Anda di halaman 1dari 4

Nama : Khansa Nurhaya

NIM : 20220070075

Kelas : AK22C

1. Jelaskan teori permintaan uang menurut pandangan Keynes !

Teori permintaan uang menurut pandangan Keynes adalah bahwa permintaan uang tergantung pada
dua faktor utama: kebutuhan akan transaksi dan keinginan untuk memegang uang sebagai bentuk
cadangan untuk menghindari ketidakpastian di masa depan.

Keynes berpendapat bahwa orang-orang membutuhkan uang untuk melakukan transaksi sehari-hari,
seperti membeli barang atau membayar tagihan, dan jumlah uang yang dibutuhkan untuk tujuan ini
bergantung pada tingkat harga barang dan jasa di pasar. Selain itu, Keynes juga berpendapat bahwa
orang-orang cenderung memegang sejumlah uang tambahan sebagai cadangan, yang disebut
"spekulasi" atau "motive untuk memegang uang". Spekulasi muncul karena orang-orang ingin
menghindari risiko kekurangan uang di masa depan atau kesempatan investasi yang dianggap
menguntungkan, sehingga jumlah uang yang dipilih untuk disimpan sebagai cadangan bergantung
pada suku bunga.

Dengan demikian, Keynes mengemukakan bahwa permintaan uang bergantung pada tingkat harga
dan suku bunga. Jika suku bunga naik, orang-orang akan lebih mungkin menyimpan uang sebagai
bentuk investasi daripada sebagai spekulasi, sehingga permintaan uang akan turun. Sebaliknya, jika
suku bunga turun, orang-orang akan lebih cenderung untuk memegang uang sebagai cadangan
daripada sebagai investasi, sehingga permintaan uang akan meningkat.

Keynes juga memperkenalkan konsep "keseimbangan likuiditas" yang mengacu pada keseimbangan
antara jumlah uang yang diinginkan untuk transaksi dan cadangan spekulatif yang diinginkan oleh
masyarakat pada tingkat suku bunga tertentu. Keynes mengemukakan bahwa jika jumlah uang yang
beredar kurang dari keseimbangan likuiditas, maka akan terjadi kekurangan likuiditas yang akan
memperlambat aktivitas ekonomi. Sedangkan jika jumlah uang yang beredar lebih dari keseimbangan
likuiditas, maka akan terjadi inflasi karena masyarakat cenderung lebih banyak membelanjakan uang
daripada memegangnya.

2. Jelaskan perbedaan teori kuantitas uang menurut Ricardo dan Irving Fisher!

Teori kuantitas uang adalah teori yang menjelaskan hubungan antara jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian dan tingkat harga barang dan jasa di pasar. Terdapat perbedaan pendekatan antara
David Ricardo dan Irving Fisher dalam teori kuantitas uang, yaitu:
 Pendekatan David Ricardo:

David Ricardo memandang bahwa kuantitas uang dalam perekonomian memiliki pengaruh langsung
terhadap tingkat harga. Menurut Ricardo, peningkatan kuantitas uang akan menyebabkan inflasi yang
akan meningkatkan harga barang dan jasa di pasar. Ia juga berpendapat bahwa perubahan dalam
kuantitas uang akan mempengaruhi harga-harga jangka panjang daripada jangka pendek.

 Pendekatan Irving Fisher:

Irving Fisher berpendapat bahwa perubahan kuantitas uang akan mempengaruhi tingkat harga dan
kegiatan ekonomi. Fisher menggunakan persamaan kuantitas uang sebagai alat untuk menjelaskan
hubungan antara uang, harga dan kegiatan ekonomi. Persamaan kuantitas uang Fisher
menggabungkan variabel uang, kecepatan sirkulasi uang, dan tingkat harga untuk menjelaskan
bagaimana kuantitas uang mempengaruhi ekonomi. Fisher juga menyatakan bahwa inflasi tidak hanya
dipengaruhi oleh kuantitas uang tetapi juga oleh kecepatan sirkulasi uang.

Dalam rangkaian teori kuantitas uang, Fisher memperkenalkan konsep kenaikan harga berkelanjutan
yang disebut "Efek Fisher". Menurut Fisher, ketika ada kenaikan suku bunga riil, orang akan lebih
memilih untuk menabung daripada menghabiskan uangnya, sehingga kuantitas uang yang beredar
akan turun dan tingkat harga akan turun pula.

3. Penawaran uang atau money supply merupakan jumlah uang yang tersedia dalam
kegiatan ekonomi suatu negara uang beredar terdiri dari M1 dan M2 Jelaskan
perbedaan penawaran uang M1 dan M2!

Penawaran uang adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat pada suatu waktu tertentu. Dalam
konteks ekonomi, penawaran uang dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu M1 dan M2.

M1 adalah komponen dari penawaran uang yang paling likuid atau mudah dicairkan. M1 terdiri dari
uang tunai di tangan masyarakat, rekening giro (demand deposit) pada bank komersial, dan deposito
berjangka (term deposit) yang dapat dicairkan pada saat jatuh tempo.

Sedangkan M2 adalah kategori yang lebih luas dari penawaran uang, mencakup semua elemen M1
ditambah dengan deposito berjangka yang tidak dapat dicairkan dalam waktu kurang dari tiga bulan
(savings deposit) dan jenis uang lainnya yang mudah dicairkan seperti sertifikat deposito (certificate
of deposit) yang diterbitkan oleh bank.
Perbedaan utama antara M1 dan M2 adalah bahwa M1 hanya mencakup uang tunai dan uang yang
dapat dicairkan dengan cepat, sedangkan M2 mencakup semua elemen M1 ditambah dengan deposito
berjangka yang tidak dapat dicairkan dalam waktu singkat dan jenis uang lainnya yang mudah
dicairkan. Oleh karena itu, M2 lebih luas daripada M1 dan mencakup lebih banyak jenis uang yang
beredar di masyarakat.

Penting untuk memahami perbedaan antara M1 dan M2 karena hal ini dapat mempengaruhi kebijakan
moneter yang diterapkan oleh bank sentral. Bank sentral dapat mempengaruhi penawaran uang
melalui berbagai instrumen kebijakan moneter seperti suku bunga dan jumlah cadangan yang harus
dipenuhi oleh bank komersial. Dengan memahami perbedaan antara M1 dan M2, bank sentral dapat
menentukan instrumen mana yang paling efektif untuk mempengaruhi ekonomi.

4. Teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Marshall lebih mengarah pada hubungan
jumlah uang dengan pendapatan nasional Jelaskan secara lengkap teori kuantitas uang
dari Mashall tersebut!

Teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Alfred Marshall adalah salah satu teori ekonomi klasik
yang menjelaskan hubungan antara jumlah uang dan tingkat harga serta pendapatan nasional suatu
negara. Menurut teori ini, terdapat hubungan langsung antara jumlah uang yang beredar dengan
tingkat harga barang dan jasa yang dihasilkan, serta pendapatan nasional suatu negara.

Secara lebih detail, teori kuantitas uang Marshall menyatakan bahwa jika jumlah uang yang beredar
meningkat secara signifikan, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi. Dalam konteks ini,
inflasi dapat terjadi karena terdapat kelebihan permintaan atas barang dan jasa yang ditawarkan,
sehingga produsen akan menaikkan harga untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran.

Di sisi lain, jika jumlah uang yang beredar menurun, maka hal ini akan menyebabkan deflasi. Deflasi
terjadi karena kurangnya permintaan atas barang dan jasa yang ditawarkan, sehingga produsen akan
menurunkan harga untuk menarik konsumen.

Selain itu, teori kuantitas uang Marshall juga mengasumsikan bahwa tingkat harga merupakan faktor
yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan nasional. Dalam hal ini, jika tingkat harga naik,
maka akan terjadi penurunan dalam produksi dan pendapatan nasional, karena konsumen akan lebih
sulit untuk membeli barang dan jasa dengan harga yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, teori kuantitas uang Marshall mengasumsikan bahwa hubungan antara jumlah
uang, harga, dan pendapatan nasional bersifat linier, sehingga perubahan dalam jumlah uang yang
beredar akan berdampak pada perubahan harga dan pendapatan nasional secara proporsional.
Meskipun demikian, teori ini masih menjadi topik perdebatan di kalangan ekonom karena beberapa
alasan, seperti adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat harga dan pendapatan nasional.

5. Jelaskan Kebijakan Moneter yang dapat dilakukan oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia) dalam menjaga tingkat inflasi di Indonesia!

Kebijakan Moneter adalah salah satu alat yang dapat digunakan oleh bank sentral seperti Bank
Indonesia untuk mengendalikan tingkat inflasi. Berikut adalah beberapa kebijakan moneter yang
dapat dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjaga tingkat inflasi di Indonesia :

1) Kenaikan suku bunga: Bank Indonesia dapat meningkatkan suku bunga acuan, seperti BI 7-
day Reverse Repo Rate, untuk mengurangi permintaan kredit dan mendorong tabungan. Hal
ini akan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, mengurangi permintaan barang dan
jasa, dan akhirnya menurunkan inflasi.
2) Penurunan suku bunga: Bank Indonesia juga dapat menurunkan suku bunga acuan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan barang dan jasa. Namun,
kebijakan ini harus diimbangi dengan kebijakan lain seperti pengendalian pertumbuhan uang
beredar untuk menghindari risiko inflasi.
3) Operasi Pasar Terbuka (OPT): Bank Indonesia dapat melakukan operasi pasar terbuka dengan
membeli atau menjual surat berharga di pasar terbuka. Jika Bank Indonesia membeli surat
berharga, maka akan meningkatkan likuiditas di pasar dan mendorong pertumbuhan kredit,
sementara jika Bank Indonesia menjual surat berharga maka akan menarik likuiditas dari
pasar, mengurangi permintaan dan mendorong tingkat suku bunga naik.
4) Penetapan Batas Kredit: Bank Indonesia dapat menetapkan batas kredit bagi bank dan
lembaga keuangan lainnya untuk mengurangi permintaan kredit yang berlebihan dan
mencegah kenaikan harga yang terlalu tinggi. Hal ini juga dapat membantu mengendalikan
inflasi.
5) Meningkatkan cadangan minimum bank: Bank Indonesia dapat meningkatkan cadangan
minimum bank, yaitu jumlah uang yang harus dipertahankan oleh bank sebagai bagian dari
deposito nasabah. Hal ini akan menekan pengeluaran kredit bank dan mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat.

Dalam melakukan kebijakan moneter, Bank Indonesia juga harus mempertimbangkan berbagai faktor
seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, nilai tukar, stabilitas keuangan, dan inflasi.
Kebijakan yang tepat dapat membantu Bank Indonesia dalam menjaga inflasi di tingkat yang sehat
untuk perekonomian Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai