DI SUSUN OLEH :
KELAS : A1 KEUANGAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
taufiknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistem
Moneter Internasional dan Neraca Pembayaran”.
Segala daya dan upaya penulis curahkan demi penyusunan makalah ini sebaik-baiknya.
Penulis menyadari atas kemampuan yang terbatas dan tidak lepas dari kesalahan
dan kekurangan. Semoga makalah ini bermanfa’at bagi siapa saja yang ingin mengetahui
lebih detail materi tentang “Sistem Moneter Internasional dan Neraca Pembayaran”
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat saya harapkan untuk di masa yang akan datang
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3. Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................5
2.1. Sistem Moneter Internasional.....................................................................................................5
2.2. Neraca Pembayaran..................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1.Kesimpulan................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin luas aktivitas perdagangan dalam globalisasi ekonomi ini, membutuhkan sistem
keuangan atau pasar internasional yang stabil untuk memberikan modal untuk melaksanakan
perdagangan internasional tersebut, karena itu, keterkaitan antara perdagangan internasional
dan sistem keuangan atau moneter internasional menjadi semakin penting. Oleh karena itu
akhirnya masyarakat internasional berhasil mendirikan bank dunia dan IMF pada Konferensi
Bretton Woods tahun 1994.
Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber hukum yang terpenting. Secara
umum, perjanjian internasional terbagi dalam tiga bentuk, yaitu perjanjian multilateral,
regional, dan bilateral. Perjanjian internasional atau multilateral adalah kesepakatan tertulis
yang memikat dari pihak (negara) dan tunduk pada aturan hukum internasional. Perjanjian
internasional kadang kala juga berupaya mencari suatu pengaturan yang seragam guna
mempercepat transaksi perdagangan. Perjanjian regional adalah kesepakatan-kesepakatan
dibidang perdagangan internasional yang dibuat oleh negara-negara yang tergolong atau
berbeda dalam suatu regional tertentu. Dan dikatakan perjanjian bilateral ketika perjanjian
tersebut hanya mengikat hanya dua subjek hukum internasional (negara atau organisasi
internasional).
Kebijaksanaan neraca pembayaran merupakan bagian integral dari kebijaksanaan
pembangunan dan mempunyai peranan penting dalam pemantapan stabilitas di bidang
ekonomi yang diarahkan guna mendorong pemerataan pembangunan, pertumbuhan
ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Di bidang perdagangan, kebijaksanaan
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri dalam negeri,
menunjang pengembangan ekspor nonmigas, memelihara kestabilan harga dan
penyediaan barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri serta menunjang iklim
usaha yang makin menarik bagi penanaman modal.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem moneter internasional
2. Mengetahui apa itu neraca pembayaran
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu negara
dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem
moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat
kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana
suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lain. (Shapiro, 1992). Sistem keuangan
internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan
transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan
ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa.
Para ahli beranggapan bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional merupakan
unsur yang bersifat netral baik ekonomis atau politis, namun anggapan ini tidak terbukti
dalam ekonomi modern. Norma dan konvensi yang mengatur Sistem Moneter
Internasional dengan ini mempunyai efek distributif yang penting bagi power suatu
negara dan kesejahteraan dalam kehidupan negara tersebut.
1. Bimetalisme
Bimetalisme adalah kebijakan moneter dimana nilai mata uang ini terkait dengan
nilai dua logam, biasanya (tetapi tidak selalu) perak dan emas. Dalam sistem ini,
nilai dari dua logam akan dihubungkan satu sama lain-dengan kata lain, nilai
perak akan dinyatakan dalam hal emas, dan sebaliknya -dan baik logam dapat
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Uang kertas maka akan langsung
dikonversi ke jumlah yang setara dengan baik logam-misalnya, mata uang AS
digunakan untuk secara eksplisit menyatakan bahwa RUU itu ditukarkan “di
koin emas dibayarkan kepada pembawa pada permintaan.” Dolar secara harfiah
penerimaan untuk kuantitas aktual metal yang diselenggarakan oleh pemerintah,
peninggalan dari waktu sebelum uang kertas adalah umum dan standar.
Dari tahun 1792, ketika Mint AS didirikan , sampai 1900, Amerika Serikat
adalah negara bimetal, dengan kedua perak dan emas diakui sebagai mata uang
hukum; pada kenyataannya, Anda bisa membawa perak atau emas untuk mint AS dan
telah berubah menjadi koin. AS tetap nilai perak untuk emas sebagai 15: 1 (1 ons
emas bernilai 15 ons perak, ini kemudian disesuaikan dengan 16: 1). Satu masalah
dengan bimetalismeterjadi ketika nilai nominal koin lebih rendah dari nilai
sebenarnya dari logam yang dikandungnya.
Kemudian, selama Perang Saudara, penimbunan emas dan perak diminta
Amerika Serikat untuk sementara beralih ke apa yang dikenal sebagai “ uang fiat
.” Fiat uang, yang adalah apa yang kita gunakan saat ini, adalah uang pemerintah
menyatakan untuk menjadi legal tender, tapi itu tidak didukung atau convertible
untuk sumber daya fisik seperti logam. Pada saat ini, pemerintah menghentikan
uang kertas penebusan emas atau perak.
2. Standar emas (gold standard)
Standar emas adalah sistem moneter di mana pemerintah mematok mata uang
domestik ke emas. Di bawah sistem ini, nilai nominal uang anda setara dengan
emas yang akan anda peroleh ketika menukarnya. Jadi, pemerintah sepakat
untuk mengkonversi uang kertas menjadi emas dalam jumlah tetap. Oleh karena itu,
jumlah uang yang beredar akan berubah sesuai dengan persediaan emas di sebuah
negara.
Standar emas tergantung pada persediaan emas. Negara yang miskin mineral
emas tidak serta merta kaya karena tidak bisa menambang emas. Mereka hanya
mengandalkan pasokan dari ekspor barang. Oleh karena itu, secara umum, standar
ini dianggap membatasi perekonomian untuk tumbuh. Tapi, sistem moneter ini juga
mendukung stabilitas harga jangka panjang. Jumlah uang yang beredar lebih
terukur daripada ketika mengadopsi uang kertas.
3. Interwar period (1915-1944)
Standar emas klasik berakhir pada masa setelah Perang Dunia I, dimana
negara-negara yang kalah khususnya Jerman, Austria, Hungaria, Polandia, dan
Rusia mengalami hiperinflasi. Contoh: Jerman mengalami kenaikan indeks harga
sebesar 1 triliun kali lipat daripada saat sebelum perang
Fluktuasi nilai mata uang di masa 1920-an membuat banyak negara menerapkan
kebijakan depresiasi habis-habisan agar dapat memperoleh untung di pasar ekspor
globa. Banyak negara ‘sepertinya’ kembali ke standar emas klasik setelah mulai
pulih dari dampak perang. Namun, itu cuma kedok saja agar mereka bisa
mengimplementasikan kebijakan sterilisasi emas. Sterilisasi Emas kebijakan untuk
menyesuaikan arus masuk dan keluar emas, dengan cara pengurangan jumlah uang
dalam negeri dan peningkatan kredit dalam negeri. Usaha’ untuk kembali ke standar
emas klasik hancur total dengan terjadinya Great Depression (1929) dan kekacauan
itu mengakibatkan ditarik keluarnya emas besar-besaran dari ‘tangan’ bank-bank di
negara-negara besar. Ada 4 tahap intererwar period :
Tahap 1: Nasionalisme Ekonomi akibat Perang Dunia I
Tahap 2: Standar emas klasik gagal untuk dipulihkan(karena agenda politik masing-
masing) Tahap 3: Ekonomi tak stabil dan bank-bank bangkrut karena terjadi
penarikan besar-besaran Tahap 4: Investor panik, ingin melarikan modal ke luar
negeri, tapi semua di luar negeri juga bernasib sama.
4. Sistem Bretton Woods (1944-1976)
Bretton Woods System adalah sebuah sistem perekonomian dunia yang
dihasilkan dari konferensi yang diselenggarakan di Bretton Woods, New
Hampshire pada tahun 1944[1]. Konferensi ini merupakan produk kerjasama antara
Amerika Serikat dan Inggris yang memiliki beberapa fitur kunci yang melahirkan
tiga institusi keuangan dunia yaitu Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan
Organisasi Perdagangan Dunia. Sistem Bretton Woods dibentuk dalam rangka
menyelesaikan pertarungan yang terjadi antara otonomi yang dimiliki oleh
domestik dan stabilitas internasional, tetapi dasar yang terdapat dalam sistem-
otonomi kebijakan nasional, nilai tukar tetap, dan kemampuan untuk mengubah mata
uang-satu sama lain saling bertolak belakang.
Tujuan Konferensi Bretton Woods Terdapat dua tujuan utama konferensi
Bretton Woods, yaitu: mendorong pengurangan tarif dan hambatan lain dalam
perdagangan internasional dan menciptakan kerangka ekonomi global untuk
meminimalisir konflik ekonomi yang terjadi di antara negara-negara, yang salah
satu bagiannya adalah mencegah terjadinya Perang Dunia II.
5. Rezim Nilai Tukar Fleksibel/Mengembang terkendali
Sistem ini belaku sejak November 1978 – Agustus 1997. Pada masa ini nilai
rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan dolar Amerika Serikat akan tetapi
terhadap sekeranjang mata uang asing (basket currency). Pada periode ini telah
terjadi tiga kali devaluasi yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983, dan
September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986, nilai nominal rupiah diperbolehkan
terdepresiasi sebesar 3-5% per tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil yang
lebih baik. Dengan sistem ini, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan
membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan
nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak
melebihi batas atas atau batas bawah spread. Pada saat sistem nilai tukar
mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke
tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-
ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan kata lain, nilai
tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.
Kurs adalah nilai atau harga sebuah mata uang dari suatu negara terhadap mata uang
negara lain. Kurs dasarnya adalah perbandingan antar dua mata uang dengan negara
yang berbeda. Makanya kamu sering mendengar mata uang rupiah melemah terhadap
dollar.Artinya nilai mata uang rupiah sedang turun terhadap dollar.Istilah lain dari kurs
adalah nilai tukar mata uang (exchange rate). Faktor yang Mempengaruhi :
1. Kebijakan Pemerintah
Pada dasarnya kebijakan pemerintah mempengaruhi keseimbangan nilai tukar
rupiah dalam berbagai aspek. Salah sedikit saja dapat membuat nilai mata uang
turun.
2. Inflasi
Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi kurs BI adalah tingkat inflasi.
Rumusnya adalah hubungan antara tingkat inflasi dengan kurs adalah negatif. Jadi,
ketika ada inflasi yang tinggi maka nilai mata uang atau kurs BI menjadi turun.
3. Ekspektasi
Ekspektasi juga dapat mempengaruhi nilai mata uang. Karena pasar valuta asing
akan terstimulus dengan cepat apabila ada informasi terkait dampak pada masa depan.
4. Perbedaan Suku Bunga Berbagai Negara
Bila suatu suku bunga di sebuah negara meningkat maka akan terjadi
peningkatan modal yang masuk pada negara tersebut. Dampaknya akan terjadi
pada pasar valuta asing dan juga pasar uang. Pada saat melakukan aktivitas
transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga pasar modal
nasional dan global dengan kriteria berdasarkan laba.
5. Aktivitas Neraca Pembayaran
Bila neraca pembayaran suatu negara aktif dan menilai positif maka akan
mempengaruhi kurs BI secara positif.
6. Tingkat Pendapatan Relatif
Tingkat pendapatan riil yang diterima oleh masyarakat suatu negara akan
mempengaruhi peningkatan ataupun pelemahan kurs mata uang asing. Apabila
pendapatan riil dalam negeri meningkat maka demand terhadap mata uang asing
biasanya meningkat. Hal ini akan mengakibatkan keterbatasan supply
a. Penerimaan dari ekspor dan pembayaran untuk impor barang dan jasa;
b. Aliran masuk penanaman modal asing dan pembayaran penanaman modal ke
luar negeri;
c. Aliran ke luar dan Aliran masuk modal jangka pendek (seperti mendepositkan
uang di luar negeri).
1. Transaksi berjalan.
Dalam transaksi berjalan (current account)dicatat transaksi-transaksi berikut:
a. Ekspor dan impor barang-barang ( perdagangan nyata)
Transaksi ini meliputi hasil-hasil sector pertanian, barang-barang produksi
industri, neraca (yaitu perbedaan di antara ekspor dan impor) dari perdagangan
tampak yaitu perdagangan dalam barang-barang tampak dinamakan neraca
perdagangan. Apabila nilai neraca itu positif berarti ekspor barang melebihi
impornya. Sebaliknya apabila negatif maka impor barang melebihi ekspornya.
b. Ekspor dan impor jasa-jasa.
Transaksi ini dikenal sebagai perdagangan tak nyata. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah transaksi-transaksi dalam kegiatanpengangkutan, kegiatan
perjalanan luar negeri, pendapatan dari investasi modal, dan beberapa
kegiatan jasa lainnya.Nilai neraca suatu negara positif bila neraca tersebut lebih
banyak menjual jasa-jasanya ke luar negeri dan membelinya dari negara-negara lain.
Nilanya negatif bila negara itu lebih banyak membeli jasa pihak-pihak luar dan
menjual jasanya ke luar negeri.
c. Pembayaran pindahan atau transfer onilateral
Transaksi ini meliputi pembayaran dimana penerimanya tidak perlu membayar
dalam bentuk uang atau jasa.Contoh: bantuan bahan makanan Amerika Serikat
ke penderita kelaparan di Aprika. Mengirimkan uang untuk membiayai
perbelanjaan anak-anak bersekolah di luar negara merupakan contoh lainnya.
2. Lalu lintas modal.
Neraca lalu lintas modal atau Capital account mencatat dua golongan transaksi:
(1) aliran modal pemerintah, dan (2) aliran modalswasta.
a. Aliran modal pemerintah.
Ini biasanya berupa pinjaman dan bantuan dari negara-negara asing yang
diberikan kepada pemerintah atau badan-badan pemerintah. Misalnya
pinjaman untuk membangun irigasi termasuk dalam golongan transaksi ini.
b. Aliran modal swasta Ia dibedakan dalam tiga jenis, yaitu investasi langsung,
investasi portfolio dan amortisasi. Investasi langsung adalah investasi untuk
mengembangkan perusahaan-perusahaan. Investasi portfolio adalah investasi
dalam bentuk membeli saham-saham di negara lain. Amortisasi adalah
pembelian kembali saham-saham atau kekayaan lain yang pada masa lalu
telah dijual kepada penduduk negara-negara lain
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran
Faktor-faktor yang menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran
internasional antara lain sebagai berikut.
1. Perubahan Kurs Devisa
Jika neraca pembayaran defisit, maka kurs valuta asing mengalami kenaikan dan
kurs rupiah mengalami penurunan. Dan bila terjadi surplus, maka kursvaluta asing
mengalami penurunan dan kurs rupiah mengalami kenaikan.
2. Perubahan Harga
Jika ekspor lebih besar daripada impor berarti barang yang ada di dalam negeri
sangat laku terjual di luar negeri, maka harga barang dalam negeri menjadi
meningkat.
3. Perubahan Tingkat Pendapatan
Ekspor merupakan komponen pendapatan nasional, sehingga berubahnya nilai ekspor
akan mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional.
4. Perubahan Tingkat Bunga
Jika investasi dari luar negeri banyak mengalir ke dalam negeri, maka tingkat
bunga yang berlaku rendah karena hubungan antara tingkat bunga dengan
tingkat investasi adalah berbanding terbalik. Sebaliknya, jika investasi yang
terjadi menurun, maka tingkat bunga yang berlaku tinggi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi neraca perdagangan meliputi:
1. Biaya produksi (tanah, tenaga kerja, modal, pajak, insentif, dll) ekspor dalam
perekonomian vis-à-vis mereka dalam perekonomian impor
2. Biaya dan ketersediaan bahan baku, barang setengah jadi dan input lainnya
3. Bursa pergerakan nilai
4. Multilateral, bilateral dan unilateral pajak atau pembatasan perdagangan
5. Hambatan non tarif seperti lingkungan, kesehatan atau standar keselamatan
6. Ketersediaan devisa yang memadai yang dapat digunakan untuk membayar
impor, dan
7. Harga pokok produksi di rumah (dipengaruhi oleh respon dari pasokan)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem Moneter Internasional dapat didefinisikan sebagai struktur, instrumen, institusi, dan
perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai mata uang di dunia. Termasuk juga
penyesuaian aliran modal dan perdagangan internasional, dan neraca pembayaran.
Neraca pembayaran adalah suatu pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang
dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri, dan dari dalam negeri ke negara-negara lain.
Kebijaksanaan neraca pembayaran merupakan bagian integral dari kebijaksanaan
pembangunan dan mempunyai peranan penting dalam pemantapan stabilitas di bidang
ekonomi yang diarahkan guna mendorong pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi
dan perluasan kesempatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, A. (2013, 05). Always Smile n Always Together. Retrieved from Makalah Sistem
http://www.academia.edu
https://www.portal-ilmu.com/
http://www.slideshare.net
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/02/neraca.html
http://irullazyboy.blogspot.com/2010/05/nilai-tukar-dan-neraca-pembayaran.html
Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, ed. 2. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 2001.
Eachern. MA. Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer, PT. Salemba Empat Jakarta.
2000.