PENDAHULUAN
Jalan raya sebagai salah satu sarana transportasi darat kegunaannya dirasakan
dan ketahanan nasional. Pembangunan jalan yang dilaksanakan pada masa sekarang
setempat dan disesuaikan dengan kondisi daerah dimana konstruksi pengerasan akan
dilaksanakan.
Aspal beton sebagai bahan untuk konstruksi Jalan sudah lama dikenal dan
digunakan secara luas dalam pembuatan jalan . penggunaannya pun di Indonesia dari
tahun ke tahun makin meningkat. Hal ini disebabkan aspal beton mempunyai beberapa
kelebihan dibanding dengan bahan-bahan lain, diantaranya harganya yang relatif lebih
murah dibanding beton, kemampuannya dalam mendukung beban berat kendaraan yang
tinggi dan dapat dibuat dari bahan-bahan lokal yang tersedia dan mempunyai ketahanan
yang baik terhadap cuaca. Hot Rolled Sheet adalah salah satu jenis campuran aspal
panas yang terdiri dari campuran agregat halus, agregat kasar, filler dan aspal
yang membentuk mortar atau spesi dengan aspal sebagai pengikat. Susunan
agregatnya bergradasi terbuka atau senjang dimana ada satu bagian fraksi yang
jalan dengan campuran bergradasi senjang yang terdiri dari aspal, agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Campuran Lataston (Hot Rolled Sheet)
berasal dari Hot Rolled Asphalt (HRA) yang berasal dari Inggris dan mengacu
Indonesia. Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS,
terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus
19mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripda
seragam, hal ini mengakibatkan rongga campuran semakin terbuka dan di isi oleh
penghamparan, aspal yang berbentuk cair akan meleleh ke bawah dan mengalami
kesulitan seperti binder drainage, tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan
persyaratan kadar filler yang sesuai, karena dimungkinkan akan terjadi perubahan
yang berbeda.
merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh
dari hasil sampingan pabrikpabrik semen atau mesin pemecah batu. Material
jenis ini banyak dibutuhkan untuk campuran dalam proses pengaspalan dan bisa
digunakan sebagai pengganti pasir. Abu batu saat ini merupakan bahan
hasil sampingan dalam industri pemecahan batu yang jumlahnya tidak sedikit.
Saat ini di kota kota besar abu batu tidak begitu laku untuk dijual karena
perkerasan jalan dengan Lapen sudah banyak beralih ke lapisan aspal beton.
Namun pada beberapa daerah material ini masih tetap dipakai dan menjadi
1989?
1.3 BATASAN MASALAH
campuran gap agregat dengan menggunakan abu batu sebagai bahan filler
Hipotesis dari penilitian ini adalah penggunaan filler abu batu terhadap
agregat pada Hot Rolled Sheet belum banyak dikembangkan , adapun penelitian
Marshall dan Indeks Kekuatan Sisa (IKS) pada Campuran Hot Rolled Sheet
sebanyak 42 benda uji dengan penentuan kadar aspal 6%, 6,5%, 7%, 7,5%,
8%, dan 8,5%. Penentuan untuk kadar filler Abu Sekam Padi sebanyak 0%,
4,5%, 5,5%, 6,5%, 7,5%, dan 8,5%. Pada perendaman IKS benda uji dibagi
hasil stabilitas bernilai 1219,67 kg, flow dengan nilai 4,77 mm, VIM
dengan nilai 5,71%, VMA dengan nilai 26,56%, VFB dengan nilai
78,66%, MQ dengan nilai 260,92 kg/mm, dan density dengan nilai 2,19
gr/cc.
Abu Sekam Padi diperoleh hasil KFO sebesar 5,5% dengan hasil nilai
dari stabilitas sebesar 1237,54 kg, nilai flow sebesar 3,93 mm, nilai VIM
sebesar 5,19%, nilai VMA sebesar 28,76%, nilai VFB sebesar 81,98%,
nilai MQ sebesar 319,57 kg/mm, dan nilai hasil dari density sebesar 2,20
gr/cc.
pada campuaran HRS didapat nilai IKS sebesar 95,74% yang berarti nilai
yang Tahan Hujan Asam (Lasmini Ambarwati 2009) Campuran HRS (Hot
yang memiliki agregat gradasi senjang, filler dan aspal keras dengan
potensi stabilitas dan durabilitas pada campuran HRS. Pada waktu hujan,
senyawa yang merupakan polutan akan larut dalam air hujan dan
menyebabkan air hujan tersebut bersifat asam sehingga dapat merusak lapis
perkerasan lentur jalan raya. Dengan kerentanan HRS terhadap hujan bersifat
asam sebagai hujan terhadap stabilitas dan durabilitas pada campuran HRS
variasi kadar filler (9/0 %, 6/3 %, 4/5 %, 2/7 % dan 0/9 %) untuk
mendapatkan kadar aspal optimum dan kadar filler optimum. Setelah didapat
kadar aspal optimum dan kadar filler optimum untuk campuran HRS,
kemudian dibuat 12 benda uji (bu) pada kondisi optimum untuk direndam
campuran asam selama 54 detik setiap hari selama 28 hari, sehingga akan
campuran HRS pada kondisi optimum adalah VIM (Void in Mix) 3.934 %,
bahwa polusi udara yang terjadi di kota Surabaya masih aman/ tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tanah dasar (subgrade) yang telah mengalami pemadatan dan mempunyai fungsi
jalan supaya tanah dasar tidak menerima beban yang lebih besar dari daya dukung
tanah yang diijinkan. Tujuan dari pembuatan lapis perkerasan jalan adalah agar
dicapai suatu kekuatan tertentu sehingga mampu mendukung beban lalu lintas dan
dapat menyalurkan serta menyebarkan beban roda-roda kendaraan yang diterima
jalan dengan campuran bergradasi senjang yang terdiri dari aspal, agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Campuran Lataston (Hot Rolled Sheet)
berasal dari Hot Rolled Asphalt (HRA) yang berasal dari Inggris dan mengacu
Indonesia. Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS,
terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus
19mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripda
berfungsi sebagai penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi,
kedap air untuk melindungi lapisan dibawahnya sehingga air mengalir ke saluran
di samping jalan, tahan terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan, dan
dari campuran agregat halus, agregat kasar, filler dan aspal yang membentuk
mortar atau spesi dengan aspal sebagai pengikat. Susunan agregatnya bergradasi
terbuka atau senjang dimana ada satu bagian fraksi yang tidak terdapat dalam
sedang.
1.2.2 Bahan Penyusun Perkerasan Jalan
1.2.2.1 Aspal
Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat
bersifat tidak mudah menguap serta lunak secara bertahap jika dipanaskan. Aspal
berwarna coklat tua sampai hitam dan bersifat melekatkan, padat atau semi padat,
dimana sifat aspal yang menonjol tersebut didapat didalam atau dengan
sisa organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun oleh
pecahan batu batuan. Setelah berjuta-juta tahun material organis dan lumpur
terakumulasi menjadi lapisan lapisan sedalam ratusan meter, beban dari beban
teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen. Sedimen tersebut
yang lama kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak mentah senyawa
dasar hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi minyak mentah tersebut,
namun aspal ditemukan sebagai bahan alam (misal : asbuton), dimana sering juga
yang banyak memakai agrgat kasar, penggunaan kadar aspal menjadi sangat tinggi
karena aspal disini berfungsi untuk mengisi rongga-rongga antar agregat dalam
(LASTON) memrlukan kadar aspal yang tinggi pula. Untuk mengantisipasi kadar
aspal yang tinggi digunakan aspal dengan mutu baik, dengan tujuan memperbaiki
kondisi campuran.
Kadar aspal dalam campuran akan berpengaruh banyak terhadap
beban lalu lintas, sebaliknya kadar aspal yang terlalu tinggi akan menghasilkan
dengan penetrasi 60/70 dan mempunyai nilai karakteristik yang telah memenuhi
persyartan yang ditetapkan Bina Marga berdasarkan Petunjuk Lapis Tipis Aspal
atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan melunak atau mencair
jika temperatur bertambah. Sifat ini diperlukan agar aspal memiliki ketahanan
kebuthan lalu lintas serta tahan lama. Dengan diketahui kepekaan aspal
mengikat agregat akan menerima beban yang cukup besar dan berulang-ulang.
agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan aspal
ikatan yang bak antara agregat dan aspal. Kohesi adalah ikata di dalam
terjadi pengikatan.
1.2.2.2 Agregat
Agregat adalah suatu bahan yang keras dan kaku yang digunakan sebagai
bahan campuran yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang termasuk
di dalamnya antara lain pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi dan debu
agregat. Banyaknya agregat dalam campuran aspal pada umumnya berkisar antara
90% sampai dengan 95% terhadap total berat campuran atau 70% sampai dengan
beban lalu lintas karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung
sifat-sifat yang ada yaitu strength atau kekuatan, durability atau kemudahan dalam
oleh gradasi, kadar lumpur, kekerasan (hardness) dan bentuk butir (shape-grain).
Gradasi merupakan ukuran luar dari agregat dan dibedakan menjadi agregat kasar,
halus dan agregat pengisi (filler). Gradasi yang baik, seragam dan seimbang dapat
dapat langsung dipakai sebagai bahan perkerasan jalan. Agregat alam yang
banyak digunakam sebagai bahan penyusu perkerasan adlah kerikil dan pasir.
b. Agregat dengan Pengolahan
Agregat yang berasal dari mesin pemecah batu. Pengolahan ini bertujuan
agregat kasar sangat penting dalam membentuk kinerja karena stabilitas dari
pada saringan No.200 (0,075 mm). fungsi utama agregat halus adalah
mm).
Agregat yang digunakan dalam campuran aspal harus memenuhi
T96-7 )
1.2.2.3 Filler Abu Batu
Filler adalah suatu mineral agregat dari fraksi halus yang sebagian besar
void (rongga udara) dalam campuran. Meskipun demikian komposisi filler dalam
campuran tetap dibatasi. Terlalu tinggi kadar filler dalam campuran akan
mengakibatkan campuran menjadi getas dan retak ketika menerima bebam lalu
lintas. Akan tetapi terlalu rendah kadar filler akan menyebabkan campuran terlalu
bahan lain yang mengganggu dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan
secara basah, harus memenuhi gradasi yang tertera pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Gradasi Mineral Filler
(voids) diantara agregat kasar sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan
kerapatan massanya lebih kasar. Dengan bubuk isian yang berbutir halus maka
luas permukaan akan bertambah, sehingga luas bidang kontak yang dihasilkan
juga akan bertambah luasnya, yamg mengakibatkan tekanan terhadap gaya geser
menjadi lebih besar sehingga stabilitas geseran akan bertambah. Menurut Bina
Marga tahun 1987 macam dari filler adalah abu batu, abu batu kapur (limestone
dust), abu terbang (fly ash), semen Portland, kapur padam dan bahan non plastis
lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan abu batu sebagai filler.
merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh
dari hasil sampingan pabrikpabrik semen atau mesin pemecah batu. Material
jenis ini banyak dibutuhkan untuk campuran dalam proses pengaspalan dan bisa
digunakan sebagai pengganti pasir. Abu batu saat ini merupakan bahan
hasil sampingan dalam industri pemecahan batu yang jumlahnya tidak sedikit.
Saat ini di kota kota besar abu batu tidak begitu laku untuk dijual karena
perkerasan jalan dengan Lapen sudah banyak beralih ke lapisan aspal beton.
Namun pada beberapa daerah material ini masih tetap dipakai dan menjadi
Tabel 2.3 Kandungan Kimia Dari Abu Hasil Pembakaran Sekam Padi
dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak
cukup tinggi, silika dari sekam merupakan saingan dari sumber silika lain
seperti pasir, bentonit dan tanah diatomae tetapi biasanya silika dari sekam
dalam bidang industri, selain itu untuk menjernihkan air. Pemanfaatan sekam
c. Bahan Bakar
Pembakaran merupakan satu metode yang umum dan sering digunakan dalam
proses akhir pengolahan sekam padi. Sekam padi yang dibakar secara
bahan bakar.
d. Bahan Bangunan
Manfaat sekam padi adalah sebagai bahan bangunan yang berhubungan
dengan pengerasan balok, batu bata, ubin, batu tulis dan sifat lunak. Yang
sejumlah material melalui serangkaian dari ukuran besar ke ukuran kecil dan
umumya digunakan suatu grafik. Absis menunjukkan ukuran butiran (dalam skala
logaritma) dan ordinat menunjukkan prosentase dari berat yang melalui nomor
saringan tertentu.
hampir sama / sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya
sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut
porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well
graded). Agregat dinamakan bergradasi baik bila persen yang lolos setiap
spesifikasi atau dibawah kurva gradasi kasar dapat juga di bagian kanan
berada di atas kurva, kemudian memotong kurva dan di bagian kiri berada di
bagian bawah kurva, kemudian memotong kurva dan di bagian kiri berada di
bagian bawah kurva seperti terlihat pada Gambar 2.4 Spesifikasi Gradasi
merupakan agregat dengan satu fraksi hilang atau satu fraksi sedikit sekali.
mutunya terletak antara kedua pengaruh jenis gradasi rapat dengan gradasi
menerus.
1.2.3.2 Pengaruh Gradasi Terhadap Karakteristik Campuran
Gradasi agregat pada dasarnya sangat mempengaruhi besarnya rongga
antar butir yang akan menentukan stabilitas dan memberikan kemudahan selama
proses pelaksanaan.
Gradasi agregat merupakan kondisi agregat yang dapat dibentuk untuk
kategori agregat bergradasi baik, sedangkan gradasi seragam dan senjang masuk
dalam kategori agregat bergradasi buruk. Efek pengaruh gradasi terhadap
untuk memperoleh gradasi sesuai dengan yang diinginkan. Dalam penelitian ini
pasir halus, bahan pengisi ( filler ), aspal dan ditambah dengan proporsi agregat
kasar yang bervariasi. Dalam penelitian ini digunakan 2 variasi gradasi senjang,
yaitu :
1. Gradasi Senjang 1
Dalam variasi gradasi senjang 1 ini, fraksi yang hilang yaitu fraksi dengan
ukuran 1/2".
2. Gradasi Senjang 2
Dalam variasi gradasi senjang 2, fraksi yang hilang yaitu fraksi dengan ukuran
#50".
sehingga kuat menahan beban serta aman dan nyaman ketika dilalui kendaraan. Di
bawah ini adalah karakteristik yang akan diinginkan dalam penelitian, yaitu :
1. Stabilitas (Stability)
Stabilitas adalah kemampuan campuran aspal untuk menahan deformasi akibat
alur ataupun bleeding dinyatakan dalam satuan kg atau lb. Nilai stabilitas
diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshaal Test sewaktu
melakukan pengujian Marshall. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir,
penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan
dengan gradasi yang rapat, agregat dengan permukaan kasar dan aspal dalam
sampai batas runtuh dinyatakan dalam satuan mm. Nilai flow yang tinggi
campuran tersebut memiliki banyak rongga kosong yang tidak terisi aspal
dengan penguuran nilai stabilitas Marshall. Nilai flow juga diperoleh dari
pengujian Marshall.
3. Durabilitas (Durability)
Durabilitas yaitu kemampuan suatu lapis perkerasan jalan untuk
lalu lintas, pengaruh cuaca dan perubahan suhu yang terjadi selam umur
menjadi rapuh.
3. Void In Material (VMA) besar, sehingga selimut aspal dibuat tebal. Jika
VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadi
mengurangi selip pada kendaraan saat perkerasan dalam keadaan basah atau
kering. Hal ini terjadi karena pada saat terjadi hujan kekesatan pada lapis
Kekesatan dinyatakan degan koefisien gesek antara permukaan jalan dan ban
mengiuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
diperoleh dengan :
- Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yag
besar
- Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi tinggi)
- Penggunaan aspal yang ckup bayak sehingga diperoleh VIM yang kecil
Marshall Quotient (MQ) merupakan parameter untuk mengukur tingkat
berupa tarikan yang terjadi pada arah horizontal. Kuat tarik terkadang
sangat dipengaruhi oleh perbahan suhu, yaitu pada suhu rendah aspal
menjadi keras namun mudah patah (getas) sedangkan pada suhu tinggi aspal
menjadi lunak atau lebih cair dan sangat rawan terhadap penurunan
berada pada kondisi suhu tinggi dimana pada kondisi tersebut nilai kuat tarik
relatif kecil. Untuk menghindari waktu pembebanan yang lama perlu adanya
perkerasan.
8. Workability
Workability adalah kemudahan suatu campuran ntuk dihampar dan
Test" akan diperoleh kadar aspal optimum, dimana pada kadar aspal tersebut
2.6.
Tabel 2.6 Persyaratan Kadar Aspal
densitas, specific gravity campuran dan porositas dari masing-masing benda uji.
Pengujian meliputi pengukuran tinggi, diameter, berat SSD, berat di udara, berat
dalam air dari sampel dan berat jenis agregat, filler dan aspal. Sebelum dilakukan
Keterangan :
D = Densitas/berat isi (gr/cc)
Wdry= Berat kering/berat di udara (gr)
Vb = Volume bulk (cc)
rumus :
100
Gsb = %WA %WB %WC %Wn (Rumus 2.3)
+ + +
GbA GbB GbC Gbn
Keterangan :
Gsb = Berat jenis bulk campuran (gr/cm3)
WA,WB,WCWn = Berat agregat masing-masing saringan (%)
GbA,GbB,GbC,Gbn = Berat jenis bulk tiap agregat tertahan saringan
(gr/cm3)
100
Gsa = %WA %WB %WC %Wn ...(Rumus 2.4)
+ + +
GaA GaB GaC GaN
Keterangan :
Gsa = Berat jenis apparent campuran (gr/cm3)
WA,WB,WCWn = Berat agregat masing-masing saringan (%)
GaA,GaB,GaCGaN = Berat jenis apparent tiap agregat tertahan saringan
(gr/cm3)
Gsb+Gsa
Gse = .(Rumus 2.5)
2
Keterangan :
Gse = Berat jenis rata-rata agregat (gr/cm3)
Gsa = Berat jenis apparent campuran (gr/cm3)
Gsb = Berat jenis bulk campuran (gr/cm3)
Penyerapan aspal dengan campuran dihitung dengan rumus :
G saGsb
Pba = 100 Gac ........................(Rumus 2.6)
Gsa Gsb
Keterangan :
Pba = Penyerapan Aspal (%)
Gsa = Berat jenis apparent campuran (gr/cm3)
Gsb = Berat jenis bulk campuran (gr/cm3)
Gac = Berat jenis aspal (gr/cm3)
menentukan nilai kadar aspal optimum dan karakteristik campuran dengan cara
2.3.5.2 Flow
Flow dari pengujian Marshall adalah besarnya deformasi vertikal sampel
yang terjadi mulai saat awal pembebanan sampai kondisi kestabilan maksimum
sehingga sampel sampai batas runtuh dinyatakan dalam satuan mm atau 0,01.
2.3.5.3 Marshall Quotient
Merupakan perbandingan antara stabilitas dengan kelelahan plastis (flow)
kelelahan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk.
Alat marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
(cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring
kelelahan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4
penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow,
lain :
1. Jumlah benda uji yang dipersiapkan.
2. Persiapan agregat yang akan digunakan.
3. Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan.
4. Persiapan campuran aspal beton.
5. Pemadatan benda uji.
6. Persiapan untuk pengujian Marshall.
Jumlah benda uji yang disiapkan ditentukan dari tujuan dilakukannya uji
Marshall tersebut. AASHTO menetapkan minimal 3 buah benda uji setiap kadar
aspal yang digunakan. Agregat yang akan digunakan dalam campuran dikeringkan
pencampuran bahan aspal dengan agregat adalah pada saat aspal mempunyai
adalah temperatur pada saat aspal mempunyai nilai viskositas kinematis sebesar
maka secara umum ditentukan suhu pencampuran berkisar antara 145C - 155C,
Mulai
sekam padi sebagai bahan pengisi atau filler. Kadar abu sekam padi yang dipakai
dalam penelitian ini, yaitu: 6%, 7% dan 8% terhadap berat total agregat. Hasil
Universitas Gadjah Mada untuk Pemeriksaan kandungan yang ada dalam abu
terhadap beberapa benda uji dari berbagai kondisi perlakuan yang diuji di
laboratorium. Untuk beberapa hal pada pengujian bahan, digunakan data sekunder
karena adanya penggunaan bahan dan sumber yang sama. Jenis data pada
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
pengujian secara langsung. Data primer dalam penelitian ini adalah data unsur
kimia dan berat jenis yang terkandung dalam abu sekam padi yang diperoleh dari
LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pengujian gradasi abu sekam padi
sekunder dalam penelitian ini adalah data pemeriksaan agregat dan data hasil
Magelang.
berikut :
1. Aspal
yang diperoleh dari Lab. Jalan Raya Fak. Teknik Sipil UNTIDAR
2. Agregat
Agregat yang digunakan berasal dari Lab. Jalan Raya Fak. Teknik Sipil
UNTIDAR
3. Filler
Filler adalah suatu mineral agregat dari fraksi halus yang sebagian besar (
dalam penelitian ini adalah abu sekam padi yang berasal dari Desa Tonoboyo,
Kabupaten Magelang.
3.5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mendukung berjalannya penelitian tugas
alat uji penetrasi, satu set alat uji titik lembek, satu set alat uji titik nyala dan
titik bakar, satu set alat uji berat jenis (piknometer dan timbangan).
a. Alat uji penetrasi
Pengujian penetrasi aspal suatu pengujian yang digunakan untuk
penetrasi dengan beban tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25 C
Uji titik nyala dan titik bakar dilakukan untuk mengetahui suhu dimana
aspal mulai dapat mengeluarkan nyala dan terbakar akibat pemanasan. Alat
uji titik nyala dan titik bakar ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Alat Uji Titik Nyala dan Titik Bakar
d. Alat uji berat jeni
mesin Los Angeles (tes abrasi), satu set saringan standar ( yang terdiri dar
ukuran 3/4", 1/2", 3/8", #4, #8, #16, #30, #50 dan #200) dapat dilihat pada
Gambar 3.5, alat pengering (oven), timbangan berat, alat uji berat jenis
Marshall, meliputi :
a. Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 10,2 cm (4 inch) dengan
Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Alat Cetak Benda Uji
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm. Dapat
c. Alat pengeluar benda uji, seperti pada Gambar 3.8 untuk mengeluarkan
benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan (Ejector), seperti pada
Gambar 3.8.
perlengkapannya.
gram.
h. Pengukur suhu (thermometer) berkapasitas 360C dengan ketelitian 1 %
dari kapasitas.
i. Perlengkapan lain :
1) Panic-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
2) Sendok pengaduk dan perlengkapan lain.
3) Kompor dan alat pemanas (hot plate).
4) Sarung tangan dari asbes dan sarung tangan dari karet dan pelindung
adalah :
Gradasi
Specific Gravity
Absorpsi Air
3.7.1.3 Pengujian Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu sekam padi. Bahan
pengisi harus lolos saringan No. 200 (0,075 mm). Pengujian terhadap bahan
pengisi adalah :
Specific Gravity
3.7.2 Pembuatan Benda Uji
Sebelum pembuatan benda uji diadakan pembuatan rancangan campuran
aspal, agregat dan filler. Gradasi yang digunakan sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Prosedur pembuatan benda uji dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap I
Merupakan tahap persiapan untuk mempersiapkan bahan dan alat yang akan
bagian bawah dan atas cetakan dengan kertas pada alat penumbuk.
5. Tahap V
Campuran dipadatkan dengan alat pemadat sebanyak 75 kali tumbukan untuk
hidraulis.
6. Tahap VI
Setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan, kemudian dilakukan pengujian
dilakukan pengujian.
4. Dari hasil pengujian ini didapat nilai stabilitas dan kelelahan (flow).
5. Perhitungan nilai stabilitas dan Marshall Quotient di dapatkan dengan rumus
Johnston, D., Stewart, C., Hoverd, J., Leonard, G., Thordarsson, T. & Cronin S.,
2004, Impacts of Volcanic Ash on Water Supllies in Auckland: Institute
of Geological & Nuclear Sciences Report. Http :
//volcanoes.usgs.gov/ash/properties.html (19 Des. 2010)
Krebs, R.D dan Walker, R.D, 1971, Highway Materials, McGraw-Hill Book
Company, New York, USA.
(Sumber:http://m-amin.com/2010/11/19/abu-vulkanik-gunung-merapi-berpotensi-
sebagai-material-keramik/)
Wahyudi, H. 2003. Evaluasi Sifat Marshall dan Nilai Struktural Campuran Beton
Aspal Yang Menggunakan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan
Aspal Esso Pen 60/70: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.