Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PAJAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PEREKONOMIAN NEGARA

TUGAS
Mata Kuliah : Ekonomi Publik
Dosen Pengampu :
Riska Aulia Noor S.AB M.AB

Oleh :
Akhmad Rizki Sahrizal
NPM. 2201020458

Jurusan : Ilmu Administrasi


Program Studi : Ilmu Administrasi Publik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Masalah ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3


A. Pengaruh Pajak Terhadap Produksi ................................................................3
B. Pengaruh Pajak Terhadap Distribusi Pendapatan ...........................................10
C. Pengaruh Pajak Terhadap Keinginan untuk Bekerja.......................................12
D. Kriteria Tarif Pajak..........................................................................................14

BAB III PENUTUP ............................................................................................18


A. Kesimpulan .....................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu trading topic pembicaraan masyarakat saat ini adalah pajak.
Di samping karena memang kewajiban sebagai warga negara, pajak menjadi
perbincangan lantaran adanya kasus besar yang berhubungan dengan pajak.
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang di
gunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting
dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri
bahwa sulitnya negara melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib
pajak yang tidak di patuh dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan
tersendiri. Pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan memberikan
peringatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan
tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak bahkan
tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.
Menurut Sadono Sukirno (2006), pertumbuhan ekonomi adalah
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang meningkatkan barang dan
jasa yang diproduksi dalam masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Artinya yaitu dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat
maka semakin baik pula pembangunan ekonomi suatu negara hal tersebut
merupakan tolak ukur keberhasilan suatu negara.
Namun hal tersebut bukan lah satu satunya indikator yang menilai
keberhasilan suatu negara. Oleh karena untuk meningkatkan pertumbuhan
suatu perekonomian maka pemerintah harus mempertegas masyarakat untuk
membayar pajak. Dalam perannya pemerintah dibekali dua kebijakan
ekonomi makro yang terwujud dalam dua instrument utama, yaitu kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan ekonomi makro didefenisikan
sebagai penetepan tujuan oleh pemerintah terhadap perekonomian negara dan
penggunaan instrument pengendalian untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh pajak terhadap produksi ?
2. Bagaimana pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan ?
3. Bagaimana pengaruh pajak terhadap keinginan untuk bekerja ?
4. Apa saja kriteria tarif pajak ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap produksi.
2. Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap keinginan untuk bekerja.
4. Untuk mengetahui kriteria tarif pajak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGARUH PAJAK TERHADAP PRODUKSI


1. Pengaruh Pajak terhadap Produksi sebagai Keseluruhan
Pengaruh pajak terhadap produksi dapat dibagi dalam pengaruhnya
terhadap produksi sebagai keseluruhan dan komposisi produksi. Pengaruh
terhadap produksi sebagai keseluruhan berlangsung melalui pengaruh-
pengaruhnya terhadap kerja, tabungan dan investasi. Kemudian lebih jauh
lagi kita melibat pengaruh-pengaruh pajak terhadap kerja, tabungan dan
keinginan untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi.
Apabila investasi dapat diarahkan dengan baik, maka akan dapat
membuat pekerjaan lebih produktif. Investasi ini dapat berupa investasi
materiil maupun investasi kemanusiaan (material investment maupun
human investment). Investasi materiil memberikan kepada para pekerja
alat-alat materiil untuk dapat bekerja lebih produktif dan lebih efisien.
Investasi ini dapat berbentuk bangunan-bangunan, mesin-mesin, alat-alat
angkutan, tenaga listrik dan sebagainya. Sedangkan investasi dalam bidang
kemanusiaan akan dapat membuat para pekerja lebih efisien sebagai salah
satu faktor produksi. Investasi dalam bentuk ini dapat dalam bentuk
tingkat kesehatan yang lebih baik, skill, pengetahuan khusus dan
sebagainya.
Investasi yang bersifat kemanusiaan maupun invertasi materiil
hanya mungkin terjadi bila ada tabungan dalam masyarakat. Tetapi
hendaklah dimengerti bahwa besarnya tabungan dan besarnya invertasi
tidak secara otomatis akan sama. Kadang-kadang terjadi bahwa tabungan
lebih tinggi dari pada investasi, maka akibat ialah akan terjadi
pengangguran (under employment), perusahaan-perusahaan menjadi isu,
harga-harga akan menurun. Sehingga akan terjadi deflasi. Sebaliknya
dapat pula terjadi bahwa investasi lebih tinggi dari pada tabungan.
Akibatnya terjadi kenaikan harga dan investasi, dan perusahaan-

3
perusahaan mendapatkan untung. Yang kita inginkan adalah
perekonomian pada kesempatan kerja penuh (full-employment) tanpa
inflasi maupun deflasi.
2. Pengaruh Pajak terhadap Kemampuan untuk Bekerja, Menabung,
dan Berinvestasi
Kemampuan setiap orang untuk bekerja akan berkurang apabila ia dikenai
pajak yang dapat mengurangi efisien kerjanya. Oleh karena itu suatu pajak
yang dikenakan kepada masyarakat hanya akan menurunkan tingkat
penghasilan yang rendah dalam suatu masyarakat hanya akan menurunkan
tingkat efisiensi baik bagi golongan orang-orang dewasa maupun golongan
anak-anak pada masa yang akan datang. Pendapat ini dapat diterapkan
pada pajak langsung yang dikenakan pada golongan yang penghasilannya.
Juga dapat pula diterapkan pada pajak tidak langsung yang dikenakan pada
barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Suatu masalah yang perlu kita perhatikan ialah bagaimana cara
menentukan suatu batasan sehingga kita dapat mengetahui bahwa pajak
yang dikenakan akan dapat mengurangi tingkat efisiensi kerja wajib pajak.
Tetapi walau bagaimana juga akan selalu ada suatu golongan dalam
masyarakat yang memiliki penghasilan yang lebih rendah dari pada yang
lain. Sehingga kita akan menyetujui kiranya bila kita membedakan pajak
bagi golongan penghasilan rendah dan kalau mungkin membebaskan dari
pajak dan bahkan memberikan subsidi, sehingga dapat diharapkan adanya
peningkatan dalam efisiensi kerja wajib pajak atau paling tidak harus tidak
mengurangi efisiensi wajib pajak.
Kemampuan untuk mengadakan tabungan jelas akan berkurang
dengan adanya pajak yang dikenakan pada wajib pajak. Orang yang
terkena pajak pendapatan kemampuannya untuk menabung akan
berkurang sebesar marginal propensity to save-nya (mps) dikalikan dengan
besarnya pajak yang dikenakan. Bagi orang-orang yang tergolong
mempunyai penghasilan yang rendah pengenaan pajak tidak akan
mengurangi kemampuannya untuk menabung, karena memang biasanya

4
mereka mengurangi kemampuannya untuk menabung, karena memang
biasanya mereka sudah tidak mempunyai tabungan walaupun belum
dikenakan pajak. Sehingga kalau ia dikenai pajak tidak akan mengurangi
tabungannya melainkan akan dikurangkan dari konsumsinya. Dengan
alasan yang demikian adalah masuk akan kalau dikatakan bahwa pajak
yang dikenakan pada golongan yang penghasilannya tinggi akan
mengurangi kemampuannya untuk menabung. Hendaknya diperhatikan
lebih lanjut bahwa pajak tidak hanya ditarik dari para individu saja
melainkan juga dari perusahaan-perusahaan dan sebagainya. Pengenaan
pajak terhadap keuntungan perusahaan menang memang akan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk menabung tetapi pengaruhnya akan
dirasakan lebih lunak dari pada kalau para individu yang dikenai pajak.
Kemampuan untuk mengadakan investasi mengadakan investasi
tergantung pada sumber-sumber dana yang akan digunakan untuk
mengadakan investasi itu. Jelaslah kiranya bahwa kemampuan untuk
mengadakan investasi ini akan berkurang dengan adanya pajak
mengurangi kemampuan untuk mengadakan tabungan. Karena tabungan
adalah sumber dana untuk investasi maka dengan sendirinya kemampuan
untuk mengadakan investasi juga akan berkurang bila kemampuan untuk
menabung berkurang dengan adanya pajak.
3. Pengaruh Pajak terhadap Kemauan untuk Bekerja, Menabung, dan
Berinvestasi
Sekarang kita beralih dari pertimbangan efisiensi ke pertimbangan
insentif atau dengan kata lain kita beralih dari pertimbangan-pertimbangan
mengenai pengaruh perpajakan terhadap kemampuan untuk bekerja,
menabung dan berinvestasi ke pertimbangan-pertimbangan mengenai
pengaruh perpajakan terhadap keinginan untuk untuk bekerja, menabung
dan mengadakan investasi.
Pada umumnya dianggap bahwa pajak mempunyai pengaruh yang
bersifat disinsentif artinya ialah mengurangi keinginan untuk bekerja,
menabung dan mengadakan investasi dari wajib pajak. Tetapi kalau kita

5
teliti secara lebih mendalam, maka masalah pengaruh pajak terhadap
keinginan untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi tidak
begitu sederhana seperti dibayangkan oleh orang-orang pada umumnya.
Perlu ditambahkan di sini bahwa hanya pajak yang mempunyai
sifat dikenakan secara terus menerus akan berpengaruh terhadap keinginan
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebagai contoh
adalah pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.
Untuk pajak-pajak pada umumnya, kita misalkan bahwa ada
penghapusan pemungutan pajak sedangkan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah tetap dipertahankan. Kemungkinan pemerintah dapat menutup
semua pengeluaran-pengeluaran dari sumber penerimaan yang lain
misalnya dari Perusahaan-perusahaan Negeri atau dari hadiah-hadiah dari
Luar Negeri. Kalau keadaan yang demikian ini terjadi/berlangsung secara
tidak membayar dan akan merasakan bahwa hidupnya lebih mudah.
Dengan tidak membayar pajak, para wajib pajak yang semula membayar
pajak merasa bahwa penghasilannya yang siap untuk dikonsumsikan
(disposable income) menjadi bertambah besar. Hal ini dapat menyebabkan
orang-orang yang bersangkutan cenderung untuk kurang giat bekerja.
Mereka juga akan memiliki kelebihan penghasilan di atas konsumsi
mereka, sehingga mereka akan memiliki lebih banyak tabungan. Tetapi
bagi mereka yang masih berada pada golongan penghasilan yang relatif
rendah, dengan tidak adanya pajak yang dikenakan atas mereka
menyebabkan mereka di samping cenderung untuk menambah
tabungannya secara absolut juga akan menambah konsumsi konsumsinya
untuk memperbaiki standar hidup nya. Dengan adanya kemungkinan
tabungan yang menjadi lebih banyak maka investasi kemungkinan juga
akan bertambah.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bagi sebagian besar
orang pajak bukan menimbulkan suatu disinsentif untuk bekerja melainkan
justru sebaliknya ialah menimbulkan suatu insentif untuk bekerja yaitu
menyebabkan mereka lebih giat dari pada kalau tidak ada atau sebelum

6
adanya pajak. Sedangkan pajak dapat menimbulkan adanya suatu
disinsentif baik untuk mengadakan tabungan maupun untuk mengadakan
investasi
Segala yang telah kita bicarakan di atas adalah bagi pajak-pajak
pada umumnya. Tetapi tidaklah selalu benar bahwa setiap kenaikan pajak
bagi suatu jenis pajak tertentu akan memberikan insentif dan disinsentif
untuk bekerja lebih giat. Juga tidak selalu setiap ada kenaikan pajak bagi
suatu jenis pajak tertentu akan menimbulkan suatu disinsentif untuk
menabung maupun untuk mengadakan investasi. Mungkin sekali bahwa
perubahan tingkat pajak dalam jumlah yang kecil akan memiliki pengaruh
yang berbeda dengan adanya perubahan tingkat pajak dalam jumlah yang
cukup besar. Pada umumnya perubahan jumlah pajak yang sedikit saja
akan mempunyai pengaruh yang tidak berarti terhadap insentif untuk
menabung dan berinvestasi.
4. Pengaruh Pajak terhadap Komposisi Produksi
Sejauh ini telah membicarakan bagaimana pajak dapat mempengaruhi
produksi sebagai keseluruhan melalui pengaruhnya terhadap kemampuan
dan keinginan untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sekarang perlu kiranya kita memperbincangkan bagaimana pengaruh
pajak terhadap Komposisi dan pola produksi dalam perekonomian.
Pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam penggunaan
faktor produksi, yaitu penggunaan yang seharusnya dapat menghasilkan
produksi yang maksimum menuju ke arah penggunaan yang dikenakan jangan
sampai mengakibatkan adanya penyimpangan penggunaan faktor-faktor
produksi atau kalau memang tidak dapat dihindarkan, pajak yang dikenakan
dalam perekonomian jangan sampai menimbulkan terlalu banyak
penyimpangan-penyimpangan. Pertanyaan yang timbul ialah macam pajak
yang bagaimana dapat menimbulkan banyak penyimpangan yang minimum
dalam penggunaan faktor-faktor produksi.
Pajak yang dapat menyebabkan adanya penyimpangan dalam penggunaan
faktor-faktor produksi terutama ialah pajak yang dikenakan terhadap

7
keuntungan-keuntungan yang tidak diharapkan, peningkatan nilai tanah, dan
juga pajak yang dikenakan kepada monopolist yang ternyata tidak
mengakibatkan di ubahnya jumlah dan harga barang-barang yang dihasilkan
oleh seorang monopolist tersebut.
Sekarang kita lihat bagaimana proses terjadi nya penyimpangan tersebut.
Misalkan seseorang yang memiliki faktor-faktor produksi sendiri dan
digunakan pada suatu kegiatan prosuksi tertentu. Kalau kegiatan prosuksi itu
ternyata merupakan obyek pajak pemerintah maka si pemilik faktor tersebut
akan berusaha untuk menghindari pemungutan pajak dengan cara
mengalihkan faktor prosuksi yang di miliki dari penggunaan pada kegiatan-
kegiatan yang merupakan obyek pajak ke kegiatan-kegiatan yang ternyata
tidak menjadi sasaran pemungutan pajak, atau kegiatan tersebut juga dikenai
pajak yang dikenakan lebih ringan. Mengenai sampai seberapa jauh pengaruh
pemungutan pajak terhadap beralih nya penggunaan faktor-faktor produksi
dari kegiatan-kegiatan yang di kenali pungutan pajak ke kegiatan yang lain,
dan juga mengenai seberapa banyak jumlah produksi barang-barang yang
dihasilkan pada kegiatan-kegiatan yang dijadikan obyek pajak itu akan
berkurang akan tergantung pada tinggi rendahnya elastisitas permintaan dan
penawaran terhadap barang-barang yang di hasilkan tersebut.
Jadi suatu kegiatan yang menghasilkan suatu barang yang dikenai pajak
penjualan belum tentu mengalami suatu penurunan produksi yang di ikuti oleh
adanya penurunan dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada kegiatan
tersebut dan kemudian dialihkan kepada penggunaan-penggunaan lain dimana
kegiatan yang lain ini tidak dikenai pajak atau dikenai pajak tetapi dengan
tingkat yang lebih ringan. Katakanlah kalau permintaan akan barang yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan itu adalah elastis sempurna, maka dalam hal ini
produsen barang tersebut tidak akan dapat menggeserkan seluruh beban pajak.
Sehingga dalam hal ini tidak perlu ada penggeseran dalam penggunaan faktor-
faktor produksi dari kegiatan-kegiatan yang dikenai pajak. Oleh karenanya
sering disarankan dalam teori bahwa kalau elastisitas permintaan akan barang
yang dihasilkan oleh suatu kegiatan tinggi, maka sebaiknya dikenakan pajak

8
yang paling ringan. Sedangkan kalau elastisitas permintaan akan barang yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan itu rendah, maka sebaiknya pajak yang
dikenakan lebih berat. Ini semua dimaksudkan agar pengaruh dari pajak yang
dikenakan itu tidak banyak berbeda satu sama lain terhadap penggunaan dari
pada faktor-faktor produksi.
Di samping bertujuan agar pengaruh pajak terhadap pergeseran
penggunaan faktor-faktor produksi, sedikit mungkin terdapat pula pajak yang
dimaksudkan untuk sebanyak mungkin dapat menggeser penggunaan faktor-
faktor produksi dari penggunaan yang satu kepada penggunan yang satu
kepada penggunaan yang lain lebih efisien.
Sebagai contoh adalah pajak yang dikenakan pada minimum keras. Disini
diharapkan bahwa akibat dari pengenaan pajak itu akan mengurangi konsumsi
masyarakat akan minuman keras tersebut. Juga pajak yang tinggi yang
dikenakan pada barang-barang mewah ini diharapkan akan menurunkan
konsumsi barang-barang merah tersebut, sehingga akan terjadi penggeseran
penggunaan faktor-faktor produksi dari sector produksi barang-barang
esensial atau impor barang-barang esensial.
Apa yang telah kita bicarakan mengenai penyimpangan/penggeseran
faktor-faktor produksi adalah penggeseran dari suatu penggunaan ke
penggunaan yang lain. Kemudian kita bicarakan sekarang mengenai
pergeseran faktor-faktor produksi dari sektor yang lain atau dari daerah satu ke
daerah yang lain sebagai akibat dari adanya pajak.
Sebagai contoh pajak dikenakan pada kekayaan penduduk yang tinggal di
kota besar, sedangkan bagi penduduk yang tinggal di kota-kota kecil tidak
dikenai pajak. Akibat dari hal ini ialah bahwa ada kecenderungan bagi
penduduk kota-kota besar untuk pindah tempat tinggal dari kota-kota besar
tersebut ke kota-kota yang lebih kecil. Juga kalau misalkan ada pajak yang
dikenakan pada industri-industri yang didirikan di kota kecil tidak dikenai
pajak, ini dimaksudkan untuk mendorong pembangunan ekonomi (industri) di
kota-kota kecil. Akibatnya akan terjadi perpindahan faktor-faktor produksi

9
dari kota-kota besar ke kota-kota kecil karena adanya pajak yang dikenakan
pada industri-industri yang akan didirikan di kota-kota besar.

B. PENGARUH PAJAK TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN


Baik atau tidaknya suatu kebijakan haruslah dipertimbangkan dari
beberapa segi. Hendaknya kita ketahui pula bahwa tujuan pembangunan suatu
Negara pada umumnya adalah berupa peningkatan pendapatan nasional
perkapita, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan yang lebih merata
dan keseimbangan dalam neraca pembayaran internasional. Keempat tujuan
umum pembangunan ini tidak selalu sejalan dan selaras dalam pencapaiannya,
melainkan sering kali untuk mencapai tujuan yang satu terpaksa harus
mengurangi keberhasilan dari tujuan yang lain. Sebagai contoh untuk
mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi sering kali terjadi adanya
oleh teori ini ialah bahwa dengan distribusi pendapatan yang tidak merata
maka ada golongan yang kaya dan ada golongan yang miskin dalam suatu
perekonomian. Dari teori ekonomi makro, kita tahu bahwa semakin tinggi
tingkat pendapatan semakin rendah hasrat untuk mengadakan konsumsi
tambahan (mpcnya rendah). Dengan demikian dapat diharapkan bahwa
kelompok kaya inilah yang sanggup membentuk tabungan dan kemudian
bahwa kelompok kaya inilah yang sanggup membentuk tabungan dan
kemudian mengadakan investasi. Apabila diadakan distribusi pendapatan yang
lebih merata, maka ini akan berarti menurunkan tingkat tabungan masyarakat
yang berarti pula mengurangi dana yang tersedia untuk investasi. Dengan kata
lain kelompok miskin tidak mempunyai kemampuan untuk mengadakan
tabungan dan investasi. Kemudian pada umumnya dapat diterima bahwa pajak
yang dapat mengurangi ketidakmerataan penghasilan dalam perekonomian
adalah baik dilihat dari sudut perikemanusiaan. Disarankan bahwa pajak
hendaknya digunakan untuk mengurangi ketidak merataan penghasilan. Ini
tidak berarti bahwa tujuan suatu perekonomian adalah memberikan
penghasilan yang merata atau yang sama besarnya bagi setiap anggota
masyarakat.

10
Sistem pajak yang regresif cenderung untuk memperbesar adanya ketidak
merataan penghasilan dalam masyarakat. Sebaliknya semakin progresif sistem
perpajakan yang dianut oleh suatu perekonomian akan semakin berkurang ah
perbedaan yang dianut oleh suatu perekonomian akan semakin berkuranglab
perbedaan penghasilan yang terdapat dalam perekonomian tersebut. Jadi kalau
kita memang ingin mempersempit perbedaan penghasilan yang terdapat dalam
perekonomian. Maka sistem pajak yang digunakan hendaknya bersifat
progresif tajam. (lihat mengenai minimum aggregate sacrifice), Pada sistem
perpajakan yang mengikuti minimum aggregate sacrifice, ada suatu batas
penghasilan minimum kena pajak. Penghasilan di atas jumlah tertentu dikenai
pajak dan penghasilan di bawah penghasilan minimum tidak kena pajak atau
bebas dari pajak. Tetapi kalau kita lihat dari segi produksi, maka pajak yang
progresif itu akan cenderung untuk menghambat produksi karena menekan
pendapatan kelompok penduduk yang penghasilannya tinggi dan tentunya
akan mempengaruhi keinginan untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi. Jadi tanpa ada suatu konflik antara tujuan distribusi pendapatan
(income distribution) dengan tujuan pembangunan ekonomi yang lain seperti
untuk menaikkan produksi (growth).
Sebagai contoh dari pajak regresif ialah kepala (polltex). Jika penghasilan
dalam dalam perekonomian sama besarnya maka pajak ini bersifat
proporsional. Tetapi karena kenyataannya penghasilan dalam perekonomian
itu tidak sama, maka pajak ini bersifat memperbesar perbedaan penghasilan.
Juga pajak bahan makanan bersifat regresif karena semakin tinggi tingkat
penghasilan seseorang akan semakin kecil bagian dari penghasilan yang
dibelanjakan untuk bahan makanan tersebut. Masih banyak contoh-contoh lain
seperti misalnya cukai tembakau, cukai minuman keras dan lain-lain.
Tujuan pembangunan suatu negara pada umumnya adalah peningkatan
pendapatan per kapita nasional, penciptaan lapangan kerja, dan distribusi
pendapatan yang mereka dan keseimbangan dalam neraca perseorang,
semakin tinggi pula persentase pendapatan yang ditabung. Dari kelompok-
kelompok kaya inilah diharapkan sejumlah dana tabungan yang digunakan

11
untuk investasi. Dengan kata lain, masyarakat kelompok miskin tidak punya
kemampuan tabungan dan investasi. Menurut pengertian ini, pendapatan
nasional dikenai pajak akan banyak mempengaruhi turunnya jumlah tabungan
masyarakat bukan pada porsi pendapatan yang dikonsumsi yang diasumsikan
tetap. Tetapi pada kenyataannya, keadaan di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, pola konsumsi masyarakat di negara-negara maju.
Sehingga sulit didapatkan dana tabuhan masyarakat. Penarikan dana
masyarakat secara suka rela dengan iming iming bunga yang tinggi pada
akhirnya juga ikut berpengaruh pada tingkat inflasi nasional.
Berdasarkan kenyataan tersebut, kebijakan di Indonesia lebih banyak
diterapkan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan di masyarakat. Hal ini
dilakukan dengan menerapkan tarif pajak progresif adalah menekan pada
kelompok-kelompok kaya pemilik modal sehingga mereka malas bekerja,
menabung dan melakukan investasi.
Namun dalam kasus di negara maju seperti Amerika Serikat menunjukkan
bahwa dalam hal pajak pendapatan itu terlalu tinggi bagi penghasilannya
tinggi maka dengan disadarinya bahwa opportunity cost bekerja yaitu tidak
bekerja (menganggur/santai) itu tinggi, maka orang memilih untuk tidak
bekerja. Bahkan bagi yang menyadari bahwa dengan manfaat dari jaminan
Social Security tinggi maka orang banyak yang mengajukan pensiun diri dan
kemudian tinggal lama di negara berkembang yang cost of livingnya rendah
seperti di pulau Bali.

C. PENGARUH PAJAK TERHADAP KEINGINAN UNTUK BEKERJA


Pajak progresif adalah pajak yang dikenakan dengan persentase yang
semakin tinggi dengan semakin tingginya taxable capacity. Jadi rata-rata
tingkat pajak (average tax rate akan meningkat untuk kerja maka tenaga kerja
tersebut akan berkurang keinginannya untuk bekerja. Tenaga kerja yang
bersangkutan akan kurang berkehendak untuk bekerja giat, sebab apabila
penghasilan bertambah, maka sebagian besar hanya akan dipungut oleh
pemerintah saja. Jadi pajak progresif akan mengurangi insentif kerja.

12
Sedangkan pajak regresif merupakan pajak dengan perkembangan yang
kurang dari sebanding dengan perkembangan taxable capacity. Jadi dengan
bertambahnya taxable capacity, persentase pajak yang harus dibayar menjadi
semakin tingginya penghasilan yang diperoleh, maka pajak yang harus
dibayarnya semakin rendah persentasenya. Para pekerja akan bekerja lebih
giat agar memperoleh penghasilan yang lebih besar, dan dengan demikian
pajak yang harus dibayarnya menjadi semakin kecil persentasenya.
Beberapa akibat yang timbul dari adanya pajak penghasilan, dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Pemilihan Lapangan Kerja
Dalam hal ini pajak penghasilan dapat mempengaruhi olakasi
sumber daya dengan mengubah penawaran tenaga kerja relatif terhadap
perbedaan pendapat.
Suatu pajak penghasilan tidak saja mempengaruhi kuantitas total dari
penawaran tenaga kerja. Namun iya juga mempunyai pengaruh terhadap
alokasi sumber. Misalnya pekerja dapat bekerja sampai 40 jam perminggu.
Tetapi karena pertimbangan pajak beberapa pekerja cenderung untuk
memasuki kesempatan kerja lain. Dengan begitu terdapat peningkatan
penawaran tenaga kerja dibeberapa jenis pekerjaan dan tersedianya tenaga
kerja di bagian lain berkurang. Hal ini cukup mempengaruhi tingkat upah.
Alasan untuk pekerjaan lain itu dipengaruhi oleh pajak penghasilan yang
dipungut atas hasil suatu pekerjaan.
2. Tabungan
Tingkat hasil yang diharapkan (rate of return) dari tabungan (misal:
bunga tabungan, dividen, capital gain) merupakan bagian dari pendapatan
dan oleh karenanya dikenakan pajak. Secara kuantitatif, pengaruh pajak
penghasilan terhadap tabungan, belum diketahui. Tetapi apabila kurva
tabungan adalah seperti kurva penawaran tenaga kerja (labor supply
curve), yaitu inelastic, karena income effect dan substitution effecf
disatukan dengan adanya perubahan hasil, maka pengaruh kuantitatif pajak
penghasilan terhadap tabungan tampaknya tidak begitu berarti.

13
Sedangkan di Indonesia, sebagian besar penerimaan negara adalah
pajak penerimaan negara aqalah pajak penghasilan yang dikenakan atas
pendapatan para pegawai. Secara teoritis, pegawai-pegawai tersebut
mempunyai dua pilihan yaitu bekerja atau tidak bekerja (memanfaatkan
waktu santai) akibat adanya pengenaan pajak penghasilan.
Secara mudah dikatakan, pajak mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan usaha kerja. Pajak dapat menyebabkan orang merasa
kurang giat bekerja. Orang lebih memilih untuk mempunyai banyak waktu
santai. Pada kenyataan, pengaruh pajak terhadap kemauan kerja individu
memiliki sifat yang lebih kompleks. Bagi sebagian orang, pajak tidak
menimbulkan disinsentif untuk bekerja, jadi tidak setiap kenaikan pajak
akan memberi dampak negatif pada hubungan masyarakat ataupun
investasi.
Reaksi individu terhadap pengenaan pajak lebih banyak ditentukan
oleh elastisitas penawaran usaha. Bagi golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah, biasanya permintaannya terhadap penghasilan
adalah tinggi, sehingga elastisitas, justru akan mendorong kemauan kerja
yang lebih besar. Sedangkan bagi mereka yang kurang peduli dengan gaya
hidup mewah, permintaannya terhadap penghasilan rendah sehingga
elastisitas penawaran usaha dalam hubungan dengan penghasilan adalah
rendah juga.

D. KRITERIA TARIF PAJAK


Pertumbuhan ekonomi hanya akan terjadi apabila lebih banyak masyarakat
yang bekerja, menabung sebagai pendapatannya serta menginvestasikan nilai
tabungannya. Seperti yang dikutip dari buku Agus Prawoto, hal-hal tersebut
menurut Daniel J Mitchell (2003) adalah perilaku-perlilaku yang dapat
meningkatkan kekayaan nasional. Masyarakat tidak begitu saja bekerja secara
produktif dengan diterapkannya anggaran pendapatan dan belanja berimbang.
Mereka juga tidak begitu saja meningkatkan tabungan dan investasi apabila
dikenakan tarif pajak rendah atau subsidi perpajakan lainnya. Untuk

14
meningkatkan pendapatan nasional sesuai dengan karakteristik masyarakat di
suatu negara, para pengambil keputusan bidang pajak harus
mengkonsentarikan pada hal-hal yang berakibat positif terhadap perilaku
bekerja, menabung dan berinvestasi.
Mitchell (2003) memaparkan sembilan petunjuk kebijakan perpajakan
yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
1. Penurunan tarif pajak tidak perlu diterapkan seragam untuk seluruh wajib
pajak. Beberapa opsi tarif pajak yang dipungut dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Karena tarif pajak yang rendah dapat membuat
masyarakat yang produktif semakin giat bekerja. Sedangkan sebagian
masyarakat lainnya cenderung kurang peduli dengan pungutan pajak.
Sehingga penurunan tarif pajak tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional.
2. Fokus pada pertumbuhan ekonomi, bukan pada penurunan tarif. Beberapa
kebijakan insentif pajak atau subsidi dapat berakibat hanya mengurangi
jumlah penerimaan negara tanpa menghasilkan peningkatan kegiatan
ekonomi secara signifikan. Beberapa negara telah membuktikan bahwa
deregulasi perpajakan yang kecil pengaruhnya terhadap turunnya
penerimaan negara justru dapat meningkatkan gairah investasi dunia
usaha.
3. Penerimaan yang baik menghasilkan penerimaan negara lebih banyak. Jika
keadaan perilaku masyarakat wajib pajak adalah produktif, penurunan tarif
pajak justru meningkatkan jumlah penerimaan negara. Agar pelaksanaan
kegiatan pemerintah tidak terganggu, harus diperhitungkan cara-cara yang
dapat mengkompensasikan turunnya penerimaan negara akibat pengenaan
tarif yang lebih rendah.
4. Jumlah potensi tambahan konsumsi masyarakat akibat adanya penurunan
tarif pajak kurang signifikan terhadap peningkatan kegiatan ekonomi
dibandingkan dengan turunnya jumlah total penerimaan negara. Untuk itu
perlu diupayakan suatu kebijakan pelengkapan yang dapat meng-offset
selisih penurunan penerimaan negara tersebut. Pada akhirnya penurunan

15
tarif pajak tidak mengubah total pengeluaran, pendapatan nasional, dan
pertumbuhan ekonomi.
5. Pertumbuhan ekonomi tidak diakibatkan oleh peningkatan konsumsi.
Justru sebaliknya, pertumbuhan ekonomi sebagai faktor yang mendorong
jumlah total konsumsi akibat meningkatnya jumlah daya beli masyarakat.
Untuk Itu, sebaiknya kebijakan publik tidak mengedepankan motif yang
berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan jalan mendorong
konsumsi.
6. Kebijakan pajak yang berdampak positif pada jangka pendek biasanya
berdampak positif pula pada jangka panjang. Sebagai contoh, insentif
pajak Investasi dalam jangka pendek akan menarik minat pemodal masuk
ke dalam negeri. Secara jangka panjang, faktor produksi tersebut akan juga
mendorong pertumbuhan ekonomi agregat menjadi lebih baik.
7. Efisiensi belanja negara penting dilakukan. Meskipun beberapa pos-pos
belanja negara membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti
penyediaan keamanan dan penegakan hukum, studi membuktikan bahwa
banyak pengeluaran publik yang justru berefek negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Efisiensi belanja negara dapat dilakukan dengan.
Merampingkan struktur pemerintahan.
8. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh investasi yang produktif. Dana
investasi terutama diambil dari tabungan masyarakat. Invesatasi dan
tabungan, keduanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Sedangkan tarif
pajak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi suku bunga. Untuk itu
perlu dikembangkan kebijakan pajak yang mendorong iklim investasi dan
menabung.
9. Defisit belanja negara dapat berpengaruh pada turunnya tingkat suku
bunga. Tetapi pengaruhnya kurang signifikan dibanding pengaruh faktor-
faktor lain seperti pasal modal. Riset akademis yang dihasilkan
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi positif antara anggaran surplus,
berimbang, atau defisit dengan tingkat suku bunga.

16
Inti dari kesembilan petunjuk di atas adalah segala upaya kebijakan
pajakSeharusnya difokuskan pada pertumbuhan ekonomi nasional dengan
memberikan Insentif pada aktivitas-aktivitas produktif nasional. Walaupun di
beberapa negara Penurunan tarif pajak justru dapat meningkatkan penerimaan
negara dan pertumbuhan ekonomi, penurunan tarif bukanlah satu-satunya cara
yang dapat diambil pemerintah.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlu disadari bahwa pajak mempunyai pengaruh yang besar terhadap
ekonomi. Pada umumnya kemauan untuk bekerja itu akan terpengaruh oleh
pengenaan pajak bila dikenakan terhadap penghasilan wajib pajak.
Kemampuan kerja yang menurun akan menurunkan tingkat penghasilan
lebih jauh lagi dan akan mempunyai dampak terhadap kegiatan-kegiatan
lainnya, terutama dalam bentuk penurunan konsumsi barang-barang dan jasa.
Namun demikian, pada umumnya kemampuan kerja wajib pajak itu akan
dipertahankan oleh wajib pajak itu sendiri.
Kemampuan untuk menabung berkurang karena bagian pendapatan yang
dikonsumsikan mungkin bertambah dengan adanya pajak-pajak, seperti pajak
kendaraan bermotor, pengenaan PBB, pajak hiburan, dan lain-lain. Semakin
besar pungutan pajak yang dikenakan, maka akan mengurangi semangat untuk
bekerja, khususnya dalam pajak penghasilan.
Pengenaan pajak terhadap barang dan jasa akan mempunyai dampak
terhadap tingkat penggunaan atau konsumsi terhadap barang dan jasa yang
bersangkutan. Wajib pajak akan cenderung mengurangi kemauan untuk
mengkonsumsi barang tersebut.

B. Saran
Di negara kita dalam prakteknya, baik sistem maupun administrasi
perpajakan seringkali menemui permasalahan-permasalahan. Seperti kasus
pada PT. Asian Agri Group yang terbukti merugikan negara sebesar 1,3 triliun
rupiah yang secara otomatis akan berdampak pada perekonomian nasional.
Yang seharusnya dari pajak tersebut dapat memberikan sumbangan
pembangunan masyarakat menjadi tidak jelas akibat penggelapan pajak
penghasilan untuk badan usaha dari SPT-nya.

18
Prosesi hukum tentunya harus dijalani sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Karena bagaimanapun juga
pertanggungjawaban pajak ini harus adil dan transparan. Apabila terjadi
kesalahan maka pihak yang berkaitan harus ganti rugi untuk negara dan demi
kepentingan nasional bangsa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Dr., Ekonomi Makro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2,
1986,BPFE-Yogyakarta.
Nisjar, Kathi, Dr., S.Ak., MM., & Winardi, Prof., Dr., SE., Ilmu Ekonomi Makro:
Suatu Pengantar, 1997. Mandar Maju, Bandung.
Prawoto, Agus. 2011. Pengantar Keuangan Publik. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta
Suparmoko, M. 2003. Keungan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi: Teori Pengantar, Edisi Ketiga, 2013, Rajawali
Press, Jakarta.

20
Bagaimana pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat ?
Menurut Sadono Sukirno Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang meningkatkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Artinya yaitu dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka semakin baik
pula pembangunan ekonomi suatu negara hal tersebut merupakan tolak ukur
keberhasilan suatu negara.

21

Anda mungkin juga menyukai