PENDAHULUAN
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi
secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
partner kebijakan fiskal dalam mengendalikan stabilitas ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Permintaan agregat yang diartikan sebagai tingkat pengeluaran yang
dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga merupakan penerima dampak dari
perubahan
Pergerakan dari permintaan agregat mengalami suatu perubahan dari satu periode ke periode
berikutnya sebagai wujud dari pengaruh kebijakan fiskal dan kebijakan moneter itu sendiri.
Kebijakan moneter dan fiskal masing-masing memengaruhi permintaan agregat dimana
salah satu dari kedua kebijakan ini dapat menyebabkan fluktuasi produk dan harga jangka
pendek atau dapat dikatakan bahwa perangkat-perangkat kebijakan moneter dan fiskal
pemerintah memengaruhi posisi kurva permintaan agregat. Sehingga hal tersebut membuat
pemerintah ingin mengantisipasi pengaruh ini dan, mungkin, menyesuaikan kebijakan lain
sebagai bentuk tanggapan pemerintah terhadap perubahan permintaan agregat tersebut.
II.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada pendahuluan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
permintaan agregat?
PEMBAHASAN
III.1
Kebijakan Moneter Memengaruhi Permintaan Agregat
Kurva Permintaan Agregat menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa
dalam perekonomian untuk sembarang tingkat harga. Kemiringan kurva permintaan
agregat bergerak menurun karena tiga alasan, yaitu :
Pengaruh Kekayaan : Tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil
uang yang dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih
Page
Pengaruh nilai tukar : Apabila tingkat harga yang rendah menurunkan tingkat
suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka keluar negeri
dan menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan
mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang barang di dalam negeri
menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang barang luar negeri dan,
akibatnya, mendorong belanja ekspor neto.
Ketiganya terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah permintaan
barang dan jasa ketika tingkat harga turun dan menurunkannya ketika harga naik.
Namun ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut
jenis perekonomian. Karena kepemilikan uang umunya sebagian kecil dari kekayaan
rumah tangga, maka dapat dikatakan bahwa efek kekayaan adalah yang paling tidak
penting dari ketiga pengaruh tersebut. Selain itu, pengaruh nilai tukar akan besar
bagi perekonomian asia yang kecil dan terbuka, seperti Singapura, Hong Kong, dan
Malaysia karena ketiga negara tersebut bisa mengekspor dan mengimpor bagian
yang lebih besar dari PDB mereka daripada negara lain di Asia, termasuk Thailand
dan Indonesia.
III.1.1 Teori Preferensi Likuiditas
Jhon Maynard Keynes mengajukan teori preferensi likuiditas untuk
menjelaskan factor-faktor yang menentukan suku bunga dalam perekonomian. Teori
tersebut pada dasarnya tidak lebih dari penerapan penawaran dan permintaan.
Menurut Keynes, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan uang.
Para ekonom membagi suku bunga menjadi dua macam, yaitu suku bunga
nominal adalah suku bunga yang umum dilaporkan dan suku bunga riil adalah suku
bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita
lihat, tingkat inflasi harapan diasumsikan konstan. (Asumsi ini sesuai untuk
mempelajari perekonomian jangka pendek). Oleh karena itu, apabila suku bunga
nominal naik atau turun, suku bunga riil yang diinginkan oleh orang juga naik atau
turun, jadi apabila terjadi perubahan suku bunga maka suku bunga riil dan suku
bunga nominal bergerak ke arah yang sama.
III.1.2 Jumlah Uang yang Beredar
Page
Jumlah uang yang beredar dikendalikan oleh bank sentral. Bank sentral
biasanya mengubah jumlah uang yang beredar terutama dengan mengubah jumlah
cadangan dalam sistem perbankan melalui pembelian dan penjualan obligasi
pemerintah dalam operasi pasar terbuka, mengubah persyaratan cadangan yang
harus dimiliki oleh bank-bank terhadap simpanan atau tingkat diskonto. Namun
dalam hal ini, kita memiliki tujuan untuk mengkaji bagaimana perubahan-perubahan
pada jumlah uang yang beredar memengaruhi permintaan agregat barang dan jasa.
Maka, jumlah uang yang beredar dalam perekonomian ditetapkan disembarang
tingkat yang diputuskan oleh bank sentral.
3.1.2.1 Keseimbangan di Pasar Uang
Menurut Teori Preferensi Likuiditas suku bunga berubah-ubah untuk
menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan jumlah permintaan uang.
Jika suku bunga berada di atas titik keseimbangan (misalnya r 1), jumlah uang
d
yang ingin dipegang oleh orang ( M 1 ) lebih kecil daripada jumlah yang
dibuat oleh bank sentral dan surplus uang ini menekan suku bunga ke bawah.
Sebaliknya, jika suku bunga berada di bawah titik keseimbangan (misalnya r 2),
d
jumlah uang yang ingin dipegang oleh orang ( M 2 ) lebih besar daripada
jumlah yang dibuat oleh bank sentral dan defisit uang ini menekan suku bunga ke
atas. Dengan demikian, daya penawaran dan permintaan di pasar uang menekan
suku bunga ke arah suku bunga keseimbangan, yaitu di tingkat orang merasa
puas dengan memiliki jumlah uang yang dibuat oleh bank sentral.
FIGUR
Tingkat
suku
bunga
Jumlah
uang
beredar
r
1
Suku bunga
keseimbang
an
Permintaan
uang
r
2
M d1 Jumlah yg
0
di tetapkan
bank
sentral
M d2
Jumlah
uang
Page
Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar
tidak bergantung pada variabel variabel ekonomi lainnya. Secara khusus
jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada suku bunga. Setelah bank
sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang beredar tidak berubah, tanpa
memandang suku bunga yang berlaku. Seperti terlihat pada Figur 1, yang
menggambarkan jumlah uang yang beredar tetap dengan kurva penawaran
vertikal.
3.1.3 Permintaan Uang
Bagian kedua dari teori preferensi likuiditas adalah permintaan uang.
Likuiditas segala aset adalah kemudahan aset tersebut diubah menjadi alat
pertukaran dalam perekonomian. Uang merupakan alat pertukaran dalam
perekonomian sehingga merupakan aset paling likuid yang tersedia, jadi orang lebih
memilih untuk memiliki uang daripada aset lainnya yang memberikan tingkat hasil
lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa.
Faktor utama yang memengaruhi permintaan uang dalam teori preferensi
likuiditas adalah tingkat suku bunga karena suku bunga merupakan biaya
kesempatan untuk memiliki uang, maksudnya apabila kita memiliki kekayaan
berupa uang tunai di dompet, bukan berupa obligasi berbunga, kita kehilangan
bunga yang seharusnya kita peroleh. Kenaikan suku bunga menaikkan biaya
kepemilikan uang sehingga mengurangi jumlah permintaan uang. Penurunan suku
bunga mengurangi biaya kepemilikan uang dan menaikkan jumlah permintaan. Oleh
karena itu, seperti terlihat pada Figur 1, kurva permintaan uang miring ke bawah.
3.1.4
menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Suku bunga
keseimbangan menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah
uang beredar. Apabila suku bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha
menyesuaikan portofolio aset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik
keseimbangan.
Misalkan suku bunga berada di atas titik keseimbangan, ini berarti jumlah
uang yang ingin dipegang masyarakat lebih kecil daripada yang ditetapkan bank
sentral. Mereka yang memiliki surplus uang akan berusaha untuk menghabiskannya
dengan membeli obligasi berbunga atau dengan menyimpannya untuk memperolah
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
Page
bunga. Karena pihak penerbit surat berharga dan bank-bank lebih suka untuk
membayar suku bunga yang lebih rendah, maka mereka merespon hal ini dengan
menurunkan suku bunga yang ditawarkan. Pada saat suku bunga turun, biasanya
masyarakat menjadi lebih bersedia untuk memegang uang sampai ketika suku bunga
keseimbangan, mereka puas karena memiliki jumlah tepat uang yang dibuat oleh
bank sentral, begitu juga sebaliknya.
3.1.5
Jumlah
uang
yang
beredar
2.menaikkan
permintaan uang..
r2
Permintaan uang pada
tingkat harga P2MD2
r1
3..yang
meningkatk
an tingkat
suku bunga
keseimbang
an..
Jumla
h
Uang
Page
p
2
p
1
Permintaa
n agregat
1.. Kenaikan
Tingkat
4.yang kemudian
mengurangi jumlah
Jumlah
Output
Tingkat harga merupakan satu penentu jumlah permintaan uang. Pada harga
lebih tinggi, uang yang dipertukarkan semakin banyak setiap kali barang barang
atau jasa dijual. Akibatnya orang akan memilih untuk memiliki lebih banyak
uang. Artinya tingkat harga yang tinggi menaikkan jumlah permintaan pada setiap
suku bunga yang berlaku. Oleh karena itu tingkat harga menggeser kurva
permintaan kekanan dari MD1 menjadi MD2, terlihat pada gambar (a).
Pergeseran kurva permintaa uang ini memengaruhi keseimbangan di pasar
uang. Agar jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga harus naik untuk
menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Tingkat harga
yang lebih tinggi menaikkan jumlah uang yang ingin dimiliki oleh masyarakat
dan menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Namun karena jumlah uang
yang beredar tidak berubah, sehingga suku bunga harus naik dari r1 menjadi r2
untuk mencegah permintaan tambahan.
Ketika tingkat harga naik dari P1 menjadi P2 yang menyebabkan permintaan
uang naik MD1 menjadi MD2 dan menaikkan suku bunga dari r1 menjadi r2 jumlah
permintaan barang dan jasa turun jadi Y1 menjadi Y2.
Jadi, kesimpulannya adalah pertama tingkat harga yang lebih tinggi
menaikkan permintaan uang. Kedua permintaan uang yang lebih tinggi
menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi. Ketiga bunga yang lebih tinggi
mengurangi permintaan barang dan jasa, begitu juga sebalikya. Maka terdapat
hubungan negative antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang dan jasa
yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring ke bawah.
Page
3.1.6
FIGUR
Tingkat
suku
bunga
Jumlah uang
yang beredar
r1
2. .. tingkat
suku bunga
keseimban
gan turun ..
1. apabila bank
sentral
menaikkan
jumlah uang
yang beredar.
r2
Permintaan uang
pada tingkat harga
P
MS
MS1
FIGUR
Jumla
h
Uang
Tingka
t
Harga
AD
2
Permintaan
agregat, AD1
Jumlah
Output
Page
Seperti pada panel (a) Figur 3, kenaikan jumlah uang yang beredar
menggeser kurva jumlah uang yang beredar menggeser kurva jumlah uang yang
beredar kekanan dari MS1 menjadi MS2 . Karena kurva permintaan uang belum
berubah, suku bunga turun dari r1 ke r2 untuk menyeimbangkan permintaan uang.
Artinya, suku bunga harus turun agar orang memiliki uang tambahan yang dibuat
oleh bank sentral.
Sekali lagi, suku bunga memengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa,
seperti terlihat pada panel (b) Figur 3. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan
biaya pinjaman dan tingkat pengembalian dari tabungan. Rumah tangga membeli
rumah lebih banyak dan besar yang mendorong permintaan investasi perumahan.
Perusahaan-perusahaan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membangun
pabrik dan peralatan baru yang mendorong investasi bisnis. Akibatnya, jumlah
permintaan barang dan jasa pada tingkat harga tertentu,P, naik dari Y1 menjadi Y2.
Tentu saja tidak ada yang istimewa dengan P : Suntikan moneter meningkatkan
jumlah permintaan barang dan jasa pada semua tingkat harga. Oleh karena itu,
kurva permintaan agregat secara keseluruhan bergesar ke kanan.
Apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga
turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik
yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya,
apabila bank sentral menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik
dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu menurun,
yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.
3.1.7
Page
dalam jangka pendek, kebijakan fiskal terutama memengaruhi permintaan agregat barang
dan jasa.
3.2.1 Perubahan-perubahan dalam Pembelanjaan Negara
Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah
mengubah kurva permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja
perusahaan atau rumah tangga. Sebaliknya, ketika mengubah belanja barang dan
jasanya sendiri, pemerintah mengubah kurva permintaan agregat secara langsung.
Misalnya bahwa Departemen Pertahanan melakukan pemesanan senilai $20 miliar
kepada Buildit, perusahaan konstruksi lokal untuk membangun markas tentara baru.
Pesanan ini meningkatkan permintaan output yang diproduksi oleh Buildit yang
menyebabkan perusahaan itu mempekerjakan lebih banyak pegawai dan
meningkatkan produksi. Karena Buildit adalah bagian dari perekonomian, kenaikan
permintaan konstruksi oleh Buildit berarti kenaikan jumlah total permintaan barang
dan jasa pada setiap tingkat harga. Akibatnya, kurva permintaan agregat bergeser ke
kanan. Ada dua efek ekonomi makro yang menyebabkan pergeseran kurva
permintaan agregat berbeda dengan perubahan belanja pemerintah. Pertama, efek
penggandaan menyatakan bahwa pergeseran permintaan agregat dapat lebih besar
daripada $20 miliar. Kedua, efek pembatasan paksa menyatakan bahwa pergeseran
permintaan agregat ini dapat lebih kecil dari $20 miliar.
Page
jika
kebijakan
fiskal
ekspansif
meningkatkan
pendapatan
yang
Page
$20 miliar yang kemudian meningkatkan pendapatan para pegawai dan pemilik
perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumsi. Kenaikan pendapatan
kedua ini kembali meningkatkan belanja konsumen, kali ini sebesar MPC x (MPC x
$20 miliar). Efek umpan balik ini berlangsung terus menerus.
Untuk mengetahui dampak total terhadap permintaan barang dan jasa, kita
menambahkan seluruh efek ini :
Perubahan belanja pemerintah
=
$ 20 miliar
Perubahan pertama pada konsumsi =
MPC x $ 20 miliar
Perubahan kedua pada konsumsi =
MPC2 x $ 20 miliar
Perubahan ketiga pada konsumsi =
MPC3 X $ 20 miliar
dst
dst
Jumlah perubahan permintaan
=
(1+MPC+MPC1+MPC2+MPC3+) x $ 20 miliar.
Disini, melambangkan angka tidak terhingga yang sejenis. Dengan
demikian, kita dapat menuliskan rumus penggandaan sebagai berikut
Penggandaan = 1+ MPC+MPC1+MPC2+MPC3+
Penggandaan ini memberitahukan permintaan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh setiap dolar belanja pemerintah.
Untuk menyederhanakan persamaan pengganda ini, ingat kembali bahwa
ungkapan ini merupakan deret geometris tak hingga. Untuk x antara -1 dan +1,
1+ x + x2 + x3 + = 1/(1- x).
Dalam kasus kita, x = MPC sehingga
Pengganda = 1/1(1-MPC).
Sebagai contoh, jika MPC adalah 3/4 maka penggandanya adalah 1/(1-3/4),
yaitu 4. Dalam kasus ini, belanja pemerintah sebesar $ 20 miliar menghasilkan
permintaan barang dan jasa senilai $ 80 miliar.
Rumus penggandaan ini memberikan kesimpulan penting : Besar pengganda
bergantung pada kecenderungan mengonsumsi marginal. Meskipun MPC sebesar
3/4 menghasilkan pengganda sebesar 4, MPC sebesar 1/2 hanya menghasilkan
pengganda sebesar 2. Oleh karena itu, MPC lebih besar berarti pengganda lebih
besar. Untuk melihat kebenaran dari pernyataan ini, ingat bahwa pengganda muncul
karena pendapatan yang lebih besar menyebabkan belanja konsumen meningkat.
Semakin besar MPC, semakin besar pula pengaruh yang ditimbulkan terhadap
konsumsi, dan semakin besar pula penggandanya.
3.2.3.1 Efek Penggandaan
Kenaikan belanja pemerintah sebesar $20 miliar dapat menggeser kurva
permintaan agregat ke kanan sebesar lebih dari $ 20 miliar. Efek penggandaan
ini timbul akibat kenaikan pendapatan agregat mendorong belanja tambahan
oleh konsumen.
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
FIGUR
Page
Tingkat
Harga
$ 20
miliar
AD3
AD2
Permintaan Agregat, AD1
3.2.4
Jumlah
Output
lebih dari satu dolar permintaan agregat. Namun, dasar pemikiran dari efek
penggandaan ini tidak terbatas pada perubahan belanja pemerintah. Sebaliknya,
logika tersebut berlaku terhadap segala peristiwa yang mengubah semua komponen
PDBkonsumsi, investasi, belanja pemerintah, atau ekspor neto.
Sebagai contoh, anggap bahwa ledakan pasar saham meningkatkan kekayaan
rumah tangga dan meningkatkan belanja barang dan jasa mereka sebesar $20 miliar.
Tambahan belanja rumah tangga ini meningkatkan pendapatan nasional yang
kemudian
menghasilkan
lebih
banyak
lagi
belanja
konsumen.
Apabila
Page
Page
Tingka
t Suku
Bunga
Jumlah uang
yang
beredar
2. kenaikan belanja
meningkatkan permintaan
uang
r2
3. yang
meningkat
kan tingkat
suku
bunga
keseimban
r1
MD2
PPPermintaan uang,
MD1
Jumlah yang ditetapkan oleh bank
Jumlah
sentral
Uang
FIGUR
Agregat
Tingk
atHar
ga
yang sebagiannya
kemudian mengimbangi
kenaikan awal
permintaan agregat
$20
miliar
AD2
AD3
Permintaan agregat,
AD1
Jumlah
Output
perpajakan.
Apabila
pemerintah
menurunkan
pajak
pendapatan
Page
Page
bahwa
Page
Page
pajak harus melewati proses legislasi. Proses ini dapat memakan waktu berbulanbulan dan, dalam banyak kasus, bertahun-tahun. Ketika perubahan kebijakan fiskal
disahkan dan siap diterapkan, kondisi perekonomian mungkin telah berubah.
Kelambanan kebijakan moneter dan fiskal ini menjadi masalah karena
sebagian prakiraan ekonomi sangat tidak tepat. Apabila para peramal dapat
memprediksi kondisi perekonomian setahun sebelumnya maka pembuat kebijakan
moneter dan fiskal dapat memandang ke depan saat membuat kebijakan tersebut.
Dalam kasus ini, pemerintah dapat menstabilkan perekonomian meskipun
menghadapi kelambanan. Namun kenyataannya, resesi besar dan depresi terjadi
tanpa peringatan awal. Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh pemerintah setiap saat
adalah merespons perubahan ekonomi ketika terjadi.
3.3.3 Stabilisator Otomatis
Stabilisator otomatis adalah perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang
mendorong permintaan agregat ketika perekonomian mengalami resenri yang tidak
mengharuskan pemerintah melakukan tindakan yang disengaja.
Stabilisator otomatis terpenting adalah pajak. Apabila ekonomi mengalami
resesi, jumlah pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah menurun secara otomatis
karena hampir semua pajak terkait erat dengan kegiatan perekonomian. Penurunan
pajak secara otomatis ini mendorong permintaan agregat sehingga meringankan
fluktuasi ekonomi.
Belanja pemerintah juga bertindak sebagai stabilisator otomatis. Secara
khusus apabila perekonomian mengalami resesi dan para pekerja diberhentikan,
banyak orang mengajukan tunjangan pengangguran dan bentuk jaminan pendapatan
lain. Kenaikan belanja pemerintah secara otomatis ini mendorong permintaan
agregat tepat ketika permintaan agregat tidak memadai untuk memberikan pekerjaan
penuh.
Stabilisator otomatis tidak cukup tangguh untuk mencegah resesi
sepenuhnya. Meskipun demikian, tanpa stabilisator otomatis, output dan lapangan
kerja akan jauh lebih rawan. Oleh karena itu, banyak ekonom menentang legislasi
yang mengharuskan pemerintah menetapkan anggaran seimbang seperti yang
diusulkan oleh sebagian politisi. Ketika perekonomian mengalami resesi, pajak
menurun, belanja pemerintah meningkat, dan anggaran pemerintah besar
kemungkinan mengalami deficit. Jika pemerintah menghadapi aturan anggaran
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
Page
berimbang yang ketat maka pemerintah dapat terpaksa mencari cara untuk
menaikkan pajak atau mengurangi belanja selama resesi. Dengan kata lain, aturan
anggaran berimbang dapat menghapuskan stabilisator otomatis.
3.4 Studi Kasus
3.4.1 Mengapa Pemerintah Federal Mengawasi Pasar Saham (dan sebaliknya)
Antusiasme yang irasonal. Demikian Ketua The Fed, Alan Greenberg
menggambarkan ledakan pasar saham pada akhir 1990-an. Ia benar ketika
mengatakan bahwa pasar antusias. Harga saham rata-rata naik sekitar empat kali
lipat selama decade tersebut. Hal itu kemungkinan bahkan tidak rasional. Pada 2001
dan 2002, pasar saham mengambil kembali sebagaian keuntungan besar tersebut
dengan menurunnya harga saham.
Pandangan kita terhadap ledakan pasar menimbulkan pertanyaan, bagaimana
seharusnya Bank Sentral merespons fluktuasi pasar saham? Pada dasarnya Bank
Sentral tidak memiliki alasan untuk memedulikan harga saham, namun Bank Sentral
bertugas untuk mengawasi dan merespons perkembangan ekonomi secara
keseluruhan dan pasar saham dalah satu bagian dari masalah itu. Ketika pasar saham
meledak, rumah tangga menjadi lebih kaya dan peningkatan kekayaan ini
mendorong belanja konsumen. Selain itu kenaikan harga saham menarik perusahaan
unbtuk menjual saham-saham dan ini mendorong belanja investasi. Untuk kedua
alasan tersebut, ledakan pasar saham memperluas permintaan agregat barang dan
jasa.
Salah satu tujuan Bank Sentral adalah menstabilkan permintaan agregat oleh
karena permintaan agregat yang lebih stabil berrti tingkat output dan harga yang
lebih stabil. Untuk itu bank sentral dapat merespons ledakan pasar saham dengan
membuat jumklah uang yang beredar lebih rendah dan suku bunga lebih tinggi dari
biasanya. Pengaruh pengontraksi suku bunga yang lebih tinggi ini akan
mengimbangi pengaruh pengekspansi harga saham yang lebih tinggi.
Hal yang sebaliknya terjadi apabila pasar saham mengalami kelesuan.
Pengeluaran untuk konsumsi dan investasi menurun sehingga menekan permintaan
agregat dan mendorong ekonomi kearah resesi. Untuk menstabilkan permintaan
agregat, bank sentral perlu meningkatkan jumlah uang yang beredardan menurunkan
suku bunga.
Meskipun bank sentral mengawasi pasar saham, partisipan pasar saham juga
mengawasi bank sentral. Karena dapat memengaruhi suku bunga dan kegiatan
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
Page
perekonomian, bank sentral juga dapat mengubah nilai saham. Sebagai contoh,
ketika bank sentral menaikan suku bunga dengan menurunkan jumlah uang yang
beredar, bank sentral membuat kepemilikan saham menjadi kurang menarik karena
dua alasan. Pertama, suku bunga yang lebih tinggi berarti bahwa obligasi, sebagai
alternatif bagi saham, memberikan hasil yang lebih besar. Kedua kebijakan moneter
bank sentral mengetat mendorong ekonomi menuju arah resesi yang menurunkan
keuntungan. Akibatnya, harga saham sering turun jika bank sentral menaikkan suku
bunga.
3.4.2 Lembaga Mata Uang di Hong Kong dan Singapura
Hongkong dan Singapura keduanya memiliki catatan kinerja ekonomi makro
selama beberapa decade terakhir, dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, inflasi
yang rendah menurut standar dunia, dan surplus pembayaran yang seimbang.
Sebagai bagaian dari warisan historis koloni Inggris, kedua Negara tersebut juga
memiliki lembaga mata uang yang menerbitkan uang kertas dan uang logam.
Namun, hanya Hongkong yang mengoperasikan sistem lembaga mata uang. Studi
kasus ini menjelaskan alasannnya.
Lembaga mata uang tidak lebih dari sebua oraganisasi, baik dibentuk sendiri
oleh pemerintah maupun diberi izin oleh pemerintah yang menerbitkan uang kertas
dan uang logam domestic (mata uang) untuk ditukar dengan mata uang lain (mata
uang cadangan) atau pesanan dengan tingkat yang bersifat tetap dan tidak berubah.
Lazimnya, demi kesederhanaan dan transparasi public, hanya satu mata uang
cadangan yang digunakan dan mata uang Internasional. Ada tiga bank penerbit mata
uang yang diberi izin untuk menerbitkan mata uang domestik sebagai alat tukar mata
uang asing di Exchange Fund resmi.
Meskipun telah menjalankan sistem lembaga mata uang sebelum tahun 1973
dan kini masih memiliki lembaga mata uang - Dewan Komisioner Mata Uang
Singapura (BCSS) - yang bertanggung jawab menerbitkan mata uang - Singapura
sebenarnya tidak menjalankan sistem lembaga mata uang. Keruntuhan efektif sistem
lembaga mata uang dapat ditelusuri sejak Juni 1973, ketika Singapura, seperti
negara-negara lain memutuskan untuk mengambangkan mata uangnya, dolar
Singapura. Agar mata uang dinyatakan sebagai mata uang lembaga mata uang, perlu
dijawab pertanyaan sedehana berikut: apa mata uang cadangannya: pada tingkat
berapa mata uang lokal dapat dikonversi menjadi mata uang tersebut, dan siapa yang
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
Page
diizinkan untuk meperoleh mata uang cadangan dari penerbit mata uang lokal? Di
Hong Kong, jawabannya mudah: Dolar AS; 7,80 dolar Hong Kong perdolar AS; dan
tiga bank penerbit mata uang. Namun di Singapura, dolar Singapura tidak memiliki
nilai tetap terhadap mata uang cadangan dan Singapura tidak memiliki lembaga yang
bersedia untuk mengonversi sejumlah tak terbatas dolar singapura atas pesanan
dengan tingkat tetap dan tidak berubah.
Kesalahpahaman bahwa Singapura memiliki sistem lembaga mata uang
kemungkinan muncul karena kebijakan moneter Singapura yang hati-hati dan sangat
sukses sejak tahun 1981 yang berarti bahwa cadangan internasionalnya memang
melebihi uang yang diterbitkan dan penerbitan uang berdasarkan undang-undang
melalui BCCS (yang secara fisik kini berlokasi di gedung yang sama dengan Bank
Sentral) mencegah pemerintah agar tidak mencetak uang untuk mendanai deficit
anggaran. Namun, dari sudut pandangan kebijakan moneter dan nilai tukar
Singapura menjalankan rezim nilai tukar mengambang terkelola yang tujuan
utamanya membuat inflasi tetap rendah dan stabil. Pada dasarnya bank sentralotoritas Moneter Singapura (MAS) - mengawasi keranjang mata uang dengan patok
mata uang target berdasarkan inflasi aktual dan ekspektasi inflasi dan jika perlu
campur tangan untuk menjaga agar dolar Singapura berada di patok target tersebut.
Sistem ini bukan sistem nilai tukar tetap sepeti di Hong Kong karena pasar dapat
menggerakan mata uang dalam patok itu, bukan pula ambangan bersih.
Sistem mana yang lebih baik?
Sebenarnya, tidak ada rezim nilai tukar asing yang paling baik. sebaliknya,
suatu Negara seharusnya berupaya untuk menjalankan rezim mata uang yang paling
sesuai dengan kondisi perekonomiannya dan memberikan kinerja ekonomi terbaik.
Seperti halnya Hong Kong maupun Singapura telah mencapainya sejak pertengahan
tahun 1980-an.
Bagi Hong Kong, tujuan utamanya, setelah ekonomi menjadi tidak stabil
pada tahun1983, adalah memberikan nilai tukar yang stabil untuk menarik modal
asing dan mendorong perdagangan dan investasi jangka panjang. Akibat masa depan
politik Hong Kong yang tidak pasti, sistem lembaga mata uang yang terprediksi dan
berbasis peraturan telah memungkinkan disiplin lebih yang diperlukan untuk
menghasilkan kepercayaan dalam perekonomian dan, secara bersamaan, untuk
Page
Page
perbankan akut. Hingga sekarang, hal ini belum terjadi dan sistem lembaga mata
uang mampu bertahan dari satudua krisis. Ini sebagiannya karena bank bank
diregulasi dan dikapitalisasi dengan baik, di samping karena Hong Kong memiliki
cadangan Internasional melimpah untuk mempertahankan nilai tukartetap, terutama
setelah kini dapat mengendalikan cadangan melimpah di Cina daratan.
Tidak seperti Hong Kong, sistem nilai tukar Singapura tidak membatasi
sistem lembaga mata uang. Secara spesifik, dolar Singapura dapat bergerak bebas
sepanjang patok target yang ditetapkan oleh MAS yang membantu mencegah salah
pemnidaaan (misalignment) dan memungkinkan pasar menyerap sebagian
guncangan eksternal.
3.5 Istilah-istilah Penting
Efek Pembatasan Paksa (crowding-out effect) merupakan penurunan
permintaan agregat yang terjadi apabila ekspansi fiskal menaikkan suku
bunga.
Efek Penggandaan (multiplier effect) merupakan pergeseran tambahan pada
permintaan
agregat
yang
muncul
jika
kebijakan
fiskal
ekspansif
Page
Page
Page
asing di Exchange Fund resmi. Meskipun telah menjalankan sistem lembaga mata
uang sebelum tahun 1973 dan kini masih memiliki lembaga mata uang Dewan
Komisioner Mata Uang Singapura (BCSS) -yang bertanggung jawab menerbitkan
mata uang-Singapura sebenarnya tidak menjalankan sistem lembaga mata uang.
Keruntuhan efektif sistem lembaga mata uang dapat ditelusuri sejak Juni 1973,
ketika Singapura, seperti negara-negara lain memutuskan untuk mengambangkan
mata uangnya, dolar Singapura. Kesalahpahaman bahwa Singapura memiliki sistem
lembaga mata uang kemungkinan muncul karena kebijakan moneter Singapura
yang hati-hati dan sangat sukses sejak tahun 1981 yang berarti bahwa cadangan
internasionalnya memang melebihi uang yang diterbitkan dan penerbitan uang
berdasarkan undang-undang melalui BCCS (yang secara fisik kini berlokasi di
gedung yang sama dengan Bank Sentral) mencegah pemerintah agar tidak mencetak
uang untuk mendanai defisit anggaran. Namun, dari sudut pandangan kebijakan
moneter dan nilai tukar Singapura menjalankan rezim nilai tukar mengambang
terkelola yang tujuan utamanya membuat inflasi tetap rendah dan stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw,N.G.,Euston Quah,Peter Wilson.2008.Edisi Asia.Pengantar Ekonomi Makro.
Terjemahan oleh Biro Bahasa Alkemis. Salemba Empat. Jakarta. (Judul asli : Principles of
Economics: An Asian Edition).
Page