73
Secara sederhana, prakiraan tenaga kerja menujukan permintaan umum
tenaga kerja lulussan skolah dasar, sekolah menengah, sam[pai unversitas
menurut jenis kemampuan dan keterampilan tertentu. Di lingkungan institusi
lingkungan pendidikan, permintaan “tenaga kerja” dapar brupa dosen , guru,
tenag tata usah, pengawas sekolah, teknisi sumber belajar, dan lain-lain.
Prakiraan yang dimaksudkan disini merupakan gambaran permintaan
terhadap tenaga keja teknis dan ilmiah, tenaga kerja yang berkualitas tinggi,
atau tenaga kerja dengan kemampuan dan keterampilan khusus. Misalnya,
tenaga kerja bidang kesehatan (dokter,perawat, dan pera medis), industry
tekstil, teknisi otomotif, perencana pendidikan, pertanian, arsitek, dosen, ahli
genetika, dan sebagainya
5.3. Menggugat Reliabelitas Perencanaan Tenaga Kerja
Memperkirakan permintaan tenaga kerja pada masa depan dilakukan oleh
para perencana atau praktisi dengan mengunakan rumus-rumus proyeksi atau
formula persamaan matematik.Dengan mengikuti logika berpikir honister
(1964),ahmad dan blaug (1973) dapat dirumuskan prakonklusi bahwa ketika
proyeksi disusun ,persoalan yang dihadapi bukan hanya masalah bagaimana
tingkat reliabilitas proyeksi itu,melainkan apakah seluruh pemikiran perencana
dan pelaksana pendidikan dan unit-unit terkait benar-benar tercurah pada
upaya memenuhi kebutuha tenaga kerja yang diproyeksikan itu.
Menurut Psacharopouluos (1984),permasalahan nya bukan hanya terletak
pada apakah perencanaan pendidika harus mengikuti kecendrungan
perencanaan ekonomi atau sebaliknya perencanaan ekonomi yang
harusmengikuti kecendrungan perencanaan pendidikan,sehigga keduanya
harus mengikuti kecendrungan permintaan dan penawaran tenaga kerja yang
ahli,melainkan apakah mungkin atau perlu untuk mengusahakan prakiraan
jangka panjang dan apakah prakiraan kebutuhan tenaga kerja dapat dibuat
secara valid.
Penyediaan tenaga kerja yang bermutu merupakan tugas institusi pendidikan
persekolahan dan kelembagaan pelatihan(diklat=pendidikan dan
pelatihan),seperti tampak pada gambar 4.1. Lembaga pendidikan
persekolahan harus memahami jenis kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan
masyarakat dan dunia kerja,dan jumlah jumlah yang dibutuhkan oleh karna itu
perencanaan pendidikan yang dikaitkan dengan perencanaan
ketenagakerjaan harus dilihat dalam perspektif pendidikan persekolahan dan
pelatihan keterampilan teknis,pelatuhan keterampilan manajerial,dan pelatihan
dalam jabatan.Berbeda dengan pendidikan persekolahan yang cendrung
memiliki perspektif yang bersifat jangka pendek.Para penasihat prakiraan
kebutuhan tenaga kerja memperdebatkan bahwa dibutuhkan waktu bertahun
tahununtuk menghasilkan tenaga kerja yang cakap atau terlatih,dan hal itu
berdampak pada kekurangan tenaga kerja yang di kemudian hari
menimbulkan frustasi.
Kalangan kritikus perencanaan tenaga kerja cendrung menentang inisiatif
ini,tetapi bukan berarti mereka meragukan apakah perencanaan atau proyeksi
itu bisa reliabel atau tidak. Yang dibutuhkan sesungguhnya adalah analisis
kecendrungan kebutuhan penyediaan tenaga kerja,termasuk pola
74
penggunaan dan penerapan alternatif target ekonomi, bukan prakiraan yang
hasilnya sangat mungkin masih jauh dari akurat.
Pendidikan
persekolahan
Pelatihan
keterampilan
Penyiapan tenaga tekniss Profil kebutuhan Kesesuaian
kerja yang tenaga kerja masa penyediaan
bermutu depan
dengan
Pelatihan
kebutuhan
keterampilan
manajerial
Pelatihan
fungsional
Idiealnya , setiap lulusan sekolah atau perguruan tinggi dapat diserap oleh
pasar kerja. Khususnya bagi lulusan yang menganggap pendidikan sebagai
produksi untuk mendapatkan pekerjaan dan memperoleh nilai ekonomi atas
76
pendidikan yang diperolehnya. Di sinilah, letaknya esensi studi penulusuran
alumni (tracer study of alumni), dan hal ini sesekali pernah dilakukan. Studi
penulusuran sebenarnya lebih luas lingkupnya daripada sekedar mengetahui
tempat lulusan berada dan bidang pekerjaannya.
77
9. Pilihan jenis pekerjaan dan harapa apa yang dikehendaki oleh para
lulusan dan bagaimana hubungannya dengan apa yang mereka dapat ?
10. Pekerjaan apa yang para lulusan masuki atau apa tugas-tugas yang
mereka lakukan ?
11. Apa yang mereka dapatkan dari pekerjaan itu ?
12. Bagaimana mereka membandingkan hal ini dengan kelompok tenaga
buruh lainnya ?
13. Bagaiman produktivitas kerja mereka dilihat dari tipe pendidikan yang
diterima?
14. Mengapa sebagian orang tidak memasuki pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan dan pelatihan yang diterimanya ?
15. Apa penyebab utama mereka menganggur ( karena tidak ada pekerjaan
atau karena mereka menunggu pekerjaan tertentu yang lebih sesuai
dengan keahlian atau lebih sesuai dengan pendapatan yang dikehendaki
?
16. Faktor apa yang menyebabkan mereka tidak melanjutkan sekolah (latar
belakang keluarga, umur, lokasi, ekonomi, kendala tehnis,menikah, dan
lain-lain) ?
17. Berapa besar penghasilan pokoknya didalam bekerja dan berapa pula
pendapatan tambahan para lulusan ?
18. Siswa mana yang ingin mengambil pendidikan lanjutan, dan berapa
orang yang berhasil?
78
Masih menurut elwin tobing,tingginya tingkat pengangguran di kalangan
angkatan kerja terdidik ini dapat berdamapak serius pada berbagai dimensi
kehiduan.dar dimensi politik,Samuel p.huntington dalam bukunya terbit politik
dalam masyarakat yang sedang berubah( 1983) mengatakan,semakin tinggi
tingkat pendidikan para penganggur semakin gawat kadar tindakan distabilitas
yang tecipta.lulusan penganguran tinggi yang tidak terlibat dalam dalam
kegiantan ekonomi dapat mendorong perubahan social yang cepat.sementara
itu,tamatan pendidikan menengah yang tidak bekerja dapat semakin
mempergawat kadar ketidakdamian politik.mislanya,afrika barat banyak
kerusuhan dan aksi politik eksplosif.didukung oleh para lulusan dunia
pendidikan menengah yang tidak bekerja .
Tabel 5.1
Pengangguran Dan Lowongan Kerja Belum Terisi.
Lowongann Kerja
Tingkat Pengangguran
Belum Terisi
1980 1998 1997
SD ke bawah 75,5 23,09 7,9
SLTP 14,5 19,44 30,5
SLTA Umum 6,5 32,13 23,3
SLTA Kejuruan 7,8 16,86 32,9
Akademi 0,5 3,47 35,4
Universitas 0,3 5,02 43,7
79
beresiko.hal ini menimbulkan tekanan penaaran, yaitu tenaga kerja terdidik
yang jumlahnya cukup besar member tekanan yang kut terhapa kesempatan
kerja di sector formal yang jumlahnya relative kecil,sehingga terjadi pendayaa
gunaan tenga kerj terdidik yang tidak optimal.
Keempat, Belum efisiennya fungsi pasar tenaga kerja.disamping factor
kesulitan memperoleh lapangan keerja,harus informasi tenaga kerja yang
tidak sempurna yang tidak lancar menyebabkab banyak angkatan pekerja di
luar bidangnya. Hal ini tentu saja berpengaruh aktifitas dan efisiensi
pengangguran tenaga kerja .
80
diyakini tidak akan tepat sepenuhnya,pemerintah perlu menyiapkan prakiraan
permintaan dan penawaran tenaga kerja profesional pada berbagai sektor.
RANGKUMAN
Penyediaan tenaga kerja yang bermutu merupakan tugas institusi
pendidikan persekolahan dan kelembagaan pelatihan .Lembaga pendidikan
persekolahan harus memahami jenis kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan
masyarakat dan dunia kerja,dan jumlah jumlah yang dibutuhkan oleh karna itu
perencanaan pendidikan yang dikaitkan dengan perencanaan ketenagakerjaan
harus dilihat dalam perspektif pendidikan persekolahan dan pelatihan
keterampilan teknis,pelatuhan keterampilan manajerial,dan pelatihan dalam
jabatan.Berbeda dengan pendidikan persekolahan yang cendrung memiliki
perspektif yang bersifat jangka pendek.Para penasihat prakiraan kebutuhan
tenaga kerja memperdebatkan bahwa dibutuhkan waktu bertahun tahununtuk
menghasilkan tenaga kerja yang cakap atau terlatih,dan hal itu berdampak pada
kekurangan tenaga kerja yang di kemudian hari menimbulkan frustasi.
Yang dibutuhkan sesungguhnya adalah analisis kecendrungan kebutuhan
penyediaan tenaga kerja,termasuk pola penggunaan dan penerapan alternatif
target ekonomi, bukan prakiraan yang hasilnya sangat mungkin masih jauh dari
akurat
81