Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sejarah perkembangan perkerasan jalan telah dimulai bersamaan dengan sejarah
umat manusia itu sendiri yang selalu berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangan
perkerasan jalan saling berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Hal ini
ditandai dengan adanya jalan setapak pada perkembangan awal umat manusia
yang kemudian berkembang pada masa kerajaan Romawi hingga adanya lapis
perkerasaan yang didesain oleh John Louden Mac Adam (1756-1836) dan
Thomas Telford (1757-1834) yang telah menggunakan batu pecah sebagai lapis
perkerasannya. Dan pada abad ke-20 telah ditemukan bahan pengikat batu pecah
tersebut yaitu aspal atau bitumen.

Lapis perkerasan jalan adalah suatu pelapis pada permukaan tanah yang
dipadatkan dan diberi perkeras tambahan yang lebih kuat untuk dapat menahan
beban lalu-lintas di atasnya. Untuk menjaga fungsi perkerasan jalan lebih lama,
maka lapis perkerasan tersebut dirancang sedemikian rupa agar tidak cepat rusak
atau lepas. Penemuan aspal yang berfungsi sebagai pelekat antar batuan/agregat
menjadi salah satu solusi permasalahan tersebut. Dengan kombinasi agregat dan
proses pencampuran aspal yang optimal akan mengasilkan suatu lapis perkerasan
jalan yang kuat dan memiliki waktu layan yang panjang.

Namun, pertimbangan ekonomi dan lingkungan telah mendorong manusia


melakukan daur ulang untuk menciptakan suatu inovasi. Tak terkecuali pada
teknologi perkerasan jalan raya. Salah satu inovasi yang dihasilkan adalah
teknologi dalam proses pencampuran aspal menggunakan bahan daur ulang yang
berasal dari pengupasan sisa perkerasan lama yang dikombinasikan dengan bahan
yang baru. Permintaan daur ulang lapis perkerasan semakin meningkat yang
disebabkan oleh mahalnya harga aspal yang seiring dengan kenaikan harga

1
2

minyak dunia dan kelangkaan agregat yang memenuhi spesifikasi. Hingga saat ini
pertimbangan ekonomi dan isu lingkungan yang semakin mendasari dilakukan
daur ulang untuk menjaga kelestarian serta mengurangi limbah aspal dari
penggarukan. Selain itu, perbaikan jalan dengan pelapisan ulang pada perkerasan
lama (overlay) akan menambah elevasi jalan dan apabila dilakukan terus menerus
akan membentuk ketebalan lapisan perkerasan yang tinggi dan akan berakibat
terganggunya drainase, ketinggian bahu dan kerb jalan.

Recycling Asphalt Pavement (RAP) adalah istilah yang diberikan pada


pemindahan dan proses pengolahan ulang bahan yang mengandung aspal dan
agregat. Daur ulang aspal merupakan sisa dari lapis permukaan jalan yang sudah
tidak terpakai. Cara untuk mendapatkannya adalah mengeruk lapis perkerasan
jalan yang lama dengan menggunakan alat penggaruk aspal yang dinamakan alat
milling. Metode daur ulang RAP dibedakan menjadi empat hot recycling, cold
recycling, in-situ recycling, dan in-plant recycling. Penelitian kali ini lebih
memusatkan pada metode in-plant recycling dengan proses pembakaran pada
temperatur normal antara 150 - 160°C (hot mix asphalt).

Aspal merupakan salah satu komponen penting yang dipergunakan dalam sebuah
pekerjaan pembuatan konstruksi jalan yang baik dan layak yang dapat dilalui lalu-
lintas kendaraan berat. Akan tetapi di satu sisi, fluktuasi harga-harga material
bahan pembangunan jalan semakin menambah berat program perbaikan jalan di
Indonesia. Salah satu material komponen utama pembangunan jalan di Indonesia
adalah aspal minyak. Sebagai produk turunan dari minyak bumi, harga aspal
tergantung dari fluktuasi produk tersebut di pasaran internasional. Sebagaimana
yang pernah terjadi di tahun 2008 lalu, di mana harga minyak dunia naik hingga
mencapai US$ 160, harga aspal minyak pun turut terdongkrak menyesuaikan
kenaikan harga minyak di pasaran internasional.

Sesungguhnya Indonesia memiliki produk aspal buton yang dapat meningkatkan


kualitas pemakaian aspal minyak dengan cara mencampurkannya (blend). Selain
kualitasnya yang tinggi, harganya yang lebih kompetitif serta aplikasinya yang
dapat dipergunakan untuk perkerasan jalan dengan lalu-lintas berat di Indonesia,
3

pemanfaatan aspal buton untuk pembangunan di Indonesia dengan sendirinya juga


akan mendorong pertumbuhan industri aspal nasional. Kebutuhan aspal nasional
yang mencapai 1,2 juta ton per tahun dapat dipenuhi oleh aspal buton yang
cadangannya masih sangat besar. Potensi cadangan aspal buton diperkirakan
sebesar 650 juta ton dan dapat mencukupi kebutuhan perbaikan seluruh ruas jalan
yang ada di wilayah Indonesia di masa yang akan datang.

Jenis aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal modifikasi antara
aspal minyak dengan Buton Natural Asphalt (BNA). Bahan material aspal
tersebut didapatkan dari penambangan di wilayah Lawele di Pulau Buton.
Penggunaan asphalt blend ini didasari oleh sifat dari properties BNA yang
memperbaiki kualitas aspal minyak Pertamina baik secara viskositas maupun
stabilitas dinamis dibandingkan dengan kualitas properties aspal impor.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PT. Pertamina dan PT Aston Adhi
Jaya didapatkan nilai viskositas sebesar 1800 Cst, jauh lebih tinggi dibandingkan
kualitas aspal impor seperti Shell (385 Cst) maupun Esso (400 Cst). Untuk hasil
pengujian stabilitas dinamis, BNA Blend mencetak nilai sebesar 4500
lintasan/mm, lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata aspal impor sebesar 1700
lintasan/mm.

Di samping hal-hal tersebut di atas, BNA Blend mempunyai dua kelebihan lain
yang sangat penting bagi pembangunan konstruksi perkerasan khusus, seperti
bandara dan jalan tol. Pertama, mempunyai mempunyai ketahanan terhadap air
dan kerosin (jet fuel) yang lebih tinggi. Kedua, BNA Blend dapat diaplikasikan
dengan gradasi terbuka sehingga mampu menghasilkan permukaan dengan tekstur
makro yang lebih baik. Hal demikian akan menaikkan kekesatan permukaan dan
meminimalkan “bahaya aqua planning”, sehingga meningkatkan tingkat
keamanan pada saat take off maupun landing pesawat udara.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan suatu upaya pengembangan


melalui modifikasi aspal hasil material daur ulang dengan memodifikasi aspal
minyak khususnya produksi lokal, yang diharapkan mampu memperbaiki
performa kelengketan, stabilitas dan kelenturan. Proporsi BNA yang akan
4

digunakan yaitu sebesar 25% yang dicampur aspal pen 60/70 sebesar 75% dari
berat total campuran aspal. Campuran ini diharapkan mampu memperbaiki sifat
dari aspal minyak tersebut dan dapat bersinergi dengan baik pada campuran aspal
bergradasi menerus yaitu Lapis Beton Aspal (Laston) atau lebih dikenal dengan
Asphaltic Concrete (AC) terutama pada Lapis Antara (Binder Course) sehingga
terjadinya alur yang rentan terjadi pada campuran beraspal dan peningkatan nilai
stabilitas dinamis diharapkan mampu diatasi oleh campuran beton aspal yang
dimodifikasi dengan menggunakan BNA tersebut.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:
1. Sumber daya alam yang semakin berkurang ketersediaannya.
2. Makin tingginya biaya pembangunan dan rehabilitasi perkerasan jalan di
Indonesia.
3. Timbulnya limbah bagi lingkungan akibat kurang dimanfaatkannya hasil
kupasan material perkerasan jalan.
4. Geometrik perkerasan jalan yang kerap kali sulit untuk dipertahankan pada
proses rehabilitasi jalan.

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi karakteristik bitumen hasil ekstraksi hasil ekstraksi material
daur ulang (RAP) yang dicampur dengan aspal Pertamina pen 60/70 dan
BNA Blend 75/25.
2. Mengevaluasi karakteristik Marshall dan kepadatan mutlak dari campuran
Laston Lapis Antara (AC-BC) memakai material RAP dengan aspal
Pertamina pen 60/70 dan BNA Blend 75/25.
3. Mengevaluasi sifat mekanistik (Modulus Resilient) dari campuran Laston
Lapis Antara (AC-BC) memakai material RAP (recycling) dengan aspal
Pertamina pen 60/70 dan BNA Blend 75/25 dalam campuran panas (hot
mixture) dengan metode UMATTA.
5

4. Mengevaluasi karakteristik alur (rutting) dari campuran Laston Lapis Antara


(AC-BC) memakai material RAP (recycling) dengan aspal Pertamina pen
60/70 dan BNA Blend 75/25 dalam campuran panas (hot mixture) dengan
metode wheel tracking.

I.4 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dibatasi dalam lingkup bahasan sebagai berikut
1. Material yang digunakan adalah:
a. Bahan Kupasan aspal (Reclaimed Asphalt Pavement / RAP) dari proyek
peningkatan Jalan Tol Jakarta – Cikampek (KM 42+400), dimana
persentase RAP yang digunakan adalah sebesar 10% dan 15% terhadap
berat total campuran.
b. Aspal yang terdapat dalam RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)
mempengaruhi dalam perhitungan berat total campuran.
c. Gradasi yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan satu jenis
variasi gradasi campuran Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dalam campuran
panas (hot mixture).
d. Campuran BNA pada kebutuhan bitumen total sebesar 25% dan aspal pen
60/70 sebesar 75%.
e. Aspal minyak yang dipakai yaitu produksi Pertamina dengan nilai Pen
60/70.
2. Standar pengujian karakteristik material agregat dan aspal yang digunakan
adalah Spesifikasi Umum Campuran Beraspal Panas [Kementerian Pekerjaan
Umum, 2010]. Prosedur pengujian mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI), namun jika prosedur pengujiannya belum terdapat dalam SNI maka
akan mengacu pada American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO), American Society for Testing Materials
(ASTM), dan British Standart (BS).
3. Perencanaan campuran beraspal panas menggunakan metode Marshall dan
pendekatan kepadatan mutlak untuk mendapatkan Kadar Aspal Optimum
(KAO) dari Laston Lapis Pengikat (AC-BC).
6

4. Pengujian laboratorium pada kondisi Kadar Aspal Optimum (KAO)


campuran terdiri dari:
a. Uji Marshall Immersion (Perendaman Marshall).
b.Uji ketahanan Deformasi dengan alat Wheel Tracking Machine (WTM)
c. Uji Modulus Resilien dengan alat Universal Material Testing Apparatus
(UMATTA).
5. Analisis kimia dan analisis biaya pada modifikasi aspal hasil daur ulang
(recycling) dengan aspal Pertamina pen 60/70 dan BNA Blend 75/25 tidak
diperhitungkan.
7

Contents
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
I.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
I.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5

Anda mungkin juga menyukai