1. Dalam rangka memperkuat koordinasi dan berbagai langkah kebijakan yang telah
diambil sebelumnya, Bank Indonesia pada hari ini menempuh beberapa langkah
kebijakan lanjutan untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan, termasuk
memitigasi risiko COVID-19. Langkah penguatan tersebut meliputi lima kebijakan:
Meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak
sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Untuk itu,
Bank Indonesia akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF,
pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas
nilai tukar Rupiah.
Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum
Konvensional, dari semula 8% menjadi 4%, berlaku mulai 16 Maret 2020.
Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di
perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di
pasar valas.
Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50bps yang ditujukan kepada bank-bank
yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam
pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan Pemerintah. Kebijakan ini
diharapkan dapat mempermudah kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang
lebih murah. Kebijakan akan diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk
berlaku selama 9 bulan dan sesudahnya dapat dievaluasi kembali.
Memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat
memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.
Menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank
kustodi global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di
Indonesia.
Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan
perekonomian, termasuk dampak COVID-19 serta terus memperkuat bauran
kebijakan dan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, untuk
mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,
serta mempercepat reformasi struktural.
2. Pertama, akan terjadi kenaikan hanya barang import , fenomena semacam ini
tentu sangat berdampak postif bagi produsen lokal , sebab akibat dari ini akan
merubah komsumsi masyatakat lokal untuk memilih mengkomsumsi barang-barang
lokal. yg sudah pasti memberi profit bagi produsen dalam negeri.
Selanjutnya kondisi ini juga menguntungkan bagi eksporit dalam negeri, akibat dari
melemahnya kurs rupiah terhadap dolar maka banyak permintaan dari luar terhadap
produk-produk Indonesia. Dengan meningkatnya permintaan produk dalam negeri
tentu meningkatkan beberapa eksportir dalam negeri. Namum sayangnya
keuntungan tersebut tidak dirasakan semua ekspotir, terutama bagi eksportir yang
mengandalkan bahan baku luar negeri untuk produknya.
Kedua, Dapat menaikan tingkat suku bunga. Salah satu dampak dari melemahnya
kurs rupiah adalah harus di naikan suku bunga, mau tidak mau harus di lakukan
untuk menstabilkan kurs. Akibat paling jelasnya adalah pertumbuhan kredit
melambat maka masyarakat enggan mengambil kredit karena suku bunganya yang
mahal.
Di sisi lain dapat membawah berpengaruh negatif terhadap utang luar negeri
membengkak apabila fenomena ini berlansung lama maka secara jelas ini akan
menambah beban utang negara. Disamping itu ada juga kemungkinan menurunnya
investasi akibat dari lemahnya nilai rupiah sehingga investor yang tadinya ingin
melakukan investasi tentu akan menunggu dan mengunggu sampai kondisi kembali
stabil.
Uang beredar sering dikaitkan dengan suku bunga, pertumbuhan Gross Domestic
Product tingkat inflasi. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mendorong
kenaikan harga barang-barang secara umum akan menimbulkan inflasi. Apabila
jumlah uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan ekonomi akan menjadi lebih
lambat. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah uang beredar perlu diatur agar
sesuai kapasitas ekonomi.
4. Jika jumlah uang beredar banyak akan mendorong kegiatan ekonomi berkembang
dengan sangat pesat. Tetapi jika berlangsung terus, hal ini dianggap berbahaya
karena harga barang-barang akan meningkat tajam. Sebaliknya, apabila jumlah
uang beredar terlalu sedikit, maka kegiatan ekonomi menjadi melambat.
Semakin kecil imbal hasil dari deposito atau obligasi maka semakin besar
kemungkinan investor untuk investasi di saham.
BI Rate yang akan diatur besarannya agar dapat tetap menjaga jumlah uang
beredar supaya selalu stabil. Pada saat level BI Rate naik maka suku bunga kredit
dan deposito pun akan mengalami kenaikan. Ketika suku bunga deposito naik,
masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank dan jumlah uang yang
beredar berkurang. Pada suku bunga kredit, kenaikan suku bunga akan merangsang
para pelaku usaha untuk mengurangi investasinya karena biaya modal semakin
tinggi. Hal demikianlah yang meredam aktivitas ekonomi dan pada akhirnya
mengurangi tekanan inflasi. Sebaliknya pada saat level BI Rate turun maka suku
bunga kredit dan deposito pun akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga
deposito turun, keinginan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank akan
menurun. Kondisi ini memicu peningkatan jumlah uang beredar yang selanjutnya
akan meningkatkan transaksi masyarakat. Pada suku bunga kredit, penurunan suku
bunga akan merangsang peningkatan permintaan kredit dari pelaku usaha karena
murahnya biaya modal. Pada kondisi ini maka keadaan ekonomi yang lesu akan
segera meningkat.