Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN ASET & LITBAS

“Mata Uang dan Rasio Likuiditas”


KELOMPOK 5
Untuk memenuhi tugas mata kuliah: Manajemen Aset & Litbas
Dosen Pengampu: Alias Candra, M.E

Disusun oleh :
Nur Rabania (2231811047)
Khusnul Khotimah (2231811029)
Raura Andini (2231811027)

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Aset & Litbas dengan judul “ mata uang dan rasio
likuiditas”

Dalam penyelesaian pembuatan tugas ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan pihak lain
yang telah membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Semoga Allah SWT memberikan
balasan yang berlipat ganda. Aamiin.

Tugas yang dikerjakan oleh penulis ini bukanlah karya yang sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis dapat
menyempurnakan tugas ini di kemudian hari. Semoga tugas ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya. Terima Kasih.

Samarinda, 25 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakan ................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2

A. Mata Uang ............................................................................................................................ 2

B. Rasio Likuiditas ................................................................................................................... 8

C. Jenis-jenis Rasio Likuiditas ............................................................................................... 11

BAB III ......................................................................................................................................... 20

PENUUTUP .................................................................................................................................. 20

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan

Latar belakang mengenai "mata uang dan rasio likuiditas" adalah bahwa mata uang dan
likuiditas adalah dua konsep yang saling terkait dalam kegiatan keuangan dan ekonomi.
Mata uang merupakan alat tukar yang digunakan dalam suatu negara atau wilayah untuk
mempermudah transaksi ekonomi. Sementara itu, likuiditas mengacu pada kemampuan
suatu aset, seperti mata uang, untuk dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai tanpa
menimbulkan kerugian signifikan.
Rasio likuiditas adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat likuiditas
suatu entitas, seperti perusahaan atau bank. Rasio likuiditas membantu dalam menilai sejauh
mana suatu entitas mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aset yang paling likuid, seperti kas atau setara kas.
Dalam konteks mata uang, likuiditas mata uang mengacu pada ketersediaan dan
kemudahan dalam mengkonversi mata uang menjadi bentuk lainnya, seperti mata uang asing
atau aset lainnya. Mata uang yang likuid adalah mata uang yang mudah diperdagangkan dan
memiliki tingkat konversi yang stabil terhadap mata uang lainnya. Likuiditas mata uang
penting dalam perdagangan internasional, investasi lintas negara, dan stabilitas keuangan
global.
Beberapa faktor yang mempengaruhi likuiditas mata uang antara lain: Kebijakan
moneter, Stabilitas ekonomi, Ketersediaan mata uang dan Perdagangan internasional.Rasio
likuiditas, seperti rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio), digunakan oleh
perusahaan untuk menilai kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban dengan
menggunakan aset yang paling likuid. Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin baik
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dalam konteks mata uang, rasio likuiditas mungkin merujuk pada ukuran yang
menggambarkan ketersediaan mata uang dalam sistem keuangan suatu negara atau wilayah.

iv
Misalnya, rasio likuiditas dapat mengukur jumlah dan proporsi mata uang tunai yang beredar
dalam ekonomi terhadap berbagai bentuk aset keuangan lainnya.Pemahaman tentang mata
uang dan rasio likuiditas penting dalam analisis ekonomi, keuangan, dan investasi. Hal ini
membantu dalam menilai stabilitas keuangan, risiko investasi, dan efisiensi sistem keuangan
dalam memfasilitasi transaksi ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mata uang secara detail dan secara undang-undang?
2. Jelaskan secara detail mengenai rasio likuiditas!
3. Bagaimana hubungan antara mata uang dan rasio likuiditas?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Agar pembaca mengetahui makna mata uang, baik secara detail dan secara undang-
undang.
2. Agar pembaca mengetahui secara detail mengenai rasio likuiditas.
3. Agar pembaca mengetahui hubungan antara mata uang dan rasio likuiditas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mata Uang

1. Pengertian Mata Uang


Pengertian mata uang terdapat pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang yang menyatakan bahwa: “mata uang adalah uang yang
dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Repblik Indonesia yang disebut sebagai Rupiah.”
Jadi kesimpulan pengertian mata uang merupakan uang yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang yaitu Bank Indonesia berdasarkan pasal 11 sampai pasal 20
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentan mata uang. Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai suatu Negara yang merdeka dan berdaulat memiliki mata uang
sebagai salah satu symbol kedaulatan Negara yang harus dihormati dan dibanggakan
oleh seluruh warga Negara Indonesia dan mata uang diperlukan sebagai alat
pembayaran yang sah dalam perekonomian nasional dan internasional guna
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kedudukan mata
uang langsung diamanatkan oleh konstitusi yaitu pada pasal 23 B Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa ialah macam dan
harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Penetapan dan pengaturan
tersebut siperlukan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
macam dan harga mata uang.1 Mata uang merupakan salah satu sarana dan
penunjang dalam kehidupan. Sebagian orang berpendapat bahwa mata uang
merupakan darahnya perekonomian, karena di dalam masyarakat modern saat ini,
mekanisme perekonomian berdasarkan atas kgiatan-kegiatan ekonomi seperti jual
beli, sewa-menyewa, ekspor impor, dan sebagainya memerlukan mata uang sebagai
alat pelancar guna mencapai tujuan. Semua kalangan masyarakat melakukan
1
Kasmir,Op.Cit., Hal.15.

2
kegiatan ekonomi atau transaksi dalam perdaganan dilakukan dengan cara tukar-
menukar atau biasa disebut dengan barter. Dalam proses pertukaran demikian,
barang-barang dan jasa-jasa lainnya, yang saling dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.2

Nilai mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foregin
currency) dalam harga mata uang domestic (domestic currency) atau harga mata
uang domestic domestic dalam mata uang asing. Harga satu mata uang dalam bentuk
mata uang lain disebut kurs. Nilai tukar ini mempengaruhi perekonomian dan
kehidupan kita sehari-hari, karena ketika rupiah menadi lebih bernilai terhadap mata
uang asing, maka barang-barang impor akan menjadi lebih murah bagi penduduk
Indonesia dan baranag-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih murah bagi
penduduk Indonesia dan barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih mahal
bagi penduduk asing.3 Kurs mata uang merupakan salah satu variable ekonomi
makro yan sangat penting, sebab gejolak kurs akan dapat mempengaruhi stabilitas
perekonomian baik setor moneter maupun sector ril. Menurut Utami nilai tukar
(kurs) adalah nilai dari suatu mata uan terdapat nilai mata uang lainnya. Tinkat krs
adalah rasio perdagangan dua mata uang yaitu harga suatu mata uang dibandingkan
dengan mata uang lain. Nilai kurs dapat berubah akibat berbagai faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran atas mata uang tersebut. Penurunan nilai
suatu mata uang disebut depresiasi dan peningkatan nilai suatu mata ang disebut
apresiasi. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila suatu negara menganut
kebijakan nilai tukar mngambang bebas sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh
mekanisme pasar. Indoensia termasuk negara yang menggunakan nilai tukar
mengambang sejak 14 agustus 1997, sehingga mata uang Indonesia yaitu rupiah
terus berfluktiasi terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar paling menjadi
perhatian yaitu nilai tkar terhadap dolar Amerika Serikat karena dolar Amerika
Serikat adalah mata uang yang dipergunakan dalam perdagangan Internasional.
Selama 5 than terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung

2
Indra Darmawan, pengantar uang dan perbankan, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, hal. 1
3
Miskhin, mata uang, 2008, hal. 1

3
mlemah. Tren nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun juga dibarengi dengan terjadinya
beberapa peristiwa yang terkait dengan nilai tukar rupiah seperti rencana tapering off
The Fed tahun 2013.4

2. Sejarah Mata Uang


Jika dizaman dulu atau seitar 6000 SM sisitem barter menjadi bentuk alat
perdagangan untuk memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Sisitem ini digunakan
sebelum manusia mengenal uang. Seiring dengan kemajuan zaman, kemudian mata
uang menjadi alat tukar sah yang dikeluarkan berbagai negara di dunia.

Asal muasal nama rupiah


Berdasarkan sejarah, nama rupiah berasal dari kata India: rupiya yang juga
berakar dari bahasa sansekerta yaitu: rupyakan yang berarti “perak”. Nama “Rupiah”
dijadikan nama mata uang di Indonesia dikarenakan pengaruh budaya India yang
kuat semasa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara selama ratusan
tahun yang telah terasimilasi kedalam budaya dan pembahasan di Indonesia. Dulu,
ada berbagai macam alat tukar yang digunakan untuk bertransaksi, seperti koin emas
dan perak. Produk koin pertama yang ditemukan di Indonesia berasal dari dinasti
Sailendra yang diproduksi dari abad ke-9 hingga ke-12. Selain itu, ada untaian
manik-manik juga dipakai sebagai alat tukar. Manik-manik ini diproduksi oleh
kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan menyebar hingga pulau jawa, kalimantan sampai
Indonesia bagian timur seperti Maluku. Diakhir abad ke-13 kerajaan Majapahit
menerima kedatanan pedagangan Cina dan menjadikan koin tembaga sebagai alat
tukar dimasa itu. Di tahun1942, Jepang menginvasi pemerintahan Hindia Belanda
dan embawa mata uang sendiri termasuk De Javasche Bank. Setelah itu terbitlah
uang kertas yan dikeluarkan oleh De Japansche Regeering dan menjadi alat
pembayaran yang sah sejak maret 1942. Uang jepang seharusnya memiliki nilai yang
sama dengan uang Belanda, namun terjadi hiperinflasi karena mencetak secara
berlebihan. Ditahun 1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam bahasa
Indonesia. Stok uang kertas ini tetap dipakai oleh pemerintah baru bisa mencetak

4
Kartasas mita dkk, mata uang, 2000, hal. 1

4
uang sendiri. Pada akhir perang, sekutu NICA mulai mengambil alih kendali atas
Indonesia dan mencetak gulden NICA di tahun 1943. Uang ini disebarkan di Papua,
Maluku dan Kalimantan. Lalu, ketika uang NICA pertama kali muncul di pulau jawa,
Soekarno mengeluarkan dekrit (keputusan) segera di tangga 2 oktober 1945
yangmenyatakan bahwa uang kertas NICA itu illegal. Karena tidak memiliki kuasa
penuh, akhirnya Belanda memutuskan tidak mengeluarkan uang NICA di kota-kota
di Pulau Jawa dan Sumatra. Karena kesulitasn mengendarakan uang. Akhirnya
lambat laun uang NICA tidak lagi berlaku dan tidak digunakan.

Pasca proklamasi kemerdekaan


Di tahun 1945, setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah Indonesia
memutuskan sudah saatnya untuk membuat mata uang sendiri. Sejarah mata uang
Indonesia sendiri berawal pada 1946, yakni dengan diterbitkan mata uang pertama
oleh pemerintah, yakni Oeang Republik Indonesia (ORI). ORI pertama kali di
edarkan pada 30 oktober 1946. Meskipun demikian, bila dilihat pada lembaran ORI
pertama, tertulis emisi bertanggal 17 oktober 1945. Hal ini mennjukkan banyaknya
kendala dalam proses pembuatan, pencetakan, dan peredaran ORI. ORI diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai identitas dan bentuk kedaulatan
ekonomi, serta salah satu upaya untuk menyehatkan perekonomian Indonesia yang
sedang mengalami inflasi tinggi. ORI diterbitkan untuk menggantikan mata uang
yang sebelumnya diterbitkan oleh Pemerintah Belanda dan Jepang, sebagai salah satu
bentuk perlawanan Indonesia. ORI dibuat dalam desain dan bahan kertas yang
sederhana tetapi mampu membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk
memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan ekonomi Indonesia. Pada saat itu,,
ORI emisi 1 terbit dalam delapan seri uang kertas yaitu satu sen, lima sen, sepuluh
sen, setengah rupiah, satu rupiah, lima rupiah, sepuluh rupiah, dan seratus rupiah.
ORI ini juga punya sisi depan dan belakang yang bergambar ciri khas Indonesia,
yaitu keris yang terhunus dan teks Undang-Undang Dasar 1945. Proses peredaran
ORI ke seluruh pelosok negri bukan tanpa halangan. Faktor perhubungan dan
masalah keamanan yang menjadi faktor utama sulitnya pendistribusian mata uang ini
ke masyarakat. Apalagi, sebagian wilayah Indonesia masih berada di bawah

5
keduudkan Belanda. Kedua hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia kesulitan
untuk menyatukan Indonesia sebagai satu kesatuan moneter. Bahkan, mulai tahun
1947 pemerintah terpaksa memberikan otoritas kepada daerah-daerah tertentu untuk
mengeluarkan uangnya sendiri yang disebut Oeang Republik Indonesia Daerah
(ORIDA)

Berganti menjadi rupiah


Sebagai upaya untuk menyeragamkan uang di wilayah Republik Indonesia
Serikat, pdaa 1 Januari 1950 menteri keuangan Sjafruddin Prawiranegara
mengumumkan bahwa alat pembayaran yang sah adalah uang faderal. Mulai 27
maret 1950 telah dialkukan penukaran ORI dan ORIDA dengan uang baru yang
diterbitkan dan diedarkan oleh De Javasce Bank yaitu Uang Republik Indonesia
Serikat (RIS). Sejalan dengan masa pemerintah RIS yang berlangsung singkat, masa
edar uang kertas RIS juga tidak lama, yaitu hingga 17 agustus 1950 ketika Negara
kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk kembali. Pada Desember 1951, De
Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral.
Sesuai dengan tanggal berlakunya Undang-Undang Pokok Bank Indonesia tahun
1953, maka tanggal 1 Juli 1953 diperingati sebagai hari lahir Bank Indonesia di mana
Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bank dan bertindak sebagai bank sentral.
Di saat yang sama, Bank Indonesia juga merilis uang Rupiah yang berlaku sebagai
alat pembayaran. Terdapat dua macam uang rupiah yang berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia, yaitu uang yang diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia (kementrian Keuangan) dan yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia. Pemerintah RI menerbitkan uang kertas dan logam pecahan di
bawah Rp 5, sedangkan Bank Indonesia menerbitkan uang kertas dalam pecahan Rp
5 ke atas. Di tahun 1952 hingga 1953, bank Indonsia mulai merilis uang kertas baru,
mulai dari 1 Rupiah hingga 100 Rupiah.5

3. Fungsi Mata Uang

5
Citra Lestari, sejarah rupiah menjadi mata uang, Jakarta, 2022

6
Mata uang sendiri memiliki fungsi yang sama dengan uang sebagai alat tukar.
Perbedaannya ialah nilainya. Setiap mata uang memiliki nilai tukar yang berbeda-
beda. Misalnya 1 US Dolar senilai dengan 14.000 mata uang rupiah. Hal tersebut
terjadi karena beberapa faktor. Nilai tukar mata uang ini disebut kurs, dimana antara
mata uang satu dengan lainnya memiliki kurs yang berbeda dan nilainya fluktuatif
setiap hari.

Faktor yang menentukan nilai tukar:


1) Tingkat inflasi
Apabila sebuah negara kemakmurannya tinggi, maka inflasinya akan rendah.
Sehingga nilai tukar uangnya pun menguat.
2) Tingkat suku bunga
Suku bunga terkait dengan inflasi. Pemerintah akan menaikkan suku bunga jika
terjadi inflasi. Akibatnya para investor asing akan tertarik untuk kembali
melakukan investasi di negara tersebu, sehingga nilai tukar mata uang pun akan
stabil kembali.
3) Neraca perdagangan
Neraca perdagangan ini berdasarkan hasil pembayaran ekspor-impor pada suatu
negara. Negara yang mendapatkan hasil lebih besar dari negara koleganya, maka
mata uangnya akan menguat.
4) Utang public
Utang public bisa menentukan nilai tukar mata uang. Negara yang memiliki
utang tinggi, maka mata uangnya akan melemah.
5) Ekspor-impor
Apabila ekspor di suatu negara lebih besar daripada impor, sudah dipastikan mata
uang dari negara tersebut pun akan menguat.
6) Kondisi ekonomi dan politik
Kondisi ekonomi dan politik sebuah negara akan berdampak pada nilai tukar
mata uangnya. Hal ini terkait akan investor yang melakukan investasi. Investor
tentu akan lebih memilih negara dengan kondisi ekonomi dan politik yang stabil.
7) Control pemerintah

7
Kebijakan pemerintah akan menjadi faktor penentu dalam nilai tukar mata uang
sebuah negara.6

B. Rasio Likuiditas

1. Pengertian Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karenan kegagalan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan
lihat aktiva lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya (hutang yang dimaksud
disini adalah kewajiban perusahaan). 7

Pengertian Rasio Likuiditas menurut para ahli:


1) Pengertian rasio likuiditas menurut Darsono, adalah rasio yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
Likuiditas merupakan gambaran kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Astuti menambahkan, posisi likuiditas perusahaan
menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.8
2) Menurut Subramanyam ”likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya dan
bergantung pada arus kas perusahaan serta komponen aset dan kewajiban
lancarnya”. Sedangkan menurut Munawir (2010) ”likuidasi adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih”. Likuidasi juga merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar, besarnya perbandingan atau rasio terbaik antara aktiva lancar
dengan hutang lancar adalah sekitar 2 : 1. Angka tersebut tidaklah mutlak,

6
Putri Novani Khairizka, mata uang, 2022
7
Fahmi, 1. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
8
Astuti, D. (2004). Manajemen keuangan Perusahaan Edisi Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia

8
besarnya rasio dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan kebijakan
keuangan masing-masing.
3) Menurut Weston dalam bukunya Kasmir menyebutkan bahwa rasio likuiditas
(liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan
ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang
yang sudah jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas
perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban (utang) pada saat ditagih.
4) Menurut Prastowo, mengatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang
mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Rasio likuiditas atau disebut juga
rasio modal kerja bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.9

2. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas


Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan
adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai kemampuan
mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti
pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga
pihak distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang
pembayaran secara angsuran kepada perusahaan. Oleh karena itu, perhitungan rasio
likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar
perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio
likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen

9
Hery, rasio likuiditas, 2016, hal. 7-8

9
perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan seperti kreditor
dan distributor atau supplier.

Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas:
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar
kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah
ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang
berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan
total aktiva lancar.
3) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini
aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih
rendah.
4) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan.
5) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6) Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan
kas dan utang.
7) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8) Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar danutanglancar.
9) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor,
distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga.Hal ini
tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan

10
memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya.
Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan membayar mempermudah
dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara
angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar
secara tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu satunya cara atau syarat
untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

C. Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun,disamping itu,dari
rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih
berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini
tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk
mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio
likuiditas yang ada.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur


kemampuan, yaitu:
1. Rasio Lancar (CurrentRatio)
Rasio lancara tau (currentratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai
bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total
aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar
adalah mengurangi sediaan dan piutang.
Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satutahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar

11
dimuka, pendapatanya masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva
lancer lainnya.
Utang lancer (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka
pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam
waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancer terdiri dari utang dagang,
utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya
diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta
utang jangka pendek lainnya.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancer rendah,dapatdikatakan


bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini
dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan
suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang
digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula
digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya,sekalipun kita
tahu bahwa target yang telah ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan
berdasarkan rata-rata industri untuk usaha yang sejenis. Analisis yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel, antara lain price earning
ratio (PER), net profit margin (NPM), dan return onequity (ROE). Dimana Price
Erning Ratio (PER) adalah rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan
antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan di peroleh para
pemegang saham. Selain itu PER mempunyai arti yang cukup penting dalam
penilaian saham karena mencerminkan salah satu indikator perusahaan tentang
pada masa mendatang, pada perusahaan yang mempunyai PER tinggi resiko yang
rendah serta pertumbuhan yang tinggi, sehingga pemodal bersedia membeli
saham perusahaan dengan harga tinggi dan berharap akan mendapat aliran kas
mendatang lebih tinggi. Jadi saat Price erning Ratio mengalami kenaikan maka
harga saham dimasa mendatang akan mengalami kenaikan juga. Tetapi
sebaliknya jika Price erning Ratio mengalami penurunan maka para investor
enggan membeli saham perusahaan dan jika itu terjadi secara otomatis harga

12
saham akan mengalami penurunan juga. Analisis yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan variabel, antara lain price earning ratio (PER) yang merupakan
indikasi penilaian pasar modal terhadap keuntungan potensial perusahaan dimasa
yang akan datang, netprofit margin (NPM) merupakan penentu nilai kunci yang
mempengaruhi penilaian atas perusahaan yang dimaksudkan untuk mengetahui
efisiensi, dan return on equity (ROE) yang menggambarkan sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang
saham. Dengan kata lain bahwa price erning ratio (PER), net profit margin
(NPM), dan return on equity (ROE) adalah variabel – variabel yang dapat
mempengaruhi harga saham dari suatu perusahaan di masa mendatang. Jika
ketiga variabel tersebut meningkat maka bisa di pastikan bahwa harga saham
juga ikut meningkat. Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka penulis
tertarik untuk mengambil judul penelitian “Pengaruh Price Earning Ratio (PER),
Net Profit Margin (NPM), Dan Return Of Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Perusahaan.

Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar
200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau
memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu,
perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun,
sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah
rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current rasio dapat yang digunakan
sebagai berikut.
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
Contoh:

Komponen laporan keuangan 2005 2006

13
Total Aktiva lancer (current assets) 1.640 1.340

Total Utang lancer (current 750 750


liabilities)

Untuk tahun 2005:


𝑅𝑝1.640
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 2,18 𝑘𝑎𝑙𝑖 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 2,2 𝑘𝑎𝑙𝑖)
𝑅𝑝750
Artinya jumlah aktiva lancer sebanyak 2,2 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah
utang lancar dijamin oleh 2,2 rupiah harta lancar atau 2,2 : 1 antara aktiva lancar
dengan utang lancar.

Untuk tahun 2006:


𝑅𝑝1.340
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 1,8 𝑘𝑎𝑙𝑖 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 1,8 𝑘𝑎𝑙𝑖)
𝑅𝑝750
Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,8 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah
utang lancar dijamin oleh Rp1,8 harta lancar atau 1,8: 1 antara aktiva lancar
dengan utang lancar.

Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, keadaan
perusahaan untuk tahun 2005 berada dalam kondisi baik mengingat rasionya di
atas rata-rata industri. Namun, untuk tahun 2006 kondisinya kurang baik jika
dibandingkan dengan perusahaan lain karena rasionya masih di bawah rata-rata
industri.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan
kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini
dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk

14
diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar
kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.
Untuk mencari quickratio, diukur dari total aktiva lancar,kemudian
dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya
yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh
utanglancar.

Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut.

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Atau

𝐾𝑠 + 𝑏𝑎𝑛𝑘 + 𝑒𝑓𝑒𝑘 + 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜)
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Contoh:
komponen Laporan Keuangan 2005 2006

Total Aktiva Lancar (Current Assets) 1.640 1.340

Total Utang Lancar (current Liabilities) 750 750

Sediaan (Inventory) 250 310

Untuk tahun 2005:


𝑅𝑝 1.640 − 𝑅𝑝 250
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = = 2,52
𝑅𝑝 750
Untuk Tahun 2006:
𝑅𝑝 1.340 − 𝑅𝑝 310
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = = 1,37 𝑘𝑎𝑙𝑖 = 1,4 𝑘𝑎𝑙𝑖 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
𝑅𝑝 750

15
Jika rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa
perusahaan tidak harus menjual sediaan bila hendak melunasi utang lancar,tetapi
dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.
Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata
industri, keadaan perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini
menyebabkan perusahaan harus menjual sediaannya untuk melunasi pembayaran
utang lancar, Padahal menjual sediaan untuk harga yang normal relative
sulit,kecuali perusahaan menjual dibawah harga pasar,yang tentunya bagi
perusahaan jelas menambah kerugian.

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Di samping kedua rasio yang sudah dibahas di atas, terkadang perusahaan
juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar benar siap untuk digunakan
untuk membayar utangnya. Artinya dalam hal ini perusahaan tidak perlu
menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya yaitu dengan
menggunakan rasio lancar.
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang
kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas
seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat
dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan
untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut.
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Atau

𝑘𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

16
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan 2005 2006

Total Aktiva Lancar (Current Assets) 1.640 1.340

Total Utang Lancar (inventory) 750 750

Kas 250 260

Giro (bank) 350 300

Cash Ratio dapat dicari sebagai berikut:


Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 250 + 𝑅𝑝 350
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 0,8 𝑎𝑡𝑎𝑢 80%
𝑅𝑝 750
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 260 + 𝑅𝑝 300
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 0,746 𝑎𝑡𝑎𝑢 75%
𝑅𝑝 750
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun,kondisi rasio kaster lalu
tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau
belum digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas di bawah rata-rata
industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar
kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar
lainnya.

4. Rasio Perputaran Kas


Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-
biaya yang berkaitan dengan penjualan.

17
Rumus yang digunakan untuk mencarirasio perputaran kas adalah sebagai
berikut.
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑠 =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Contoh:
Komponen laporan keuangan 2005 2006

Penjualan bersih (net sales) 5.950 5.550

Total aktia lancer (Current assets) 1.640 1.340

Total utang lancer (current assets) 750 740

Untuk tahun 2005:


5.950
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = = 6,68 𝑘𝑎𝑙𝑖 = 7 𝑘𝑎𝑙𝑖 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
1.640 − 750
Untuk tahun 2006:
5.950
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = = 9,4 𝑘𝑎𝑙𝑖 = 10 𝑘𝑎𝑙𝑖 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
1.340 − 750
Jika rata-rata industry untuk perputaran kas adalah 10%, keadaan
perusahaan pada tahun2005 kurang baik karena masih cukup jauh dari rata-rata
industri. Namun, kondisi tahun 2006 dikatakan baik karena kondisinya sama
dengan rata-rata industri.

5. Inventory to Net Working Capital


Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal
kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva
lancar dengan utang lancar.

Rumusan untuk mencari Inventory to net working capital dapat digunakan


sebagai berikut.

18
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 =
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 − 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Contoh:
Komponen laporan keuangan 2005 2006

Total aktiva lancer (current assets) 1.640 1.340

Total utang lancer (current liabilities) 750 750

Sediaan (inventory) 250 310

Untuk tahun 2005:


250
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = 0,105 = 11% (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
1.640 − 750
Untuk tahun 2006:
310
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = −,148 = 15% (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
1.340 − 750
Jika rata-rata industri untuk Inventory to net working capital adalah 12%,
keadaan perusahaan pada tahun 2005 kurang baik karena masih dibawah rata-rata
industri, namun tidak terlalu buruk karena masih mendekati rata-rata industri,
hanya saja masih perlu ditingkatkan. Untuk tahun 2006 kondisinya baik karena
berada di atas rata-rata industri. Artinya perusahaan melakukan peningkatan
Inventory to net working capital dari tahun sebelumnya.10

10
Andi Aisyah, rasio likuiditas, Makassar, 2021, hal. 6-14

19
BAB III
PENUUTUP

A. Kesimpulan

1. Mata Uang: Mata uang adalah alat tukar yang secara luas diterima dalam suatu
negara atau wilayah. Mata uang memiliki nilai antarpedagangnya dan juga
berguna sebagai alat ukur nilai aset, utang, dan laba/rugi.
2. Rasio Likuiditas: Rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset yang mudah
dijual atau diubah menjadi uang tunai. Rasio likuiditas sangat penting untuk
mengevaluasi kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangan yang segera jatuh tempo.
3. Jenis-jenis Rasio Likuiditas:
• Rasio Lancar: Mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset lancar.
• Rasio Cepat: Juga dikenal sebagai acid-test ratio, rasio ini mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
tanpa harus menjual persediaan.
• Rasio Kas: Mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek secara langsung dengan menggunakan kas dan
setara kas.
• Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar: Mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan aset lancar terhadap utang jangka pendek.
• Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Jangka Pendek: Rasio ini juga
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan menggunakan aset lancar, namun mencakup juga
utang jangka pendek

20
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/468/3/BAB%20II
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16448/05.2%20bab%202
http://digilib.unila.ac.id/16920/3/0711021040-PENDAHULUAN
https://www.pajakku.com/read/625cd0dfa9ea8709cb189ccb/Mata-Uang:-Jenis-Fungsi-dan-
Faktor-Penentunya
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/PNgw3l4N-bagaimana-sejarah-
rupiah-menjadi-mata-uang-indonesia-simak-penjelasan-berikut

21

Anda mungkin juga menyukai