ABSTRAKSI
Pengukuran organisasi sektor publik menjadi penting untuk mengetahui tingkat pencapain pelayanan
kepada masyarakat. Kinerja organisasi sektor publik dapat diukur menggunakan alat dan indikator
yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep nilai waktu uang, masukan
keluaran hasil, nilai terbaik sebagai indikator pengukuran kinerja sektor publik. Penelitian ini
berlokasi di Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang. Jenis penelitian melalui studi
perpustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi buku yang berhubungan
dengan kinerja organisasi sektor publik. Analisis data digunakan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai waktu uang,
masukan keluaran hasil dan nilai terbaik dapat dipakai sebagai alat pengukuran kinerja organisasi
sektor publik.
Kata Kunci: implementasi, nilai waktu uang, masukan keluaran hasil, nilai terbaik
ABSTRACT
Measurement of public sector organizations become important to know the level of achievement of
service to the community. The performance of public sector organizations can be measured using the
appropriate tools and indicators. The purpose of this study was to determine the concept of time value of
money, the input output results, the best value as an indicator of public sector performance
measurement. This research is located in the Library of the University of Brawijaya. This type of
research through library studies. The data collection is done by observation and documentation of
books relating to the performance of public sector organizations. The data analysis used data reduction,
data presentation, and conclusion or data verification. The results showed that the time value of money,
the input and the output of the best value can be used as a performance measurement tool of public
sector organizations.
Keywords: implementation, value for money, input output results, best value
banyak yang tidak berkompeten untuk kinerja dikembangkan dari variabel kunci yang
melaksanakannya, maka sistem tersebut berhasil diidentifikasi oleh organisasi untuk unit
tidak bisa berjalan. kerja yang terkait, untuk dapat diketahui tingkat
Peranan sistem manajemen capaian kinerjanya. Indikator kinerja tersebut
kemudian dibandingkan dengan target kinerja
kinerja tampak pada tahap perencanaan atau standar kinerja. Pada dasarnya
strategis, implementasi, dan evaluasi kinerja. pengembangan indikator kinerja meliputi
Tolok ukur kinerja pada program dan pengembangan indikator kinerja makro dan
pelaksanaan anggaran harus sesuai dengan mikro. Indikator kinerja makro digunakan pada
rancangan tolok ukur kinerja yang telah tingkat korporat atau organisasi induk, sedangkan
ditetapkan pada rencana strategis, yang indikator kinerja mikro digunakan pada tingkat
merupakan penjabaran dari visi, misi, unit kerja. Indikator kinerja untuk tiap-tiap unit
tujuan, dan strategi organisasi pada tahap kerja pada dasamya dikembangkan secara unik
perencanaan strategis. Rencana strategi atau khusus sesuai dengan karakteristik unit
tersebut, akan tetapi dapat juga dikembangkan
berisi tentang sasaran strategis yang akan
indikator yang sifatnya standar yang berlaku
dicapai oleh organisasi, hasil (outcome) dan
untuk semua unit. Namun demikian, standar
indikator kinerja, inisiatif strategis serta
kinerja untuk unit kerja tidak bisa semuanya
target kinerja. Pada tahap implementasi,
dibuat secara seragam karena masing-masing
organisasi melakukan pengukuran kinerja
unit kerja pasti memiliki karakteristik dan
untuk mengetahui tingkat pencapaian strategi
keunikan yang berbeda-beda.
dalam mencapai tujuan organisasi. Ukuran
Begitu juga dengan orientasi
kinerja pada tahap implementasi harus
pengembangan indikator kinerja hendaknya
mengacu pada ukuran kinerja yang
harus seimbang, yaitu tidak hanya
diretapkan pada tahap perencanaan strategis
mengembangkan indikator kinerja keuangan
agar tidak terjadi penyimpangan dan
saja, melainkan juga indikator kinerja
ketidakadilan dalam memberikan penilaian
nonkeuangan, antara indikator hasil dengan
terhadap kinerja manajer.
indikator proses, dan antara indikator
Begitu juga dengan struktur organisasi
kuantitatif dengan indikator kualitatif.
yang merupakan bagian dari struktur
Indikator keuangan hanya menekankan pada
pengendalian manajemen. lntegrasi sistem
input dan output yang terbatas pada anggaran
manajemen kinerja dengan struktur
dan realisasinya. Sementara indikator
pengendalian manajemen terlihat pada
nonkeuangan lebih menekankan pada
kesesuaian sistem pengukuran kinerja
outcome, seperti kepuasan pelanggan,
dengan struktur organisasi yang terdiri dari
kualitas layanan, cakupan layanan.
pusat-pusat pertanggungjawaban. Oleh karena
Pengukuran kinerja VFM dapat membuat
itu desain sistem pengukuran kinerja harus
keseimbangan antara pengukuran hasil
sesuai dengan desain pengendalian manajemen.
dengan pengukuran proses. Indikator
efektivitas dalam VFM berorientasi pada
KONSEP VALUE FOR MONEY PADA
hasil dan lebih bersifat kualitatif, sedangkan
PENGUKURAN KINERJA
indikator ekonomi dan efisiensi lebih
Konsep value for money merupakan
berorientasi pada proses dan lebih bersifat
konsep untuk mengukur ekonomi,
kuantitatif.
efektivitas, dan efisiensi kinerja program,
kegiatan dan organisasi. Konsep value for
Pengukuran Ekonomi
money (VFM) adalah konsep yang penting
Ekonomi adalah hubungan antara
dalam organisasi sektor publik sehingga
pasar dan masukan (cost of input). Dengan
sering kali disebut dengan inti dari
kata lain, ekonomi terbaik yang dimungkinkan
pengukuran kinerja sektor publik. VFM
(Mardiasmo, 2009). Mahmudi (2007)
juga mengandung arti sebagai penghargaan
mengartikan ekonomi sebagai perbandingan
terhadap nilai uang. Hal ini berarti setiap
antara input sekunder (bahan baku, personel,
rupiah harus dihargai secara layak dan
dan infrastruktur) dengan input primer (kas).
digunakan sebagaimana mestinya (Mahmudi,
Dalam konteks organisasi pemerintahan, ukuran
2007). Selain konsep VFM, terdapat juga
ekonomi berupa berapa anggaran yang
pendekatan yang lebih baru dalam manajemen
dialokasikan untuk membiayai aktivitas tertentu,
kinerja sektor publik yaitu konsep best
Apabila sumber daya yang dikeluarkan berada
practice atau best value yang merupakan
di bawah anggaran maka terjadi penghematan,
perluasan dari konsep VFM.
Konsep VFM untuk diimplementasikan
sedangkan sebaliknya, apabila di atas anggaran
pada pengukuran kinerja diperlukan maka terjadi pemborosan. Sehingga pada
pengembangan indikator kinerja. Indikator pengukuran ekonomi berhubungan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
Kariyoto : Implementasi Value For Money, Input Output Outcome ...................................................77
berikut (Mardiasmo, 2009: 133): (1) Apakah efisiensi organisasi sektor publik dapat
biaya organisasi lebih besar dari yang telah menggunakan teknik tertentu, seperti data
dianggarkan oleh organisasi? (2) Apakah biaya envelopment analysis (DEA). DEA adalah
organisasi lebih besar dari biaya organisasi lain sebuah teknik yang didasarkan pada
yang sejenis yang dapat diperbandingkan? (3) pemrograman linear yang membantu analis
Apakah organisasi telah menggunakan sumber untuk mengukur dan memperbaiki kinerja dari
daya keuangannya secara optimal? sebuah agen, program, layanan, atau "keputusan
unit" lainnya dengan memperkenankan mereka
Pengukuran Efisiensi untuk menentukan efisiensi relatifnya (Gianakis
Efisiensi merupakan hal penting dari dan McCue, 1999). Pengukuran efisiensi dengan
ketiga pokok bahasan value for money. teknik DEA ini cocok untuk organisasi sektor
Efisiensi diukur dengan rasio antara output publik, karena karakteristik organisasi sektor
dengan input. Semakin besar output dibanding publik yang lebih menghasilkan output bersitat
input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi nonkeuangan dan lebih dari satu output. Dengan
suatu organisasi (Mardiasmo, 2009). Ukuran kata lain, organisasi sektor publik menghasilkan
efisiensi mengukur biaya atas output (cost of sejumlah output yang sering kali tidak dapat
output). Ukuran efisiensi mengukur seberapa dikurangi menjadi pengukuran tunggal.
baik organisasi mampu memanfaatkan sumber Beberapa penelitian telah menggunakan teknik
daya yang dimilikinya untuk menghasilkan DEA untuk mengetahui tingkat efisiensi
output Mahmudi, 2007). anggaran pemerintah daerah baik secara
Dalam pengukuran kinerja value for keseluruhan (lihat Sebayang, 2005), maupun
money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, bidang tertentu misalnya pendidikan, kesehatan,
yaitu (1) efisiensi alokasi (efisiensi 1) dan (2) dan lain-lain (lihat Pertiwi, 2007).
efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2).
Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan Pengukuran Efektivitas
untuk mendayagunakan sumber daya input pada Efektivitas adalah ukuran berhasil
tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
(manajerial) terkait dengan kemampuan Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
mendayagunakan sumber daya input pada tujuan, maka organisasi tersebut telah berjalan
tingkat output tertentu. Pengertian efisiensi dengan efektif. Efektivitas hanya melihat
berhubungan erat dengan konsep produktivitas. apakah suatu program atau kegiatan telah
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan mencapai kegiatan yang telah ditetapkan.
menggunakan perbandingan antara output yang Pengukuran efektivitas mengukur hasil akhir
dihasilkan terhadap input yang digunakan. dari suatu pelayanan dikaitkan dengan
Ukuran produktivitas atau efisiensi belum outputnya (cost of outcome). Indikator
mengindikasikan efektivitas. Ukuran efisiensi efektivitas menggambarkan jangkauan akibat
lebih bersifat relatif, proses kegiatan dan dampak (outcome) dari keluaran (output)
operasional dapat dikatakan efisien apabila program dalam mencapai tujuan program.
suatu produk kalau hasil kerja tertentu dapat Semakin kontribusi output yang dihasilkan
dicapai dengan penggunaan sumber daya dan berperan terhadap pencapaian tujuan atau
dana yang serendah-rendahnya (spending well). sasaran yang ditcntukan, maka semakin efektif
Perbaikan terhadap efisiensi dapat dilakukan proses kerja suatu unit organisasi. Pengukuran
dengan beberapa cara, antara lain (Mardiasmo, efektivitas bisa dilakukan hanya dengan
2009: 134): (1) meningkatkan output pada mengukur outcome. Suatu pelayanan mungkin
tingkat input yang sama; (2) meningkatkan dilakukan secara efisien, namun belum rentu
output dalam proporsi yang lebih besar dari efektif jika pelayanan tersebut tidak menambah
pada proporsi peningkatan input; (3) nilai bagi pelanggan. Oleh karena itu, indikator
menurunkan input pada tingkat output yang efisiensidan efektivitas harus digunakan secara
sama; dan menurunkan input pada tingkat bersama-sama. Jika suatu program dinyatakan
proporsi yang lebih besar daripada proporsi efektif dan efisien, maka program tersebut
peningkatan output. dapat dikatakan cost-effectiveness.
Indikator efisiensi menggambarkan Dari uraian di atas, jelaslah bahwa
hubungan antara masukan sumber daya oleh ketiga pokok bahasan dalam value for money
suatu unit organisasi (misalnya: stat, upah, sangat terkait satu dengan yang lainnya.
biaya admlnistratif) dan keluaran yang Ekonomi membahas mengenai masukan
dihasilkan indikator tersebut memberikan (input), efisiensi membahas mengenai
informasi tentang konversi masukan menjadi masukan (input), dan keluaran (output), dan
keluaran (yaitu efisiensi dari proses internal). efektivitas membahas mengenai output dan
Dalam implementasinya, untuk mengukur dampak (outcome).
78 JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017 : 72 - 82
efektif dalam pelayanan, serta harus ranggap dan outcome; (3) komponen pengukuran
terhadap kebut masyarakat. ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Pelayanan yang diberikan tidak Sejak dikeluarkannya UU Nomor
didasarkan pada ketersediaan dana, 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
melainkan yang menjadi kebutuhan perubahan mendasar pada sistem penganggaran
masyarakat. Unit kerja best value bukan di Indonesia, yaitu diterapkannya
merupakan unit yang menjalankan fungsi Aggaran terpadu (unified budgeting),
pendapatan. Hal ini berarti unit kerja penganggaran berbasis kinerja (performance-
rersebut tidak mendas peningkatan based budgeting), dan penganggaran dengan
pelayanannya pada kenaikan pendapatan perspektif jangka menengah (medium term
yang diperolehnya. Cara ber unit kerja ini expenditure framework (MTEF). Pada tahun
tidak dimulai dari bagaimana meningkatkan 2005 terbitlah PP Nomor 58 Tahun 2005
pendapatan untuk meningka pelayanan, tentang pengelolaan Keuangan Daerah yang
akan tetapi bagaimana memperbaiki dan kemudian diikuti dengan Permendagri Nomor
meningkatkan pelayanan masyarakat sesuai 13 Tahun jo. Permendagri Nomor 59 Tahun
dengan kebutuhan masyarkat baru kemudian 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan.
mencari solusi bagai membiayai pelayanan Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 38
tersebut. Salah satu negara yang menerapkan ayat 2 dinyatakan bahwa penyusunan anggaran
konsep best value, di negara Inggris yang berdasarkan prestasi kerja dilakukan
diatur dalam Local Govemment Act 1999. berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja,
Karakteristik utama konsep best analisis standar belanja (ASB), standar satuan
value adalah penetapan serangkaian harga, dan standar pelayanan minimal (SPM).
indikator untuk mengukur kinerja unit Diantara komponen-komponen anggaran
kerja pemberi layanan yang merupakan unit berbasis kinerja (ABK) tersebut, indikator
kerja best indikator kerja ditetapkan untuk kinerja, dan SPM merupakan instrumen
menilai kinerja dan kesehatan organisasi penganggaran yang terpenting (Australia
secara keseluruhan indikator kerja yang Indonesia Partnership, 2008). Skema
digunakan untuk menilai kinerja organisasi keterkaitan instrumen-instrumen dalam
adalah indikator output (hasil), sedangkan sistemABK.
indikator input dan output digunakan Tahap perencanaan kinerja dimulai
untuk menilai level kegi Setiap unit kerja dengan tahap menentukan visi, misi, tujuan,
yang ditunjuk sebagai otoritas best value sasaran, target. Pada tahap ini dituangkan dalam
akan menyusun target yang mencerminkan dokumen rencana strategis (renstra). Renstra
pencapaian tujuan dan prioritas. Untuk dihasilkan melalui kombinasi dua pendekatan,
mengimplementasikan best value, tentunya yaitu pendekatan top down dan bottom up.
tidak hanya dibutuhkan keseriusan Renstra yang dihasilkan dari pendekatan top
pemerintah, melainkan juga apa publik yang down merupakan inisiatif dari pemerintah
berkompeten untuk menjalankan unit kerja merupakan penjabaran dari visi dan misi
best value. kepala daerah. Dari renstra kemudian
diterjemahkan dalam rencana kerja.
Sedangkan, renstra yang berasal dari
IMPLEMENTASI PENGUKURAN pendekatan bottom up merupakan hasil
KINERJA DI PEMERINTAH penjaringan aspirasi masyarakat yang
Mahmudi (2007) menyatakan diwujudkan dalam bentuk pelayanan publik.
bahwa manajemen kinerja yang terintegrasi Pelaya publik yang harus disediakan
(integrated performance management) pemerintah kemudian dapat berbentuk
terdiri atas dua bagian utama, yaitu standardisasi yang tertuang dalam SPM maupun
perencanaan kinerja pengukuran kinerja. tidak. SPM dapat juga merupakan bentuk dari
Perencanaan kinerja terdiri atas empat tahap, implemen konsep best value, karena menurut PP
yaitu: (1) penentuan visi, misi, dan tujuan Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
(goal), serta strategi; (2) penerjemahan visi, Penyusu dan Penerapan SPM Pasal 1 ayat 6,
misi, dan tujuan, serta strategi ke dalam SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan
sasaran strategis, inisiatif strategis, m pelayanan dasar yang merupakan urusan
indikator kinerja, target kinerja; (3) wajib daerah. Pernyataan tersebut
penyusunan program; (4) penyusunan mengisyaratkan bahwa SPM merupakan
anggaran. Sementara itu, pengukuran kinerja pelayanan yang diselenggarakan pemerintah
value for money dibangun atas tiga komponen secara tepat syarat hingga menghasilkan mutu
utama yaitu: (1) komponen visi, misi, sasaran, tertentu. Hal ini berarti bahwa SPM disusun
dan target; (2) komponen input, proses, output, berdasarkan kebutuhan masyarakat, dan
Kariyoto : Implementasi Value For Money, Input Output Outcome ...................................................81
pemerintah wajib berusaha bagaimana terhadap suatu kegiatan diperlukan ASB dan
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, standar satuan harga.
termasuk membiayainya. Analis standar biaya juga dapat
Standardisasi pelayanan tersebut digunakan sebagai data pembanding yang
kemudian dijabarkan dalam standar belanja bermanfaat untuk menilai efisiensi dan
yang disebut dengan ASB dan program efektivitas ABK. Ritonga (2010: 9) menjelaskan
kegiatan yang di dalamnya dicantumkan tolok bahwa dengan adanya data pembanding,
ukur kinerjanya. ASB dan tolok ukur kinerja memungkinkan untuk menilai apakah program
menjadi instrumen penting dalam ABK yang dan kegiatan yang direncanakan lebih efisien
berbentuk rencana kerja. Jadi, ASB dan tolok dan lebih efektif dibandingkan dengan data
ukur kinerja menjadi dasar dalam menyusun pembanding tersebut atau program dan
rencana kerja. Rencana kerja ini harus terkait kegiatan yang sama di tahun sebelumnya.
atau selaras dengan rencana srrategis Suatu program atau kegiatan dikatakan semakin
pemerintah. Rencana kerja yang memuat efisien jika untuk mencapai output tertentu
program dan kegiatan sebagai penjabaran dari diperlukan biaya yang lebih rendah
visi, misi, tujuan: dan strategi pemerintah dibandingkan dengan data dasar (benchmark)
disebut dengan rencana kerja pemerintah (RK atau dengan biaya tertentu akan diperoleh
rencana kerja pemerintah daerah (RKPD). output yang lebih besar dibandingkan data
Sedangkan, rencana kerja yang berisi kegiatan dasar dan sebaliknya. Efektivitas dapat dilihat
tolok ukur kinerja, jenis indiaktor, target kinerja, dengan membandingkan rencana output
sasaran kegiatan, dan usulan anggaran disebut terhadap rencana hasil. Jika dengan rencana
dengan rencana kerja anggaran (RKA). RKA output tertentu akan mampu dicapai hasil yang
merupakan dokumen yang mengaitkan lebih besar atau dengan target hasil tertentu
pengukuran kinerja value for money melalui akan dicapai dengan output yang lebih kecil
indikator input, output, outcome dengan nilai dibandingkan dengan data dasar, maka program
usulan anggaran (belanja, pendapatan, dan dan kegiatan tersebut dikatakan semakin efektif
pembiayaan).
Struktur RKA, terdiri atas tiga KESIMPULAN
bagian utama, yaitu pada bagian pertama Pengukuran kinerja sektor publik
berisi program dan kegiatan beserta bukan hanya bagaimana kemampuan uang
lokasinya serta perkiraan anggaran saat ini publik dibelanjakan, tetapi dilihat juga dari
tahun n) dan prakiraan anggaran maju (tahun segi ekonomis, efisiensi, dan efektivitas, dan
n + 1) berdasarkan rencana strategis yang tentunya dari segi outcome. Pengukuran kinerja
telah diterapkan oleh pemerintah daerah. sektor publik dilaksanakan untuk menilai
Perkiraan maju merupakan bentuk pencapaian organisasi melalui alat ukur
implementasi MTEF yang berisi perkiraan keuangan dan nonkeuangan. Untuk melakukan
kebutuhan anggaran untuk program dan pengukuran kinerja dengan melihat variabel
kegiatan yang direncanakan dalam tahun kunci kemudian dikembangkan Pada unit kerja
anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang bersangkutan untuk dapat diketahui tingkat
yang direncanakan. Program dan anggaran pencapaian kinerja, dari sinilah kira bisa
yang tertuang dalam RKA tidak boleh mengetahui apakah kinerja suatu organisasi
menyimpang dari program dan kegiatan yang sudah sesuai dengan apa yang direncanakan
telah ditetapkan dalam rencana strategis meliputi ekonomi, efisiensi, efektivitas, dan
pemerintah daerah. lain-lain atau tidak. Jika tidak tercapai maka
Bagian kedua merupakan bentuk dikatakan bahwa pengukuran kinerja suatu
pengukuran kinerja VFM yang berisi indikator organisasi tidak berjalan sebagaimana
dan tolok ukur kinerja dari program dan mestinya. Tentunya kinerja bukanlah akhir dari
kegiatan yang terkait. Indikator dan tolok ukur segalanya tetapi ini mempakan acuan atau bagi
kinerja kegiatan tersebut harus sesuai dengan pemerintah atas apa yang telah dilakukannya
yang tercantum pada SPM dan rencana strategis dalam pengembangan organisasi sektor publik.
yang telah ditetapkan. Dari indikator dan tolok
ukur kinerja tersebut kemudian dapat dijabarkan DAFTAR PUSTAKA
dalam rincian anggaran, yang mempakan bagi 1. Australia Indonesia Partnership. 2008.
ketiga pada RKA. Usulan anggaran tersebut Sistem Penganggaran Keuangan di
harus dianggarkan secara wajar. Artinya, Indonesia. Dipresentasikan dalam Pelatihan
anggaran yang diusulkan harus memiliki PEACH kerja sama PPE FE-UGM,
keterkairan logis dengan kegiatan dan tolok IASTP III, dan SofEI, Jayapura.
ukur kinerjanya. Oleh karena itu, untuk 2. Gianakis, GerasimosA., dan Difford P.
menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya McCue. 1999. Local Govemment
82 JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017 : 72 - 82