Anda di halaman 1dari 11

MASALAH PEMBAYARAN DAN SISTEM MONETER

INTERNASIONAL

MAKALAH

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter Islam

Program Studi : Ekonomi Syariah

Oleh :

Pebriandani Yeryansyah Putra NIM. 0103.1701.042

Wida Alawiyah NIM. 0103.1701.016

PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

DR. KHEZ. MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2019 M/1440 H
BAB I
PENDAHULUAN

Perekonomian dunia tidak terlepas dari sistem keuangan yang


meliputi sistem fiskal dan moneter. Kebijakan moneter mengacu pada
permasalahan keuangan dalam suatu wilayah. Nilai tukar mata uang serta
mekanisme-mekanisme pembayaran yang diakui oleh suatu wilayah
(negara).
Dahulu kala orang-orang melakukan jual beli dengan cara barter,
yaitu pertukaran antar barang dengan barang yang dianggap memiliki nilai
yang sepadan. Kemudian seiring berjalannya waktu alat pembayaranpun
mengalami perubahan hingga sampai saat ini kita mengenal istilah uang.
Mekanisme pembayaran memang perlu untuk diatur sehingga tidak
menimbulkan kebingungan di tengah-tengah masyarakat saat melakukan
aktifitas ekonominya. Karena hal tersebut perlu adanya pengaturan dalam
hal moneter baik dalam lingkup regional maupun internasional.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Neraca Pembayaran Dalam Moneter Internasional


Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi
internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk
dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya
satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk)
untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem
akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan
dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap
transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk
valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan
suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang
dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-
transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu
penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced)
dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut
dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan
modal nasional (dari mana kita memperoleh dana-dana/ daya beli, dan bagaimana
kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu
negara akan sama secara agregat; namun, dari komponen-komponen neraca
pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit.
Contoh : Suatu perusahaan RI meminjam Poundsterling Inggris. Jelas,
pinjaman ini merupakan peningkatan hutang penduduk/perusahaan RI pada pihak
luar negeri (Inggris). Pinjaman ini merupakan suatu credit entry pada neraca
pembayaran. Debit entry yang sama akan diklasifikasikan sebagai suatu
peningkatan dalam kepemilikan aset financial luar negeri, yaitu rekening bank
debitor RI (yang didenominasi) dalam sterling merupakan suatu aset.
Memiliki aset dalam valuta asing sama seperti memberikan pinjaman jangka
pendek kepada negara lain
1. Manfaaf neraca pembayaran:
a. sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil langkah di
bidang ekonomi.Data yang ada dijadikan dasar bagi pemerintah untuk
mengambil kebijakan di bidang ekonomi.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan
di bidang moneter dan fiscal. Dari neraca pembayaran dapat dilihat berapa
saldo devisa.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh
hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.
d. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan
di bidang politik perdagangan internasional.
Neraca pembayaran terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : neraca
perdagangan, neraca jasa, neraca modal dan neraca moneter (lalulintas moneter).
a. Neraca Pembayaran (Balance of Payment)
Neraca Pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang
mengikhtisarkan seluruh transaksi ekonomi antara penduduk (resident) suatu
negara, dengan penduduk negana lain selama masa tertentu (1 tahun). Dan untuk
menyusun neraca pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional,
perlu dibedakan antara transaksi debit dengan transaksi kredit.
1. Transaksi Debit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya
kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran
tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
2. Transaksi Kredit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya hak
bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut
untuk menerima pembayaran dari negara lain.
B. Sistem Moneter Internasional
Sistem Moneter Internasional (International Monetary
System) dapat diartikan sebagai pengaturan atau kesepakatan formal
antarnegara terkait nilai tukar dari masing-masing mata uang negara dunia,
terhadap mata uang lain. Sederhananya, sistem moneter ini berhubungan
dengan nilai mata uang dan perbandingannya.

Di dalam sistem moneter internasional tersebut terdapat ketentuan –


ketentuan yang mengatur cara-cara atau metode pembayaran yang dapat
diterima antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) dalam batas
negara yang berbeda. Namun, ketentuan-ketentuan ini tentu harus
disepakati oleh para anggotanya atau negara serta bank sentralnya.

Negara-negara melalui bank sentral yang dimilikinya harus mampu


menyediakan cadangan kapital atau likuiditas sesuai dengan aturan yang
disepakati sehingga cukup untuk mengatasi fluktuasi perdagangan
internasional. Hal ini memungkinkan neraca perdagangan internasional
dapat mencapai ekuilibrium ekonomi global, terutama dalam hal nilai pada
setiap entitas ekonomi yang dapat dikoreksi sewaktu-waktu sesuai nilai
riilnya.

C. Sejarah Sistem Moneter Internasional

Sejarah sistem moneter internasional ini diawali pada tahun 1870-


an, ketika hegemoni Inggris yang berlangsung santer terhadap
perekonomian global. Inggris pada abad tersebut mendominasi bidang
manufaktur atau industri dan menjadi produsen utama dari sekitar setengah
cadangan besi dan batu bara skala global.

Padahal, dari jumlah produksi tersebut, Inggris sendiri hanya


mengokonsumsi kurang dari setengah yang diproduksinya. Sementara itu,
Inggris Raya juga memiliki kemampuan ekonomi yang kuat. Hal ini dilihat
dari jumlah stok emas global yang yang dimilikinya semasa periode 1870 –
1913 yang merupakan terbesar di dunia. Inggris juga mampu membiayai
sekitar 60% kredit jangka pendek dari seluruh transaksi perdagangan global.
Kekuatan finansial Inggris ini kemudian membuat Inggris berinisiasi untuk
membentuk sistem keuangan berstandar emas. Sistem keuangan dengan
standar emas ini mulai dilakukan sejak 1875.

Sistem ini lalu diikuti oleh berbagai negara lain di dunia, terutama
negara-negara di Eropa. Momentum inilah yang mengawali terbentuknya
sejarah pasar mata uang dunia, sekaligus sistem moneter internasional.
Dalam sistem pasar mata uang ini, pemerintah masing-masing negara
menjamin pertukaran mata uang ke jumlah tertentu dalam hitungan emas
(fixed weight) dan sebaliknya (convertibily). Sederhananya, mata uang yang
beredar didukung oleh emas (backed by gold).

Untuk menyesuaikan pada sistem ini, pada akhir abad 19, seluruh
negara ekonomi utama pun telah menentukan nilai mata uang dengan
standar ons emas. Adapun nilai tukar (exchange rate) dari kedua mata uang
tersebut didasarkan pada perbedaan nilai ons emas antara dua mata uang.
Inilah yang menjadi alat standardisasi pertama mata uang dalam sejarah
dunia.

Jaringan keuangan yang berlangsung antarnegara-negara secara luas


inilah yang membuat para ahli pantas menyebutnya sebagai sistem
keuangan internasional atau International Monetary System (IMS). Ketika
itu, juga terjadi penyatuan mata-mata uang yang ada di kawasan regional
seperti Latin Monetary Union (Belgia, Italia, Swiss, dan Perancis) dan
Scandinavian Monetary Union (Denmark, Norwegia, Swedia, dan lain-
lain).

Sejarah perkembangan sistem moneter internasional secara umum


dapat dikelompokkan dalam tiga masa, yakni masa pra perang dunia, masa
perang dunia, dan masa pascaperang dunia. Periodisasi ini dilakukan
berdasarkan perbedaan karakteristik dari sistem moneter internasional yang
digunakan, sesuai keadaan ekonomi-politik dunia dari tiga periode waktu.
D. Kemunculan International Monetary Fund
Penggunaan standar emas dalam sistem keuangan dan perdagangan
internasional berlangsung cukup panjang, termasuk ketika berlangsung
perang dunia. Namun, perang dunia membuat sistem moneter internasional
ini terpengaruh dan mengalami kekacauan hingga akhirnya ditinggalkan.
Ditambah lagi, ada berbagai masalah lain terkait supply and demand emas
serta penentuan standar emas yang ditentukan oleh masing-masing negara.
Pada akhirnya, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, negara-negara
sekutu (allied countries), yang diprakarsai Amerika Serikat dan Inggris
memiliki inisiatif untuk memperbaiki sistem keuangan global yang telah
porak poranda akibat ditinggalkannya sistem gold standard.

Untuk membangun sistem moneter internasional yang lebih kuat


lagi, sekaligus mendukung liberalisasi ekonomi di seluruh dunia, pada Juli
1944 di Bretton Woods, Hampshire, AS, diadakan konferensi yang
melibatkan lebih dari 700 perwakilan 45 negara, terkait sistem Bretton
Wood.

Dari konferensi tersebut, terdapat dua agenda utama, yakni :

1. mendorong pengurangan tarif dan hambatan perdagangan


internasional,
2. menciptakan kerangka ekonomi global demi meminimalisir
konflik ekonomi dan mencegah terulangnya perang dunia.
Peristiwa ini menjadi tanda dari diawalinya rezim Bretton Woods
yang membatasi kerja sama ad hoc dalam dua isu utama, yakni dalam hal
sistem pembayaran internasional dan nilai internasional atas medium
pembayaran. Secara ringkas, rezim Bretton Woods memiliki tiga poin
utama, meliputi :
1. Metode nilai tukar tetap (fixed exchange rate)
2. US dollar atau US$ menggantikan standar emas dan menjadi
mata uang cadangan utama
3. Pembentukan tiga badan internasional yang menaungi aktivitas
perekonomian global secara menyeluruh, yaitu International
Monetary Fund (IMF), International Bank for Reconstruction
and Development (sekarang World Bank), dan General
Agreements on Tariffs and Trade / GATT (sekarang World
Trade Organization / WTO).

Rezim Bretton Woods ini kemudian berlangsung dengan diperankan


oleh ketiga institusi tadi. Akan tetapi, IMF menjadi institusi hasil rezim
Bretton Woods yang paling banyak berpengaruh terhadap sistem moneter
modern, selain International Bank for Reconstruction and Development /
IBRD (sekarang World Bank) yang bertugas untuk menyediakan kapital
bagi proses rekonstruksi negara-negara yang berperang.

Adapun peran IMF yang dominan tercermin dalam enam butir


tujuan dasarnya, meliputi :

1. Untuk memajukan kerja sama moneter internasional dengan cara


mendirikan lembaga (IMF);
2. Untuk memperluas perdagangan dan investasi dunia;
3. Untuk memajukan stabilitas kurs valuta asing;
4. Untuk mengurangi dan membatasi praktik-praktik pembatasan
terhadap pembayaran internasional;
5. Untuk menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk
pinjaman jangka pendek atau jangka menengah yang diperlukan
untuk mempertahankan kurs valuta asing yang stabil selama
neraca pembayaran mengalami defisit, yang bersifat sementara,
sampai dapat diatasi dengan cara menyesuaikan tingginya kurs
devisa;
6. Untuk memperpendek dan memperkecil besarnya nilai defisit
atau surplus neraca pembayaran.
E. Sistem Moneter Internasional Modern

Setelah kejatuhan sistem Bretton Woods, IMF juga menjadi institusi


internasional yang masih banyak memegang kendali terhadap sistem
keuangan internasional, hingga saat ini. Sistem nilai tukar atau penilaian
mata uang kini juga menggunakan sistem yang lebih kompleks atau
beragam.

Nilai mata uang pun juga ditentukan dengan berbagai indikator, meliputi :

1. Laju Inflasi Relatif


2. Tingkat Pendapatan Relatif
3. Suku Bunga Relatif
4. Kontrol pemerintah
5. Ekspektasi nilai di masa depan

Melalui indikator –indikator ini, sistem nilai tukar mata uang pun juga dapat
ditentukan dengan berbagai ragam, seperti :

1. Fixed Exchange Rate System


Sistem kurs tetap, dengan kurs ditetapkan berdasarkan
keputusan pemerintah.
2. Floating Exchange Rate System
Sistem kurs mengambang, yang ditetapkan melalui mekanisme
kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valas.
3. Managed Floating Exchange Rate System
Sistem nilai tukar ini berada di antara fixed system dan freely
floating, hanya saja mempunyai kesamaan dengan fixed
exchange system. Dalam sistem ini pemerintah bisa melakukan
intervensi untuk menjaga nilai mata uang agar tidak berubah
terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu. Namun,
dalam managed float masih lebih fleksibel terhadap suatu mata
uang dibanding free floating.
4. Pegged Exchange Rate System
Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan mengaitkan nilai tukar
mata uang suatu negara dengan nilai tukar mata uang dari negara
lain atau sejumlah mata uang tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi, praktisi,
regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan
dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak
ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran
timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran
internasional.
1. Sistem Standar Emas 1870 – 1914 Muncul pada tahun 1870, dimana
pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas.
2. Zaman Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional,
yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang
sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Neraca Pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang
mengikhtisarkan seluruh transaksi ekonomi antara penduduk (resident) suatu
negara, dengan penduduk negana lain selama masa tertentu (1 tahun). Dan untuk
menyusun neraca pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional,
perlu dibedakan antara transaksi debit dengan transaksi kredit.
1. Transaksi Debit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya
kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran
tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
Transaksi Kredit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya hak bagi
penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk menerima
pembayaran dari negara lain.
Referensi:
 Freiden, Jeffery A. 2006. “The End of Bretton Woods”, dalam Global
Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century. New York: W.W Norton
& Co. Inc., pp. 339-360

 Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan


Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
 Helleiner, Eric. 2008. “The Evolution of the International Monetary and
Financial System”, dalam Ravenhill, John. Global Political Economy. Oxford:
Oxford University Press., pp. 213-240

 Manurung, Mandala dan Rahardja, Prathama. 2004. Uang, Perbankan, dan


Ekonomi Moneter Kajian Kontekstual Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
 http://mynewjurini.blogspot.com/2015/11/makalah-sistem-moneter-dan-
neraca.html

Anda mungkin juga menyukai