Anda di halaman 1dari 20

9.

KEBIJAKAN MONETER

OLEH : Kurnia.Permatasari
1. Definisi
Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur
jumlah uang yang beredar. Jika pemerintah menambah julah uang
beredar tandanya pemerintah menempuh kebijakan moneter ekspansif
jika mengurangi jumlah uang beredar maka pemerintah menjalankan
kebijakan moneter kontraktif atau kebijakan uang ketat (tight money
policy).
2. Instrumen Kebijakan Moneter
Ada tiga instrument utama untuk mengatur jumlah uang beredar yaitu:
1). Operasi pasar terbuka 2). Fasilitas diskonto 3). Rasio cadangan
wajib. Diluar itu pemerintah melakukan kebijakan kualitatif dengan
cara melakukan imbauan moral.
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang
beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.
Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU
atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar
dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga
harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang
beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank
sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian.
Contoh Kebijakan Moneter yang Dilakukan Pemerintah
· Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai
rupiah terhadap mata uang asing.
· Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata
uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
· Sanering adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank
sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang. Hal ini
dilakukan untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh.
Pemerintah Indonesia pernah melakukan kebijakan sanering pada
tahun 1950an.
Tolak Ukur Stabilitas Moneter
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus
memiliki target dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk
mengukur atau sebagian acuan, apakah kebijakan tersebut berhasil
atau tidak. Dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya
digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah:
1. Laju Inflasi
Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbulkan
kesulitan bagi Bank untuk mengerahkan dana masyarakat, karena
dengan inflasi yang tinggi tersebut, tingkat bunga riil (bunga nominal
inflasi) akan menurun, sehingga mengurangi keinginan masyarakat
untuk menyimpaan kekayaannya dalam bentuk perbankan. Dana
investasi menurun akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dampak selanjutnya adalah, bunga riil yang menurun jika
dibandingkan tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu larinya
dana masyarakat ke luar negeri, karena dirasakan masyarakat lebih
menguntungkan menyimpan dananya diluar negeri.
2. Suku Bunga
Selain yang telah sering dijelaskan sebelumnya, bahwa dari sisi
masyarakat tingginya suku bunga memang akan menambah
keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di Bank, namun
disisi lain, tingginya suku bunga tersebut akan mengurangi niat dunia
usaha yang mengambil kredit bagi pengembangan usahanya.
Akibatnya dana yang sudah terlanjur masuk ke perbankan dengan adanya
bunga tinggi tersebut, tidak dapat tersalurkan dan menimbulkan
permasalahan baru bagi perbankan, yakni, kemana dana masyarakat itu
akan di salurkan?
Rendahnya tingkat bunga memang akan mendorong banyak pelaku dunia
usaha untuk mengambil dana di perbankan, namun karena rendahnya
tingkat bunga tersebut, apalagi bila dibandingkan dengan tingkat bunga di
luar negeri, masyarakat akan lebih tertarik menyimpan dananya di
perbankan luar negeri, sehingga perbankan dalam negeri akan kekurangan
dana yang sedah dibutuhkan oleh dunia usaha. Lebih jauh lagi adalah
terhambatnya investasi yang terjadi di sektor industri karena kesulitan
mendapat dana, sehingga produksi akan melambat.
3. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar yang stabil akan lebih memberi iklim kepastian bagi semua
pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat.
Nilai tukar rupiah yang rendah saat ini dapat di jadikan saat yang baik
dunia usaha yang berorientasi ekspor, dan ini dapat memicu peningkatan
permintaan kredit dari dunia usaha untuk melanjutkan dan meningkatkan
produk ekspornya.
4. Ekspektasi/harapan Masyarakat
Meskipun lebih sulit untuk diukur, namun ekspetasi masyarakat mulai
mendapat perhatian besar dalam rangka pelaksanaan kebijakan
moneter di Indonesia. Ekspektasi umumnya terjadi melalui ekspektasi
masyarakat terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi terhadap nilai
tukar.
Ekspektasi masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi akan
mendorong semakin tingginya harga-harga, sehingga akan
mengurangi tingkat konsumsi dan daya saing produk dalam negeri
yang akan ekspor.
Sementara itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai
tukar akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat
pada mata uang rupiah. Sehingga dapat memicu dana masyarakat ke
luar negeri. Apabila hal ini terjadi, maka seperti telah dijelaskan di
awal, maka perbankan akan kesulitan dalam menghimpun dana
masyarakat yang sangat diperlukan untuk keperluan investasi dunia
usaha.
Model IS-LM
Model ini menjelaskan bahwa keseimbangan Ekonomi akan tercapai
bila pasar barang-jasa dan pasar uang-modal secara simultan berada
pada keseimbangan
Keseimbangan pasar barang-jasa= bila penawaran (AS) = permintaan
(AD). Pada saat itu sisi penawaran diwakili oleh tabungan (saving/S)
telah sama dengan sisi permintaan diwakili oleh Investasi
(investment/I). Kondisi ini digambarkan oleh kurva IS dimana I=S
Keseimbangan pasar Uang-modal tercapai bila permintaan uang
(liquidity preference/L) telah sama dengan penawaran uang (money
supply/M). Kondisi ini digambarkan oleh kurva LM dimana L=M
Keseimbangan ekonomi tercapai bila pasarbarang-jasa dan [asar
uang-modal secara bersamaan telah mencapai keseimbangan I=S dan
L=M. secara grafis pada saat kurva IS berpotongan dengan kurva LM
3. Kebijakan Moneter dan Keseimbangan Ekonomi : Analisis IS-LM
Kebijakan Moneter dikatakan efektif bila mampu mengendalikan tingkat
output atau harga. Untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan moneter,
peralatan analisis yang paling sederhana namun komprehensif adalah
kurva IS-LM
a. Pengaruh Kebijakan Moneter thd keseimbangan pasar uang-modal
Gambar 9.1 menunjukkan apa yang terjadi terhadap keseimbangan pasar
uang-modal bila jumlah uang yang beredar ditambah.
Gambar diatas menunjukkan kurva LM yang diturunkan dari MS0
seandainya pemerintah menambah jumlah uang beredar menjadi
setingkat MS1 pada gambar 9.1 a maka agar pasar modal berada pada
keseimbangan Y0 tingkat bunga harus turun dari r1 ke r3. Demikian juga
bila ingin Y1, tingkat bunga harus diturunkan dari r2 ke r4. Pada gambar
9.1 b terlihat pergeseran titik keseimbangan (dari F1 ke F3 dan dari F2 ke
F4) sehingga kurva LM bergeser ke kanan dari (LM0 ke LM1).
Jika uang beredar diturunkan dari MS0 ke MS2 maka agar pasar modal
berada pada keseimbangan Y0, tingkat bunga harus dinaikkan dari r1 ke
r5 sedangkan bila Y1 maka tingkat bunga harus dinaikkan dari r2 ke r 6.
Kurva LM bergeser kekiri (LM0 ke LM2).
b. Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Keseimbangan ekonomi
Pergeseran kurva LM karena pengaruh perubahan jumlah uang yang
beredar akan mempengaruhi keseimbangan ekonomi, karena mengubah
titik potong kurva IS-LM berarti mengubah keseimbangan ekonomi.
Gambar 9.2 berikut menunjukkan keseimbangan awal terjadi pada
tingkat pendapatan Y*0 dan tingkat bunga r0. Jika pemerintah menambah
jumlah uang beredar, kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 ke LM1.
Sehingga titik keseimbangan juga bergeser dari E0 ke Er pada titik
keseimbangan yang baru (E1), output keseimbangan adalah Y*1 yang
> Y*0. Sedangkan tingkat bunga adalah r1 lebih rendah dari r0.
Dengan kata lain kebijakan moneter ekspansif dalam konteks gambar
9.2 telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
tingkat bunga. Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga
mengindikasikan telah terjadi kelebihan permintaan investasi akibatnya
dapat dilihat dari dua sisi:
a. Sisi output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana
investasi yang dibatalkan, sebagai akibatnya pertambahan kapasitas
produksi menjadi lebih kecil.
b. Sisi biaya
Kenaikan tingkat bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan
naiknya biaya modal
Dari kedua sisi akibat kenaikan tingkat bunga akan memicu terjadinya
inflasi
Gambar 9.2 Dampak
Kebijakan Moneter
Terhadap
perekonomian

Bila pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar yang terjadi


sebaliknya. Bergesernya kurva LM ke kiri (LM0 ke LM2) menyebabkan
titik keseimbangan bergeser ke E2. Pada saat itu output keseimbangan
adalah Y*2 < Y*0 sedangkan tingkat bunga naik dari r0 ke r2 yang berarti
telah terjadi inflasi.
4. Efektivitas Kebijakan Moneter
Hasil kebijakan moneter pemerintah secara grafis ditentukan oleh kondisi
pasar barang jasa dan pasar uang-modal yang digambarkan dengan sudut
kemiringan kurva IS dan kurva LM
a. Sudut Kemiringan Kurva IS
Gambar 9.3 Berikut menggambarkan kondisi pasar barang dan jasa.

Gambar 9.3
Sudut kemiringan
Kurva IS dan
maknanya
Kurva IS1 lurus sejajar dengan sumbu vertical terjadi karena permintaan
Investasi tidak sensitive terhadap perubahan tingkat bunga (kurva I tegak
lurus). Sebaliknya kurva IS2 mendatar sejajar horizontal artinya kurva
Intestasi elastis sempurna. Sedangkan kurva IS3 terbentuk dari investasi
negative.
b. Sudut Kemiringan Kurva LM
Gambar 9.4 a menunjukkan beberapa kurva LM pada beberapa kondisi
pasar uang dan modal.
Kurva LM1 tegak lurus sejajar sumbu vertical artinya permintaan uang
untuk spekulasi tidak sensitive terhadap perubahan tingkat bunga. Dengan
kata lain permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi pendapatan.
Maka kurva LM disebut versi klasik.
Kurva LM3 tegak datar sejajar sumbu horizontal artinya permintaan uang
untuk spekulasi sangat sensitive terhadap perubahan tingkat bunga.
Menurut Keynes kondisi inilah yang sering disebut sebagai perangkap atau
jerat likuiditas (liquidity trap) yang biasa terjadi pada tingkat bunga sangat
rendah. Maka kurva LM ini disebut LM versi Keynesian. Seringkali ketiga
kurva LM digambarkan dalam satu kurva sebagaimana 9.4b.
Gambar 9.4. Sudut Kemiringan
Kurva LM dan Maknanya
c. Berbagai Kemungkinan Hasil Kebijakan Moneter
Evaluasi efektivitas kebijakan moneter dapat dilakukan dengan melihat
titik potong kurva-kurva IS-LM. Karena masing-masing kurva memiliki
tiga kondisi maka minimal ada Sembilan kombinasi titik potong tersebut
Dari Sembilan, dua diantaranya tidak dpt didefinisikan karena pertama
kurva IS maupun LM sama-sama mendatar dan kedua kurva IS dan LM
sama-sama tegak lurus.
Kita hanya akan memperhatikan empat kondisi ekstrem yang terjadi thd
output keseimbangan dan tingkat bunga bila ditempuh kebijakan
moneter. Karena dievaluasi kebijakan moneter maka secara grafis
yang bergeser adalah kurva LM sebagaimana kondisi pada gambar 9.5
berikut dibawah ini:
Gambar 9.5 a dan b kondisinya adalah kurva LM vertical dimana kurva
IS datar pada gambar 9.5 a kebijakan moneter sangat efektif sebab
dapat menambah atau mengurangi output keseimbangan tanpa
menggangu tingkat bunga. Gambar 9.5. b menunjukkan kurva IS yang
ber slope negative kebijakan moneter akan menaikkan output namun
tingkat harga turun. Sebaliknya dengan kebijakan kontraktif output
turun tingkat bunga naik.
Gambar 9.5 Efektivitas
Kebijakan Moneter
Pada gambar 9.5 c dan d kurva LM mendatar artinya perekonomian berada
pada perangkap likuiditas. Daam kondisi seperti itu kebijakan moneter
sama sekali tidak efektif sebab tidak punya kemampuan mempengaruhi
output dan tingkat bunga. Namun beberapa kemungkinan lain dapat
dibandingkan hasilnya dari table berikut ini.
Dari table dan gambar 9.5 diatas dapat disimpulkan sbb:
1. Kebijakan moneter adalah efektif sempurna jika kurva IS datar
2. Kebijakan moneter adalah tidak efektif sempurna jika kurva LM datar
Tabel 9. 1. Efektivitas Kebijakan Moneter terhadap output dan tingkat harga
(bunga)

Anda mungkin juga menyukai