Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

TEORI EKONOMI MAKRO II

ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR


TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA

Dosen Pengajar :
DR. HARIN TIAWON, MP

Disusun Oleh :
ACHLISH RIDHO ALFITRA
NIM:
BAA 118 072

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019
REVIEW JURNAL

Judul Analysis of the Effect of Inflation, Interest Rates, and Exchange


Rates on Gross Domestic Product (GDP) in Indonesia

Penulis Hatane Semuel & Sthephanie Nurina

Tahun 2015

Reviewer Achlish Ridho Alfitra

Sumber Jurnal https://drive.google.com/file/d/1WfKH9c1inTk2KrD-


Ey1RzagvsVX3OsXt/view

PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan suatu
negara atau wilayah dalam menyediakan kebutuhan ekonomi penduduk. Ekonomi
merupakan cerminan dari perilaku manusia, disebut sebagai “rasional kepentingan diri”.
Rasional kepentingan diri dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan, sewa, bunga,
dan laba yang membuat seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau rendah dapat diukur dengan menghitung
produk domestik bruto (PDB) dari negara yang bersangkutan. Indonesia dapat dikatakan
memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup rentan terhadap gejolak di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat. Namun dalam hal ini Indonesia dianggap memiliki pertumbuhan
ekonomi yang signifikan dan mampu bertahan. Hal ini dapat dilihat oleh stabilitas Indonesia
di tengah krisis global pada tahun 2008, dimana Indonesia mampu melanjutkan
pertumbuhan ekonomi, terutama setelah krisis 2008 berakhir.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami Inflasi melalui GDP, suku bunga melalui
GDP, nilai tukar melalui GDP, suku bunga melalui inflasi dan inflasi melalui nilai tukar. Hal ini
agar kita dapat mengambil keputusan dalam bisnis atau investasi secara tepat.

PEMBAHASAN
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Di dalam jurnal, PDB merupakan indikator yang baik bagi status dan
pengembangan ekonomi makro suatu negara. PDB dapat dilhat dari dua sisi seperti
pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Dalam sumber yang berbeda, PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir
yang diproduksi dalam perekonomian suatu wilayah (domestik) selama kurun waktu tertentu
( biasanya per tahun).
PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu :
1). Pendekatan Pengeluaran, dengan rumus :
PDB = Konsumsi masyarakat + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor-
Impor)
2). Pendekatan Pendapatan, dengan rumus :
PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB)
adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam
periode tertentu
2. Kurs (Nilai Tukar
Di dalam jurnal, Kurs adalah nilai mata uang yang telah dbandingkan dengan mata
uang lain. Nilai tukar dapat dibagi menjadi nilai tukar tetap dan nilai tukar fleksibel. Nilai tukar
tetap sudah diatur oleh pemerintah, sedangkan nilai tukar fleksibel diatur oleh pasar dengan
tanpa pengaruh pemerintah dalam upaya menstabilkan moneter.
Dari sumber yang berbeda, Menurut Nazir (1988:38) Kurs adalah harga satu
satuan mata uang asing dalam uang dalam negeri. Dengan kata lain kurs adalah harga
suatu mata uang jika ditukarkan dengan mata uang lainnya. Nilai tukar yang sering
digunakan adalah rupiah terhadap dollar, karena dollar merupakan mata uang relatif stabil
dalam perekonomian.
Para ekonom membagi kurs dua macam, yaitu :
1). Kurs nominal, yaitu harga relatif dari mata uang dua negara
2). Kurs riil, yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara, yaitu kurs riil yang
dinyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara
untuk barang-barang dari negara lain.
3. Suku Bunga
Dari jurnal, tingkat suku bunga dapat digambarkan sebagai nilai yang diperoleh
dalam upaya nilai yang telah disimpan atau diinvestasikan. Ada suku bunga jangka pendek
dan jangka panjang. Suku bunga jangka pendek dipengaruhi oleh Bank Sentral, sehingga
uang yang dimonopoli sesuai. Suku bunga jangka panjang menunjukkan kondisi
perekonomian dan kemungkinan inflasi.
Dari sumber yang berbeda, menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
4. Inflasi
Di dalam jurnal, Inflasi digambarkan sebagai kenaikan harga secara general,
dimana inflasi menurunkan daya beli dari mata uang. Ada beberapa penyebab inflasi
dimana permintaan agregat meningkat lebih cepat dari penawaran agregat, sehingga
meningkatkan baiaya barang dan jasa. Inflasi memiliki beberapa indikator seperti Indeks
Harga Konsumen dan Indeks Harga Implisit.
Sementara dari sumber lain, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang,
berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka
10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun;
dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas
100% setahun.

HIPOTESIS PENELITIAN DALAM JURNAL


1. Hubungan antara Inflasi dengan PDB
Tingkat inflasi yang rendah tidak akan memiliki dampak signifikan terhadap PDB,
Sebaliknya jika tingkat inflasi tinggi akan menurunkan PDB per kapita dan investor. Jadi
Inflasi memiliki efek pada PDB.
2. Hubungan antara Suku Bunga dengan PDB
Melihat dari titik PDB pandang, bahwa suku bunga adalah salah satu faktor yang
menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara, namun peningkatan suku bunga juga
menunjukkan PDB menyusut. Kabar baiknya adalah bahwa suku bunga tidak memiliki
dampak yang signifikan . Peningkatan suku bunga akan menyebabkan penurunan tingkat
pertumbuhan riil. Kesimpulannya suku bunga memiliki pengaruh pada pertumbuhan
ekonomi
3. Hubungan antara Nilai Tukar dengan PDB
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh oleh pertumbuhan ekspor yang
memadai, sehingga meningkatkan nilai tukar karena meningkatnya permintaan untuk mata
uang nasional. Kesimpulannya nilai tukar memiliki pengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
4. Hubungan antara Suku Bunga dengan Inflasi
Inflasi dan suku bunga saling berkaitan, hal ini sering diungkapkan dalam teori
ekonomi makro. Inflasi merujuk pada tingkat kenaikan harga barang dan jasa. Sementara
suku bunga di Indonesia merujuk pada tingkat suku bunga yang diatur oleh Bank Indonesia,
dikenal sebagai BI Rate atau suku bunga BI. Kesimpulannya suku bunga memiliki pengaruh
terhadap inflasi
5. Hubungan antara Suku Bunga pada Nilai Tukar
Peningkatan suku bunga bisa berdampak pada peningkatan nilai tukar. Pergerakan
suku bunga akan merangsang daya tarik aset, sehingga permintaan untuk aset akan
meningkat dan permintaan uang juga akan meningkat.

METODE PENELITIAN DALAM JURNAL


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kuantitatif. Metode
Kuantitatif didasarkan pada informasi numerik dan biasanya berhubungan dengan analisis
statistik.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan metode dokumentasi. Sumber data inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berasal dari
Bank Indonesia. Dan sumber PDB dari Kementrian Perdagangan RI.
3. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Partial Least Square untuk menguji hipotesis. Model
yang digunakan adalah analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewall Wright dengan tujuan
untuk menjelaskan langsung dan tidak langsung akibat dari beberapa variabel independen
terhadap variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Suku Bunga pada PDB
Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara tingkat suku bunga da PDB atau
tingkat bunga yang lebih tinggi ketika PDB akan menurun. Teori Internasional Fisher Effect
mengatakan bahwa negara-negara dengan tingkat bunga yang tinggi akan diikuti oleh
tingkat inflasi yang tinggi juga. Ketika suku bunga meningkat, maka investasi menurun, dan
sebaliknya. Hal ini karena rasio resiko investasi dan bunga tingkat yang ditawarkan.
Investasi adalah cermin bagi perusahaan untuk menghasilkan suatu produk.Pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan produksi akan tercermin dalam PDB. Peningkatan produksi
dianggap sebagai peningkatan PDB.
2.Pengaruh Nilai Tukar pada PDB
Pertumbuhan ekonomi biasanya disebabkan oleh tingginya tingkat investasi dan
ekspor. Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia mencatat peningkatan ekspor selama
tahun 2013. USD sebagai mata uang transaksi internasional yang digunakan dalam
kegiatan ekspor akan menyebabkan peningkatan konversi mata uang asing ke dalam mata
uang nasional. Peningkatan ekspor dan investasi akan merangsang konversi mata uang
asing transaksi ke dalam mata uang nasional. Dalam hal ini, pemegang mata uang asing
akan memperoleh keuntungan dari selisih nilai tukar karena penyusutan rupiah.
3. Pengaruh Suku Bunga pada Inflasi
Inflasi dapat terjadi ketika jumlah uang yang beredar lebih banyak dibandingkan
barang dan jasa yang ditawarkan atau menyusutnya nilai mata uang. Tingkat bunga yang
tinggi akan mengurangi tingkat investasi, hal ini akan membuat prosuktivitas penurunan
yang berdampak pada output barang dan jasa. Sementara inflasi akan meningkat jika
pasokan barang dan jasa lebih besar dari permintaan.
4. Pengaruh Suku Bunga pada Nilai Tukar
Tingkat suku bunga menentukan nilai tambah mata uang suatu negara. Semakin
tinggi suku bunga suatu mata uang, akan semakin tinggi pula permintaan akan mata uang
negara tersebut. Tingkat suku bunga diatur oleh bank sentral, dan jika dalam jangka
panjang bank sentral selalu menaikkan suku bunga maka trend nilai tukar mata uang negara
tersebut terhadap negara lain akan cenderung naik. Hal ini akan terus berlangsung sampai
ada faktor lain yang mempengaruhi atau bank sentral kembali menurunkan suku bunganya.
Indonesia saat ini menggunakan sistem nilai tukar mengambang atau bebas. Itu adalah
posisi nilai tukar terhadap mata uang asing, terutama USD ditentukan oleh mekanisme
pasar. Dengan demikian, penentuan suku bunga oleh pemerintah tidak lagi mengendalikan
nilai terbesar dalam pembentukan nilai tukar seperti sebelumnya.
5. Pengaruh Nilai Tukar pada Inflasi
Tingkat inflasi yang lebih tinggi di Indonesia, maka nilai tukar rupiah terhadap mata
uang lainnya akan menyusut. Salah satu contohnya adalah kenaikan harga minyak dunia
pada tahun 2005, sehingga bahan bakar nasional juga naik secara perlahan-lahan dan
menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap USD menjadi lemah. Teori PPP (Purchasing
Power Partity) menjelaskan bahwa nilai tukar ditetapkan di negara tergantung pada rasio
harga barang dan jasa suatu negara.

Ketika dilihat dari perhitungan di atas, suku bunga memiliki korelasi positif terhadap
inflasi. Investor memiliki perilaku mereka sendiri dalam menanggapi perubahan suku bunga.
Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi tingkat investasi (Bernanke dan Kuttner, 2003).
Sehingga produktivitas dan output juga menurun, tetap dalam keadaan di mana permintaan
terjadi dan kemudian kelebihan permintaan. Kelebihan permintaan akan berdampak pada
kenaikan harga dan inflasi karena jumlah uang yang beredar tidak seimbang dengan jumlah
barang dan jasa yang ditawarkan (Winardi, 1995). Dalam kasus Indonesia, inflasi memiliki
efek positif pada PDB. Hal ini karena Indonesia mampu mengatasi kelebihan permintaan
dengan mengimpor dari luar negeri. Meningkatkan tingkat impor dapat dilihat dari data yang
diterbitkan oleh Kementrian Perdagangan RI, di mana jumlah impor pada 2010 mencapai
121,690.06, kemudian pada tahun 2011 mencapai 14.786,31 dan terus meningkat
sampai tahun 2012-15.974,25. Peningkatan impor ke kontrol atas tingkat inflasi di
Indonesia, sehingga nilainya tidak melambung dan Indonesia tetap pada tahap inflasi ringan
atau inflasi merayap.

Inflasi Merayap biasanya terjadi di negara berkembang dan sedang dalam masa
pembangunan, sehingga menarik lebih banyak investor yang melihat peluang bisnis di
negara ini. Investasi akan mendorong pembangunan ekonomi suatu negara (Ito, Isard dan
Symasnsky, 1999), sehingga PDB yang akan meningkatkan. Di sisi lain, kenaikan impor
tidak seimbang dengan peningkatan ekspor. Total ekspor Indonesia cenderung menurun
menurut Departemen Perdagangan. Tercatat sejak tahun 2011 total ekspor sebesar
16.958,05, dan 15.835,99 direkam pada tahun 2012, dan terus menurun hingga tahun 2013
itu berdiri di 15.213,98. Peningkatan impor dapat menyebabkan pembayaran defisit.
Pembayaran Defisit neraca merupakan sinyal bahwa telah terjadi aliran dana keluar,
sehingga berdampak pada kelebihan permintaan untuk mata uang asing dalam
perekonomian nasional. Sehingga nilai mata uang domestik melemah terhadap mata uang
asing (Atmaja, 2002). Melemahnya rupiah dapat menyebabkan PDB meningkat karena
aliran investasi asing langsung di Indonesia terus meningkat. Dapat dilihat Indonesia
sebagai peluang bisnis dan merupakan bagian dari negara berkembang dengan inflasi
ringan.

Investasi asing cenderung meningkat dari jumlah USD diinvestasikan oleh Amerika
untuk Indonesia. Direkam pada 2010 sebesar US $ 0,93 miliar pada 2011 sebesar US $ 1,5
miliar, pada 2012 sebesar US $ 1,2 miliar, dan pada 2013 adalah US $ 2,4 miliar (Biro
Koordinasi Penanaman Modal Indonesia). Nilai investasi seperti mata uang asing dijabarkan
ke dalam mata uang domestik kemudian memberikan manfaat lebih sebagai hasil dari valuta
asing, sehingga produksi dapat terus berlanjut dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan
PDB.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara inflasi dan suku bunga terhadap PDB.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tukar dari PDB dan tingkat bunga
pada nilai tukar.

3. Inflasi pengaruh tidak langsung dan mediator yang baik untuk menghubungkan antara
suku bunga dari PDB.

Anda mungkin juga menyukai