OLEH:
IRYANTO SLAHE
072 612 036
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2019
LEMBAR PENGESAHAN
I
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
II
KATA PENGANTAR
III
ABSTRAK
IV
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................... IV
2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 5
BAB II
V
IV TINJAUAN OBJEK PERANCANGAN ........................... 31
BAB 4
BAB VI
6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 85
VI
DAFTAR TABEL
VII
DAFTAR GAMBAR
IX
DAFTAR LAMPIRAN
X
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
XI
BAB I1
PENDAHULUAN
1
dioksida (CO²) dalam udara, meningkatnya hasil produksi sampah limbah
cair dan gas buangan yang dapat berujung pada kerusakan lingkungan
kawasan itu sendiri. Semakin meningkatnya sumber kerusakan lingkungan
tersebut tentu tidak hanya berdampak pada lingkungan tersebut saja, tetapi
akan berdampak terhadap lingkungan sekitar kawasan dan manusia yang
beraktifitas didalam maupun disekelilingnya tanpa disadari.
Menurut “World Meteorological Organization” (WMO), 2016 telah
teridentifikasi kenaikan CO² sebesar 50% lebih tinggi dari rata-rata kadar
CO² dalam sepuluh tahu terakhir disebakan oleh aktivitas manusia dalam
penggunaan energi terutama energi listrik yang sudah menjadi kebutuhan
primer sehari-hari dan munculnya fenomena cuaca “El Niño”. Dua hal ini
yang mendorong peningkatan emisi CO² yang belum pernah terjadi dalam
80 tahun terakhir.
Hal ini diperkuat dengan semakin tingginya ketegantungan pusat
perekonomian terhadap ketersediaan energi listrik yang sangat vital.
Kehidupan masyarakat urban modern memiliki mobilitas tinggi, efisiensi
waktu, dan kemudahan aksesibilitas, mengakibatkan banyak pusat
perekonomian tidak merencanakan penghematan energi listrik, sistem
pengolahan limbah dan pembuangan sampah yang ramah lingkungan.
Sehingga menimbulkan peningkatan konsumsi energi yang ikut berdampak
terhadap konsentrasi CO² di atmosfir, selanjutnya meningkatkan evek
pemanasan global. Penghematan energi kini menjadi sangat penting dan
sudah menjadi slogan yang akhir-akhir ini muncul dalam setiap segi
kehidupan, hal ini diakibatkan karena semakin menipisnya stok bahan
bakar minyak bumi, Issue ini juga didorong dengan timbulnya fenomena
cuaca El Niño serta harga minyak yang cenderung fluktuatif.
Terobosan baru dalam penghematan energi dan pelestarian
lingkungan sangat diperlukan, maka perlu adanya penataan kembali
“kawasan ekonomi terpadu kota ternate” menjadi sebuah kawasan
Superblock menggunakan pendekatan “smart energy solution (SG)”
dengan konsep smart building.
Superblock merupakan deretan bangunan dalam kawasan dengan
fungsi yang berbeda-beda seperti pusat hunian, perkantoran, hotel, pusat
perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, bahkan tempat
2
rekreasi yang terintegrasi antara satu fungsi dengan fungsi lainnya, (Heri
Siswanto, 2009). Kawasan ini mungkin sudah banyak ditemui di kota besar
sebagai tuntutan dari kehidupan masyarakat urban yang sangat
menghargai efisiensi, efektifitas, dan fleksibel dalam setiap aspek
kehidupan. Selain itu, dalam menanggapi efek pemanasan global dan krisis
sumber daya energi, maka penekana desain “Smart Grid Energy Solution
(SG)” yang difokuskan pada Smart Building, agar bangunan dapat
menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
3
1.4. Batasan Perancangan
Lingkup perancangan kawasan Ekonomi Terpadu Kota Ternate
dfifokuskan pada penataan bangunan dan kawasan Ekonomi Terpadu Kota
Ternate yang lebih efisien, efektif, fleksibel, dan hemat energi. Dengan
konsep perancangan yang ditekankan pada konsep Smart building dan
smart energi dalam bentuk Superblock.
4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.1. Pengertian Superblock
Menurut Daisworo, Suerblock merupakan deretan bangunan dalam
kawasan dengan fungsi yang berbeda-beda seperti pusat hunian,
perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat
olahraga, bahkan tempat rekreasi yang terintegrasi antara satu fungsi
dengan rungsi lainnya.
Menurut Hidayat dan Siagian, Superblock adalah kawasan dengan
luas rata-rata diatas 100.000 meter persegi yang menjadi gabungan dari
perkantoran, pusat hunian, (apartemen dan kondominium), pusat
perbelanjaan, hotel, tempat rekreasi, tempat olahraga, sekolah, pusat
kesehatan dan bahkan tempat ibadah.
Menurut Purbo, Superblock adalah istilah untuk sebuah blok
biasanya berupa gedung perkantoran yang tinggi dalam wilayah blok yang
agak besar, biasanya di pusat bisnis / kota, (Heri Siswanto, 2009).
6
2. Manusia moderen selalu menuntut sesuatu yang serba praktis, cepat,
mudah, dan efisien.
3. Pengembangan jalan atau jalur transportasi tidak seimbang dengan laju
pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan dan
crowded dijalan.
4. Pencemaran udara akibat pergerakan kendaraan menempati posisi
pertama penyebab polusi udara di dunia.
5. Semakin berkurangnya lahan yang memicu munculnya lokasi
pemukiman yang padat dan kumuh, (Heri Siswanto, 2009, Green Solo
Superblock).
8
Smart Grid merupakan konsep grid modern yang menggunakan
teknologi digital sebagai dasarnya. Teknologi digital memungkinkan
produsen untuk mentransmisikan listrik dan berkomunikasi dengan
konsumen secara dua arah. Hal ini mengubah dasar-dasar pemikiran
distribusi listrik secara radikal dalam hal paradigma pola berpikir para
insinyur ketenagalistrikan. Dalam alam paradigma tradisional sistem
ketenaga listrikan, listrik hanya dapat dihantarkan secara satu arah dari
perusahaan penyedia listrik kepada konsumennya. pembangkit-
pembangkit besar dibangun di suatu daerah yang biasanya jauh dari daerah
konsumennya, dan setelah itu listrik ditransmisikan melalu jaringan
transmisi yang akhirnya didistribusikan kepada konsumen melalui gardu-
gardu distribusi yang biasanya dibangun dekat atau didalam kota-kota yang
dipenuhi konsumen, (Fachri, 2016).
Dalam paradigma sistem ketenaga listrikan modern yang
menggunakan konsep Smart Grid, jaringan listrik dapat secara cerdas
mengintegrasikan aksi-aksi dari seluruh komponen yang tersambung
didalamnya mulai dari pembangkit, perangkat transmisi, distribusi, serta
konsumennya sehingga dapat menghantarkan listrik dengan lebih efisien,
berkelanjutan, ekonomis, dan aman.
Pada sistem tenaga modern, beberapa hal baru harus bisa dipenuhi
lebih dari sistem tenaga yang ada sebelumnya, diantaranya:
1. Sistem tenaga modern harus lebih mengakomodasi partisipasi dari para
konsumen, terutama dengan mulai berkembangnya sumber-sumber
energi alternatif terdistribusi, partisipasi aktif dari para konsumen juga
harus diperhatikan sekaligus sistem tenaga lebih mengakomodasi
bentuk-bentuk sumber energi yang tersedia dan tersebar di
jaringannya.
2. Teknologi digital yang berkembang pesat, memaksa semua aspek
kehidupan bergantung pada TIK (teknologi informasi dan komuikasi)
akibatnya sistem tenaga yang modern juga dituntut untuk bisa
memberikan suplai energi dengan kualitas daya yang baik untuk
mendukung kondisi digital ini.
3. Investasi yang dibuat di bidang sistem tenaga ini akan menuntut utilisasi
aset yang lebih baik dengan esiensi yang tinggi, sehingga investasi
9
yang besar tidak akan terbuang sia-sia akibat terlalu over-capacity
untuk mengantisipasi beban dan menjamin kelangsungan pelayanan.
4. Berhentinya suplai kepada konsumen merupakan sesuatu yang sebisa
mungkin harus dihindari, sehingga sistem tenaga yang modern
semaksimal mungkin harus bisa melakukan tindakan preventif dan
kuratif terhadap gangguan yang terjadi pada dirinya.
5. Sistem tenaga modern merupakan sesuatu yang “kokoh” dalam artian
bisa bertahan terhadap force majeur, bisa bencana, serangan fisik
maupun serangan cyber.
12
Gambar 2.3. Smart Grid dapat menghubungkan masyarakat,
keuangan, teknologi, dengan regulasi dan kebijakan
Sumber, (Fachri, 2016)
15
Perubahan yang cepat, fleksibel dan ekonomis dalam responnya
terhadap sosiologi lingkungan, komplektivitas dan bermacam-
macamnya tuntutan pekerjaan serta strategi bisnis.
3. System Based Definitions
Smart building harus memiliki sebuah teknologi dan system teknologi
yang digabungkan. Chinese Intelligent Building Design Standard
mengeluarkan standar yang harus dimiliki Smart building yaitu
menyediakan otomatisasi bangunan, system jaringan komunikasi,
optimalisasi integrasi komposisi dalam struktur sitem servis manajemen,
dalam menyediakan efisiensi tinggi, kenyamanan dan ketenangan bagi
users.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bangunan Smart building
atau intelligent building haruslah memenuhi aspek-aspek perancangan
seperti:
Menyediakan informasi dan mengoptimalkan performa building system
dan fasilitas.
Aktif dalam memonitor dan mendeteksi kesalahan dan kekurangan
dalam building systems.
Mengintegrasikan system untuk dalam kegiatan bisnis, real time report
dan manajemen operasi utilitas, energy dan kenyamanan users.
Menggabungkan tools, teknologi, sumber energy dan layanan dalam
mengkontribusikan konservasi energy dan sustainability atau
keberlanjutan lingkungan.
16
2. BAS (Building Automation System)
Building Automation System (BAS) adalah sebuah pemograman
komputerisasi intelegent network dari peralatan elektronik yang memonitor
dan mengontrol sistem dalam sebuah gedung. BAS, berbasis kontroler
berupa komputer untuk melakukan koordinasi dan mengorganisasi serta
mengoptimalisasi kontrol subsistem dalam gedung atau kawasan berupa
keamanan, alaram kebakaran, keselamatan elevator dan lain-lain.
Proses pengontrolan dan monitoring terhadap peralatan dapat
dilakukan secara otomatis dan sistematis bersifat real time. Dengan BAS
membuat pengelolaan bangunan menjadi efektif, cepat tanggap, mudah
dikontrol dan hemat energi
3. IP-PBX (Internet Protocol Private Branch Exchange)
Internet Protocol Private Branch Exchange (IP-PBX) adalah PABX yang
menggunakan teknologi IP (Internet Protocol) yang merupakan perangkat
switching komunikasi telepon dan data berbasis teknologi IP yang
mengendalikan extension telepon analog (TDM) maupun extension IP
Phone. Fungsi-fungsi yang dapat dilakukan antara lain penyambungan,
pengendalian, dan pemutusan sambungan telepon, translasi protokol
komunikasi, translasi media komunikasi atau transcoding, serta
pengendalian perangkat-perangkat IP telepon seperti VoIP Gatewai,
Access Gateway, dan Trunk Gateway.
IP-PBX juga mendukung multi layanan seperti Voicemail dan Voice
Converence, Interactive Voice Response (IVR), Automatic Call Distribution
(ACD), Computer Telephony Integration (CTI), Unified Messaging System
(UMS), Fax Server dan Fax on Demand, Call Recording System, Billing
System, serta Web-based Management System.
4. IBS (Cellular Repeater Solution)
Sebuah tempat sebagai kawasan bisnis membutuhkan infrastruktur
penguat signal cellular (indoor dan outdoor) yang dapat mengakomodasi
berbagai platform operator. Untuk memenuhi requirement tersebut akan
disediakan Infrastruktur penguat signal. Infrastruktur dibangun dengan
teknologi single infrastructure multi operator, artinya repeater antena selular
(GSM, 3G, HSDPA) dan antena CDMA akan dilayani dengan menggunakan
single infrastructure. Hal ini tentu akan sangat cost efficient pada investasi,
dan memudahkan operasi maintenance,
17
Layanan Penguat Signal mencakup elemen pelayanan sebagai berikut:
Coverage and Signal Quality, menyediakan layanan perluasan
coverage dengan signal quality yang sesuai dengan SLA yang telah
disepakati.
Preventive Maintenance, berupa perawatan sederhana dengan
melakukan kunjungan rutin untuk memeriksa kondisi power supply
(battery back up), cabling, grounding system, dan supporting facilities
yang lain.
Network Management System (NMS), yang berfungsi sebagai sistem
untuk memantau setiap gangguan yang terjadi pada setiap site secara
terus-menerus, 24 jam sehari 7 hari seminggu.
Trouble Shooting, memastikan bahwa setiap gangguan yang terjadi
dapat segera teratasi melalui mekanisme Complaint Handling dan
Problem Solving.
Upgrade dan Reinstall, meliputi updating software dan penggantian
hardware yang telah keluar release / versi terbarunya.
5. IP-CCTV (Internet Protocol Closed Circuit Television)
Merupakan teknologi CCTV baru untuk keamanan dan pengawasan
yang memiliki banyak keuntungan yang unik. Dengan teknologi IP maka
kamera CCTV mengirim rekaman video langsung dari link Ethernet.
Dengan IP-CCTV maka pengguna tidak perlu memberikan space dan
mengeluarkan budget tertentu untuk instalasi kabel. Pengguna dapat
meletakkan kamera di lokasi strategis dan tersembunyi.
IP-CCTV yang memiliki fitur lain seperti VoIP yang memungkinkan
perangkat untuk mengirim dan menerima panggilan telepon, misalnya
menelepon otoritas atau badan keamanan. Hal-hal tersebut di atas yang
menjadikan IP-CCTV sebagai perangkat favorit sejumlah perusahaan atau
individu, dalam rangka meningkatkan keamanan.
6. Fire Alarm System
Merupakan suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk
mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan
(warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara otomatis
maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (fire fighting
System). Sistem ini adalah suatu sistem wajib untuk perkantoran, gedung
18
bertingkat maupun area publik lainnya yang mana sistem ini adalah
indikator penyelamat awal dari terjadinya kebakaran. Dengan
menggunakan sistem ini dapat mencegah kebakaran yang dapat
menghilangkan asset materi maupun nyawa seseorang dengan
mengetahui potensi kebakaran sejak dini.
7. Public Announcement (PA)
Merupakan infrastruktur sound system di gedung/kawasan yang
terdeliver dalam bentuk speaker yang tersebar pada setiap sudut gedung
di kawasan.
8. Access Control
Merupakan infrastruktur untuk mengontrol jalur keluar masuk gedung
pada pintu masuk gedung, pintu pada ruangan-ruangan di dalam gedung,
dan pengaturan kontrol akses di elevator dan lokasi-lokasi kritikal lainnya.
9. E-Office
Merupakan layanan Office Automation yang disediakan bagi pelanggan
korporasi melalui konsep Software as a Service (SaaS) sebagai layanan
nilai tambah dari akses jaringan. Software as a Service (SaaS) adalah
metode pengiriman aplikasi yang menggunakan skema pembayaran
bulanan/berlangganan seperti berlangganan jasa telekomunikasi atau jasa
lainnya.
10. Hosted Contact Center
Produk layanan Hosted Contact Center (HCC) adalah produk yang
memberikan solusi dinamis outsourcing teknologi Contact Center dengan
ber-basis IP yang memungkinkan suatu perusahaan/klien dapat
membangun dan mengoperasikan unit call centernya dengan investasi
yang relatif minim dan melakukan layanan dimanapun dia berada.
11. Digital Signage
Ditampilkan di public area di kawasan dalam bentuk Digital signs
seperti LCD, LED, plasma display atau projector. Manfaat dari digital
signage dibanding media promosi tradisional yang bersifat static (traditional
static signs) adalah kontennya dapat diupdate secara mudah, real time dan
animasi aplikasi multimedia dapat ditampilkan.
Digital Signage akan menyajikan berbagai konten yang terdiri dari :
19
Information: Menyediakan infrormasi yang diperlukan tenant dan
penumpang seperti promosi, location guide, breaking news, Flight
Schedule, take off / departure, announcement dsb.
Entertainment: Sarana hiburan untuk penumpang seperti video on
demand, movie trailers, Music Juke Box dsb.
Branding: Media ini dapat digunakan untuk meningkatkan loyalitas
pelanggan dengan mengirimkan pesan-pesan branding (branding
messages).
Advertisement: Menampilkan content komersial seperti advertorial
content.
Live feed: menyajikan berita terkini dan berita yang terkait dengan
informasi.
Manfaat Layanan Digital Signage:
Menyajikan content yang informatif, inovatif dan dapat menjadi media
hiburan (edutainment) bagi penumpang.
Mendapatkan revenue tambahan dari periklanan dan content komersial
karena lokasi dan penumpang merupakan target market premium .
Perangkat yang diperlukan:
Streaming Multimedia Server.
Content Server.
Controlling dan Programing Server.
Network 5. LCD TV.
12. BEMS (Building Energy Management System)
Building Energy Manajement System merupakan pemenuhan secara
bersamaan Intelligent Building dan Green Building. Dengan BEMS akan
meningkatkan efisiensi pemakaian dan cost pengeluaran energi building
menuju Green Building.
BEMS Solution terdiri dari dua bagian yaitu Facility dan Energy
Management Solution. Energy Management Solution meliputi Manajement
Portal, Control Meter, Data Manager, Analyzing, Service, Tenant
Management.
13. IBMS (Integrated Building Manajement System)
Menghubungkan perangkat-perangkat electronic dalam satu system
utuk dapat berkomunikasi satu sama lain secara fungsi. Misal ketika fire
20
alarm mendeteksi adanya kebakaran akan menginstruksikan IP-CCTV
untuk merekam kejadian, memerintahkan Acces Control mengatur jalur
evakuasi, dan menginstruksikan IP PBX untuk menghubungi pihak-pihak
terkait.
21
yang tak terhingga seperti kemampuan untuk menyediakan apapun yang
dibutuhkan pekerja ketika dibutuhkan.
22
Gambar 2.5. Employee Device
Sumber, (Kumala, Sutrisno, & Ferdiansyah, 2016)
23
3. Port of Portland, Oregon
25
3
BAB III
METODE PERANCANGAN
LOKASI
PERANCAN
GAN
3.2.2. Interview
Interview merupakan metode dialog secara indifidu dan kelompok
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
3.4. Analisa
Dalam melakukan analisa terhadap data-data yang berhubngan
dengan perancangan kawasan, berdasarkan pada konsep dasar
rancangan, maka analisa-analisa yang diperlukan adalah sebagai berikut:
28
3.5.2. Konsep Gumabah Bentuk
Konsep ini mengambarkan gubahan bentuk dan tampilan bangunan
setelah dilakukan analisa gubahan bentuk yang disesuaikan dengan
konsep awal perancangan.
3.6. Desain
Ide desain awal adalah bagaimana menciptakan kawasan
Superblock yang efektif, fleksibel, hemat energi dan ramah lingkungan
dalam setiap aspek kehidupan penghuni maupun masyarakat disekitar
kawasan dengan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan yang
dipadukan dengan teknologi-teknologi terbatu tanpa menambah
29
pengunaan sumber energi tidak terbarukan/fosil. Yang diharapkan dapat
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di lokasi perancangan
maupun yang terjdadi di luar lokasi perancangan khususnya di Kota
Ternate, dan di Indonesia pada umumnya.
30
BAB IV
BAB 4
TINJAUAN OBJEK PERANCANGAN
31
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku.
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Halmahera.
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku.
Permukiman masyarakat secara intensif berkembang di sepanjang
garis pantai kepulauan.umumnya masyarakat mengolah lahan perkebunan
dengan produksi rempahrempah sebagai produk unggulan dan perikanan
laut yang diperoleh disekitar perairan pantai. Pulau Ternate memiliki
kelerengan fisik terbesar diatas 40 % yang mengerucut kearah puncak
gunung Gamalama terletak ditengah-tengah Pulau.Didaerah pesisir rata-
rata kemiringan adalah sekitar 2% sampai 8%.
3. Kondisi Fisik Kota Ternate
Hidrologi (Sumber daya Air)
Pemanfaatan sumber daya air adalah prasarana pengembangan
sumberdaya air untuk memenuhi berbagai kepentingan. Pemenuhan
kebutuhan air bersih masyarakat Kota Ternate diperoleh dari PDAM
(Sambungan Rumah dan Hidran Umum), Sumur Gali (SG), Penampung Air
Hujan (PAH) dan Mata Air. Sementara Pemanfaatan sumber daya air bersih
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kota Ternate saat ini
masih bersumber dari air permukaan dan air tanah melalui sumur dalam
dan sumur dangkal yang terdapat di wilayah Kota Ternate.
KotaTernate memiliki beberapa sumber air baku yang dapat
dikembangkan untuk kebutuhan air bersih masyarakat. Sumber air baku
tersebut meliputi:
1). Danau yang terdapat di Kota Ternate yaitu Danau Laguna dan Danau
Tolire.
2). Mata air yang terdapat di Kota Ternate yaitu mata air Tege - Tege di
Kelurahan Marikurubu, mata air Ake ga’ale di Kelurahan Sangadji, mata
air Santosa di Kelurahan Salero, dan mata air Akerica di Kelurahan Rua,
mata air Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula
Kelurahan Tadenas (Moti).
3). Sumur dalam sebagai sumber air baku untuk air minum.
4). Sumur dangkal, lokasinya tersebar di kawasan permukiman dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air baku.
32
Kota Ternate tidak memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS), meskipun
secara fisik menyerupai sungai, namun tidak dialiri air terus menerus atau
memiliki mata air sehingga dalam istilah lokal disebut Kali Mati/Barangka.
Perbedaannya dengan sungai, barangka/kali mati tidak memiliki komponen
mata air dan volume air hanya berasal dari air hujan serta air buangan dari
limbah cair rumah tangga. Dengan demikian maka barangka/kali mati dapat
didefenisikan sebagai saluran drainase primer sehingga perlakuan teknis
dan administrasi meyangkut sempadannya berbeda dengan sempadan
sungai pada umumnya. Sementara itu pengertian sungai adalah tempat-
tempat dan wadah serta jaringan air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh
garis sempadan (PP 35 Tahun 1991 Tentang Sungai). Sedangkan defenisi
sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Dengan melihat kondisi eksisting di Kota Ternate maka jelas bahwa kali
mati/barangka bukanlah sungai, saluran irigasi primer maupun kanal.
Melainkan lebih tergolong pada jenis saluran drainase primer. Dengan
demikian maka arahan sempadan yang diberlakukan pada kali
mati/barangka lebih ditujukan untuk pemeliharaan fungsi saluran drainase
primer dan memberi perlindungan terhadap permukiman disekitar kali
mati/barangka.Hal ini juga sudah sesuai dengan arah penataan ruang di
Kota Ternate, sebagaimana yang terdapat di dalam dokumen Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2012-2032. Berikut
adalah Peta Rencana Kawasan Sempadan (Pantai, Kali Mati, mata air dan
Danau) di Kota Ternate.
33
Gambar 4.1, Peta Rencana Kawasan Sempadan (Pantai, Kali Mati,
Mata Air Dan Danau) Wilayah Kota Ternate
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
Geologi
Jenis tanah yang berada di Wilayah Kota Ternate mayoritas adalah
tanah regosol di P. Ternate, P. Moti dan P. Hiri.Sedangkan jenis tanah
rensina ada di P. Mayau, P. Tifure, P. Maka dan P. Gurida.Kondisi tersebut
merupakan ciri tanah Pulau vulkanis dan pulau karang. Pulau Ternate
sebuah pulau yang terbentuk karena proses pembentukan gunung api yang
muncul dari dasar laut, sebagian berada di bawah muka laut dan sebagian
lagi muncul di permukaan laut. Pulau-pulau lain yang merupakan bagian
dari gunung ini adalah Pulau Hiri, terletak di sebelah utara, Pulau Tidore
34
dan Pulau Maitara, terletak bagian selatan. Bentuk Pulau Ternate yang
merupakan bagian dari sebuah gunung, maka secara umum morfologinya
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi. Pembagian satuan morfologi
tersebut sebagai berikut:
1). Morfologi Kaki Gunung Gamalama Merupakan daerah kaki gunung api
yang datar sehingga hampir datar, terletak di kaki timur, utara dan
selatan dari gunung Gamalama dan terhampar memanjang sejajar
pantai. Dilihat dari bentuk pendataran pantai ini, proses awalnya adalah
adanya proses erosi yang terjadi di permukaan tubuh gunung api
tersebut, kemudian material yang tererosi diendapkan ke tempat yang
kemiringan lerengnya agak landai, pada bagian tubuh gunung terjal
material erosi akan masuk ke dalam laut sehingga terbentuk endapan.
Kemiringan lereng gunung api ini sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya pedataran di pulau Ternate yaitu yang paling luas adalah
pedataran Timur sekarang menjadi pusat Kota Ternate, pedataran
Selatan dan Utara yang relatif kecil.
2). Morfologi Tubuh Gunung Gamalama Satuan ini merupakan bagian
terbesar dari morfologi gunung api di pulau Ternate, mulai dari kaki
hingga tubuh pada elevasi 1000 meter, dengan kemiringan lereng
antara 8% - 40%. Di bagian Timur – Utara tubuh gunung Gamalama
kemiringan lereng relatif lebih landai dibandingkan di bagian Barat.Pada
morfologi ini dijumpai 2 buah kaldera yang dikenal dengan danau Tolire
dan Laguna, hal ini menunjukan bahwa gunung Gamalama pernah
terbentuk kawah-kawah lain selain di puncak gunung. Batuan
pembentuk morfologi ini adalah endapan vulkanik yang berasal dari
gunung api itu sendiri, yang terdiri dari breksi vulkanik, stufa dan pasir.
Antara ketiga batuan tersebut dijumpai dalam keadaan selang seling.
3). Morfologi Puncak Gunung Gamalama Satuan ini merupakan bagian
paling atas puncak gunung, pada elevasi di atas 1.000 meter dengan
kemiringan lereng > 40%, di daerah puncak memperlihatkan
perpindahan titik kegiatan dari Selatan ke Utara. Menurut Bronto S,
1990, sejarah gunung Gamalama awalnya dimulai terbentuknya
pematang kawah terluar (tertua) berada di bagian tenggara disebut
Bukit Melayu. Kemudian pematang kawah tengah membuka ke arah
utara dikenal dengan nama Bukit Keramat atau Bukit Mediana
35
(+1.669m), selanjutnya terbentuk kawah baru berada dibagian Utara
berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 300 meter, puncak
setinggi +1.715 m dikenal dengan nama Gunung Arfat atau Piek van
Ternate. Pulau ternate dilihat dari statigrafinya, tersusun oleh Gunung
Api Holosen terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, pasir dan stufa.
Topografi
Kondisi topografi lahan kepulauan Ternate adalah berbukit - bukit
dengan sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak ditengah pulau
Ternate. Permukiman masyarakat secara intensif berkembang di
sepanjang garis pantai kepulauan. Dari 5 (lima) pulau besar yang ada,
umumnya masyarakat mengolah lahan perkebunan dengan produksi
rempah-rempah sebagai produk unggulan dan perikanan laut yang
diperoleh disekitar perairan pantai. Pulau Ternate memiliki kelerengan fisik
terbesar diatas 40% yang mengerucut kearah puncak gunung Gamalama
terletak ditengah - tengah Pulau. Didaerah pesisir rata-rata kemiringan
adalah sekitar 2% sampai 8%. Kedalaman laut adalah bervariasi, pada
beberapa lokasi disekitar Pulau Ternate, terdapat tingkat kedalaman yang
tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter sampai pada jarak sekitar 100 m dari
garis pantai sehingga memungkinkan adanya peluang reklamasi.
Tetapi pada bagian lain terdapat tingkat kedalaman yang cukup dalam
dan berjarak tidak jauh dari garis pantai yang ada. Selanjutnya dijelaskan
bahwa kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman
ketinggian dari permukaan laut (Rendah: 0-499 M, Sedang: 500-699 M, dan
Tinggi: lebih dari 700 M). Dengan kondisi tersebut, ciri Kota Ternate
merupakan wilayah kepulauan, lima diantaranya didiami penduduk (Pulau
Ternate, Hiri, Moti, Mayau, dan Tifure), sedangkan untuk tiga pulau yang
berukuran kecil tidak dihuni (Pulau Maka, Mano dan Gurida).
36
Table 4.1. Ketinggian dari Permukaan Laut (DPL) serta Banyaknya
Desa Pantai dan Desa Bukan Pantai di Kota Ternate
DESA BUKAN KETINGGIAN
NO NAMA PULAU
PANTAI PANTAI 0-400 500-699 700+
2 Pulau Ternate 12 1 13 - -
3 Pulau Moti 6 - 6 - -
Pulau Batang
4 6 - 6 - -
Dua
5 Ternate Selatan 11 6 17 - -
6 Ternate Tengah 4 11 15 - -
7 Ternate Utara 11 3 14 - -
8 Pulau Hiri 6 - 6 - -
Jumlah 56 21 77 0 0
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
37
Klimatologi
Berdasarkan data yang ada, suhu udara rata – rata harian (tahun 2013)
berkisar antara 24°C – 31°C.Kondisi suhu tertinggi hampir merata pada
setiap bulannya, saat terjadi musim panas dan penghujan. Suhu terendah
terjadi pada bulan November saat terjadi musim penghujan.
Table 4.2. Suhu Udara Rata – Rata, Maksimum dan Minimum Kota
Ternate selama tahun 2013
Temperatur
NO Bulan
Rata-Rata Maksimum Minimum
1 Januari 27 30 25
2 Ferbruari 27 31 24
3 Maret 28 32 25
4 April 27 31 25
5 Mei 27 32 24
6 Juni 28 32 25
7 Juli 26 30 24
8 Agustus 26 31 24
9 September 27 31 24
10 Oktober 27 31 24
11 November 27 31 23
12 Desember 27 31 25
Rata-Rata 27 31 24
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
Jumlah hari hujan yang terjadi setiap bulannya di Kota ternate (tahun
2013) paling bnyak terjadi pada bulan Juli 2013, sementara untuk curah
hujan yang cukup besar berada pada bulan April, Mei dan Juli dengan
tingkat curah hujan mencapai 300mm/bulan. Banyaknya.
Table 4.3. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di KotaTernate
selama tahun 2013
Jumlah Hari Hujan Curah Hujan
NO Bulan
(Hari) (mm)
1 Januari 21 178
2 Ferbruari 18 203
3 Maret 12 91
4 April 19 243
5 Mei 17 367
6 Juni 19 211
7 Juli 23 478
8 Agustus 22 291
9 September 9 43
10 Oktober 14 72
11 November 21 193
12 Desember 20 244
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
38
Wilayah Administrasi
39
Table 4.6. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan
di Kota Ternate
Luas Wilayah
Jumlah
NO Nama Kecamatan Administrasi Terbangun
Kelurahan
(Ha) (%) Thd (Ha) (%) Thd
Total Total
1 Pulau Ternate 13 3.632 26,88 998 26,76
2 Pulau Moti 6 2.088 15,45 35 0,94
3 Pulau Batang Dua 6 2.903 21,48 44 1,18
4 Pulau Hiri 6 670 4,96 273 7,32
5 Ternate Selatan 17 1.698 12,57 975 26,14
6 Ternate Tengah 15 1.084 8,02 705 18,90
7 Ternate Utara 14 1.438 10,64 700 18,77
Total Ternate 77 13.513 100,00 3.730 100,00
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
40
4.2. Aspek Kependudukan Sosial dan Budaya
4.2.1. Kependudukan
Penduduk diartikan sebagai jumlah orang dan menjadi salah satu
populasi atau unsur yang mendiami di suatu wilayah tertentu. Penduduk
pada hakekatnya selain sebagai objek juga sebagai subjek yang
merupakan instrumen untuk mencapai pembangunan, selaku makhluk
hidup sosial yang selalu berkembang secara dinamis di dalam
melangsungkan kehidupannya yang serba kompleks membutuhkan suatu
ruang tertentu sebagai wadah untuk beraktivitas. Penduduk merupakan
salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu
wilayah, dalam konteks Kota Ternate, tinjauan terhadap kondisi sosial dan
kependudukan dilakukan secara internal dan eksternal. Faktor perubahan
penduduk perlu mendapat perhatian karena memegang peranan penting
dalam perencanaan pengembangan suatu wilayah. Perubahan penduduk
ini antara lain:
1. Pertambahan penduduk alamiah dan pengurangan penduduk alamiah
(perubahan penduduk alamiah), yaitu selisih antara jumlah angka
kelahiran dengan jumlah angka kematian.
2. Migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi), yaitu
pertambahan jumlah penduduk dengan menghitung banyaknya migrasi
masuk (jumlah penduduk yang datang dari luar daerah dan menetap di
daerah yang didatangi) dikurangi migrasi keluar (jumlah penduduk yang
keluar).
3. Jumlah Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun
perencanaan diperkirakan akan masih sama dengan pola perkembangan
penduduk eksisting. di mana jumlah konsentrasi penduduk akan relatif
terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan
sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan
perkotaan (ibukota kecamatan, kabupaten dan ibukota provinsi). selain itu
analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana
kebutuhan sarana dan prasarana pendukung di kemudian hari.
Angka kepadatan penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh
jumlah pertumbuhan penduduk dan luas wilayah daerah tersebut. Angka
41
kepadatan penduduk ini bermanfaat untuk mengetahui daya tampung dari
suatu daerah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya serta
untuk menentukan strategi pembangunan yang dapat dikembangkan di
masa datang.
Jumlah penduduk Kota Ternate pada akhir tahun 2013 berjumlah
202.728 jiwa yang terditribusi pada 7 (tujuh) kecamatan, dengan tingkat
persebaran yang tidak merata pada setiap kecamatan. Distribusi jumlah
penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Ternate Selatan dengan
jumlah sebesar 69.589 jiwa atau sekitar 34,33% dari jumlah penduduk Kota
Ternate, sedangkan distribusi penduduk terkecil adalah Kecamatan Pulau
Batang Dua dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.715 jiwa atau sekitar
1,34% dan Kecamatan Pulau Hiri dengan jumlah penduduk sekitar 2.986
jiwa atau sekitar 1,47% dari jumlah penduduk Kota Ternate, secara rinci
pada tabel berikut.
Table 4.7.Distribusi dan kepadatan penduduk Kota Ternate
1. Pertumbuhan Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh
faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga
dipengaruhi adanya faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan
masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dapat
digunakan untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan
jumlah penduduk dimasa yang akan datang.
Data jumlah penduduk Kota Ternate 4 (empat) tahun terakhir
menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 185.705 jiwa,
sedangkan pada tahun 2013 mencapai 202.728 jiwa. Hal tersebut
42
memperlihatkan adanya pertambahan jumlah penduduk sekitar 17.023 jiwa
selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir. Indeks pertumbuhan jumlah
penduduk Kota Ternate pada setiap kecamatan selama waktu tahun 2010
hingga 2013, diuraikan pada Tabel berikut.
Table 4.8. Perkembangan Jumalh Penduduk Kota Ternate Tahun
2010-2013
Tahun Perkembangan
NO Nama Kecamatan
2010 2012 2013 2014
1 Pulau Ternate 15.116 16.039
2 Pulau Moti 4.526 4.803
3 Pulau Batang Dua 2.559 2.715
4 Pulau Hiri 185.705 190.184 2.813 2.986
5 Ternate Selatan 65.582 69.589
6 Ternate Tengah 53.571 56.844
7 Ternate Utara 46.886 49.752
Jumlah 185.705 190.184 191.053 202.728
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
43
Pada umumnya wilayah Maluku Utara pada masa sebelum bangsa-
bangsa Eropa datang di sekitar abad ke-16 telah mempunyai sistem
pemerintahan kesultanan yang mengatur kehidupan politik, pemerintahan,
sosial-ekonomi dan sosial-budaya. Sistem pemerintahan Moloku Kie Raha
(Ternate, Jailolo, Bacan dan Tidore) terdiri dari bobato ngaruha atau dewan
empat sebagai pemegang kewenangan eksekutif dan bobato nyagimoi
setufkange atau dewan delapan belas sebagai unsur perwakilan atau
legislatif. Hal ini menunjukan bahwa demokrasi telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat Maluku Utara.
Masyarakat Maluku Utara memiliki tata cara, adat-istiadat yang
merupakan identitas kesatuan tersendiri,. Hal ini dapat dilihat dari 3 (tiga)
wilayah kultural yaitu:
1. Wilayah kultur Ternate yang meliputi Kepulauan Ternate, Halmahera
Utara dan Kepulauan Sula.
2. Wilayah kultur Tidore yang mencakupi Kepulauan Tidore dan
Halmahera Tengah/Timur.
3. Wilayah Kultur Bacan yang meliputi Kepulauan Bacan dan Obi.
Dalam menelusuri situs-situs Sejarah Kota Ternate yang merupakan
tonggak awal untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya dan sejarah dalam
konteks upaya pelestarian Sejarah Ternate sebagai wujud dari
implementasi/pelaksanaan Misi Ternate menuju Kota Budaya, maka
melalui pembentukan dan proses penelusuran oleh Tim Peneliti Sejarah
Ternate telah ditetapkan Hari Jadi Kota Ternate pada Tanggal 29
Desember, yang selama 4 (empat) tahun terakhir ini telah dirayakan yang
diselingi dengan Prolog dan Napak tilas peristiwa masa lalu. Dan ditahun
ini (Desember, 2017) memasuki usianya yang ke 767 tahun.
Proses penentuan hari jadi Ternate didasari pada pelaksanaan Seminar
Sejarah yang merupakan forum kajian dan pemaparan makalah dari para
Peneliti, selanjutnya melalui beberapa usul, pandangan dan tanggapan dari
para peneliti tersebut, maka disepakati hari lahir Ternate ditetapkan pada
tanggal 29 Desember tahun 1250, dengan asumsi Bahwa pada Tanggal 29
Desember adalah hari kemenangan Sultan Babullah atas Portugis
(diusirnya Portugis dari benteng Gamlamo). Dimana peristiwa ini telah
membangkitkan semangat patriotisme dan identitas diri “Masyarakat
Ternate”. Selanjutnya Ditetapkannya Tahun 1250 sebagai tahun lahirnya
44
Kota Ternate, karena ditahun itulah awal dari proses menuju berdirinya Kota
Sampalo sebagai Ibukota pertama dari ”Ternate”.
45
miliar rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 212,81 miliar
rupiah. Bila dilihat dari sisi perkembangan kontribusinya, peran kategori
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mengalami penurunan selama enam
tahun terakhir, yaitu 4,92 persen pada tahun 2011 menjadi 4,02 persen
pada tahun 2016.
Laju pertumbuhan kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
melambat sejak tahun 2012, yaitu 3,81 persen pada tahun 2012, menjadi
3,32 persen pada periode setelahnya, kemudian turun cukup signifikan
menjadi 1,05 persen pada tahun 2015. Perlambatan ini diantaranya
disebabkan oleh berubahnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman
khususnya di Pulau Ternate dan penurunan produktivitas hasil pertanian.
Kemudian pada tahun 2016, laju pertumbuhan kategori ini meningkat
dibanding tahun sebelumnya dimana tercatat 3,24 persen pada tahun 2016.
46
Laju pertumbuhan kategori Pertambangan dan Penggalian berfluktuasi.
Sejak tahun 2013 terus mengalami peningkatan yaitu dari 5,60 persen pada
tahun 2013, menjadi 7,31 persen pada tahun 2014, dan meningkat cukup
signifikan pada 2015. Peningkatan nilai tambah yang dihasilkan kategori ini
pada tahun 2015 mampu mencatatkan nilai pertumbuhan sebesar 12,40
persen. Kemudian laju pertumbuhan kembali melambat pada tahun 2016
yakni sebesar 11,32 persen. Meskipun laju pertumbuhan kategori ini cukup
tinggi, namun tingginya pertumbuhan tersebut relatif tidak mempengaruhi
pembentukan PDRB Kota Ternate karena peranannya terlalu kecil.
Pada tahun 2016, nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang
diciptakan kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang sebesar 5,98 miliar rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan
sebesar 4,78 miliar rupiah. Selama kurun waktu 2011-2016 kontribusi
kategori ini terhadap pembentukan PDRB Kota Ternate rendah, rata-rata
hanya sebesar 0,08 persen.
Laju pertumbuhan kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang mengalami peningkatan dari 5,70 persen pada
49
tahun 2011 menjadi 9,89 persen pada tahun 2014. Namun pada tahun 2015
sedikit melambat menjadi 8,28 persen dan kembali naik menjadi 8,73
persen di tahun 2016. Nilai pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut pada
tahun 2014 sampai 2016, nyatanya belum dapat meningkatkan peranan
kategori ini secara signifikan.
Konstruksi (Kategori F)
Pembangunan sarana dan prasarana fisik yang dilakukan oleh
pemerintah dan swasta menyebabkan kategori Konstruksi mampu tumbuh
sebesar 6,29 persen pada tahun 2016 atau mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,66 persen. Bila dilihat
kontribusi kategori Konstruksi terhadap pembentukan PDRB Kota Ternate,
pada tahun 2016 kategori ini mencatatkan kontribusinya sebesar 6,54
persen dengan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang sebesar
515,23 miliar rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 390,56
miliar rupiah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi
penurunan kontribusi dimana kontribusi tahun sebelumnya sebesar 6,77
persen.
Pada Gambar 4.8 memberikan gambaran bahwa terjadi kenaikan dan
penurunan pada nilai peranan/kontribusi maupun laju pertumbuhan
kategori ini. Terlihat bahwa dari tahun 2011 sampai 2016 perubahan nilai
peranan/kontribusi dan laju pertumbuhannya berjalan beriringan. Ketika
terjadi kenaikan laju pertumbuhan, maka besaran peranan juga ikut
meningkat. Sebaliknya, jika laju pertumbuhan mengalami penurunan, maka
kontribusi kategori ini juga mengalami penurunan.
50
Kategori ini mencakup subkategori Perdagangan Mobil, Sepeda Motor
dan Reparasinya dan subkategori Perdagangan Besar dan Eceran.
Kategori ini merupakan kategori terbesar pertama penyumbang
perekonomian di Kota Ternate. Tercatat kontribusi kategori ini pada tahun
2016 adalah sebesar 25,93 persen.
Besarnya peranan PDRB kategori lapangan usaha perdagangan
selama periode tahun 2011-2016, didominasi oleh sub kategori
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor, yang
menyumbang rata-rata 93,58 persen per tahun terhadap pembentukan nilai
tambah bruto kategori G. Sedangkan sisanya sebesar 6,42 persen
merupakan peranan sub kategori Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
Reparasinya.
52
Gambar 4.11. Peranan Sub kategori H (%), 2011-2016
Sumber, (BPS Kota Ternate, 2016)
54
Informasi dan Komunikasi (Kategori J)
Kategori Informasi dan Komunikasi memiliki peranan penting sebagai
penunjang kegiatan di setiap aktivitas ekonomi. Dalam era globalisasi,
peranan kategori ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu
bangsa, terutama jasa telekomunikasi. Pada tahun 2016, nilai tambah bruto
atas dasar harga berlaku yang diciptakan kategori Informasi dan
Komunikasi sebesar 612,29 miliar rupiah, sedangkan atas dasar harga
konstan sebesar 547,35 miliar rupiah.
Bila dilihat dari sisi perkembangan kontribusinya, peran kategori
Informasi dan Komunikasi relatif mengalami fluktuasi selama enam tahun
terakhir, yaitu 7,98 persen pada tahun 2011 menjadi 7,77 persen pada
tahun 2016. Jika diamati, sejak tahun 2011 sampai 2013 kontribusi kategori
ini mengalami penurunan. Kemudian kembali naik pada tahun 2014 dan
kembali turun secara perlahan sampai tahun 2016.
Meskipun kontribusi relatif tidak stabil, namun laju pertumbuhan
kategori ini menunjukkan kondisi lebih baik. Laju pertumbuhan kategori
Informasi dan Komunikasi meningkat sejak tahun 2011 sebesar 8,90 persen
menjadi 14,30 persen pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 sampai
2016, kategori ini menunjukkan perlambatan laju pertumbuhan yakni
sebesar 11,02 persen pada tahun 2015 dan 10,53 persen pada tahun 2016.
55
rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 400,09 miliar rupiah.
Bila dilihat dari sisi perkembangan kontribusinya, peran kategori Jasa
Keuangan dan Asuransi berada di kisaran 6 persen dan kurang dari 7
persen. Selama kurun waktu enam tahun terakhir, kategori ini juga
mengalami perkembangan yang berfluktuatif. Kontribusi kategori ini
mengalami 2 (dua) kali tren naik selama enam tahun terakhir yakni pada
periode 2011-2012 dan periode 2014-2016. Selain itu, kategori ini juga
mengalami tren menurun selama periode 2012-2014.
Tidak hanya kontribusi yang mengalami naik turun, melainkan juga laju
pertumbuhannya. Laju pertumbuhan kategori Jasa Keuangan dan Asuransi
selama kurun waktu enam tahun terakhir mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada periode 2011-2014, laju pertumbuhan mengalami
perlambatan sangat drastis yakni dari 47,55 persen menjadi 3,82 persen.
Pada periode tersebut, perkonomian nasional yang tidak stabil
menyebabkan perlambatan di kategori Jasa Keuangan dan Asuransi di
Kota Ternate. Selanjutnya, pada periode 2014-2016 perekonomian kembali
stabil dan berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan kategori ini di
Kota Ternate. Tercatat pada tahun 2014 laju pertumbuhan kategori K
sebesar 3,82 persen menjadi 15,44 persen di tahun 2016.
Real Estate (Kategori L)
Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk di Kota Ternate semakin
meningkat. Secara tidak langsung peningkatan ini menyebabkan
peningkatan kebutuhan dasar penduduk, salah satunya adalah papan
(rumah). Secara tidak langsung, hal ini menyebabkan peningkatan
56
kebutuhan rumah (real estate) di Kota Tenate. Selama tahun 2016, nilai
tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diciptakan kategori Real Estate
sebesar 17,65 miliar rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar
13,85 miliar rupiah. Nilai tambah yang diciptakan oleh kategori ini hanya
menyumbang kurang dari 1 persen terhadap pembentukan PDRB Kota
Ternate.
Bila dilihat dari sisi perkembangan kontribusinya, kontribusi kategori
Real Estat mengalami penurunan selama periode 2011-2015, yaitu 0,24
persen pada tahun 2011 menjadi 0,21 persen pada tahun 2015. Kemudian
kembali naik menjadi 0,22 persen pada tahun 2016. Bila ditinjau dari laju
pertumbuhannya, selama enam tahun terakhir kategori ini memiliki laju
pertumbuhan cukup baik dimana angka terendah yang pernah dicapai
sebesar 4,60 persen pada tahun 2013 dan mencapai angka tertinggi pada
tahun 2016 sebesar 12,02 persen. Jika dilihat trennya, pada periode 2011-
2013, kategori ini mengalami tren menurun, dan pada periode 2013-2016
mengalami tren naik.
57
rupiah. Sejak tahun 2011 sampai 2016, kategori ini hanya menyumbang
terhadap pembentukan PDRB Kota Ternate kurang dari 1 persen saja
Bila dilihat dari sisi perkembangan kontribusinya, peran kategori Jasa
Perusahaan relatif mengalami penurunan selama enam tahun terakhir,
yaitu 0,82 persen pada tahun 2011 dan terus mengalami penurunan hingga
menjadi 0,74 persen pada tahun 2016. Sementara, grafik laju
pertumbuhannya menunjukkan adanya tren naik dan turun selama enam
tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2011, laju pertumbuhan kategori ini
sebesar 6,80 persen, kemudian meningkat hingga tahun 2013 sebesar 8,08
persen. Kemudian kembali turun hingga mencapai 5,23 persen di tahun
2015, dan kembali naik menjadi 9,23 persen pada tahun 2016.
58
konstan sebesar 928,91 miliar rupiah. Gambar 4.16 menunjukkan bahwa
selama tahun 2011 sampai 2016, peranan kategori ini mengalami naik
turun. Pada tahun 2011 kategori ini memiliki peranan sebesar 17,39 persen,
kemudian meningkat menjadi 18,00 persen pada tahun 2013 dan kembali
turun menjadi 16,45 persen pada tahun 2016.
59
pertumbuhan menjadi 4,80 persen. Kemudian, kategori ini mampu bangkit
kembali sehingga laju pertumbuhannya meningkat hingga menjadi 8,26
persen pada tahun 2015. Sementara, pada tahun 2016 kembali melambat
menjadi 6,58 persen. Selama kurun waktu enam tahun terakhir, kategori ini
memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 6,81 persen per tahunnya.
60
Gambar 4.20. Peranan dan Laju Pertumbuhan Kategori Q (%), 2011-
2016
Sumber, (BPS Kota Ternate, 2016)
62
Satelit, jalan Kapitan Patimura, jalan Batu Angus, jalan Arnold Mononutu,
jalan Jati Lurus, Jalan Stadion dan jalan Pahlawan Revolusi. serta arahan
pengembangan pemusatan perkantoran pemerintah Kota Ternate di jalan
Kapitan Patimura, Yos Sudarso, jalan Cengkeh Afo dan Jalan Stadion.
Pusat pelayanan kegiatan pemerintahan yang dilengkapi dengan
pengembangan fasilitas meliputi perkantoran pemerintahan kota fasilitas
kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya.
kegiatan Perdagangan dan Jasa sebagai pusat pelayanan Kota Ternate
dan regional perdagangan pusat perbelanjaan Mall/plaza/shopping center
terpusat di kelurahan Gamalama, serta arahan pengembangannya
dikawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufa - Dufa. Pasar
Modern Higienis, pasar Grosir, pasar Tradisional, di kawasan reklamasi
pantai tapak 1 kelurahan Gamalama. Pertokoan/Ruko /Perdagangan
modern (supermarket dan minimarket) memusat di Kelurahan Gamalama,
Muhajirin, Tanah Raja, Santiong, Makassar Timur, Soasio, kawasan
rencana reklamasi pantai kelurahan Salero sampai Dufa - dufa. Arahan
pengembangan pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan, pusat wisata kuliner
seafood/makanan khas daerah memusat di kawasan rencana reklamasi
pantai kelurahan Salero sampai Dufa-dufa. Pasar hewan direncanakan di
Kelurahan Sasa dan Dufa-dufa. Pusat pelayanan perdagangan modern dan
jasa komersial skala kota dilengkapi dengan Kawasan perbelanjaan
moderen skala kota, hotel dan penginapan, perkantoran swasta dan jasa
akomodasi pariwisata lainnya.
Sebagai pusat pelayanan umum dan sosial meliputi kesehatan,
pendidikan, rekreasi, peribadatan dan olahraga skala pelayanan Kota
Ternate terdapat secara menyebar di Kelurahan Kelurahan Salero, Soa,
Kampung Makassar Timur,Kampung Makassar Barat, Gamalama,
Muhajirin, Tanah Raja, Takoma, Kota Baru, Maliaro, Stadion, Tanah Tinggi,
Kalumpang, Santiong dan Kelurahan Salahuddin.
2. Sub Pusat Pelayanan Kota
Sub Pusat Pelayanan Kota Ternate terdapat di sebagian BWK I,
BWK II, BWK III dan Keseluruhan BWK IV, BWK V, BWK VI dan BWK VII.
Pembentukan sub pusat pelayanan kota dikaitkan juga dengan fungsi dan
peran sub pusat pelayanan kota di Kota Ternate dalam melayani skala
bagian wilayah lokal atau skala kecamatan.
63
Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK I terdapat di kelurahan
Dufa-dufa yang memiliki peran sebagai:
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan
pemerintahan skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat
Kecamatan Ternate Utara dan kelurahan Dufa-dufa.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa
perdagangan skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional Dufa-dufa dan
pertokoan skala lokal serta rencana pengembangan jasa perdagangan
skala lokal kecamatan yaitu : pembangunan pasar hewan di kelurahan
Dufa-dufa.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan kategori
fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dan lingkungan yaitu :
Terminal Dufa-dufa, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
puskesmas pembantu.
Fungsi untuk pendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan dan
pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu : Pelabuhan Dufa-dufa,
Pelabuhan PPI, STAIN, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Kantor-kantor
Pemerintah Kota.
Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK III terdapat di kelurahan
Bastiong Talangame dan Bastiong Karance yang memiliki peran sebagai:
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa dan
perdagangan skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional Bastiong, Pasar
Ikan Bastiong, pertokoan skala lokal dan Jasa lembaga Keuangan Bank
BRI, Danamon dan Pegadaian, Jasa Perhotelan dan Sport Center.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
umum, pendidikan dan kesehatan skala kecamatan dan kelurahan yaitu:
Sekolah dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, apotik dan praktek
dokter dan Terminal Bastiong.
Fungsi untuk pendukung kegiatan jasa dan perdagangan ,kegiatan
pemerintahan dan pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu :
Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Feri, Pabrik Es, Kantor Pos
Pemerintah dan pusat penjualan kendaraan bermotor (Dialer), dan
kawasan Pergudangan.
64
Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK IV terdapat di kelurahan
Jambula dan Sasayang memiliki peran sebagai:
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan
pemerintahan skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat
Kecamatan Pulau Ternate dan kantor kelurahan Sasa dan Jambula.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa dan
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : Pasar
Tradisional Sasa, pertokoan skala lokal, Puskud, Terminal Sasa dan
Polsek.
Rencana pengembangan fasilitas umum untuk melayani kegiatan sub
pusat pelayanan skala lokal kecamatan dan Kota yaitu: Pengembangan
pasar tradisional di Sasa, Pembangunan pasar Hewan, pembangunan
Dermaga Sasa.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan dan kelurahan yaitu :
Sekolah dasar, puskesmas pembantu.
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan yaitu : Pembangunan
Rumah sakit Tipe C.
Fungsi untuk pendukung kegiatan jasa dan perdagangan, kantor
pemerintahan, fasilitas pendidikan dan pelayanan umum skala Kota dan
Regional yaitu : Pendidikan Tinggi STIKIP, Universitas Muhammadiyah,
Depo Pertamina, Lembaga Permasyarakatan.
Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK V terdapat di kelurahan
Faudu dan Togolobe yang memiliki peran sebagai:
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan
pemerintahan skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat
Kecamatan Pulau Hiri dan kantor kelurahan Faudu danTogolobe.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa dan
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan
skala lokal.
Rencana pengembangan jasa dan perdagangan skala kecamatan
yaitu: Pembangunan pasar tradisional dan Pembangunan Terminal di
kelurahan Togolobe.
65
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan dan kelurahan yaitu:
Sekolah dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan puskesmas
pembantu.
Rencana pengembangan pendidikan yaitu: Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas kelurahan Faudu.
Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK VI terdapat di kelurahan
Moti Kotayang memiliki peran sebagai:
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan
pemerintahan skala kecamatan dan kelurahan yaitu: kantor Camat
Kecamatan Pulau Moti dan kantor Lurah Moti Kota, Polsek Moti, Koramil,
UPTD Diknas dan KUAKecamatan.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa dan
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu: pertokoan
skala lokal.
Rencana pengembangan jasa dan perdagangan dan fasilitas umum
skala kecamatan yaitu: Pembangunan Terminal di kelurahan Moti Kota dan
pembangunan Dermaga Feri Moti Kota.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan dan kelurahan yaitu:
Sekolah dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas dan puskesmas Moti Kota.
Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK VII terdapat di kelurahan
Mayauyang memiliki peran sebagai:
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan
pemerintahan skala kecamatan dan kelurahan yaitu: kantor Camat
Kecamatan Batang Dua dan kantor Lurah Mayau.
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa dan
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan
skala lokal dan Polsek Batang Dua.
Rencana pengembangan jasa dan perdagangan dan fasilitas umum
skala kecamatan yaitu: Pembangunan pasar tradisional dan Pembangunan
Terminal di kelurahan Mayau, pembangunan Pos pantau AL.
66
Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan dan kelurahan yaitu :
Sekolah dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas dan puskesmas Mayau.
Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan kegiatan dengan skala
pelayanan lingkungan yang tersebar di setiap Bagian Wilayah Kota
Kegiatan dan kelengkapan fasilitas pada Pusat Lingkungan dapat dalam
bentuk pusat pelayanan pemerintahan tingkat kelurahan, perdagangan
tingkat lingkungan atau kegiatan pendidikan skala lingkungan seperti
sekolah taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Konsep dasar struktur
tata ruang ditetapkan setelah mencermati hasil analisis keterhubungan
antara pusat-pusat pertumbuhan perkotaan serta keterhubungan antar
Pulau-pulau, baik keterhubungan internal maupun eksternal.
67
3. Arah Pengembangan Pola Ruang Kota Ternate
Rencana pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan dalam proses alokasi pemanfaatan ruang untuk
memperoleh manfaat optimal bagi pengembangan wilayah Kota Ternate
dengan tetap memperhatikan kepentingan masa depan.Rencana pola
ruang wilayah Kota Ternate meliputi Rencana kawasan lindung dan
Kawasan budidaya.
Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini dipertahankan
sebagai kawasan lindung sesuai fungsinya untuk menjaga tata air kawasan
bawahnya terutama hutan lindung di Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti,
Pulau Mayau dan Pulau Tifure. Kawasan lindung di Kota Ternate, terdiri
atas:
1). Kawasan Hutan Lindung
Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah (UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan).
Kawasan hutan lindung di Pulau Ternate dengan luas kurang lebih
1.932,19 Ha.
Kawasan hutan lindung di Pulau Hiri dengan luas kurang lebih 346,73
Ha.
Kawasan hutan lindung di Pulau Moti dengan luas kurang lebih 459,15
Ha.
Kawasan hutan lindung di Pulau Mayau dengan luas kurang lebih 838,56
Ha.
Berdasarkan Pengelolaan pada kawasan hutan lindung dimaksudkan
untuk membatasi beberapa kegiatan budidaya yang sudah terlanjur
dilakukan di kawasan hutan lindung, seperti permukiman masyarakat dan
kegiatan pariwisata agar tidak merusak kawasan lindung.
68
2). Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya.
Upaya Pengelolaan kawasan berfungsi lindung untuk kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa Kawasan
Resapan Air yang terdapat di Kecamatan Pulau Ternate kurang lebih
1810,72 Ha, Kecamatan Ternate Utara kurang lebih 1180,42 Ha,
Kecamatan Ternate Selatan kurang lebih 1133,17 Ha, Kecamatan Ternate
Tengah kurang lebih 646,45 Ha, Kecamatan Pulau Hiri kurang lebih 58,48
Ha, Kecamatan Moti kurang lebih 546,99 Ha dan Kecamatan Pulau Batang
Dua kurang lebih 1365,62 Ha.
3). Kawasan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melindungi
kelestarian suatu manfaat atau suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan
bentuk alami maupun buatan, disekitar wilayah perairan yaitu meliputi:
Kawasan sempadan pantai.
Kawasan sempadan sungai/kali mati/barangka.
Kawasan sekitar danau.
Kawasan sekitar mata air.
Ruang Terbuka Hujau (RTH)
Luas RTH eksisting adalah kurang lebih 146, 53 (seratus empat puluh
enam koma lima puluh tiga) Ha atau 5,44% dari luas wilayah Kota Ternate
dan luas RTH di akhir tahun perencanaan adalah kurang lebih 1.503,13
(seribu lima ratus tiga koma tiga belas) Ha atau 55,83% dari luas kawasan
terbangun.
Rencana pengembangan RTH Kota Ternate diarahkan, meliputi:
Pengembangan jalur hijau di Kota Ternate pada jalan kolektor dan jalan
lokal.
Ruang untuk pejalan kaki/pedestrian yang memilikiRTH diarahkan untuk
peningkatan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Kawasan konservasi yang ada di sempadan Kalimati/Barangka,
sempadan danau, sempadan pantai, pengamanan sumber air baku/mata
air.
Pengembangan kawasan-kawasan yang merupakan tangkapan air
hujan.
69
Lapangan olah raga direncanakan penyebarannya ke tiap Sub Pusat
Pelayanan Kota/BWK, mempertahankan keberadaan lapangan olahraga
yang sudah ada agar tidak terjadi peralihan fungsi lahan.
Tempat pemakaman difungsikan sebagai RTH untuk resapan air.
Pembuatan buffer zone (kawasan penyangga) di kawasan TPA.
Pengembangan hutan kota, hutan wisata dan agrowisata sebagai RTH.
Pengendalian kawasan konservasi dan resapan air pada lahan dengan
kemiringan lereng > 25%.
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
KawasanSuaka Alam dan Cagar Budaya di Kota Ternate meliputi
Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya, Pelestarian Alam dan
cagar budaya.
4). Kawasan rawan bencana alam
a). Kawasan rawan bencana gempa terdapat di seluruh wilayah Kota
Ternate yaitu Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah,
Kecamatan Ternate Selatan, Kecamatan Pulau Ternate, Kecamatan
Pulau Hiri, Kecamatan Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua.
b). Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Pulau Ternate dengan luas
total 40,58 Ha yaitu di Kelurahan Afetaduma, Dorpedu, Togafu,
Kalumata, Ngade, Dufa-dufa, Akehuda dan Tobona. Untuk Pulau Hiri
dengan luas total 6,4Ha di Kelurahan Tafraka, Mado, Faudu dan
Kelurahan Tomajiko.
c). Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami terdapat di Kecamatan
Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate
Selatan, Kecamatan Pulau Ternate, Kecamatan Pulau Hiri, Kecamatan
Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua.
d). Kawasan rawan banjir terdapat di Kelurahan Mangga Dua yaitu jalan
raya Mangga Dua kurang lebih 0,11 Ha, Kelurahan Bastiong Talangame
yaitu Kawasan Terminal dan Pasar Bastiong kurang lebih 0,21 Ha,
Kelurahan Bastiong Karance yaitu jalan Raya Bastiong dan jalan
Pelabuhan Fery kurang lebih 0,45 Ha, Kelurahan Gamalama yaitu jalan
Pahlawan Revolusi dan jalan Boesori kurang lebih 1,25 Ha, Kelurahan
Jati yaitu jalan depan Hotel Bela kurang lebih 0,24 Ha, Kelurahan
70
Santiong yaitu di kawasan Kuburan Cina kurang lebih 0,12 Ha dan
Kelurahan Mangga Dua kurang lebih 0,04 Ha.
e). Kawasan rawan bencana gunung api, terdiri atas Kawasan rawan
bencana gunung berapi meliputi daerah rawan Tipe I, rawan Tipe II dan
rawan Tipe III.
Kawasan rawan bencana gunung berapi kategori rawan I dengan
luas total 1028,29 Ha terdapat di Kelurahan Dufa-dufa, Tabam,Tubo
dan Togafo, di kawasan aliran Barangka/kali mati di Kelurahan
Kulaba, Bula, Tobololo, Takome, Loto, Taduma, Dorpedu, Kastela
dan Toboko serta kawasan pada radius 4,5 Km dari kawah Gunung
Gamalama.
Kawasan rawan bencana gunung berapi kategori rawan II dengan
total luas 1525,18 Ha terdapat di sungai/barangka tepatnya di
Kelurahan Sulamadaha, Sungai Togorara, Sungai Kulaba, Sungai
Sosoma, Sungai Ruba, Sungai Telawa, Sungai Toreba, Sugai
Piatoe, Sungai Taduma dan Sungai Kastela, Kelurahan Tubo,
Tafure, Kulaba, Tobololo, Takome, Loto, Foramadiahi, Marikurubu
(lingkungan air tege-tege dan Tongole) dan Buku Bendera Kelurahan
Moya, serta kawasan pada radius 3,5 Km dari kawah Gunung
Gamalama.
Kawasan rawan bencana gunung berapi kategori rawan III dengan
total luas kurang lebih 1121,58 Ha terdapat di sebagian sungai Fitu,
sungai Piatoe, Sungai Toreba, Sungai Takome, sungai Sosoma,
Sungai Ruba, Sungai Kulaba, sungai Togorara serta kawasan pada
radius2,5 Km dari kawah Gunung Gamalama.
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya Kota Ternate sebagaimana dimaksud terdiri atas
kawasan hutan produksi, kawasan permukiman, kawasan jasa dan
perdagangan, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisat,
kawasan perikanan, kawasan pertanian, kawasan ruang evakuasi bencan,
kawasan terbuka non hijau, kawasan peruntukan lainnya
71
Gambar 4.23. Rencana Pola Ruang Kota Ternate
Sumber, (Pokja Sanitasi Kota Ternate, 2014)
72
4.4. Tinjauan Khusus Lokasi Perancangan
73
(monos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum”. Secara garis besar
ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga atau manajemen rumah
tangga”. (Wikipedia, 2017).
7. Terpadu
Terpadu memiliki arti disatukan, dilebur menjadi satu, atau
menggabungkan antara beberapa unsur atau beberapa objek menjadi satu
kesatuan, (Wikipedia, 2017).
8. Kota Ternate
Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku
Utara, terdiri dari 5 pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau
Tifure dan pulau Mayau/ Batang Dua. Kota Ternate mempunyai potensi
strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak zaman penjajahan
Belanda.
Dari beberapa kajian definisi diatas, secara arsitektural dapat di
simpulkan bahwa “Perancangan Superblock Sebagai Model
Pengembangan Zona Ekonomi Terpadu Kota Ternate” dapat diartikan
sebagai: “Perancangan kawasan pusat perekonomian dengan berbagai
fungsi yang berbeda beda, namun dapat terpadu dan terintegrasi antar satu
fungsi dengan funsi lainnya, sebagai rencana untuk mengembangkan
perekonomian daerah Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan, dan
masyarakat yang tinggal didalam maupun disekitaran kawasan tanpa
menambah penggunaan energy fosil dan mengurangi produksi limbah.
74
4.4.2. Letak dan Batas Wilayah
LOKASI
PERANCAN
GAN
78
K2 Park berbeda dengan kawasan superblok lain yang sudah ada.
Kebanyakan superblok yang dikembangkan kurang memperhatikan aspek
lingkungan. Berbeda dengan K2 Park yang sama sekali tidak
mengesampingkan pentingnya ruang hijau terbuka yang bisa diakses oleh
publik. Di K2 Park terdapat taman terbuka hijau dengan konsep landscape
di antara bangunan utama. Selain itu, juga ada water pods yang berfungsi
sebagai pohon buatan. Gunanya untuk menampung air hujan juga menjadi
peneduh dari sinar matahari. Lahan hijau ini menghadirkan suasana yang
rindang, teduh, dan hijau yang nyaman buat penghuninya.
81
BAB 5
V
ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN
82
Operator
Receptionist
b). Fasilitas Perkantoran (Kantor Sewa)
General manager
Asisten manager
Sekretaris
Sales manager
Service manager
Accounting manager
Staf karyawan penjualan
Staf karyawan service
Staf karyawan acounting
Kepala bagian security
Kepala bagian maintenance
Staf mekanikal elektrikal
Operator
Receptionist
c). Fasilitas Perbelanjaan (Mall, Super Market)
General manager
Asisten manager
Sekretaris
Sales manager
Service manager
Accounting manager
Staf karyawan penjualan
Staf karyawan service
Staf karyawan acounting
Kepala bagian security
Kepala bagian maintenance
Staf mekanikal elektrikal
Operator
Receptionist
83
2). Fasilitas Penunjang
a). Fasilitas Pendidikan
Pelaku Eksternal (Publik)
Pelaku eksternal/publik adalah pelaku individu maupun kelompok yang
berhubungan langsung dengan aktifitas suatu ruang, namun tidak secara
langsung berhubungan dengan kepemilikan maupun pengelolaan ruang
tersebut.
Penetapan pelaku mengandung makna bahwa hanya pelaku-pelaku
inilah yang nantinya akan menggunakan ruang yang direncanakan. Jenis
pelaku, disis lain adalah penggolongan pelaku-pelaku yang telah ditetapkan
dalam dua kelompok (internal/privat dan eksternal/publik) yang telah
disebutkan diatas. Selain itu, jumlah masing-masing pelaku-pun harus pula
ditetapkan, karena akan mempengaruhi besar area ruang yang akan
direncanakan.
84
BAB 6
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
85
DAFTAR PUSTAKA
86