EKONOMI INTERNASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………..........................
1 Latar Belakang……………………………………………………………….....................
2 Rumusan Masalah……………………………………………………………....................
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………................
1 Pengertian Neraca Pembayaran............................................................................................
2 Tujuan Dan Fungsi Neraca Pembayaran Internasional……………………………….......
3 Sistem Pencatatan Neraca Pembayaran……………………………..................................
4 Komponen Neraca Pembayaran…………………………………….................................
5 Pengaruh Neraca Pembayaran Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia...............
1. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi saat ini, setiap negara pasti ingin menjadi suatu negara yang
memiliki tingkat keuangan yang tinggi. Untuk memajukan tingkat keuangan suatu negara,
pemerintahannya pasti membutuhkan informasi-informasi yang dapat menunjang hal itu.
Informasi-informasi tersebut seperti tentang posisi keuangan Negara tersebut sampai
kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghubungkan antar Negara. Oleh karena itu sangat
diperlukannya informasi-informasi tersebut, maka setiap pemerintahan di suatu Negara
membuat suatu iktisar yang memuat banyak informasi keuangan yang disebut Neraca
Pembayaran.
2. Barter
Pengiriman barang ke luar negri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang
dibutuhkan dalam negri.
Jenis barter antara lain :
a. Direct Barter
Sistem pertukaran barang dengan barang dengan menggunakan alat penetu nilai atau
lazim disebut dengan denominator of valuesuatu mata uang asing dan penyelesaiannya
dilakukan melalui clearing pada neraca perdagangan antar kedua negara yang bersangkutan.
b. Switch Barter
Sistem ini dapat diterapkan bilamana salah satu pihak tidak mungkin memanfaatkan
sendiri barang yang akan diterimanya dari pertukaran tersebut, maka negara pengimpor dapat
mengambil alih barang tersebut ke negara ketiga yang membutuhkannya.
c. Counter Purchase
Suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara. Sebagai contoh suatu negara
yang menjual barang kepada negara lain, mka negara yang bersangkutan juga harus membeli
barang dari negara tersebut.
d. Buy Back Barter
Suatu sistem penerapan alih teknologi dari suatu negara maju kepada negara
berkembang dengan cara membantu menciptakan kapasitas produksi di negara berkembang ,
yang nantinya hasil produksinya ditampung atau dibeli kembali oleh negara maju.
3. Konsinyasi (Consignment)
Pengiriman barang dimana belum ada pembeli yang tertentu di LN. Penjualan barang
di luar negri dapat dilaksanakan melalui Pasar Bebas ( Free Market) atau Bursa Dagang
( Commodites Exchange) dengan cara lelang. Cara pelaksanaan lelang pada umumnya
sebagai berikut :
a. Pemilik brang menunjuk salah satu broker yang ahli dalah salah satu komoditi.
b. Broker memeriksa keadaan barang yang akan di lelang terutama mengenai jenis dan
jumlah serta mutu dari barang tersebut.
c. Broker meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya, harga transaksi
ini disampaikan kepada pemilik barang.
d. Oleh panitia lelang akan ditentukan harga lelang yang telah disesuaikan dengan
situasi pasar serta serta kondisi perkembangan dari barang yang akan dijual. Harga ini akan
menjadi pedoman bagi broker untuk melakukan transaksi.
e. Jika pelelangan telah dilakukan broker berhak menjual barang yang mendapat
tawaran dari pembeli yang sana atau yang melebihi harga lelang.
f. Barang-barang yang ditarik dari pelelangan masih dapat dijual di luar lelang secara
bawah tangan
g. Yang diperkenankan ikut serta dalam pelalangan hanya anggita yang tergabung
dalam salah satu commodities exchange untuk barang-barang tertentu.
h. Broker mendapat komisi dari hasil pelelangan yang diberikan oleh pihak yang
diwakilinya.
4. Package Deal
Untuk memperluas pasaran hasil kita terutama dengan negara-negara sosialis,
pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan ( rade agreement) dengan salah
saru negara. Perjanjian itu menetapkan junlah tertentu dari barang yang akan di ekspor ke
negara tersebut dan sebaliknya dari negara itu akan mengimpor sejumlah barang tertentu
yang dihasilkan negara tersebut.
5. Penyelundupan (Smuggling)
Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain
tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku. Dibagi menjadi 2 bagian :
a. Seluruhnya dilakuan secara ilegal
b. Penyelundupan administratif/penyelundupan tak kentara/ manipulasi (Custom
Fraud)
6. Border Crossing
Bagi negara yang berbatasan yang dilakukan dengan persetujuan tertentu (Border
Agreement), tujuannya pendudukan perbatasan yang saling berhubungan diberi kemudahan
dan kebebasan dalam jumlah tertentu dan wajar. Border Crossing dapat terjadi melalui :
a. Sea Border (lintas batas laut)
Sistem perdagangan yang melibatkan dua negara yang memiliki batas negara berupa
lautan, perdagangan dilakukan dengan cara penyebrangan laut
b. Overland Border (lintas batas darat)
Sistem perdagangan yang melibatkan dua negara yang memiliki batas negara berupa
daratan, perdagangan dilakukan dengan cara setiap pendudik negara tersebut melakukan
interaksi dengan melewati batas daratan di masing-masing negara melalui persetujuan yang
berlaku.
3. Transaksi Kredit dan Transaksi Debit
Transaksi-transaksi dalam neraca pembayaran internasional perlu dibedakan
transaksi mana yang di kredit, dan transaksi mana yang harus di debit. Karena tanpa adanya
pembedaan ini, maka suatu neraca pembayaran internasional tidak akan mempunyai arti
sama sekali. Pengelompokan transaksi-transaksi internasional ke dalam transaksi kredit
maupun debit harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
Transaksi Kredit
Transaksi Debit
Suatu transaksi merupakan transaksi debit, apabila transaksi tersebut mengakibatkan timbul
atau bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran
tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
3. Phase pembayaran.
Dalam jual beli yang sederhana (misalnya: kita membeli sepatu ditoko atau membeli
beras dipasar), ketiga phase tersebut berlangsung pada saat yang hamper bersamaan. Pada
saat pembeli mengajukan pesanan yang diterima oleh penjual, disitu terjadi perjanjian.
Beberapa menit kemudian, yaitu sesudah barng tersebut dibungkus andaikan diperlukan,
barang tersebut diserahkan kepada pembeli. Disini kita jumpai phase penyerahan oleh si
pembeli. Setelah itu , mungkin juga sebelum si pembeli menerima barang yang dibelinya,
pembeli membayar harganya. Inilah phase pembayaran. Disini kita saksikan bahwa ketiga
phase dalam transaksi jual beli yang sederhana ini berlangsung dalam jangka waktu tyang
sangat pendek. Keadaan seperti ini sedikit sekali kita jumpai dalam dunia perniagaan antar
Negara.
Jarak antara saat perjanjian, saat pengiriman, dan saat pembayaran untuk transaksi
jual beli antar Negara biasanya memakan waktu yang cukup lama, kebanyakan sampai
berbulan-bulan, bahkan tidak jarang pula lebih dari satu tahun. Oleh karena itu, dalam
menyusun suatu neraca pembayaran internasional, sangat perlu bagi kita untuk
menetapkan dasar waktu yang mana yang harus kita jadikan sebagai pedoaman dalam
menentukan bahwa suatu transaksi telah terjadi. Sebab kalau tidak demikian, kita akan
sukar untuk mengelakkan diri dari bahaya terjerumus pada kesalahan berupa pencatatan
ganda yaitu kesalahan berupa pencatatan dimana satu transaksi dicatat beberapa kali.
Sejalan dengan kenyataan bahwa transaksi jual beli terdiri atas tiga phase dalam
pelaksanaannya, maka bagi kita dalam mengatasi persoalan diatas juga tiga macam pilihan
time basis atau dasar waktu yang masing-masing mempunyai kebaikan-kebaikan serta
kelemahan-kelemahannya sendiri.
1. Dasar waktu pembayaran atau ‘the payments time basis’ yang biasa disebut ‘the cash
basis’ disini transaksi dianggap pada saat diadakan pembayaran. Bagi Negara yang
menggunakan ‘exchange control’ cara seperti ini merupakan cara yang paling mudah dalam
menggunakannya, oleh karena itu dalam penggunaan ‘exchange control’ semua
pengeluaran serta penerimaan alat-alat pembayaran luar negeri harus seizin pemerintah.
Akan tetapi cara seperti ini dapat menyebabkan neraca pembayaran yang kita susun
memberikan gambaran yang menyesatkan. Misalnya saja, apabila Negara kita mengimpor
suatu barang dari luar negri dengan menggunakan kredit jangka panjang. Kalau kita
menyusun neraca pembayaran internasional menggunakan ‘payments basis’ maka transaksi
impor tersebut tidak akan kita temukan dalam neraca pambayaran internasional untuk
periode dimana transaksi tersebut sebenarnya terjadi. Sedangkan pada tahun
pembayarannya, dimana pemasukan barang-barang masuk sebenarnya sudah tidak ada lagi,
baru disitu kita temukan pencatatannya dalam neraca pembayaran.
2. Dasar waktu perjanjian atau ‘the transction time basis’. Disini ekspor dan impor
dianggap terjadi bukan saat pembayarannya, melainkan pada saat perjanjian ditanda
tangani. Dengan digunakannnya cara ini, kelemahan yang timbul sebagai akibat penggunaan
kredit dalam transaksi ekspor atau impor dapat kita hindarkan. Akan tetapi kesulitan yang
sama beratnya akan timbul, kalau terjadi suatu kontrak jual beli yang meliputi jangka waktu
sampai beberapa tahun . pada neraca pambayaran internsional untuk periode dimana
kontrak tersebut ditandatangan, besarnya nilai ekspor atau impor akan jauh lebih besar
dibandingkan jumlah yang sungguh-sungguh diekspor atau diimpor pada tahun tersebut.
Sebaliknya pada neraca pembayaran internasional tahun-tahun berikutnya, ekspor atau
impor barang tersebut tidak kita jumpai angka-angkanya, meskipun pada tahun-tahun
tersebut kita benar-benar mengekspor atau mengimpor barang tersebut.
1. Mulai berlaku sejak tanggal ditentukannya atau menurut yang disetujui oleh negara
perunding.
2. Bila tidak ada persetujuan atau ketentuan, perjanjian mulai berlaku segera setelah
persetujuan diikiat dan dinyatakan oleh semua negara perunding.
Pos transaksi dagang mencatat seluruh ekspor dan impor barang dan jasa. Impor
barang dan jasa dicatat di sebelah debet, sedangkan ekspor barang dan jasa dicatat di
sebelah kredit. Apabila pos ini meliputi barang-barang yang berwujud atau nyata disebut
sebagai transaksi dagang nyata (visible trade transaction), sebaliknya jika meliputi barang-
barang yang tidak nyata atau transaksi jasa (invisible trade transaction). Contohnya ekspor
kopi Indonesia ke luar negeri dijumpai dalam pos transaksi dagang yang nyata pada sebelah
kredit neraca pembayaran Indonesia. Sebaliknya apabila orang Malaysia yang menaiki
pesawat Garuda Indonesia Airways dari Kuala Lumpur ke Jakarta, pos transaksinya termasuk
dalam transaksi jasa di sebelah kredit.
Dalam pos transaksi jasa (invisible trade transaction) termasuk juga biaya-biaya
transport lainnya dan semua pengeluaran turis asing. Transaksi jasa lainnya ialah langganan
publikasi-publikasi luar negeri, sewa tanah, dan sewa bangunan.Impor ekspor emas sebagai
barang dagangan yang biasanya dipergunakan untuk bahan pembuatan perhiasan
dimasukkan ke dalam pos transaksi dagang yang nyata, sebaliknya impor ekspor emas
dalam arti moneter atau berfungsi sebagai uang tidak akan dimasukkan ke dalam pos
transaksi dagang yang nyata, tetapi akan dimasukkan ke dalam pos tersendiri.
Dalam pos transaksi dagang nyata (visible trade transaction) termasuk pula
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang belum termasuk dalam pos-pos lainnya, seperti
gaji pegawai asing di luar negeri.
a. Transaksi hadiah berbeda dengan transaksi lain. Transaksi ini tidak mengakibatkan
timbulnya kewajiban bagi si penerima untuk membayar harga hadiah yang telah diterima
tersebut. Begitu juga bagi si pemberi hadiah, transaksi penyerahan barang tidak
menimbulkan hak baginya untuk menerima pembayaran. Transaksi yang tidak menimbulkan
hak dan kewajiban ini disebut sebagai transaksi unilateral (unilateral transaction), atau
sering pula disebut sebagai transaksi sepihak (one way transaction), atau “transaksi tanpa
quit pro quo”, dimana suatu prestasi tidak diimbangi dengan prestasi balasan.
b. Bantuan (aids) yang sering kita jumpai dalam pemberitaan media massa, seperti
bantuan makanan dan obat-obatan ke negara-negara tertentu yang sedang dilanda bencana
alam juga termasuk transaksi sepihak.
c. Pos transaksi transfer unilateral adalah pos pengimbang dari transaksi unilateral atau
transaksi sepihak. Untuk mengimbangi transaksi sepeihak debet atau kredit, maka pos
transfer akan menjadi debet dan kredit.
Yang tergolong dalam pos penanaman modal langsung (direct investment), ialah
seluruh transaksi yang berhubungan dengan jual beli saham atau perusahaan antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain, termasuk dalam hal ini adalah
penanaman modal langsung oleh penduduk suatu negara seperti mendirikan perusahan
baru di negara lain.
Bila terjadi pembelian saham atau pembelian perusahaan oleh penduduk suatu
negara dari penduduk negara lain, maka pos penanaman modal langsung akan di debet.
Sebaliknya akan di kredit jika terjadi penjualan saham kepada penduduk negara lain atau
ada penduduk negara lain yang mendirikaan perusahaan di dalam negeri.
Pos hutang piutang jangka panjang (long term loan), meliputi kredit yang jangkanya
lebih dari satu tahun. Termasuk juga di dalamnya jual beli surat obligasi antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain. Penjualan obligasi oleh penduduk Indonesia
kepada penduduk negara lain, akan terlihat dalam pos hutang piutang jangka panjang dalam
neraca pembayaran Indonesia di sebelah kredit, sebaliknya akan terlihat di debet pos
hutang piutang jangka panjang apabila penduduk Indonesia membeli obligasi dari penduduk
negara lain. Pos hutang piutang jangka panjang ini dipisahkan menjadi dua bagian:
a. Pos hutang piutang jangka panjang pemerintah (official long term loan)
b. Pos hutang piutang jangka panjang swasta (private long term loan)
Hutang piutang jangka pendek (short term loan) merupakan kredit yang jangka
waktunya tidak lebih dari satu tahun. Umumnya terdiri dari penarikan dan pembayaran
surat-surat wesel. Hal-hal lainnya sama dengan pos hutang piutang jangka panjang. Pos
hutang piutang jangka pendek sering diusahakan menjadi:
a. Pos hutang piutang jangka pendek pemerintah (official short term loan)
b. Pos hutang piutang jangka pendek swasta (private short term loan)
a. Bank Sentral
b. Bank-bank Devisa
Pos hubungan dengan Dana Moneter Internasional akan terdapat jika cadangan
pada badan tersebut dan saldo hak dari SDR (Special Drawing Right) mengalami perubahan.
Kerjasama antar bank sentral berbagai negara akan membantu memecahkan kesulitan-
kesulitan likuiditas luar negeri negara-negara anggota yang sangat mendesak dan berjangka
pendek, hal ini dapat dilakukan dengan fasilitas-fasilitas yang disebut swap. Transaksi-
transaksi swap ini akan dicatat pula dalam kewajiban-kewajiban jangka pendek.
Pos ini merupakan pos penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak
sama dengan nilai transaksi-transaksi debet. Dengan adanya pos selisih perhitungan ini,
maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debet dalam neraca pembayaran internasional
akan selalu sama (balance).