Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EKONOMI INTERNASIONAL
SISTEM PEMBAYARAN INTERNASIONAL

Disusun Oleh : AULIYA ROHMATUNNISA

PROGRAM STUDY MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang berjudul ” SISTEM PEMBAYARAN INTERNASIONAL” tepat waktu.

Makalah Ekonomi Internasional disusun guna memenuhi tugas, Selain itu penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca serta penulis sendiri harus memahami
tentang makalah “ SISTEM PEMBAYARAN INTERNASIONAL”
Penulis mengucapkan terima kasih sebasar-besarnya kepada Dosen “Ekonomi Internasional”.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulisan terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 28 junit 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertia pertukeran barter………………………………………………………


2.2 Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran ………………………………………………..
2.3 Standar Emas Penuh ?
2.4 Mekanisme Hume ?
2.5 Sistem Devisa Emas ?
2.6 Mata Uang Internasional ?
2.7 Sistem Kurs Devisa ?
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………

3.2 Saran………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN

Sistem transaksi internasional sering disebut dengan sistem pembayaran internasional.


Pembayaran internasional adalah pembayaran atas transaksi yang dilakukan oleh negara-
negara yang terlibat dalam perdagangan internasional berdasarkan kesepakatan yang telah
dirundingkan sebelumnya. Pembayaran dalam perdagangan internasional pada umumnya
dilaksanakan melalui bank.
Di atas dikemukakan bahwa materi neraca pembayaran internasional
adalah transaksi-transaksi ekonomi internasional yang diadakan oleh penduduk negara yang
mempunyai neraca pembayaran internasional tersebut. Pada umumnya transaksi-transaksi
ekonomi berupa pemindahtanganan hak milik atas suatu benda dari tangan orang yang satu
ke tangan orang yang lain ataupun berupa penunaian jasa yang dilakukan oleh orang yang
satu untuk orang yang lain. Selain itu, perubahan susunan dan nilai hutang piutang serta
kekayaan penduduk negara bersangkutan di negara lain juga tercakup dalam istilah transaksi
ekonomi internasional.

Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu
perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor. Perdagangan ini
merupakan suatu transaksi sederhana, yaitu membeli dan menjual barang antar pengusaha
yang masing–masing bertempat tinggal di negara–negara yang berbeda.Kegiatan ekspor
impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar–benar mandiri karena
satu sama lain sama–sama membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara memiliki
karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam iklim, geografi, demografi, struktur
ekonomi dan struktur sosialnya. Secara umum perdagangan internasional dapat dibedakan
berdasarkan jenis transaksinya, yaitu transaksi ekspor dan transaksi impor. Transaksi ekspor
adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainnya. Sementara
transaksi impor adalah arus kebalikan dari ekspor, yaitu barang dan jasa dari luar suatu
negara yang masuk ke negara tersebut.Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PP No. 1 tahun 1982
jo. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 27/1/1982, tata cara pembayaran dalam
transaksi ekspor impor dapat dilaksanakan dengan :
1. Pembayaran di muka (advance payment)
2. Letter of Credit (L/C)
3. Wesel inkaso (Collection Draft)

a. Document Against Payment (D/P)


b. Document Against Acceptance (D/A)
4. Perhitungan kemudian (Open Account)
5. Konsinyasi

6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai
dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

B. RumusanMasalah

1. Pertukaran Barter ?
2. Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran ?
3. Standar Emas Penuh ?
4. Mekanisme Hume ?
5. Sistem Devisa Emas ?

6. Mata Uang Internasional ?


7. Sistem Kurs Devisa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pertukaran barter.
2. Untuk mengetahui defisit dan surplus neraca pembayaran.
3. Untuk mengetahui standar emas penuh.
4. Untuk mengetahui mekanisme hume.
5. Untuk mengetahui sistem devisa emas.

6. Untuk mengetahui mata uang internasional.


7. Untuk mengetahui sistem kurs devisa.
1.1 Pertukaran Barter
BAB II PEMBAHASAN
Pertukaran Barter merupakan kegiatan tukar-menukar barang yang dilakukan oleh dua pihak
tanpa menggunakan alat bayar seperti uang. Pertukaran Barter menjadi jenis transasksi yang
dilakukan melalui penukaran barang dengan barang atau jasa dengan barang.
Kelemahan sistem pertukaran barter adalah tidak memiliki standar nilai yang jelas. Namun
karena barter dilakukan oleh dua belah pihak yang saling membutuhkan, maka komoditi
dianggap seimbang ketika kedua belah pihak telah sepakat. Selain dari perbedaan nilai
komoditi, kejujuran dari kedua belah pihak juga menjadi kendala dalam transaksi barter. Jika
salah satu pihak tidak jujur terhadap kualitas komoditi yang ditukarnya, maka akan
merugikan pihak lainnya.

Meski demikian, barter memiliki fleksibelitas dalam pelaksanaannya, yaitu hanya


menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang diinginkan. Namun tetap harus
terlebih dahulu menemukan pihak yang membutuhkan barang yang kita miliki. Barang yang
ditukar bisa berupa barang sejenis maupun barang yang berbeda jenis. Adapun jenis-jenis
pertukaran barter yaitu:

1. Barter langsung 2.
3.
2.1 Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran
Barter langsung adalah kedua belah pihak antara pemberi dengan penerima

melakukan kegiatan menukar barang secara langsung.


Barter alih
Barter alih adalah momen saat suatu negara menerima barang hasil
kegiatan barter namun negara penerima hasil barter tidak bisa

memanfaatkan hasil barter dengan baik. Akhirnya, hasil barter tersebut


dialihkan ke negara lain yang bisa memanfaatkannya.
Barter imbal beli
Barter imbal beli bisa dikatakan memerlukan kerjasama saat ingin

membeli barang atau jasa yang sedang dibutuhkan.


Surplus neraca pembayaran berarti suatu negara mempunyai ekspor yang lebih tinggi
daripada impornya. Selain itu, surplus juga menandakan bahwa mayoritas penduduk dan
pemerintah dari negara tersebut adalah penabung.

Dengan begitu, negara mempunyai modal yang cukup untuk membayar semua produksi
dalam negeri dan bahkan meminjamkan uangnya ke negara lain. Namun, sayangnya hal itu
akan membuat negara menjadi terlalu bergantung pada pendapatan ekspor sehingga perlu
usaha lebih untuk mendorong penduduknya membelanjakan uang yang dimiliki.
Sementara itu, defisit neraca pembayaran berarti negara tersebut mempunyai impor yang
lebih tinggi daripada ekspornya sehingga tabungan yang dimiliki relatif rendah. Ketika defisit
terjadi, negara lain cenderung akan meminjamkan dan menginvestasikan uangnya di negara
yang mengalami defisit.
Hal itu tak jarang akan memberikan win win solution bagi kedua negara
yang terlibat, namun jika terjadi secara berkepanjangan tentu akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi menjadi lambat. Pasalnya, negara pemberi pinjaman akan menuntut
pengembalian lebih dari negara peminjam sehingga tak ayal akan mengarah pada inflasi
seiring dengan menurunnya nilai mata uang negara peminjam tersebut.
Neraca perdagangan dikatakan surplus bila nilai ekspor barang lebih besar dari pada
impornya. Kebijakan neraca pembayaran ditujukan untuk lebih meningkatkan penerimaan
devisa dari ekspor guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Kebijakan tersebut
ditujukan pula untuk menghemat devisa melalui substitusi impor dan memanfaatkan
sumbersumber dana dari luar negeri, baik berupa pinjaman maupun penanaman modal
asing, serta menunjang perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan.
3.1 Standar Emas Penuh

Standar Emas Penuh adalah suatu sistem di mana mata uang emas sepenuhnya beredar
dalam masyarakat atau uang kertas yang nilai nominalnya dijamin dengan emas sepenuhnya,
artinya jika sewaktu-waktu kita menginginkan uang kertas tersebut menjadi emas seharga
nominal uang kertas tersebut pemerintah siap menggantinya.

Kelebihan
Standar emas dapat dengan mudah diterima dan digunakan
masyarakat internasional sebagai alat pembayaran yang sah. Selain itu, nilai
standar emas cenderung lebih stabil dibandingkan logam jenis lainnya, sehingga
diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar uang. Standar emas mampu
membantu perkembangan perekonomian sebab akan tercipta sistem moneter yang
seragam. Basis emas sebagai mata uang logam dapat dilebur kembali menjadi
logam yang dapat dijual atau sebaliknya, logam emas dapat ditukar dengan uang

emas. Adapun kekurangannya yaitu Sistem moneter dapat mengalami kerusakan


jika pelaku ekonomi yang menyatakan emas sebagai standar mulai berbuat curang

dengan memalsukan atau mengurangi kadar emas. Cadangan emas dunia juga

terbatas, sehingga tidak dapat mengantisipasi tumbuhnya ekonomi yang semakin


rumit. Selain itu, biaya standar emas sangat tinggi, serta tidak dapat melayani
transaksi yang nilainya kecil.
4.1 Mekanisme Hume

Mekanisme Hume adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran lewat perubahan


harga-harga. Mekanisme harga ini bekerja secara penuh dalam arti bias membawa kembali
neraca pembayaran ke posisi keseimbangan kembali dalam sistem standar emas penuh. Pada
hakikatnya, mekanisme Hume masih bekerja dalam sistem-sistem moneter lain, hanya saja
tidak secara penuh. Dalam sistem-sistem lain tak bisa diharapkan bahwa mekanisme harga
(Hume) saja bisa membawa neraca pembayaran ke arah posisi keseimbangan kembali.
Mekanisme harga dapat dilihat pada Gambar 1.3. Mekanisme harga bekerja sebagai berikut;
seandainya karena sesuatu hal ekspor tiba-tiba meningkat sehingga terjadi surplus neraca
pembayaran. Emas akan mengalir ke dalam negeri, stok uang di dalam negeri meningkat, dan
selanjutnya tingkat harga di dalam negeri menjadi lebih tinggi daripada harga di luar negeri.
Akibat selanjutnya, adalah impor cenderung naik dan ekspor turun. Jadi, baik impor maupun
ekspor bereaksi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan tingkat harga.
Mekanisme tersebut merupakan rangkaian dari dua tahap proses penyesuaian. Tahap yang
pertama adalah peningkatan harga dalam negeri dan

penurunan harga luar negeri, yang berakibat menurunnya harga relatip P. Tahap pertama ini
didasarkan atas teori kuantitas, yaitu bahwa tingkat harga berubah sejalan dengan
perubahan stok uang.
Tahap yang kedua adalah reaksi dari ekspor (X) dan impor (M) terhadap perubahan P
tersebut. Logika tahap ini didasarkan pada teori penawaranpermintaan dan elastisitas harga.
Dalam contoh sistem standar emas dianggap bahwa kedua tahap penyesuaian berjalan
sempurna.
Dalam kenyataan berbagai faktor bisa menghambat bekerjanya proses penyesuaian pada
masing-masing tahap tersebut. Sebagai contoh, pada tahap pertama surplus neraca
pembayaran tidak otomatis berarti stok uang di dalam negeri naik. Kemungkinan besar
pemerintah tidak menginginkan stok uang meningkat terlalu banyak demi kestabilan harga di
dalam negeri. Pemerintah bisa mengenakan, misalnya, pajak ekspor. Bila ini terjadi maka
stok uang di dalam negeri tidak akan meningkat sebanyak dalam sistem standar emas penuh,
sehingga harga dalam negeri tidak meningkat setinggi yang diperlukan untuk
menyeimbangkan kembali X dan M. Contoh yang lain, apabila pada tahap penyesuaian yang
kedua X dan M mempunyai elastisitas yang rendah terhadap perubahan P. Dalam hal ini
perubahan X dan M tidak akan mencapai keseimbangan baru, atau kalaupun sampai pada
posisi itu akan memakan waktu yang terlalu lama. Demikian sebaliknya, apabila terjadi defisit
dalam neraca pembayaran. Inti dari uraian di atas adalah bahwa mekanisme penyesuaian
neraca pembayaran lewat harga bisa efektif apabila:
1. Tingkat harga cukup fleksibel, yaitu bisa naik atau turun dengan mudah apabila stok uang
berubah.
2. Elastisitas X dan M terhadap perubahan P cukup tinggi.
5.1 Sistem Devisa Emas
Sistem devisa emas merupakan standar uang yang menjadikan emas sebagai acuan dalam
menentukan nilai mata uang yang berlaku di suatu negara. Emas juga dijadikan sebagai dasar
untuk menentukan nilai tukar dengan mata uang negara lain dalam melakukan transaksi. Hal
ini untuk menggantikan sistem
pembayaran yang menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran transaksi ranah
internasional.
Emas sendiri merupakan logam mulia yang menjadi salah satu alat pembayaran tertua di
dunia, dimana koin emas telah digunakan sejak tahun 700 SM. Kelangkaan emas
membuatnya bernilai lebih berharga, dan sampai sekarang pun masih ada negara yang
menggunakannya sebagai alat tukar seperti Arab Saudi. Namun emas tidak cukup praktis
untuk bisa dibawa kemana-mana,

sehingga munculah uang kertas yang kini digunakan sebagai alat pembayaran. Prinsip dasar
dalam sistem standar emas adalah satuan mata uang negara tersebut harus dinyatakan
dalam bobot emas tertentu, seperti dalam bobot oz (ons). Selain itu, uang yang dimiliki
masyarakat harus bisa ditukar kapanpun dengan emas sesuai dengan nominalnya. Pada
sistem standar emas ini pasar emas memang lebih bebas untuk bergerak tanpa banyak
hambatan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Yang perlu diperhatikan juga dalam sistem standar emas adalah jumlah uang yang ada dalam
suatu negara harus mengikuti dan menyesuaikan nilai emas yang dimiliki. Dengan begitu
pemerintah dapat mencetak uang kertas untuk diedarkan selama jumlahnya sesuai dengan
nilai emas yang ada. Namun di sisi
lain, pemerintah juga perlu menjaga agar persediaan emas negara tetap berada dalam
jumlah yang mencukupi untuk melakukan transaksi jual beli.
Hal ini yang kemudian membuat pemerintah perlu untuk berhati-hati dan tidak bisa
sembarangan mencetak serta mengedarkan uang. Jika uang yang beredar jumlahnya melebihi
persediaan emas negara, kepercayaan masyarakat terhadap nilai uang akan menurun dan
menukarkan uang mereka dengan emas. Kalau sudah begitu, persediaan emas negara
tentunya akan merosot tajam dan memberikan dampak buruk bagi perekonomian nasional.
Mengapa Diberlakukan Sistem Standar Emas?
Alasan utama mengapa emas dijadikan standar dalam menetapkan mata uang adalah karena
nilai emas yang cenderung stabil dibanding logam mulia lainnya. Hal ini dapat membantu
dalam menjaga stabilitas mata uang, terutama terhadap pertukaran dengan kurs nilai tukar
atau valuta asing. Kestabilan nilai emas yang berlaku di hampir semua negara ini diharapkan
dapat menciptakan keseragaman dalam sistem moneter dunia.
Sedangkan bagi pembiayaan yang dilakukan negara sendiri, sistem standar emas dapat
membantu dalam menjaga agar neraca pembayaran tetap berada dalam kondisi stabil.
Meskipun terjadi defisit atau surplus pembayaran, jumlahnya tidak besar dan dapat
menyusut seiring dengan berjalannya waktu. Dengan begitu,
neraca pembayaran pun dapat menjadi seimbang dan kembali ke posisi semula.

Alasan lain penggunaan sistem ini adalah tingginya kepercayaan masyarakat terhadap emas
yang dipandang sebagai logam mulia yang berharga. Kepercayaan ini juga dipengaruhi
dengan stabilitas nilai emas dan penggunaannya yang bisa diterapkan maupun ditukar
dimana saja. Bahkan meskipun sistem standar emas tidak digunakan lagi, sampai sekarang
masyarakat masih menggunakan emas sebagai bentuk investasi mereka.

Kekurangan Sistem Standar Emas


Meskipun sistem standar emas memiliki berbagai keunggulan yang menjadikannya alasan
kuat untuk diterapkan dalam perekonomian negara, tetap saja ada kekurangan di dalamnya.
Kelemahan yang utama adalah jumlah emas yang terbatas bahkan cukup langka, sehingga
dapat mengancam persediaan emas suatu negara. Sebagai logam mulia dan sumber daya
yang tak dapat diperbaharui, cadangan emas yang terbatas akan sulit mengikuti
pertumbuhan ekonomi dunia.
Selain itu, nilai emas cukup tinggi untuk digunakan sebagai standar nilai tukar dan alat
pembayaran yang berlaku dalam keseharian masyarakat. Nilai yang tinggi ini membuat
adanya kesulitan dalam melayani transaksi yang bernilai lebih
kecil dibanding dengan nilai emas. Penerapan sistem ini juga akan memicu munculnya
oknum yang melakukan perbuatan curang, seperti mengurangi kadar emas atau bahkan
memalsukan emas.
Penerapan Sistem Standar Emas
Penggunaan sistem standar emas sebagai acuan dalam menentukan nilai mata uang mulai
dilakukan sejak abad ke-19, tepatnya di tahun 1821. Saat itu, pemerintah Inggris
menggunakan sistem standar emas dalam menentukan nilai pondsterling sebagai alat
pembayaran. Penerapan sistem standar emas ini pun diikuti oleh negara-negara lain di Eropa
seperti Jerman dan Prancis, hingga sampai digunakan juga oleh Amerika Serikat.
Sistem standar emas pun menjadi sistem moneter yang berlaku dalam kancah internasional,
dimana hampir semua negara menggunakan sistem tersebut. Terlebih lagi negara yang
menjadi sektor utama dalam perekonomian dunia, seperti negara-negara adidaya. Sistem ini
mulai ditinggalkan ketika terjadi kekacauan politik di Eropa yang mengakibatkan pecahnya
Perang Dunia I dan II.
6.1 Mata Uang Internasional

Valuta asing merupakan mata uang yang diakui, digunakan, dipakai, dan juga diterima
sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional. Valuta asing yang banyak dipakai
biasanya merupakan mata uang suatu negara yang memiliki peranan ataupun kendali yang
cukup besar dalam sistem perekonomian di seluruh dunia. Di seluruh dunia sendiri, valuta
asing yang paling banyak digunakan adalah Dollar.
Valuta asing merupakan bagian dari devisa suatu negara. Devisa sendiri merupakan setiap
kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara yang berada di luar

negeri yang wujudnya dapat berupa barang, jasa, atau bahkan mata uang yang digunakan
sebagai alat transaksi perdagangan lintas negara. Devisa suatu negara yang berbentuk mata
uang ini lah yang sering kita sebut dengan istilah valuta asing.
Fungsi valuta asing antara lain adalah :
1. Alat Tukar Internasional Fungsi valuta asing yang pertama adalah sebagai alat tukar
internasional. Seperti yang kita ketahui bersama, uang merupakan alat tukar yang digunakan
untuk melakukan pertukaran barang.

2. Alat Pengendali Kurs Fungsi valuta asing yang kedua adalah sebagai alat pengendali kurs.
Kurs mata uang suatu negara sering kali mengalami pergolakan. Nah, dengan pengelolaan
tingkat penggunaan sesuatu valuta asing asing tertentu, sebuah negara dapat mengendalikan
nilai tukar mata uang mereka dengan lebih mudah.

3. Alat Pembayaran Internasional Seperti yang telah dijelaskan di atas, valuta asing memiliki
peranan yang besar dalam perdagangan internasional yaitu sebagai alat pembayaran yang
sah dan diakui oleh kedua belah pihak.
4. Alat untuk Memperlancar Perdagangan Internasional Dengan menggunakan valuta asing,
setiap negara yang ada di seluruh penjuru dunia dapat dengan mudah melakukan aktivitas
jual beli tanpa harus terkendala masalah penggunaan mata uang.
7.1 Sistem Kurs Devisa
Sistem kurs valuta asing ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran pasar serta berbagai cara pengaturan campur tangan pemerintah di bidang ini.
Pola perilaku kurs tergantung pada system moneter yang berlaku.
Pada masa orde lama berlaku system pengendalian ketat devisa dimana pemerintah
menetapkan kurs jauh dibawah tingkat kurs menurut pasar bebas yang menimbulkan pasar
bebas devisa. Pada masa orde baru sistem pengendalian dihapus secara bertahap dan diganti
system kurs mengambang terkendali. Pada masa reformasi sekarang ini pengendalian devisa
lebih dikendalikan pemerintah sesuai dengan kondisi ekonomi pemerintah dalam hal ekspor
dan impor.
Pasangan masalah ekonomi domestik dan internasional yang dihadapi serta kebijakan yang
tepat diambil untuk masing-masing maslah mungkin bersesuaian dan atau mungkin
bertentangan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang nilai tukar.

Setiap negara mempunyai mata uang sendiri dan mata uang itu menunjukkan nilai
barangnya. Begitu juga dengan sistem moneter internasional ini mengacu pada institusi-
institusi dimana pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini
menentukan bagaiman kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat
mempengaruhi kurs tukar.

A. Kesimpulan
BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 2013. Ekonomi Internasional. Edisi Revisi. Yogyakarta: BPFELatar Belakang

Anda mungkin juga menyukai