Anda di halaman 1dari 15

TEORI KONSUMSI

Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan


konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang
mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :

1. Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
a. Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli
aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup
menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah,
tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat
berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah
pendapatan disposable.
c. Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat
bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi
akan semakin maha. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu,
misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga
semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.

d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future) Faktor-
faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah
tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota
keluarga yang telah bekerja.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian
domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan
pemerintah.

2. Faktor Demografi a.
Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara


menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative
rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk
sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin
besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan
juga makin besar.

Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin


tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi
maka kebutuhan hidupnya makin banyak.

Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran


konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan
lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.

3. Faktor-faktor Non Ekonomi

Factor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah


faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang
dianggap lebih hebat/ideal.
TEORI KONSUMSI MENURUT PARA AHLI
1. Fungsi Konsumsi Keynes

Keynes pada tahun 1930-an membuat tiga asumsi tentang teori konsumsi.
Pertama, dia berasumsi bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal
propersity to consume) yaitu jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah
antara nol dan satu. Asumsi ini menjelaskan pada saat pendapatan seseorang semakin
tinggi maka semakin tinggi pula konsumsi dan tabungannya.

Teori keynes kedua adalah rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika
pendapatan naik. Menurut keynes, proporsi tabungan orang kaya lebih besar daripada
orang miskin. Jika diurutkan dari orang sangat miskin sampai kaya akan terlihat proporsi
tabungan terhadap pendapatan yang semakin meningkat.

Terakhir, pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat


bunga tidak memiliki peran penting. Ini berbeda dengan ekonom klasik yang
beranggapan semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan mendorong tingkat tabungan
dan mengurangi konsumsi.

2. Teori Konsumsi Kuznets

Teori ini merupakan bentuk anomali dari teori fungsi konsumsi Keynes. Anomali
tersebut berhubungan dengan dugaan Keynes tentang kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata turun bila pendapatan naik. Anomali pertama disebutkan secular stagnation
yaitu kondisi depresiasi yang berkepanjangan sampai ada kebijakan fiskal yang
menggeser/menaikkan permintaan agregat.Keadaan ini terjadi pada saat setelah perang
dunia kedua dimana tidak terjadi depresi padahal pendapatan masyarakat setelah
perang meningkat.

Anomali kedua dikemukakan oleh Simon Kuznets yang meneliti data konsumsi
dan pendapatan. Dalam penelitiannya ditemukan rasio antara konsumsi dengan
pendapatan ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi kenaikan
pendapatan. Kedua anomali tersebut membuktikan fungsi konsumsi Keynesian berlaku
untuk data rumah tangga atau jangka pendek, sedangkan jangka panjang fungsi
konsumsi cenderung bersifat konstan.
3. Teori Konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup (life cycle hypothesis)

Ando, Brumberg, dan Modigliani (abad 18) memiliki hipotesis bahwa faktor sosial
ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsi orang tersebut. Mereka
membagi tiga bagian pola konsumsi berdasarkan umur seseorang seperti pada grafik
dibawah ini.

Grafik Siklus Hidup


C

Bagian I adalah umur0 sampai dengan t0 seseorang mengalami dissaving dimana


orang tersebut belum memiliki pendapatan akan tetapi ia perlu konsumsi. Umur t0
sampai t1, orang masih melakukan dissaving karena konsumsi yang lebih besar daripada
pendapatan. Bagian II adalah umur t1 sampai dengan t2 seseorang mengalami saving
dimana pendapatan lebih besar daripada konsumsi. Untuk bagian III adalah umur t2
dimana orang kembali melakukan dissaving. Ia tidak cukup lagi menghasilkan
pendapatan yang cukup untuk menutupi pengeluaran.
Fungsi konsumsi dari teori ini adalah
C = aW
a adalah MPC yang nilainya tergantung dari umur, selera, dan tingkat bunga,
sedangkan W dipengaruhi oleh nilai sekarang penghasilan dari kekayaan, nilai
sekarang penghasilan dari balas jasa kerja, dan nilai sekarang penghasilan dari upah
yang diharapkan diterima seumur hidup.
Secara spesifik fungsi konsumsinya sebagai berikut:

Di mana C adalah pengeluaran konsumsi, a adalah MPC, A adalah kekayaan, YL


adalah penghasilan dari kerja, YLE adalah penghasilan yang diharapkan seumur hidup
sejak tahun ini, dan T adalah sisa umur seseorang dihitung dari saat ini

4. Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen (permanent income


hypothesis)
M Friedman (1957) menjelaskan perilaku konsumsi dengan menggunakan
hipotesis pendapatan permanen. Dalam hipotesisnya, pendapatan masyarakat dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.
Pendapatan permanen adalah pendapatan yang diharapkan orang untuk terus
bertahan dimasa depan. Pendapatan sementara (pendapatan transitoris) adalah
bagian pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan. Nilai pendapatan ini kadang
positif dan kadang negatif.

Ukuran pendapatan sendiri merupakan penjumlahan dan pendapatan


permanen dan pendapatan sementara atau secara matematis ditulis: Y = Yp + Yt

Dimana Y adalah pendapatan yang terukur, Yp adalah pendapatan permanen,


dan Yt adalah pendapatan sementara.

Untuk itu, Friedman beralasan bahwa konsumsi seharusnya tergantung pada


pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan pinjaman
untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan sementara.
Jadi fungsi konsumsi menurut Friedman adalah sebagai berikut:
C=αYP
Dimana α adalah konstanta yang mengukur bagian pendapatan permanen
yang dikonsumsi.

5. Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (relative income hypothesis)


James Duesenberry mengemukakan tentang teori konsumsi dengan hipotesis
pendapatan relatif dengan menggunakan dua asumsi, yaitu :
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya
pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang
dilakukan oleh orang sekitarnya (tetangganya).
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran seseorang
pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat
penghasilan mengalami penurunan.

Kedua asumsi tersebut menjadi dasar Duesenberry dalam merumuskan teori


konsumsi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Fungsi jangka panjang
Deusenberry menggunakan asumsi pertama, dimana konsumsi seseorang sangat
dipengaruhi pola konsumsi masyarakat sekitar. Akibatnya dalam jangka panjang,
kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengubah distribusi
penghasilan seluruh masyarakat.

Deusenberry menggunakan asumsi kedua dalam menurunkan fungsi konsumsi


jangka pendek. Menurutnya, besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh
besarnya penghasilan tertinggi yang pernah diperoleh. Proporsi kenaikan pengeluaran
konsumsi pada saat penghasilan naik lebih besar nilainya dibandingkan proporsi
penurunan pengeluaran konsumsi pada saat penghasilan turun.

6. Model Pilihan-Antar Waktu Fisher (Fisher’s model intertemporal choice)

Model pilihan antar waktu diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher


menganalisa tentang seberapa rasional para konsumen dalam membuat pilihan antar
waktu (melakukan pilihan dalam periode waktu yang berbeda. Apabila semakin
banyak yang dia konsumsi saat ini, maka akan semakin sedikit yang bisa dia konsumsi
di masa yang akan datang. Model ini melihat halangan-halangan yang dihadapi oleh
konsumen dan bagaimana mereka memilih antara konsumsi dan tabungan.

Dalam teorinya, Fisher menjabarkannya beberapa hal mengenai konsumsi


seseorang. Adapun penjabarannya tersebut: pertama, konsumen harus memilih
kombinasi dibawah garis anggaran. Kedua, konsumen akan memilih kombinasi
konsumsi yang diinginkan disepanjang kurva indiferen. Ketiga, konsumen akan
berusaha mencapai tingkat kurva indiferen yang setinggi-tingginya, yaitu mencapai
kondisi optimum. Keempat, konsumen akan menaikkan tingkat konsumsinya jika
pendapatannya juga meningkat, Kelima, perubahan suku bunga riil membuat
perubahan kombinasi konsumsi. Yang terakhir, meminjam dan menabung akan
mempengaruhi konsumsi saat ini maupun yang akan datang.
Teori Investasi

Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana yang digunakan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi guna menambah kemampuan
produksi barang dan jasa saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Investasi pada financial assets, bisanya dilakukan di pasar uang, contohnya berupa
sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, commercial paper dan sebagainya.
Atau bisa juga dilakukan di pasar modal, seperti misalnya berupa obligasi, saham,
waran, opsi dan sebagainya.
b. Investasi pada real assets, dilakukan dalam bentuk pendirian pabrik, pembelian
assets produktif, pembukaan perkebunan, dan pembukaan tambang.

Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Investasi

Setiap investor melakukan investasi atas dasar resionalitas, oleh karenanya ada faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat investasi, yaitu:

1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan

Perkiraan keuntungan dari investasi yang akan dilakukan akan sangat mempengaruhi
tingkat investasi, para investor akan melihat kondisi perusahaan terlebih dahulu
sebelum melakukan investasi agar tingkat keberhasilannya dapat diprediksi. Kondisi
perusahaan tersebut terdiri dari:

1) Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan merupakan faktor-faktor yang langsung berada di bawah


kontrol perusahaan, misalnya kualitas SDM, teknologi yang digunakan dan tingkat
efisiensi.

2) Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal ini lebih kepada keadaan diluar perusahaan, seperti


misalnya pertumbuhan ekonomi, kebijakan pemerintah serta faktor sosial politik.

2. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga juga ikut mempengaruhi investor untuk melakukan investasi,
semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan semakin mahal biaya investasi. Investor
hanya akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar dari investasi
awal.
3. Efisiensi Investasi Merginal

Berdasarkan jumlah modal yang akan diinvestasikan dan tingkat pengembalian modal
yang diperkirakan akan diperoleh, analisi makro ekonomi membentuk suatu kurva
yang dinamakan efisiensi investasi marginal (Marginal Eficiency of Investment, MEI).
Marginal Eficiency of Investment (MEI) adalah suatu kurva yang menunjukan
hubungan antara besarnya tingkat pengembalian modal dengan jumlah modal yang
diinvestasikan. Perhatikan kurva MEI berikut ini.

Dari peraga di atas dapat diterangkan bahwa sumbu tegak menunjukan tingkat
pengembalian investasi dan sumbu darar menunjukan jumlah investasi yang akan
dilakukan. Titik P menyatakan pada tingkat pengembalian sebesar R0, dibutuhkan
investasi sebesar I0. Demikian pula dengan titik Q dan R. Berarti untuk menghasilkan
tingkat pengembalian investasi sebesar R0, R1 dan R2 atau lebih diperlukan investasi
sebesar I0, I1, dan I2.

4. Suku Bunga dan Tingkat Investasi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tingkat bunga mempengaruhi besarnya investasi


yang akan dilakukan. Investasi hanya akan dilakukan jika tingkat pengembalian modal
lebih besar daripada suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya
investasi perlu penghubungan kurva MEI dengan suku bunga. Perhatikan peraga
berikut ini:
Dari peraga diatas, dititik A pada suku bunga sebesar r0, terdapat investasi pada suku
bunga sebesar I0 yang mempunyai tingkat pengembalian sebesar r0 atau lebih.
Demikian pula titik B dan C. Makin rendah tingkat bunga, makin banyak investasi
yang dilakukan.

Investasi Menurut Para Ahli

1. Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi
dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan
penduduk, makin cepat perkembangan volume stok kapital rata-rata per tenaga kerja.
Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per
tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow dan Swan memusatkan perhatiannya pada
bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output
saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi


sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan Keynes, dimana
beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam menciptkan pertumbuhan
ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang bahwa pembentukan modal dianggap
sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk
menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu
dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian
tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang
lebih besar.

 Pengertian investasi menurut Haming dan Basalamah

investasi ialah pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva real (tanah,
rumah, mobil, dan lain-lain) atau juga aktiva keuangan mempunyai tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar lagi dimasa yang mendatang, selanjutnya
dikatakan juga investasi ialah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan
sumber-sumber (dana) yang digunakan untuk mengadakan barang modal pada saat
sekarang, dan dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di
masa yang akan datang

 Pengertian investasi menurut Mulyadi

Investasi ialah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk mendapatkan


hasil laba di masa yang akan datang

 Pengertian investasi menurut Sadono Sukirno

Investasi diartikan ialah sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam


suatu modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan juga
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan juga jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

 Pengertian Investasi menurut James C Van Horn

kegiatan yang dilangsungkan ialah dengan memanfaatkan kas pada sekarang ini,
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil barang di masa yang akan datang

 Pengertian Investasi menurut Henry Simamora

Investasi ialah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk menambahkan
atau pertumbuhan kekayaannya melalui distribusi hasil investasi (misal pedapatan
bunga, royalty, deviden, pendapatan sewa dan lain -lain ), untuk apresiasi nilai
investasi, atau juga untuk manfaat lain bagi suatu perusahaan yang berinvestasi,yang
seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang.

 Pengertian Investasi menurut Fitz Gerald

aktivitas ialah berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber yang dipakai untuk
mengadakan modal barang pada saat sekarang. Barang modal tersebut kemudian
akan menghasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Fitz Gerald juga
kemudian mengungkapkan bahwa investasi ialah aktivitas yang berkaitan dengan
usaha penarikan sumber-sumber untuk yang dipakai untuk mengadakan suatu
barang. Dari modal itulah makan akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang

 Pengertian investasi menurut Sunariyah


Investasi ialah penanaman modal untuk satu ataupun lebih aktiva yang dimiliki dan
juga biasanya berjangka waktu lama dengan harapan untuk mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang.
Teori Expor

Ekspor merupakan salah satu bagian dari perdanganan internasional. Dalam hal ini ekspor
memiliki pengertian yakni kegiatan perdagangan yang dilakukan untuk menjual barang
ataupun jasa keluar negeri, dalam upaya untuk memperoleh keuntungan. Masyarakat
Indonesia sendiri telah akrab dengan istilah perdagangan dan teori perdagangan
internasional menurut para ahli . Bahkan sebagian besar masyarakat kita juga berprofesi
sebagai pedagang, baik pedagang skala kecil ataupun menengah hingga skala besar. Inilah
mengapa perdagangan menjadi salah satu indistri yang paling berpengaruh bagi
perekonomian negeri ini.

Dengan melihat kondisi diatas tentu ekspor sendiri memiliki arti yang penting dan bukan
menjadi faktor penyebab inflasi . Dalam hal ini, ekspor akan mampu menunjukkan produk
unggulan yang menjadi salah satu sumber pendapatan dan devisa negara. Dilain hal, ekspor
juga merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Pencapaian
angka ekspor yang tinggi menunjukkan bahwa negara kita memberikan pengaruh yang
cukup dominan dalam pasar dan perdagangan internasional.

Terlepas dari itu semua, tentunya juga membuat beberapa teori mengenai ekspor
berkembang di masyarakat simak juga dampak inflasi . Keberadaan teori ini tentu dapat
mempermudah kita semua untuk lebih memahami dan mengkaji lebih dalam mengenai
ekspor. Berikut 2 teori ekspor menurut para ahli yang wajib diketahui. Simak selengkapnya.

1. Teori Keunggulan Komparatif (Theory Of Conparatuve Advantage)

Teori pertama mengenai ekspor yang dikemukakan ahli ialah teori keunggulan komparatif.
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, ia menyatakan bahwa
perdagangan internasional atau ekspor dapat terjadi apabila terdapat perbedaan keunggulan
komparatid dari setiap negara. Keunggulan komparatif ini dapat dicapai apabila sebuah
negara mampu memproduksi sejumlah barang dengan volume besar namun dengan biaya
yang lebih kecil dibandingkan dengan negara lain.

Sebagai contoh, dalam kasus dimana Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi Kopi
dan Timah. Indonesia dengan sumber kekayaan alam yang melimpah mampu memproduksi
kopi dengan biaya lebih rendah dari Malaysia. Namun, Indonesia tidak mampu memproduksi
timah secara efisien dan lebih murah dari Malaysia. Sebaliknya Malaysia mampu
memproduksi Timah lebih murah dari Indonesia, namun tidak mampu memproduksi kopi
yang lebih murah dan efisien simak juga penyebab ekonomi lemah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Indonesia memiliki keungulan komparatif dalam hal
mempoduksi kopi di banding Malaysia. Sedangkan Malaysia memiliki keunggulan komparatif
dalam hal memproduksi timah. Dalam hal ini perdagangan internasional antara kedua
negara dapat berlangsung jika mereka bertukar kedua komoditas tadi. Yakni Indonesia
mengirimkan Kopi ke Malaysia dan sebaliknya Malaysia mengirimkan timah ke Indonesia.

Teori ini memandang bahwa sebuah negara dapat menghasilkan banyak keuntungan dengan
menjual keunggulan komparatif yang dimilikinya ke negara lain simak juga faktor
penghambat pertumbuhan ekonomi . Selain itu, pendapatan yang diperoleh juga dapat
berasal dari spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktifitas dan efisiensi
tinggi. Dalam hal ini, tentunya faktor utama penentu adalah jumlah Sumber daya alam dan
sumbet daya manusia yang mampu mengolah dengan biaya kecil namun menghasilkan
volume yang lebih besar ketimbang negara lain.

2. Teori Keunggulan Kompetitif

Teori ini dikembangkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1990 dalam sebuah bukunya yang
berjudul “The Competitive Advantage Of Nation” . Ia berpendapat bahwa terdapat empat hal
yang menyebabkan perusahaan dapat saling berkompetisi sehingga memunculkan adanya
keunggulan kompetisi. Keempat hal tersebut antara lain adalah :

 Kondisi Faktor Produksi (Factor Conditions)

Kondisi ini yakni posisi dimana suatu negara dalam faktor produksi (tenaga kerja
terampil, infrastruktur dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dengan
industri tertentu. Dalam hal ini untuk dapat memenangkan kompetisi tentu faktor
produksi yang ada harus dimaksimalkan sedemikian rupa. Karena jika terdapat nilai
minus pada salah satu faktor saja maka tidak akan mungkin anda dapat menghasilkan
produk yang mampu bersaing di pasar global.

Seperti yang kita tahu bahwa, untuk dapat masuk ke pasar global tentu saja anda
harus memiliki keunggulah dibandingkan dengan perusahaan lain. Mengingay
standar kompetisi semakin tinggi, maka tentu untuk dapat memenangkannya kita
harus mampu memaksimalkan faktor produksi yang ada. Jangan sampai terdapat
kekeliruan dan bahkan kesalahan yang akan berakibat pada kalahnya kita dalam
kompetisi merebut pasar internasional.

 Kondisi Permintaan (Demand Conditions)

Kondisi ini merupakan kondisi dimana terdapaf sifat permintaan domestik terhadap
barang dan jasa pada industri tertentu. Artinya bahwa, sebuah produk atau jasa tidak
selalu memiliki timgkat permintaan yang tinggi dipasaran. Dalam hal ini sebelum
mampu melakukan ekspor tentu kita harus mempertimbangkan kondisi pasar
domestik. Dimana jika pemenuhan produk tersebut telah dikatakan cukup bagi pasar
domestic maka tentu produk atau jasa tersebut dapat diekspor keluar.

Dalam hal ini, terkadang barang atau jasa yang di produksi tidak cukuo diminati oleh
pasar domestic. Namun lain halnya ketika produk dan jasa tersebut dijual ke pasar
global. Nyatanya produk tersebut amat diminati. Tentunya dalam hal ini kemampuan
dalam membaca kondisi permintaan pasar haruslah relavan dan sesuai dengan
kenyataan.

 Industri Terkait dan Industri Pendukung (Related and Supporting Industries)

Dalam hal ini keberadaan dan ketiadaan industri pemasok dan industri terkait yang
kompetitif secara internasional di negara tersebut juga menjadi salah satu hal yang
berpengaruh dalam ekspor. Keberadaan industri pemasok dan terkait akan sangat
mendukung, Apalagi jika kedua industri tersebut mampu berkompetisi dalam pasar
global. Tentunya peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama
dalam memperoleh pasar yang semakin luas dan besar dalam pasar internasional
simak juga contoh tenaga kerja terampil.

 Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan

Merupakan kondisi dalam negeri yang menentukan bagaimana perusahaan-


perusahaan dibentuk, diorganisasi, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.
Dalam hal ini, peranan semua struktur perusahaan dan pemerintah sangat terkait.
Dalam upaya menciptakan perusahaan yang mampu bersaing secara domestik.
Sehingga akan mampu memenangkan persaingan dan tampil pada pasar global.

Anda mungkin juga menyukai