Anda di halaman 1dari 6

ESPA4227 / EKONOMI MONETER

1. Dalam rangka memperkuat koordinasi dan berbagai langkah kebijakan yang telah
diambil sebelumnya, Bank Indonesia pada hari ini menempuh beberapa langkah
kebijakan lanjutan untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan, termasuk
memitigasi risiko COVID-19. Langkah penguatan tersebut meliputi lima kebijakan:
 Meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak
sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Untuk itu,
Bank Indonesia akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF,
pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas
nilai tukar Rupiah. 
 Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum
Konvensional, dari semula 8% menjadi 4%, berlaku mulai 16 Maret 2020.
Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di
perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di
pasar valas.
 Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50bps yang ditujukan kepada bank-bank
yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam
pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan Pemerintah. Kebijakan ini
diharapkan dapat mempermudah kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang
lebih murah. Kebijakan akan diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk
berlaku selama 9 bulan dan sesudahnya dapat dievaluasi kembali.
 Memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat
memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.
 Menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank
kustodi global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di
Indonesia.
 
Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan
perekonomian, termasuk dampak COVID-19 serta terus memperkuat bauran
kebijakan dan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, untuk
mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,
serta mempercepat reformasi struktural.
2. Pertama, akan terjadi kenaikan hanya barang import , fenomena semacam ini
tentu sangat berdampak postif bagi produsen lokal , sebab akibat dari ini akan
merubah komsumsi masyatakat lokal untuk memilih mengkomsumsi barang-barang
lokal. yg sudah pasti memberi profit bagi produsen dalam negeri.

Selanjutnya kondisi ini juga menguntungkan bagi eksporit dalam negeri, akibat dari
melemahnya kurs rupiah terhadap dolar maka banyak permintaan dari luar terhadap
produk-produk Indonesia. Dengan meningkatnya permintaan produk dalam negeri
tentu meningkatkan beberapa eksportir dalam negeri. Namum sayangnya
keuntungan tersebut tidak dirasakan semua ekspotir, terutama bagi eksportir yang
mengandalkan bahan baku luar negeri untuk produknya.

Kedua, Dapat menaikan tingkat suku bunga. Salah satu dampak dari melemahnya
kurs rupiah adalah harus di naikan suku bunga, mau tidak mau harus di lakukan
untuk menstabilkan kurs. Akibat paling jelasnya adalah pertumbuhan kredit
melambat maka masyarakat enggan mengambil kredit karena suku bunganya yang
mahal. 

Di sisi lain dapat membawah berpengaruh negatif terhadap utang luar negeri
membengkak apabila fenomena ini berlansung lama maka secara jelas ini akan
menambah beban utang negara. Disamping itu ada juga kemungkinan menurunnya
investasi akibat dari lemahnya nilai rupiah sehingga investor yang tadinya ingin
melakukan investasi tentu akan menunggu dan mengunggu sampai kondisi kembali
stabil.

Pelemahan nilai tukar rupiah tentu berdampak terhadap ekonomi, baik negatif


maupun positif. Walaupun ada dampak positifnya, pelemahan rupiah lebih banyak
berdampak negatif terhadap ekonomi karena bisa membuat pertumbuhan ekonomi
melambat, daya beli masyatakat menurun, serta pengangguran dan kemiskinan
dapat meningkat.
Cara untuk menanggulangi inflasi melalu kebijakan moneter yang tujuannya untuk
menjaga kestabilan moneter agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan Penetapan Persediaan Kas


Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang
beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dan
menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mengurangi
jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
b. Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto
dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar
masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah
uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
c. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang
Negara (SUN). Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual,
jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat
inflasi.

3. Ada tiga motif masyarakat dalam memegang uang, yaitu


Untuk transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi. Jumlah uang yang beredar ditetapkan
oleh pemerintah atau otoritas moneter.
Keseimbangan di pasar uang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional dan
tingkat bunga.

Perubahan jumlah uang yang beredar akan memengaruhi keseimbangan pasar


uang dan menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga tersebut akan memengaruhi
tingkat investasi dan melalui mekanisme angka penggada akan memengaruhi
tingkat output nasional atau pendapatan nasional.

Uang beredar sering dikaitkan dengan suku bunga, pertumbuhan Gross Domestic
Product tingkat inflasi. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mendorong
kenaikan harga barang-barang secara umum akan menimbulkan inflasi. Apabila
jumlah uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan ekonomi akan menjadi lebih
lambat. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah uang beredar perlu diatur agar
sesuai kapasitas ekonomi.

1. Teori yang dikemukan Keynes dinamakan “Likuidity Preference


Theory of interest” yaitu suku bunga ditentukan oleh preference dan suplly of
money. Yaitu keinginan memegang atau menahan uang meliputi tiga hal yaitu
transaksi, spekulasi dan berjaga-jaga.

Secara keseluruhan dijelaskan bahwa jumlah uang tunai dibutuhkan untuk


memuaskan liquidity preference untuk motif transaksi, kemudian untuk
keperluan-keperluan tak terduga, maka dibutuhkan menyimpan uang kontan.
Kebutuhan uang tunai ini dimaksudkan untuk berjaga-jaga atau berhati-hati.

Oleh Keynes motif spekulasi didevinisikan sebagai tujuan untuk memperoleh


keuntungan karena mengetahui lebih baik dari pada pasar apa yang akan
terjadi dimassa depan, sesungguhnya menurut Keynes motif yang motif
spekulasilah yang memiliki pengaruh terbesar terhadap tingkat suku bunga.
Apabila liquidity preference untuk motif spekulasi berkurang, maka bunga
akan turun dan apabila keinginan menyimpan uang untuk spekulasi makin
kuat maka bunga akan naik. (Manullang, 1977: 107)

2. Teory Keynes tentang Tingkat Bunga


Menurutnya permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan
suku bunga. Penjelasanya adalah apabila tingkat bunga turun dari suku
bunga normal, maka banyak orang meyakini tingkat bunga akan kembali ke
tingkat normal (Nopirin, 1992:92)

Tanggapan Keynes yang ke dua adalah berhubungan dengan ongkos


memegang uang kas, karena semakin tinggi tingkat bunga maka
semakin tinggi ongkos memegang uang kas, hal ini menyebabkan keinginan
memegang uang semakin menurun begitu pun sebaliknya (Noviandi,
2009:42).

3. Efek Suku Bunga


Ekspektasi moneter selain mendorong masyarakat menukar uangnya dengan
barang dan jasa dapat juga mendorong masyarakat menukar uangnya
kedalam bentuk asset keuangan (financial assets). Penurunan suku bunga
bisa sebagai akibat dari ekspektasi moneter dapat mendorong perpindahan
capital keluar negeri atau capital flight kepada negara yang memiliki tingkat
suku bunga yang lebih menguntungkan.

Tingkat suku bunga merupakan salah satu variabel penting yang


mempengaruhi masyarakat dalam memilih bentuk kekayaan yang dimiliki.
Apakah berupa uang, financial assets, atau benda-benda riil seperti tanah,
mesin, barang dagangan, dan lain sebagainya.

4. Jika jumlah uang beredar banyak akan mendorong kegiatan ekonomi berkembang
dengan sangat pesat. Tetapi jika berlangsung terus, hal ini dianggap berbahaya
karena harga barang-barang akan meningkat tajam. Sebaliknya, apabila jumlah
uang beredar terlalu sedikit, maka kegiatan ekonomi menjadi melambat.

Semakin kecil imbal hasil dari deposito atau obligasi maka semakin besar
kemungkinan investor untuk investasi di saham.

BI Rate yang akan diatur besarannya agar dapat tetap menjaga jumlah uang
beredar supaya selalu stabil. Pada saat level BI Rate naik maka suku bunga kredit
dan deposito pun akan mengalami kenaikan. Ketika suku bunga deposito naik,
masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank dan jumlah uang yang
beredar berkurang. Pada suku bunga kredit, kenaikan suku bunga akan merangsang
para pelaku usaha untuk mengurangi investasinya karena biaya modal semakin
tinggi. Hal demikianlah yang meredam aktivitas ekonomi dan pada akhirnya
mengurangi tekanan inflasi. Sebaliknya pada saat level BI Rate turun maka suku
bunga kredit dan deposito pun akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga
deposito turun, keinginan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank akan
menurun. Kondisi ini memicu peningkatan jumlah uang beredar yang selanjutnya
akan meningkatkan transaksi masyarakat. Pada suku bunga kredit, penurunan suku
bunga akan merangsang peningkatan permintaan kredit dari pelaku usaha karena
murahnya biaya modal. Pada kondisi ini maka keadaan ekonomi yang lesu akan
segera meningkat.

Anda mungkin juga menyukai