Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan
pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan
meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga
meningkatkan suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong perusahaan untuk
melakukan ekspor.
3) Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
4). Investasi
Pengaruh variabel-variabel makro Yang keempat adalah pengaruh variabel makro terhadap investasi.
Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Pertambahan barang
modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi dan Investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi.
Dengan kata lain, investasi dalam negeri ataupun luar negeri dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Adanya investasi didalam dan diluar dapat meningkatkan pendapatan nasional
dan kesempatan kerja dimana berkurangnya pengangguran.
2. ASUMSI DALAM MENYUSUN APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah suatu rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). Penyusunan APBN bertujuan untuk menciptakan dan
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Penyusunan APBN
didasarkan atas asas berimbang dan dinamis, artinya sektor penerimaan diusahakan selalu meningkat
dan sektor pengeluaran diusahakan untuk diadakan penghematan, dan lebih diarahkan pada dana
pembangunan untuk kegiatan yang menunjang peningkatan produksi nasional, sehingga besarnya
pengeluaran (belanja) seimbang dengan penerimaannya. Dalam penyusunan APBN, pemerintah
menggunakan beberapa indikator, yaitu :
v 3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang dan menjadi kenyataan
yang dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi menimbukan
dua efek penting, yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan
kesempatan kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah penduduk. Dengan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi diharapkan dapat mencapai stabilitas moneter dan ekonomi yang mantap dan
dinamis. Setiap persen pertumbuhan ekonomi menunjukan tingkat perbaikan kesejahteraan bagi rakyat
yang terpinggirkan, terutama dalam bentuk pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dan
mengurangi ketimpangan. APBN merupakan salah satu negara untuk mengendalikan arah
pembangunan. Dalam penyusunan APBN, pemerintah dapat mengalokasikan skala dana yang akan
digunakan dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat. Dengan skala yang diprioritaskan tersebut,
maka dana yang dikeluarkan dalam APBN tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya.
v 4 Kurs Rupiah
Nilai tukar rupiah wajib diketahui dalam penyusunan APBN karena terkait erat dengan beban belanja
yang harus dialokasikan untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri maupun subsidi
barang – barang impor seperti BBM yang sangat vital menunjang perekonomian nasional. Pengeluaran
pembiayaan berupa valas harus diukur dalam nilai mata uang rupiah. Jika kurs dijaga pada nilai yang
kuat, maka anggaran belanja bunga dan pengeluaran pembiayaan lebih hemat. Subsidi BBM yang
minyaknya diimpor harus dibiayai dengan anggaran yang tidak sedikit, sehingga perhitungan kurs yang
tepat akan memberikan besaran yang tepat pula dalam memprediksi kebutuhan belanja subsidi. Jika
kurs yang ditetapkan dalam APBN terlalu tinggi, bisa terjadi surplus anggaran karena kebutuhan
subsidi lebih kecil. Tetapi jika kurs dipatok terlalu rendah maka ketika nilai rupiah melemah,
penutupan defisit anggaran dengan pembiayaan tak terelakan lagi. Selain itu, banyaknya barang dan
jasa yang diimpor dari luar negeri, sehingga diperlukan besaran yang akurat dalam menentukan
besarrnya kebutuhan dana dalam nilai rupiah. Kurs penting dalam perhitungan pendapatan bea masuk
dan pajak warga negara asing yang tidak dibayarkan dalam mata uang rupiah, sehingga besaran
pendapatan dapat diukur secara tepat dalam APBN.
v 5 Suku Bunga BI
Suku bunga BI penting diketahui karena dengan adanya tingkat bunga ini, pemerintah dapat
mengambil kebijakan terkait investasi. Bank – bank juga dapat menentukan tingkat bunga yang dijual
kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga bisa mengambil kebijakan terkait penjualan obligasi
negara dengan berpedoman pada tingkat bunga BI. Sehingga penerimaan pembiayaan dapat ditentukan
dalam APBN.
v 6 Inflasi
Inflasi berkaitan erat dengan kesejahteraan dan pendapatan riil masyarakat. Apabila terjadi persentase
inflasi yang lebih tinggi dari pada kenaikan pendapatan nominal, maka kesejahteraan masyarakat akan
turun. Pemerintah perlu memperhatikan tingkat inflasi dalam penyusunan APBN. Ketika terjadi inflasi
dan harga harga barang – barang secara umum naik, maka diperlukan lebih banyak anggaran dalam
APBN. Dalam penentuan prakiraan maju, tingkat inflasi harus dimasukkan sehingga besaran kebutuhan
dana untuk beberapa tahun kedepan dapat diperkirakan. Begitu juga ketika terjadi perubahan tingat
inflasi, perhitungan kebutuhan dana dalam prakiraan maju juga akan disesuaikan.
Inflasi yang relatif rendah dan stabil merupakan prasyarat utama bagi tercapainya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Untuk mencapai kondisi
tersebut di tengah kuatnya tekanan inflasi yang bersumber dari berbagai faktor eksternal dan faktor
internal, diperlukan kebijakan yang tepat demi terjaganya stabilitas ekonomi makro ekonomi, dan
pengendalian inflasi ke depan. Koordinasi yang baik dan harmonisasi kebijakan antara Bank Indonesia
dan Pemerintah akan menjadikan sasaran inflasi lebih kredibel. Berbagai upaya telah dan akan terus
dilakukan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah untuk menjamin tersedianya pasokan dan
lancarnya distribusi barang dan jasa. Koordinasi yang komprehensif dan terpadu antara pusat dan
daerah, serta antara Pemerintah dan Bank Indonesia tersebut diharapkan dapat menjaga kestabilan
harga domestik, yang pada akhirnya dapat mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat pada sasaran
inflasi yang telah ditetapkan.
v 7 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mendapatkan dana – dana
dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam
rangka pelaksanaan pembangunan. APBN sendiri mempunyai dua sisi, yaitu sisi mencatat pengeluaran
dan sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang
memerlukan uang untuk pelaksanaannya. Salah satu sumber penerimaan tersebut adalah pajak.
Disinilah perencanaan dalam penyusunan APBN diperlukan. Pemerintah harus dapat menentukan
besarnya pajak yang akan dipungut dari setiap masyarakat karena dari hasil pajak itulah sumber dana
yang didapatkan dalam menjalankan kegiatan yang telah disusun dalam APBN.
v 8 Jumlah Pengangguran
Pengangguran (unemployment) adalah masalah makro ekonomi yang memengaruhi manusia secara
langsung dan menyebabkan penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis atau semua orang
dalam referensi waktu tertentu. Pada umumnya pengeluaran agregat yang sebenarnya adalah lebih
rendah dari pada yang diperlukan untuk mencapai kesempatan kerja penuh. Keadaan seperti ini akan
menimbulkan pengangguran. Ada kalanya permintaan agregat melebihi kemampuan perekonomian
untuk memproduksikan barang dan jasa. Keadaan ini menyebabkan harga – harga atau inflasi. Inflasi
itu sendiri berkaitan dengan pendapatan riil masyarakat yang pada akhirnya dapat berimbas pada
kesejahteraan masyarakat
3. MAKNA DARI DEFISIT ANGGARAN BILA DIBANDINGKAN DENGAN ANGGARAN
BERIMANG
Defisit anggaran adalah anggaran dengan pengeluaran negara lebih besar daripada penerimaan negara.
Sedangakan anggaran berimbang adalah anggaran dengan jumlah penerimaan atau (pendapatan) yang
sekurang-kurangnya sama dengan pengeluaran pada periode tertentu.
Perbandingannya :
Jika terjadi defisit anggaran maka pemeritah akan terus mengalami hutang,disebabkan arena
pengeluaran negara yang lebih besar daripada penerimaan negara bedanya jika terjadi anggaran
berimbang maka pemerintah tidak akan mendapatkan keuntungan atau kerugian,karena jumlah
pengeluaran sekurang kurangnya sama dengan pendapatan yang diterima pemerintah.