Anda di halaman 1dari 4

1.

Contoh dari motif-motif memegang uang antara lain:

Motif Transaksi
 Menyimpan uang tunai di dompet untuk membayar pengeluaran sehari-hari seperti belanjaan, bensin,
dan makan di luar.
 Menyimpan uang rekening bank untuk membayar tagihan bulanan, seperti sewa, utilitas, dan
pembayaran kartu kredit.
 Menyimpan saldo pada kartu debit prabayar untuk melakukan pembelian online dan membayar
langganan.
 Memegang saldo akun e-wallet untuk membayar pembelian online dan mengirim uang ke keluarga dan
teman.
 Menjaga saldo pada aplikasi pembayaran seluler untuk membeli paket internet bulanan

Motif berjaga-jaga

 Menyimpan dana darurat di rekening tabungan untuk menutupi pengeluaran tak terduga, seperti
tagihan rumah sakit atau perbaikan mobil.
 Menyimpan sebagian tabungan pensiun dalam investasi berisiko rendah, seperti obligasi pemerintah,
untuk melindungi dari fluktuasi pasar.
 Memegang sebagian kekayaan dalam aset fisik, seperti emas atau real estat, sebagai lindung nilai
terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
 Menyimpan uang tunai ekstra jika terjadi kejadian tak terduga, seperti bencana alam atau pemadaman
listrik.
 Menyimpan dana darurat di rekening bisnis untuk menutupi pengeluaran tak terduga, seperti kerusakan
peralatan atau tagihan tak terduga.

Motif Spekulasi:

 Berinvestasi pada saham dengan potensi pertumbuhan tinggi, seperti perusahaan teknologi atau biotek,
dengan harapan dapat mewujudkan keuntungan yang signifikan di masa depan.
 Membeli mata uang asing, seperti USD atau EUR, sebagai investasi spekulatif dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa depan.
 Berinvestasi dalam real estat dengan harapan nilai properti akan meningkat dari waktu ke waktu,
menghasilkan pengembalian investasi yang signifikan.
 Membeli barang koleksi, seperti lukisan, dengan harapan nilainya akan meningkat seiring berjalannya
waktu.
 Memperdagangkan komoditas seperti minyak atau logam mulia dengan harapan harganya akan
berfluktuasi memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan.

Motif transaksi, kehati-hatian, dan spekulasi untuk memegang uang mencerminkan berbagai alasan untuk
menyimpan kas atau aset dan membuat keputusan keuangan. Orang dapat menggunakan motif ini dalam
kombinasi untuk mencapai tujuan keuangan mereka dan mengelola risiko keuangan.

2. Jumlah uang beredar mengacu pada jumlah total uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Otoritas
moneter, seperti bank sentral, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar melalui alat
kebijakan moneter Berikut adalah penjelasan singkat tentang bagaimana jumlah uang beredar ditentukan
oleh otoritas moneter:

 Persyaratan Cadangan: Bank sentral meminta bank komersial untuk menyimpan sejumlah cadangan,
baik dalam bentuk uang tunai atau deposito di bank sentral. Dengan menyesuaikan persyaratan
cadangan, bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang yang dapat dipinjamkan bank, sehingga
mempengaruhi jumlah uang beredar.
 Operasi Pasar Terbuka: Bank sentral dapat membeli atau menjual sekuritas pemerintah di pasar terbuka,
sehingga mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Misalnya, ketika bank sentral membeli sekuritas
pemerintah, ia menyuntikkan uang ke dalam perekonomian, meningkatkan jumlah uang beredar.
 Tingkat Diskonto: Tingkat diskonto adalah tingkat bunga yang dapat dipinjam bank komersial dari bank
sentral. Dengan mengubah tingkat diskonto, bank sentral dapat mendorong atau mencegah bank
meminjam uang, sehingga mempengaruhi jumlah uang beredar.
 Suku Bunga: Bank sentral dapat mempengaruhi suku bunga melalui alat kebijakan mereka, seperti
operasi pasar terbuka dan tingkat diskonto. Dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga, bank
sentral dapat mempengaruhi biaya pinjaman, yang dapat mempengaruhi permintaan kredit dan jumlah
uang beredar.

Otoritas moneter menggunakan berbagai alat kebijakan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dalam
suatu perekonomian. Tujuannya adalah untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi, sekaligus mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas keuangan. Keputusan yang dibuat oleh
otoritas moneter dapat berdampak signifikan terhadap perekonomian dan sistem keuangan.

3. Bank syariah dapat digunakan oleh siapa saja, tidak terbatas pada golongan tertentu saja. Sebagian besar
layanan bank syariah dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang status sosial, agama, atau
kebangsaan.
Perbedaan utama antara bank syariah dengan bank konvensional lainnya adalah prinsip-prinsip syariah yang
menjadi dasar operasi dan produk bank syariah. Beberapa perbedaan utama antara bank syariah dan bank
konvensional lainnya adalah sebagai berikut:
 Prinsip Operasi: Bank syariah didasarkan pada prinsip-prinsip syariah, yang melarang riba (bunga),
spekulasi, dan kegiatan ekonomi yang merugikan masyarakat. Sedangkan, bank konvensional tidak
mengikuti prinsip-prinsip syariah dan mengandalkan sistem bunga dalam operasinya.
 Produk dan Layanan: Produk dan layanan bank syariah didesain dengan mengikuti prinsip-prinsip
syariah, seperti akad mudharabah, akad musyarakah, dan akad murabahah. Sementara itu, bank
konvensional menawarkan produk-produk seperti pinjaman dengan bunga, deposito, dan reksa dana.
 Struktur Pengawasan: Bank syariah diawasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), sedangkan bank konvensional diawasi oleh Bank Indonesia (BI) dan OJK.
 Tujuan Bisnis: Bank syariah lebih mengutamakan tujuan bisnis yang berorientasi pada kepentingan
bersama dan keberlangsungan lingkungan, sementara bank konvensional lebih mengutamakan
profitabilitas dan keuntungan bagi pemegang saham.

4. Teori permintaan uang Keynes mengemukakan bahwa permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:

 Pendapatan Nasional (Y): Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin besar kebutuhan akan uang
untuk melakukan transaksi, sehingga permintaan uang untuk transaksi akan meningkat.
 Tingkat Harga (P): Semakin tinggi tingkat harga barang dan jasa, semakin besar jumlah uang yang
dibutuhkan untuk melakukan transaksi, sehingga permintaan uang untuk transaksi akan meningkat.
 Tingkat Suku Bunga (r): Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin mahal biaya kesempatan untuk
menyimpan uang, sehingga permintaan uang untuk transaksi akan meningkat.
 Tingkat Pendapatan riil (Y/P): Semakin tinggi tingkat pendapatan riil (yaitu pendapatan yang diukur
dalam satuan barang dan jasa), semakin banyak barang dan jasa yang dapat dibeli dengan uang yang
sama, sehingga permintaan uang untuk transaksi akan meningkat.

Secara matematis, teori permintaan uang Keynes dapat dirumuskan sebagai berikut:
Md = kPY
di mana:
- Md = Permintaan uang untuk transaksi
- P = Tingkat harga barang dan jasa
- Y = Pendapatan nasional
- k = Konstanta proporsi yang menunjukkan seberapa besar perubahan permintaan uang akan terjadi
akibat perubahan P atau Y
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara permintaan uang untuk transaksi (Md) dan
pendapatan nasional (Y) dalam teori permintaan uang Keynes:

Grafik menunjukkan bahwa


semakin tinggi pendapatan
nasional, semakin tinggi juga
permintaan uang untuk
transaksi (Md). Kenaikan permintaan uang untuk transaksi terjadi karena semakin banyak transaksi yang
dilakukan oleh masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan berbelanja barang dan jasa.

5. Dalam teori klasik, uang hanya dianggap sebagai alat tukar yang tidak memiliki nilai intrinsik dan tidak secara
langsung mempengaruhi produksi, harga, atau kegiatan ekonomi lainnya. Oleh karena itu, dalam teori klasik
tidak ada hubungan langsung antara jumlah uang yang beredar dengan kegiatan ekonomi. Dalam kerangka
ini, perputaran uang (V) dianggap sebagai variabel konstan. V didefinisikan sebagai rasio pengeluaran total
terhadap jumlah uang yang beredar, dan diasumsikan sebagai nilai yang stabil yang cenderung tidak berubah
dari waktu ke waktu. Dalam teori klasik, peningkatan jumlah uang yang beredar hanya akan menyebabkan
kenaikan harga secara proporsional, tanpa ada perubahan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Dengan
demikian, perputaran uang dianggap sebagai variabel konstan dalam teori klasik.

Namun, pandangan ini dikritik oleh teori ekonomi lainnya, seperti teori Keynesian dan monetarisme, yang
menunjukkan bahwa perubahan kuantitas uang dapat mempengaruhi tingkat harga dan aktivitas ekonomi
secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam kerangka yang lebih modern, perputaran uang dianggap sebagai
variabel yang tidak konstan dan dapat berubah dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai