Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Nyoman Frenky Pria a

NIM : 2007511259
Kelas : Ekonomi Moneter (C7)

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PEREKONOMIAN SUATU


NEGARA
Jumlah uang yang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Terdapat hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar dan kredit sebagai
variabel moneter memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
berarti dalam periode yang sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang beredar, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Jumlah uang beredar berpengaruh
positif dan sifnifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan dengan hipotesa Keynes
yakni, penawaran uang (Money Supply) memiliki pengaruh positif terhadap output dan
pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan
mengambil kebijakan (menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong untuk
melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan memicu
perumbuhan ekonomi.
Jumlah uang beredar merupakan unsur yang cukup signifikan terhadap keadaan
perekonomian suatu negara yaitu erat hubungannya dengan tingkat inflasi. Jumlah uang
beredar yang terlalu banyak dapat mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum
(inflasi). Sebaliknya, jika jumlah uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan ekonomi akan
menjadi surut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh jumlah
uang beredar terhadap tingkat inflasi di Indonesia pada periode 2015-2020. Jenis penelitian
ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang beredar dan tingkat inflasi di
Indonesia periode 2015-2020. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
data sekunder berupa data jumlah uang yang beredar dan tingkatan inflasi setiap tahunnya
dari tahun 2015-2020 yang sumbernya di website Badan Pusat Statistik Indonesia dan Bank
Indonesia. Metode analisis data penelitian ini menggunakan uji secara parsial (Uji-t). Hasil
analisis penelitian dinyatakan bahwa jumlah uang beredar apabila dihitung setiap tahunnya
secara parsial tidak memiliki nilai yang signifikan terhadap tingkat inflasi. Hal ini
dikarenakan nilai signifikan jumlah uang beredar tahun 2015-2020 di atas 0,05. Akan tetapi,
Jumlah uang beredar apabila dihitung secara simultan selama 6 tahun dari tahun 2015-2020
menghasilkan nilai yang signifikan dibawah 0,05. Berdasarkan perspektif syariah, Inflasi
terjadi dikarenakan pola belanja dan sikap berlebihan manusia dalam berkonsumsi serta
adanya penimbunan barang komoditas. Hal ini dapat mengakibatkan naiknya harga barang
dan jasa di masyarakat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah uang beredar
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Inflasi di Indonesia periode 2015-2020.
Semakin tinggi jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka akan semakin menurun
tingkat inflasi yang terjadi.
Jumlah uang beredar (JUB) yaitu M1 (uang dalam arti sempit) yang terdiri dari uang
kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri dari M1 ditambah uang
kuasi (Nilawati, 2000:162). Uang kartal (currencies) adalah uang yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan atau bank sentral dalam bentuk uang kertas atau uang logam. Uang giral
(deposit money) adalah uang yang dikeluarkan oleh suatu bank umum. Contoh uang giral
adalah cek, bilyet giro. Uang kuasi meliputi tabungan, deposito berjangka, dan rekening
valuta asing. Menurut Dornbush, yang diuraikan di Nilawati (2000) ada beberapa cara untuk
mempengaruhi uang beredar, salah satunya yaitu melalui koefisien angka pengganda uang.
Nilai koefisien angka pengganda uang tergantung pada nilai dari uang kartal dan cadangan
bank. Semakin kecil nilai dari rasio tersebut, semakin besar nilai koefisien angka pengganda
uang. Nilai uang kartal yang rendah berarti masyarakat lebih suka menyimpan uang tunainya
di bank daripada di rumah. Selanjutnya nilai cadangan bank yang rendah berarti lebih banyak
uang giral yang bisa diciptakan dari setiap rupiah uang inti yang dipegang bank. Bila
pengeluaran pemerintah naik maka jumlah uang beredar juga seharusnya naik, karena
pengeluaran pemerintah dibiayai dengan nilai rupiah. Bila cadangan devisa naik maka jumlah
uang beredar juga seharusnya naik, karena cadangan devisa yang ada biasanya dibelanjakan
untuk pengeluaran tahun itu juga dan ditukarkan dengan uang rupiah. Sedangkan
hubungannya dengan angka pengganda uang yaitu naiknya angka pengganda uang
berpengaruh terhadap kenaikan jumlah uang beredar

Anda mungkin juga menyukai