(Case Study)
Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni, SE., M.S.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga selesailah penulisan case study ini. Case study ini diajukan untuk memenuhi tugas
Pengantar Kependudukan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Anak Agung Istri Ngurah
Marhaeni, SE., M.S. selaku Dosen Mata Kuliah Pengantar Kependudukan yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan kepada kami dalam menyelesaikan case study ini. Tak lupa, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu memberikan saran dan
masukan kepada penulis.
Sekiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa case study ini
masih banyak kekurangan. Kritik dan saran penulis harapkan guna perbaikan sehingga dapat
bermanfaat untuk ke depannya.
Kelompok 13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1 Sensus Penduduk Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat ...........................
2.1.1 Sensus Penduduk Provinsi Bali .................................................................... 3
2.1.2 Sensus Penduduk Nusa Tenggara Barat ....................................................... 4
2.1.3 Perbandingan Sensus Penduduk Kedua Provinsi .......................................... 5
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Sensus Penduduk ............................................ 22
2.2 Survei Penduduk Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat ..........................
2.2.1 SUPAS 2015 Provinsi Bali ...........................................................................
2.2.2 SUPAS 2015 Provinsi Nusa Tenggara Barat ................................................
2.3 Registrasi Penduduk Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat .....................
2.3.1 Registrasi Penduduk Provinsi Bali................................................................
2.3.2 Registrasi Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat ....................................
2.3.3 Perbandingan Registrasi Penduduk Kedua Provinsi .....................................
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Registrasi Penduduk .........................................
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................... 11
2.2 Tujuan
1. Mengetahui sensus penduduk di Provinsi Bali
2. Mengetahui sensus penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Barat
3. Mengetahui perbandingan sensus antara Provinsi Bali dan Nusa Tenggrara Barat
4. Mengetahui survei penduduk di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan luas daratan Provinsi Bali sebesar 5.780,06 kilometer persegi, maka
kepadatan penduduk Bali sebanyak 747 jiwa per kilometer persegi. Angka ini meningkat
dari hasil SP2000 yang mencatat kepadatan penduduk Bali sebanyak 544 jiwa per
kilometer persegi dan hasil SP2010 yang mencapai 673 jiwa per kilometer persegi.
Penduduk di Provinsi Bali tersebar pada 9 kabupaten/kota, Kabupaten Buleleng
merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Bali dengan jumlah 791.813 jiwa atau
sebesar 18,34 persen dari penduduk Bali. Kota Denpasar merupakan daerah dengan
penduduk terbanyak kedua dengan jumlah penduduk sebanyak 725.314 jiwa atau
sebesar 16,80 persen. Kabupaten Badung, Gianyar, Karangasem, dan Tabanan
merupakan kabupaten yang persentase sebaran penduduknya terhadap Bali di atas 10
persen. Kabupaten Jembrana, Bangli, dan Klungkung persentase sebaran penduduknya
di bawah 8 persen. Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten dengan penduduk
paling sedikit dengan jumlah penduduk sebanyak 206.925 jiwa atau 4,79 persen dari
total jumlah penduduk Bali..
2.1.2 Sensus Penduduk Nusa Tenggara Barat
SP2020 mencatat penduduk Nusa Tenggara Barat pada bulan September 2020
sebanyak 5,32 juta jiwa. Hasil SP2020 dibandingkan dengan SP2010 memperlihatkan
penambahan jumlah penduduk sebanyak 819,88 ribu jiwa atau rata-rata sebanyak 81,99
ribu setiap tahun. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020), laju
pertumbuhan penduduk Nusa Tenggara Barat sebesar 1,63 persen per tahun. Terdapat
peningkatan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan
periode 2000-2010 yang sebesar 1,17 persen
Dari 5,32 juta penduduk Nusa Tenggara Barat, sebesar 92,06 persen atau sekitar
4,90 juta penduduk berdomisili sesuai Kartu Keluarga (KK)*. Sementara sebesar 7,94
persen atau sekitar 422,48 ribu penduduk lainnya berdomisili tidak sesuai KK (Gambar
3). Jumlah ini merupakan indikasi banyaknya penduduk yang bermigrasi dari wilayah
tempat tinggal sebelumnya karena sekarang sudah tidak tinggal pada alamat yang
tercatat pada KK
Dengan luas daratan Nusa Tenggara Barat sebesar 20,12 ribu kilometer persegi,
maka kepadatan penduduk Nusa Tenggara Barat sebanyak 264 jiwa per kilometer
persegi. Angka ini meningkat dari hasil SP2000 yang mencatat kepadatan penduduk
Nusa Tenggara Barat sebanyak 107 jiwa per kilometer persegi dan hasil SP2010 yang
mencapai 223 jiwa per kilometer persegi. Sebaran penduduk Nusa Tenggara Barat
masih terkonsentrasi di Pulau Lombok. Meskipun luas geografisnya hanya sekitar 23
persen dari seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat, namun Pulau Lombok dihuni oleh
3,76 juta penduduk atau 70,65 persen penduduk Nusa Tenggara Barat. Berbeda dengan
Pulau Sumbawa yang memiliki luas 77 persen wilayah Nusa Tenggara Barat, dan hanya
dihuni oleh 1,56 juta penduduk atau 29,35 persen penduduk Nusa Tenggara Barat
(Gambar 9). Jika dilihat menurut kabupaten/kota, penduduk masih terkonsentrasi di
Kabupaten Lombok Timur yaitu sebanyak 1,33 juta orang, atau 24,91 persen dari total
penduduk Nusa Tenggara Barat. Sementara Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota Bima
mempunyai sebaran paling kecil yaitu di bawah 3 persen dari total penduduk Nusa
Tenggara Barat.
2.1.3 Perbandingan Mengenai Sensus Penduduk Kedua Provinsi
Dapat dilihat dari sensus penduduk Provinsi Bali maupun Provinsi Nusa
Tenggara Barat bahwa setiap provinsi memiliki salah satu wilayah dengan penduduk
terbesar yang biasanya menjadi pusat provinsi atau biasa disebut ibu kota. Namun tidak
seperti kedua Provinsi ini. Pada Provinsi Bali penduduk terbesar berada di Kota
Buleleng dengan jumlah penduduk sebesar 791.813 jiwa dan menjadi Kabupaten
dengan jumlah penduduk terbesar di Bali.
Kemudian pada Provinsi Nusa Tenggara Barat penduduk terbesar berada ada di
Kota Lombok Timur dengan jumlah penduduk 1.325.240 jiwa dan menjadi Kabupaten
dengan jumlah penduduk terbesar di Nusa Tenggara Barat. Sensus penduduk pada kedua
Provinsi tersebut dilaksanakan secara online. Penetapan Covid-19 sebagai pandemi oleh
World Health Organization (WHO) menjadi tantangan berat pada pelaksanaan SP2020.
Kebijakan pemerintah yang berfokus pada penanganan pandemi Covid-19 mendorong
BPS melakukan penyesuaian tata kelola pada setiap tahapan proses bisnis dengan tetap
berpegang pada tujuan besar SP2020.
2.3 Registrasi Penduduk Provinsi Bali dan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Registrasi Penduduk merupakan salah satu sumber pokok data kependudukan yang
diterbitkan secara rutin setiap pertengahan tahun. Sasaran utama adalah untuk
menyebarluaskan informasi kependudukan. Disamping guna memenuhi kebutuhan akan data
kependudukan yang bersifat mendesak dan berlanjut setiap tahun. Registrasi penduduk ini
dilaksanakan oleh Kantor Pemerintahan Dalam Negeri, dengan ujung tombak pelaksanaannya
adalah kepala desa. Berbeda dengan sensus penduduk yang pelaksanaannya dengan sistem
aktif, registrasi penduduk dilakukan dengan sistem pasif. Penduduk yang boleh mencatatkan
peristiwa-peristiwa demografi atau peristiwa vital adalah penduduk de jure saja, itulah
sebabnya jumlah penduduk di suatu wilayah yang didapatkan dari hasil sensus penduduk
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk dari hasil registrasi.
2.3.1 Registrasi Penduduk Provinsi Bali
2.3.1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali Tahun 2010-2020
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi
penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan
bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan
pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia,
terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.
Secara umum, pembangunan manusia Bali tercatat mengalami kemajuan selama
periode 2010 hingga 2020. IPM Bali tercatat meningkat dari 70,10 pada tahun 2010
menjadi 75,50 pada tahun 2020. Selama periode 2010-2019, IPM Bali ratarata tumbuh
sebesar 0,81 persen per tahun dan berada pada level “tinggi”. Namun badai pandemi
COVID-19 telah memberi dampak pada pembangunan manusia Bali pada tahun 2020.
Pada periode 2019-2020, IPM Bali tumbuh 0,16 persen, melambat dibandingkan tahun
sebelumnya. Dengan demikian, selama periode 2010-2020, rata-rata pertumbuhan IPM
Bali 2010-2020 menjadi sebesar 0,75 persen per tahun.
2.3.1.2 Perkembangan Dimensi Pembentuk (IPM) Provinsi Bali 2010-2020
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek
esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM sangat bergantung pada capaian setiap
komponennya. Perlambatan pertumbuhan IPM Bali pada tahun 2020 disebabkan oleh
menurunnya komponen pengeluaran per kapita, sedangkan komponen lainnya masih
mengalami pertumbuhan positif.
A) Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi
umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama
periode 2010 hingga 2020, Bali tercatat mampu meningkatkan Umur Harapan
Hidup saat lahir sebesar 1,52 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,21 persen
per tahun. Pada tahun 2010, Umur Harapan Hidup saat lahir di Bali tercatat
70,61 tahun, dan pada tahun 2020 mencatatkan nilai 72,13 tahun.
B) Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan
Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. Kedua indikator ini tercatat
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2020,
Harapan Lama Sekolah di Bali tercatat meningkat sebesar 1,62 tahun,
sementara Rata-rata Lama Sekolah tercatat meningkat 1,21 tahun.
Selama periode 2010 hingga 2020, Harapan Lama Sekolah secara rata-rata
tercatat tumbuh sebesar 1,31 persen per tahun. Meningkatnya Harapan Lama
Sekolah menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang
bersekolah. Pada tahun 2020, Harapan Lama Sekolah di Bali tercatat 13,33
tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk
menamatkan pendidikan mereka hingga lulus D1 atau semester dua di tingkat
universitas. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke
atas di Bali tercatat tumbuh 1,47 persen per tahun selama periode 2010 hingga
2020. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam
membangun kualitas manusia Bali yang lebih baik. Pada tahun 2020, secara
rata-rata penduduk Bali usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan
formal selama 8,95 tahun, atau telah menyelesaikan pendidikan hingga kelas
VIII (SMP kelas II).
C) Dimensi Standar Hidup Layak
Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar
hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan
2012) yang disesuaikan. Pada tahun 2020, pengeluaran per kapita yang
disesuaikan masyarakat Bali tercatat sebesar Rp 13,93 juta, menurun 217 ribu
rupiah (-1,53 persen) dibandingkan tahun 2019. Menurunnya pengeluaran per
kapita yang disesuaikan ini menjadi yang pertama kalinya sejak IPM dihitung
dengan metode baru. Pandemi COVID-19 telah berdampak sangat signifikan
terhadap pengeluaran per kapita disesuaikan di Bali.
Pada tahun 2020 ini, terdapat perubahan urutan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi
NTB. Selain itu, beberapa kabupaten/kota mengalami penurunan capaian IPM pada tahun
2020 dibandingkan kondisi tahun 2019. IPM Provinsi NTB mengalami peningkatan dari
68,14 di tahun 2019 menjadi 68,25 pada tahun 2020. IPM Provinsi NTB masih berada pada
kategori capaian sedang. Pembangunan manusia Bali konsisten mengalami kemajuan,
namun kecepatannya pada tahun 2020 mengalami perlambatan. Kemajuan tersebut
ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2020 yang
mencatatkan capaian sebesar 75,50 atau meningkat 0,12 poin dibanding tahun 2019 yang
tercatat sebesar 75,38. Pencapaian pembangunan manusia Bali selama tahun 2020 jika
dibandingkan dengan menduduki peringkat ketiga. Kecepatan pembangunan manusia di
Bali tercatat sebesar 0,16 persen, sementara Nusa Tenggara Barat -0,06 persen. Secara
nasional Bali menduduki peringkat kelima dengan status pembangunan manusia pada level
“tinggi”. Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada level pembangunan
manusia “sedang”. Selain itu, IPM Bali tercatat sebagai peringkat lima tertinggi pada level
nasional.
Perlambatan pembangunan manusia tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan IPM
yang sebesar 0,16 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2019 yang ketika itu
tercacat tumbuh sebesar 0,82 persen. Pertumbuhan IPM NTB di tahun 2020 mencapai 0,16
persen. Sedangkan, laju pertumbuhan IPM NTB tahun ini merupakan yang terendah
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Perlambatan tahun 2020 ditengarai oleh menurunnya kemampuan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akibat COVID-19, yang digambarkan oleh
komponen rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan (PPP) yang tercatat sebesar 13,93
juta rupiah menurun 217 ribu rupiah dari tahun sebelumnya. Sedangkan dari dimensi
kesehatan yang digambarkan oleh indikator Umur Harapan Hidup, di tahun 2020 Provinsi
NTB mencapai 66,51 tahun. Indikator ini meningkat sebanyak 0,23 tahun dibandingkan
tahun 2019.
Bayi yang lahir pada tahun 2020 tercatat memiliki harapan untuk dapat hidup
hingga 72,13 tahun, lebih panjang 0,14 tahun dibanding keadaan tahun sebelumnya. Anak-
anak yang pada tahun 2020 berusia 7 tahun tercatat memiliki harapan dapat menikmati
pendidikan selama 13,33 tahun, lebih lama 0,06 tahun dibandingkan dengan keadaan tahun
2019.Sedangkan, dimensi pendidikan digambarkan oleh indikator Harapan Lama Sekolah
dan Rata-rata Lama Sekolah. HLS Provinsi NTB di tahun 2020 Provinsi NTB mencapai
13,70 tahun, meningkat 0,22 tahun dibandingkan tahun 2019. Sedangkan RLS-nya sebesar
7,31 tahun dan nilai ini meningkat sebanyak 0,04 tahun dibanding tahun sebelumnya.
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2020. Hasil Sensus Penduduk Provinsi Bali 2020. Diakses
pada 21 Januari 2021, dari:
https://bali.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/717592/hasil-sensus-penduduk-2020-provinsi-
bali.html.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2020. Hasil Sensus Penduduk Provinsi Nusa
Tenggara Barat 2020. Diakses pada 21 Januari 2021, dari:
https://ntb.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/714/hasil-sensus-penduduk-2020-provinsi-nusa-
tenggara-barat.html
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2020. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bali Tahun 2020.
Diakses pada 24 Oktober 2021, dari:
https://tabanankab.bps.go.id/pressrelease/2021/01/04/717354/indeks-pembangunan-manusia-
ipm-bali-tahun-2020.html
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2020. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Nusa Tenggara Barat Tahun 2020. Diakses pada 24 Oktober 2021, dari:
https://bimakota.bps.go.id/pressrelease/2020/05/15/340/indeks-pembangunan-manusia-ipm-
provinsi-nusa-tenggara-barat-2020.html