoba pelaksanaan asbuton campuran hangat pada skala penuh dilapangan dengan
mengambil lokasi pada jalan Pangkalan Lima – Kumai di Kalimantan Tengah. Dengan
terlaksana Uji coba skala penuh pemanfaatan asbuton di Kalimantan Tengah ini
diharapkan dapat memberikan data kondisi dan kinerja dari konstruksi asbuton campuran
hangat.
1.2 Tujuan
Memanfaatkan penggunaan asbuton sebagai bahan jalan dan melaksanakan uji coba
skala penuh asbuton campuran hangat di jalan propinsi Pangkalan Lima – Kumai
Kalimantan Tengah.
1.3 Sasaran
1) Untuk mengetahui kinerja asbuton campuran hangat akibat pengaruh dari beban lalu
lintas dan cuaca serta lingkungan.
2) Memanfaatkan asbuton untuk sebagai digunakan sebagai bahan jalan sehingga dapat
mengatasi kekurangan kebutuhan aspal minyak.
3) Meningkatkan penggunaan aspal alam (bahan local) sehingga dapat membantu
ekonomi wilayah
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deposit Asbuton
Asbuton atau aspal buton merupakan aspal alam yang terdapat dipulau Buton Sulawesi
Tenggara. Diperkirakan cadangan aspal alam di pulau Buton sekitar 300 juta ton (Dep.
Kimpraswill, 1999). Berdasarkan hasil kajian dari bebrapa kalangan, diperkirakan deposit
asbuton sebesar 677 ton yang tersebar dibeberapa wilayah di pulau buton seperti,
Waesiu 0,1 juta ton, Kabungka 60 juta ton, Winto 3,2 juta ton, Winil 0,6 juta ton, Lawele
210 juta ton, Siantopina 181 juta ton, Olala 47 juta ton dan Enreko 174 juta ton dengan
kadar aspal antara 13% sampai dengan 30%. Peta lokasi deposit aspal alam di pulau
Buton seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Iriansyah. AS 165
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Gambar 1. Deposit aspal alam di pulau Buton


Teknologi asbuton sudah sejak lama dikembangkan dari pemakaian secara konvensional
yaitu asbuton campuran dingin dengan butiran asbuton ½”, dengan berkembangan
pesatnya teknologi pemakaian asbuton saat ini menggunakan asbuton butir dengan besar
butirannya 1,16 mm yang dikenal dengan nama BGA (Buton Granular Asphalt) sampai
dengan cara pemurnian asbuton (rifinery). Asbuton yang digunakan secara konvensional
(curah) dan asbuton butir seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

a) Asbuton konvensional (curah) b) Asbuton butir dengan ukuran butiran 1,16 mm


Gambar 2. Asbuton konvensional dan Asbuton butir
2.2 Spesifikasi Campuran Asbuton hangat
Ada beberapa cara pemerosesan asbuton agar dapat digunakan sebagai bahan jalan.
Asbuton campuran panas dan asbuton hangat yang menggunakan asbuton butir sebagai
bahan tambah (additive) yang berfungsi sebagai meningkatkan kinerja campuran dengan
mensubsitusi aspal keras. Pengunaan asbuton pada campuran asbuton berkisar antara
3% hingga 12%. Asbuton campuran dingin prinsipnya berbeda dengan asbuton
campuran panas karena bitumen asbuton dikeluarkan dengan cara menambahkan bahan
peremaja. Bahan peremaja yang dapat digunakan seperti BO (bungker oil), MFO (Marine
Fuel Oil), IDO (Industrial Diesel Oil) dan lainnya yang sesuai spesifikasi. Tipe asbuton
yang digunakan disesuaikan dengan kadar bitumen asbuton seperti ditunjukkan pada
Tabel 1.

Iriansyah. AS 166
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Tabel 1, Persyaratan tipe asbuton


Jenis Pengujian Metode Tipe Tipe Tipe Tipe Tipe
5/20 15/20 15/25 20/25 30/25

Kadar Bitumen Asbuton (%) SNI 03-3640-94 18-22 18-22 23-27 23-27 23-27
Ukuran Butir Asbuton (% lolos): SNI 03-1968-90
¾ No. 4 (4,75 mm) - - - 100 100
¾ No. 8 (2,36 mm) 100 100 100 Min 95 Min 95
¾ No. 16 (1,18 mm) Min 95 Min 95 Min 95 Min 75 Min 75

Kadar Air Asbuton (%) SNI 06-2490-91 Mak 2 Mak 2 Mak 2 Mak 2 Mak 2
Penetrasi Bitumen Asbuton pada 25 C, SNI 06-2456-91 = 10 10-18 10-18 19-22 28-32
100 g, 5 detik (0,1 mm)

2.3 Cara pelaksanaan asbuton campuran hangat


Percobaan lapangan yang pernah dilakukan oleh Pusat penelitian dan pengembangan
Jalan dan Jembatan di berapa lokasi seperti di jalan Jakarta - Bogor di daerah Kedung
Halang dalam skala kecil dari hasil evaluasi menunjukkan hasil yang cukup baik untuk lalu
lintas ringan. Teknologi cara pencampuran di unit produksi campuran aspal (AMP) juga
pernah dilakukan. Ada beberapa cara pemasukan asbuton dan bahan peremaja kedalam
alat pengaduk (pugmill) seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

a. Asbuton dimasukan langsung ke mixer b. Asbuton dimasukan ke mixer lewat elevator

Gambar 3, Cara memasukan asbuton ke mixer AMP


III. METODOLOGI
Metodologi penelitian yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat lapis asbuton
campuran hangat adalah dengan melakukan percobaan dan pengujian di laboratorium di
Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (Pusjatan) dan pelaksanaan uji coba skala penuh
asbuton campuran hangat.
3.1 Lokasi jalan uji coba Asbuton
Lokasi uji coba skala penuh asbuton campuran hangat pada jalan propinsi di kabupaten
Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah pada ruas jalan Pangkalan Lima – Kumai (Km
6+225 s/d Km 8+115) sepanjang 1,9 km, seperti ditunjukkan pada Gambar 4,

Iriansyah. AS 167
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

. PULAU KALIMANTAN

PROP.KALTIM

KAB. MURUNG RAYA


Tumbangkunyi

Tumbang Laung

Saripoi
Sei Gula
Muara Laung

PURUK CAHU
022
Tewah Sei Hanyu
029 008
PROP.KALBAR 2
021 Sp. M. Laung
Ke Nangapinoh 023 Papar Punjung
Km.72
Bts.Kalbar KUALA KURUN Batu Putih Km.50
030 035
Tbg.Rahuyan Bts.Kaltim
Tumbang Nanga 008
Sei Jalungen 034
Ke Damai-Tenggarong
1
KAB. GUNUNG MAS Tbg.Jutuh Benangin Lampeong
Tumbang Senamang
Tumbang Taburai Tumbang Hiran 033 MUARA TEWEH U

Ã
2
Tumbang Gagu 100
007
Tumbang Samba
Rabambang
KAB. BARUT 3 Tongka
Tumbangmanjul 020
2 Montalat
Tbg.Talak en Bawan Skala :
Kandui

020
0 5 20 40 km
007
1 2
Ke Na
ngatay
ap
028 Takaras Bandara Patas
033
024

Kondisi eksisisting jalan lama


1 Asam
Bts.Kalbar 5 Bukit Bamba Madara LEGENDA :
Kudangan Tumbang Sangai 007
032 005 1
024 3 JALAN NASIONAL
4 027
Timpah BUNTOK
032
4 Sanggu BATAS PROPINSI
Panopa Ampah
Rt.Pulut Bukitliti Lahei
Parenggean KASONGAN
KAB. LAMANDAU Pangkut 006 032 BATAS KABUPATEN
024 NANGA BULIK Kualakuyan 026
Kerengpangi
2
KAB. BARSEL KAB. BARTIM
3 Dayu
003
010 Sp.Sg.Asem Bk.Rawi IBUKOTA PROPINSI
1 032
Sp. Panopa Pundu Km.65 Belawan
097 Kujan Tangkiling 1
TAMIANG LAYANG
049 Sagu
KAB. KTW. TIMUR Palantaran 032 001
016 KAB. KAPUAS IBUKOTA KABUPATEN
Ajang
Batu Kotam 024
2 Lap.Terbang Mentangai 002
098 010 PALANGKARAYA Pasarpanas IBUKOTA KECAMATAN
099 2 Sp.Kerengbengkirai Ke
009
KAB. KTW. BARAT 1 Berengbengkel
BA
RA
Riam Durian Kr.Bengkirai Bengkuang BAI
Runtu BANDAR UDARA
Asam Baru Simpang Bangkal 009
050 2 013
Mengkati
011 Kotabesi
024 011 011
051 K.Waringin Lama 1 4 3
2
Km.65
KAB. KATINGAN 014
011 1 Jenamas PELABUHAN
Pangkalanlada
1 SAMPIT Penda Ketap
Sp.Runtu 041 Km.35
(Km.35) Bangkal
KAB. SUKAMARA 018
012
PROP.KALSEL
008 NO RUAS
PANGKALANBUN 014 Bahaur
Pkl.Pembuang
SUKAMARA 2
Psr.Panjang Kumai Dadahup
Batu Belaman Mandomai
PULANG PISAU
Bapolang 043
Telaga Pulang Palingkau
Kuala Jelai Kubu
Samuda KAB. P. PISAU 015
042
S.Pasir 025
019 1
KUALAKAPUAS
KAB. SERUYAN 035 017
Pangkoh Bts.Kalsel
Pegatan Ke
Barumba BA
Ujung Pandaran 025 NJA
068 2 RM
AS
Bahaur Hilir IN
Lupakdalam

KUALA PEMBUANG

Tanjung Puting

PAKET : PANGKALAN LIMA - KUMAI


EFEKTIF : STA. 5+400 - STA. 7+500

Gambar 4, Lokasi uji coba asbuton campuran hangat Kalteng


3.2 Volume lalu lintas
Hasil pengamatan komposisi lalu lintas pada ruas jalan Pangkalan Lima – Kumai yang
dilakukan dalam waktu 24 jam selama tiga hari hasilnya seperti berikut :
- Kendaraan roda 2 (sepeda motor) = 1.118 kend/hari
- Mobil penumpang (sedan & pick up ) = 21 kend/hari
- Truk 2 sumbu = 130 kend/hari
- Truck 3 sumbu/ gandengan = 2 kend/hari
3.3 Volume lalu lintas
Perencanaan tebal perkerasan yng dilakukan oleh Litbang Jalan bersama P2JJ
kalimantan Tengah pada jalan Pangkalan Lima – Kumai, seperti ditunjukkan Gambar 5.

CL
AC WC A sbuton Hanga t T 15/25 = 4 cm
AC BC Asbuton Hanga t T 15 /25 = 5 cm
Aggregat Klas A = 1 5 cm Ag g rega t Kla s B (Bahu)
Aggregat Klas B = 2 0 cm Timbuna n Pilihan = 34 c

1.50 m 4.50 m 1.50 m

5.00 m

P0tongan melintan jalan

AsbH-WC = 4 cm
AC WC = 4 cm
AsbH-BC
AC BC ==5 5
cmcm Aggregat Klas B (Bahu) = 10 cm
Agr.Klas
Aggregat Klas A
A ==
15 15
cm
cm
Agr.Klas B = 20 cm Timbunan Pilihan = 34 cm
Aggregat Klas B = 20 cm

Detail tebal lapisan perkerasan

Gambar 5 : Rencana tebal perkerasan Uji Coba Asbuton

Iriansyah. AS 168
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

IV. HASIL PENGKAJIAN UJI COBA


4.1 Survai Kondisi existing jalan
Ruas jalan Pangkalan Lima – Kumai (sta. 6+225 s/d 8+115), existing jalan lama terdiri dari tanah
timbunan pilihan, untuk mengetahui kekuatan tanah dasar (timbunanan pilihan) dilakukan
pengujian dengan alat dynamic cone penetrometer (DCP). Hasil pengujian existing tanah dasar
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian tanah dasar dengan alat DCP

DN CBR
No STA Km
mm/Tbk (%)
1 0+300 6+525 12,50 14
2 0+500 6+725 20,00 10
3 1+100 7+325 12,60 14
4 1+500 7+725 8,42 27
5 1+800 8+025 13,3 16
Rata-rata : 16,2

4.2 Pengujian bahan campuran


a. Pengujian aspal
Aspal yang dipergunakan adalah aspal produksi Shell dan hasil pengujian di laboratorium Litbang
Jalan dan Jembatan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3, Hasil pengujian mutu aspal
Metode Hasil Spesifikasi
No. Jenis Pengujian Satuan
Penujian Pengujian Min. Mak.
o
1 Penetrasi pada 25 C 100gr, 5 dt SNI 06-2456-1991 65 60 79 0,1 mm
o
2 Titik Lembek SNI 06-2434-1991 51,5 48 58 C
o
3 Titik Nyala (COC) SNI 06-2433-1991 326 200 - C
4 Daktilitas pada 25oC , 5 cm/menit SNI 06-2432-1991 > 140 100 - cm
5 Berat Jenis SNI 06-2488-1991 1,037 1,0 - -
6 Kelarutan dalam C2HCl3 ASTM D-2042 99,6 99 - %
7 Kehilangan berat (TFOT) SNI 06-2441-1991 0,107 - 0,8 %
8 Penetrasi setelah TFOT SNI 06-2456-1991 80 54 - % asli
o
9 Titik lembek setelah TFOT SNI 06-2434-1991 53,1 - - C
10 Daktilitas setelah TFOT SNI 06-2432-1991 > 140 - - cm
11 Kadar parapin SNI 06-3639-1991 0,2721 - 2 %
12 Kadar Air SNI 06-2490-1991 0,0 - - %
o
13 Perkiraan suhu pencampuran ASHTO-27-1990 158 - - C
o
14 Perkiraan suhu pemadatan ASHTO-27-1990 144 - - C

b. Pengujian bahan peremaja


Bahan peremaja merupakan campuran antara aspal Shell penetrasi 60-70 dengan Marine Flux Oil
(MFO) produksi pertamina Cilacap dengan perbandingan 70% aspal + 30% MFO, hasil pengujian
mutu bahan peremaja yang dilakukan di laboratorium Puslitbang Jalan dan Jembatan seperti
ditunjukan pada Tabel 4.

Iriansyah. AS 169
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Tabel 4, Hasil pengujian bahan peremaja


Jenis Pengujian Hasil Pengujian Persyarata. PH -1000
Viskositas pada 82,2°C 186 100 – 200
Kelarutan dlm TCE (%) 99,8 Min. 99.5
Titik nyala 186 Min. 180
Berat Jenis 0,97 Min. 0,95
Penurunan berat (TFOT) (% berat
3,6 Maks. 5
awal)
Kadar parafin lilin (%) 1,0 Maks. 2

c. Pengujian bahan asbuton butir


Asbuton butir hasil produk BAI (Buton Aspal Indonesia) dari pengujian laboratorium Puslitbang
Jalan dan Jembatan, nilai penetrasi 3 dan kadar bitumen asbuton 22,4% jadi asbuton termasuk
tipe 5/20.
4.3 Perencanaan campnuran lapisan perkerasan
4.3.1 Rancangan campuran lapis pondasi
a. Rancangan campuran pondasi agregat Klas B
Pembuatan Rumus Rancangan Campuran (DMF) dilaksanakan di laboratorium kontraktor yang
dilaksanakan teknisi laboratorium Puslitbang Jalan dan Jembatan. Hasil komposisi campuran
agregat, analisa saringan dan nilai CBR pondasi agregat kelas B, seperti ditunjukkan pada
Gambar 6 dan Tabel 8. .
Tabel 5, Hasil pengujian CBR agregat Klas B
No.200 No.4 No.10 No.4 3/8 " 1" 1 1/2" 2"
NO JENIS PENGUJIAN SATAN HASIL SPESIFIKASI
100
1 KOMPOSISI CAMPURAN
90 Agregat kasar kasar I % 35 -
Gradasi Agregat Klas B Agregat sedang kasar II % 30 -
80
Screening % 13
70 Abu batu % 12
Pasir kuarsa % 10 -
Persen lolos

60
2 ATTERBERG LIMIT
50 Batas Cair (LL) % 23 -
40 Batas Plastis (PL) % 19 -
Plastis Indeks (PI) % 4 0 - 10
30 3 PEMADATAN :
20 Berat Jenis (Bulk) 2.631 -
Kadar air Optimum % 8.5 -
Spec Agr Klas B 3
10 γd maksimum t/m 2.191 -
3
0 95% γd maks. t/m 2.08 -
0.01 0.1 1 10 100 CBR 100 % 75.5 60
Nomor saringan CBR 95 % 72,0 60
4 KEAUSAN ( Abrasi) % 22,5 40

Gambar 6, Gradasi agregat klas B


b. Rancangan campuran pondasi klas A
Hasil komposisi campuran agregat, analisa saringan dan nilai CBR pondasi kelas A, seperti
ditunjukkan pada Gambar 7 dan Tabel 6.

Iriansyah. AS 170
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Tabel 6, Hasil pengujian CBR agregat Klas A

No.200 No.4 No.10 No.4 3/8 " 1" 1 1/2" 2"


NO JENIS PENGUJIAN SATAN HASIL SPESIFIKASI
100

90
1 KOMPOSISI CAMPURAN
Agregat kasar kasar I % 25 -
80 Agregat sedang kasar II % 35 -
Gradasi Agregat Klas A Screening % 20
70
Abu batu % 10
60
Persen lolos

Pasir kuarsa % 10 -
50 2 ATTERBERG LIMIT
Batas Cair (LL) % 23 -
40 Batas Plastis (PL) % 19 -
30 Plastis Indeks (PI) % 4 0 - 10
3 PEMADATAN :
20 Spec. Po ndasi Agr Klas A
Berat Jenis (Bulk) 2.635 -
10 Kadar air Optimum % 9.5 -
3
γd maksimum t/m 2.198 -
0 3
0.01 0.1 1 10 100
95% γd maks. t/m 2.09 -
Nomor saringan CBR 100 % 95.5 90
4 KEAUSAN ( Abrasi) % 22,5 40

Gambar 7, Gradasi agregat klas A


4.3.2 Rancangan campuran kerja (JMF) asbuton campuran hangat
a. Rancangan campuran kerja AC-BC Asb H
Hasil komposisi campuran agregat, analisa saringan dan sifat-sifat Marshall AC-BC Asb H, seperti
ditunjukkan pada Gambar 8 dan Tabel 7.
Tabel 7, Hasil pengujian sifat AC-BC Asb H
Grafik Kombinasi Agregat URAIAN PEMERIKSAAN HASIL SPESIFIKASI
100 II GRADASI GABUNGAN HOT BIN
Saringan 1.5" 100.00
90 1" 100.00 100
80 3/4" 97.17 100
Hasil Gradasi JMF 1/2" 74.36 90 - 100
70 3/8" 67.21 Max 90
Prosen Lolos (% )

No. 8 39.47 28 - 58
60
No. 200 6.74 4 - 10
50 III SIFAT-SIFAT CAMPURAN
Kadar Aspal 5.90 %
40 3
Berat jenis bulk 2.270 t/m
30 Rongga Udara (VIM) PRD 3.20 % Min 2.5
Rongga Udara (VIM) 4.40 % 3.5 - 5.5
20 Rongga di dalam Agregat (VMA) 17.80 % Min 15
Rongga terisi aspal (VFB) 74.00 % Min 65
10
Stabilitas 1,170 Kg Min 1000
0 Kelelahan Plastis 3.20 mm Min 3
#200 #50 #30 #16 #8 #4 3/8" 1/2" 3/4" 1" Marshall quotient 370.00 Kg/mm Min 300
Stabilitas sisa 86.96 % Min 75
Ukuran Saringan

Gambar 8, Gradasi Campuran AC-BC Asb H


b. Rancangan campuran kerja AC-WC Asb H
Hasil komposisi campuran agregat, analisa saringan dan sifat-sifat Marshall AC-WC Asb H, seperti
ditunjukkan pada Gambar 9 dan Tabel 8.

Iriansyah. AS 171
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Tabel 8, Hasil pengujian sifat AC-WC Asb H


Grafik Kombinasi Agregat
URAIAN PEMERIKSAAN HASIL SPESIFIKASI

100 II GRADASI GABUNGAN HOT BIN


Saringan 1.5"
90 1"
Hasil Gradasi JMF 3/4" 100.00 100
80
1/2" 91.68 90 - 100
70 3/8" 83.67 Max 90
P ros e n Lolos (% )

No. 8 42.17 28 - 58
60 No. 200 7.44 4 - 10
50 III SIFAT-SIFAT CAMPURAN
Kadar Aspal 6.30 %
40 Kepadatan 2.280 t/m
3

30 Rongga Udara (VIM) PRD 3.00 % Min 2.5


Rongga Udara (VIM) 4.20 % 4.0 - 6.0
20 Rongga di dalam Agregat (VMA) 18.00 % Min 15
Rongga terisi aspal (VFB) 75.00 % Min 65
10
Stabilitas 1,100 Kg Min 700
0 Kelelahan Plastis 3.50 mm Min 3
#200 #50 #30 #16 #8 3/8" 1/2" 3/4" Marshall quotient 320 Kg/mm Min 250
Stabilitas sisa 82 % Min 75
Ukuran Saringan

Gambar 9, Gradasi Campuran AC-WC Asb H


4.4 Pelaksanaan Lapangan
a. Pelaksanaan lapis Pondasi agregat Klas B dan agregat A
Pondasi agregat klas B dan agregat klas A dicampur berdasarkan komposisi hasil perencanaan
laboratorium, pencampuran dilapangan dilakukan dengan menggunakan alat Shovel. Pengujian
gradasi agregat setelah pencampuran selalu dilakukan untuk penyesuaian dengan spesifikasi,
hasil pengujian gradasi agregat campuran seperti ditunjukkan pada Gambar10 dan Gambar 11.
No.200 No.4 No.10 No.4 3/8 " 1 " 1 1/2" 2" No.200 No.4 No.10 No.4 3/8 " 1 " 1 1/2" 2"
100 100
90 90
80 80
70 70
Pers en lolos

Pers en lolos

60 Gradasi A gr Klas B 60 Gradasi Agr Klas A

50 50
40 40
30 30 JM F Agr Klas A

20 20
Spec A gr Klas B Spec. P ondasi Agr Klas
10 10 A
0 0
0.01 0.1 1 10 100 0.01 0.1 1 10 100
Nomor saringan Nomor saringan

Gambar 10, Gradasi campuran agregat klas B Gambar 11, Gradasi campuran agregat klas A
Penghamparan lapis pondasi agregat klas B dan agregat klas A dengan menggunakan alat motor
Grader dan dipadatkan menggunakan alat pemadat Vibro compactor. Setelah agregat pondasi
kelas B maupun lapis pondasi agregat klas A dipadatkan, dilakukan pengujian dengan
menggunakan alat kerucut pasir (sand cone). Hasil pemeriksaan kepadatan lapangan lapis
pondasi agregat klas B untuk 19 titik pengujian sand cone, kepadatan lapangan rata-rata 101,6%
dari kepadatan laboratorium dan tebal lapisan pondasi agregat klas B rata-rata 22,2 cm. Hasil
pemeriksaan kepadatan lapangan lapis pondasi agregat klas A. untuk 19 titik pengujian sand cone
kepadatan lapangan rata-rata 101,0% dari kepadatan laboratorium dan tebal rata-rata 15,2 cm.

Iriansyah. AS 172
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

b. Pelaksanaan lapis AC-BC Asb H dan lapis AC-WC Asb H


Pencampuran lapis AC-BC Asb H dan AC-WC Asb H dilaksanakan mengunakan unit produksi
campuran beraspal (AMP) tipe timbangan dengan kapasitas 60 ton/jam atau per batch 500 kg.
Pelaksanaan pencampuran asbuton campuran hangat di alat pencampur (pugmill) pada
temperatur antara 120º C - 125º C.
Campuran lapis AC-BC Asb H dan AC-WC Asb H yang dibawa kelokasi penghamparan
temperatur antara 100º C - 120º C. Penghamparan dilapangan mengunakan alat penghampar
(finisher) yang dilaksanakan dalam satu lapis dengan tebal padat 5,0 cm untuk lapisan AC-BC
Asb H dan tebal padat 4,0 cm untuk lapisan AC-WC Asb H. Pemadatan pertama (breakdown
rolling) dilaksanakan dengan mesin gilas roda besi 6 – 8 ton sebanyak 2 lintasan pada temperatur
hamparan 90º C - 110º C kemudian dilanjutkan dengan pemadatan kedua (intermediate rolling)
dengan menggunakan mesin gilas roda karet (pneumatic tire roller) sebanyak 14 lintasan pada
temperatur antara 65º C - 90º C dan pemadatan akhir (finishing rolling) dilaksanakan dengan
mesin gilas roda besi 6 – 8 ton sebanyak 2 lintasan.
Kualiti kontrol harian terhadap campuran lapis AC-BC Asb H dan AC-WC Asb H dilakukan dengan
mengambil contoh campuran dari truk kemudian dibuat contoh uji marshall untuk mengetahui sifat-
sifat campuran dan Ektraksi contoh menggunakan alat ekstraksi tabung Reflux untuk mengetahui
kadar aspal. Pengendalian mutu dilaksanakan setiap kali produksi campuran di unit produksi
campuran beraspal (AMP) kemudian contoh di uji dilaboratorium untuk mengetahui kadar aspal,
gradasi agregat campuran dan sifat-sifat campuran. Hasil pengujian campuran AC-BC Asb H dan
AC-WC Asb H, seperti ditunjukkan pada Tabel 9, Tabel 10, Gambar 12 dan Gambar 13.
Tabel 9, Hasil pengujian campuran AC-BC Asb H
I. Gradasi Agregat AC-BC Asb H Hasil pengujian pelaksanaan lapangan
Ukuran Saringan 20-10-2008 28-10-2008 10-11-2008 24-11-2008 JMF Titik Kontrol
inci mm
1" 25.4 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100
3/4" 19.0 94.72 96.65 95.76 95.75 97.17 90 - 100
1/2" 12.7 79.41 82.28 77.01 81.26 74.36 maks. 90
3/8" 9.5 70.00 72.84 69.00 70.86 67.21 -
No. 8 2.36 39.47 42.15 41.79 42.15 39.47 23 - 49
No.200 0.075 6.74 6.22 5.48 4.29 6.74 4-8
II. Sifat Campuran AC-BC Asb H Spesifikasi
Kadar Aspal (%) 6.28 5.98 6.10 5.96 5.90 -
Kepadatan (gr/cc) 2.277 2.268 2.263 2.268 2.270 -
Rongga Udara (%) 3.71 4.51 4.54 4.53 4.40 3.5 - 5.5
Rongga dlm agregat (%) 17.84 17.91 18.18 17.89 17.80 min. 15
Rongga terisi aspal (%) 79.20 74.81 75.03 74.67 74.00 min. 65
Stabilitas (kg) 1171 1066 1053 1201 1170 min. 1000
Kelelehan (mm) 2.80 3.28 3.32 3.52 3.20 min. 3.0
Marshall quotient (kg/mm) 418 325 317 341 370 min. 300
Stabilitas sisa (kg) 1009 961 922 1031 1018 -
Stabilitas sisa (%) 86.0 90.0 87.0 85.0 87.0 min. 75

Tabel 10, Hasil pengujian campuran AC-WC Asb H


I. Gradasi Agregat AC-WC Asb H Hasil pengujian pelaksanaan lapangan
Ukuran Saringan 16-11-2008 22-11-2008 30-11-2008 8-12-2008 JMF Titik Kontrol
inci mm
3/4" 19.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100
1/2" 12.7 95.34 92.08 96.23 92.68 91.68 90 - 100
3/8" 9.5 88.48 85.22 84.52 80.45 83.67 maks. 90
No. 8 2.36 43.56 44.32 40.24 43.65 42.17 28 - 58
No.200 0.075 6.47 5.82 6.24 5.36 7.44 4 - 10
II. Sifat Campuran AC-WC Asb H Spesifikasi
Kadar Aspal (%) 6.28 6.43 6.39 5.96 6.33 -
Kepadatan (gr/cc) 2.263 2.277 2.269 2.268 2.278 -
Rongga Udara (%) 4.54 3.49 3.89 4.53 3.62 4.0 - 6.0
Rongga dlm agregat (%) 18.18 17.96 18.22 17.89 17.87 min. 15
Rongga terisi aspal (%) 75.03 80.55 78.66 74.67 79.74 min. 65
Stabilitas (kg) 1053 1271 1354 1201 1132 min. 700
Kelelehan (mm) 3.54 3.13 3.63 3.52 3.37 min. 3.0
Marshall quotient (kg/mm) 297 405 372 341 336 min. 250
Stabilitas sisa (kg) 922 1018 1319 1031 1031 -
Stabilitas sisa (%) 87.0 80.0 87.0 97.0 91.0 min. 75

Iriansyah. AS 173
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Grafik Kombinasi Agregat Grafik Kombinasi Agregat


100 100
90 Gradasi 20/10/2008
90
Gradasi 16-11-2008

80 Gradasi 28/10/2008 80 Gradasi 22-11-2008

70 Gradasi 10/11/2008
70 Titik Kontrol Gradasi 30-11-2008
P ro s e n L o lo s ( % )

P r o s e n L o lo s (% )
60 TITIK CONTROL
60
Gradasi 8-11-2008
Gradasi 24/11/2008
50 50
Kurva Fuller
KURVA FULLER
40 40
. Gradasi JMF

30 GRADASI RENCANA
30
20 20 Daerah Larangan
10 DAERAH LARANGAN
10
0 0
#200 #50 #30 #16 #8 #4 3/8" 1/2" 3/4" 1"
#200 #50 #30 #16 #8 3/8" 1/2" 3/4"
Ukuran Saringan Ukuran Saringan

Gambar 12, Gradasi agregat AC-BC Asb H Gambar 13, Gradasi agregat AC-WC Asb H
Setelah hamparan berumur satu hari dilakukan pengambilan contoh inti sebanyak 20 titik dengan
menggunakan alat Core drill untuk mengetahui ketebalan hamparan dan derajat kepadatan
lapangan . Tebal rata-rata hamparan AC-BC Asb H 5,8 cm (persyaratan 5,0 cm) dan derajat
kepadatan lapangan rata-rata 99,4% (persyaratan 98%). Tebal rata-rata hamparan AC-WC Asb H
4,4 cm (persyaratan 4,0 cm) dan derajat kepadatan lapangan rata-rata 99,1% (persyaratan 98%).
c. Pemeriksaan kerataan permukaan jalan
Setelah penghamparan lapis permukaan AC-WC Asb H, kemudian dilakukan pemeriksaan
kerataan permukaan dengan menggunakan mistar perata (straight edge), panjang 3 m pada setiap
interpal 10 meter, hasil pemeriksaan kerataan permukaan rata-rata antara 0,50 mm sampai 1,0
mm,, seperti ditunjukkan pada Gambar 14.
Kerataan Permukaan Jalan Kerataan Permukaan Jalan
5.0 5.0
4.5 4.5
K e d a la m a n a lu r ( m m )

K e d a la m a n a lu r ( m m )

4.0 4.0
3.5 3.5
3.0 3.0
2.5 2.5
2.0 2.0
1.5 1.5
1.0 1.0
0.5 0.5
0.0 0.0

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 + 25 + 28 + 3 1 + 34 + 3 7 + 40 + 43 + 46 + 49 + 52 + 55 + 58 + 61 + 64 + 67 + 7 0 + 73 75 78 81 84 87 90 93 96 99 02 05 08 11 14 17 20 23 26
6+ 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6+ 6+ 6+ 6+ 6+ 6+ 6+ 6+ 6+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+
STA STA
Arah Kumai Kr. OWT Kr. IWT Rata-rata (Kr) Arah Pangkalan Lima Kn. OWT Kn IWT Rata-rata (Kn) Arah Kumai Kr. OWT Kr. IWT Rata-rata (Kr) Arah Pangkalan Lima Kn. OWT Kn. IWT Rata-rata (Kn)

Krataan Permukaan Jalan Kedalaman Permukaan Jalan


5.0 5.0
4.5 4.5
K e d a la m a n a lu r ( m m )

4.0 4.0
3.5 3.5
3.0 3.0
2.5 2.5
2.0 2.0
1.5 1.5
1.0
1.0
0.5
0.5
0.0
0.0
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28
5
31
5
34
5
37
5
40
5
43
5
46
5
49
5
51
5
54
5
57
5
60
5
63
5
66
5
69
5
72
5
75
5
78
5 79 + 8 1 + 8 4 + 8 7 + 90 + 9 3 + 9 6 + 9 9 + 02 + 0 5 + 0 8 + 1 1
7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7+ 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8
STA STA
Arah Kumai Kr OWT Kr. IWT Rata-rata (Kr) Arah Pangkalan Lima Kn. OWT Kn. IWT Rata-rata (Kn) Arah Kumai Kr. OWT Kr. IWT Rata-rata (Kn) Arah Pangkalan Lima Kr. OWT Kr. OWT Rata-rata (Kn)

Gambar 14 : Kerataan permukaan AC-WC Asb H

Iriansyah. AS 174
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Kondisi jalan asbuton campuran hangat Pangkalan Lima – Kumai (Km 6+225 s/d Km 8+115)
sepanjang 1,9 km setelah selesai pelaksanaan, seperti ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15, Kondisi jalan asbuton campuran hangat pada jalan Pangkalan Lima – Kumai.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan maksud dan tujuan dari kajian ini seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Tanah dasar yang terdiri dari selected material nilai CBR rata-rata 16% dari hasil pengujian
DCP telah memenuhi persyaratan untuk CBR tanah dasar min. 6%.
b. Pondasi kelas B hasil perencanaan laboratorium (JMF) gradasi agregat campuran telah
memenuhi spesifikasi gradasi. Hasil pengujian CBR pondasi kelas B sebesar 75% telah
memenuhi persyaratan spesifikasi lebih besar dari CBR 60%. Pondasi kelas A hasil
perencanaan laboratorium (JMF) gradasi agregat campuran telah memenuhi spesifikasi
gradasi. Hasil pengujian CBR laboratorium untuk pondasi kelas B sebesar 98,5% telah
memenuhi persyaratan spesifikasi lebih besar dari CBR 95%.
c. Pondasi klas B setelah dihampar ketebalan rata-rata hasil tes dari 9 lubang uji (test pit) 20,2 cm
padat persyaratan tebal 20 cm padat. Pengujian kepadatan lapangan dengan menggunakan
alat kerucut pasir (sand cone) menghasilkan kepadatan lapangan dari rata-rata 19 buah titik uji
sebesar 101,6% kepadatan laboratorium, persyaratan spesifikasi kepadatan eksisting
lapangan harus lebih besar dari 100% kepadatan laboratorium.
Pondasi klas A setelah dihampar dari 9 lubang uji (test pit) tebal rata-rata 15,2 cm padat
dilakukan pengujian kepadatan lapangan dengan menggunakan alat Sand Cone menghasilkan
kepadatan lapangan dari rata-rata 19 buah titik uji sebesar 101,0% kepadatan laboratorium,
persyaratan spesifikasi kepadatan eksisting lapangan harus lebih besar dari 100% kepadatan
laboratorium.
d. Hasil pengujian Laboratorium (JMF) contoh uji diambil dari bin panas (hot bin), gradasi
campuran agregat telah memenuhi persyaratan spesifikasi dan mengenai sifat-sifat AC-BC
Asb H telah memenuhi persyaratan spesifikasi, seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Iriansyah. AS 175
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

Pengujian JMF Syarat


Kadar aspal optimum (%) 5,9 -
Kepadatan (gr/cc) 2,270 -
Rongga udara (VIM) PRD 3,20 Min. 2,50
Rongga dalam campuran (%) VIM 4,40 3,5 - 5,5
Rongga dlm Agregat (%) (VMA) 17,80 Min. 15
Rongga terisi aspal (%) (VFB) 74,00 Min. 65
Stabilitas (kg) 1170 Min. 1000
Kelelehan (mm) 3,20 Min. 3
Marshall Quotient ( kg/mm) 370 Min. 300
Stabilitas sisa (%) 86,96 Min. 75

Hasil kualiti kontrol harian pada pelaksanaan lapangan gradasi agregat dan sifat-sifat
campuran AC-BC Asb H telah memenuhi persyaratan dan hasil pengambilan contoh inti
dilapangan dengan alat core drill didapatkan tebal rata-rata dari 20 contoh inti 5,8 cm telah
memenuhi persyaratan tebal 5,0 cm, derajat kepadatan rata-rata lapangan 99,4% kepadatan
laboratorium telah memenuhi persyaratan 98% kepadatan laboratorium.
e. Hasil pengujian Laboratorium (JMF) contoh uji diambil dari bin panas (hot bin), gradasi
campuran agregat telah memenuhi persyaratan spesifikasi dan mengenai sifat-sifat AC-WC
Asb H telah memenuhi persyaratan spesifikasi, seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Pengujian JMF Syarat
Kadar aspal optimum (%) 6,30 -
Kepadatan (gr/cc) 2,280 -
Rongga udara (VIM) PRD 3,00 Min. 2,50
Rongga dalam campuran (%) VIM 4,20 4,0 - 6,0
Rongga dlm Agregat (%) (VMA) 18,00 Min. 15
Rongga terisi aspal (%) (VFB) 75,00 Min. 65
Stabilitas (kg) 1100 Min. 700
Kelelehan (mm) 3,50 Min. 3
Marshall Quotient ( kg/mm) 320 Min. 300
Stabilitas sisa (%) 82,0 Min. 75

Hasil kualiti kontrol harian pada pelaksanaan lapangan gradasi agregat dan sifat-sifat
campuran AC-WC Asb H telah memenuhi persyaratan dan hasil pengambilan contoh inti
dilapangan dengan alat core drill didapatkan tebal rata-rata dari 20 contoh inti 4,4 cm telah
memenuhi persyaratan tebal 4,0 cm, derajat kepadatan rata-rata lapangan 99,1% kepadatan
laboratorium telah memenuhi persyaratan 98% kepadatan laboratorium.
Pemeriksaan kerataan permukaan dengan menggunakan mistar perata (straight edge),
panjang 3 m pada setiap interpal 10 meter, hasil pemeriksaan kerataan permukaan rata-rata
antara 0,50 mm sampai 1,0 mm.
5.2 Saran
Beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Perlu dilakukannya monitoring secara priodik terhadap jalan percobaan Lapis perkerasan
asbuton camputran hangat setiap priode 3 bulan untuk mengetahui kinerja perkerasan.
b. Menggunakan asbuton sebagai bahan alam Indonesia perlu ditingkatkan terutama untuk
jalan kabupaten yang umumnya mempunyai lalau lintas rendah.

Iriansyah. AS 176
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

PELAKSANAAN AC-BC Asb H dan AC-WC Asb H

Stock Asbuton butir BAI 5/20 Stock bahan peremaja MFO Pertamina

Pemasukan asbuton butir lewat elevator Pencampuran asbuton hangat di AMP

Pelaksanaan penghamparan dilapangan Pelaksanaan pemadatan hamparan

Iriansyah. AS 177
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. 2009

DAFTAR PUSTAKA
1. Spesifikasi Khusus BAB. VI A, Campuran Beraspal Hangat Dengan Asbuton Butir, Republik
Indonesia Departemen Pekerjaan umum, Januari 2007.
2. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Januari 2007.
3. Kajian dan Monotoring Hasil Uji Coba Asbuton di Gorontalo, Muna, Kendari, Palangkaraya,
Pasuran, Ir. Kurniadji, Desember 2007.
4. Pendampingan Teknis Penerapan Asbuton, Ir. Nyoman Suaryana, MSc, Desember 2007.
5. Percobaan Asbuton (Lawele) Campuran Hangat di Kedung Halang Bogor, Hutama Prima,
Tahun 2006.

Iriansyah. AS 178

Anda mungkin juga menyukai