Pertemuan :8
Materi : Sistem Moneter Internasional
Waktu : Selasa 1 Desember 2020
Di dalam sistem moneter internasional tersebut terdapat ketentuan –ketentuan yang mengatur
cara-cara atau metode pembayaran yang dapat diterima antara pembeli (konsumen) dan penjual
(produsen) dalam batas negara yang berbeda. Namun, ketentuan-ketentuan ini tentu harus
disepakati oleh para anggotanya atau negara serta bank sentralnya.
Negara-negara melalui bank sentral yang dimilikinya harus mampu menyediakan cadangan
kapital atau likuiditas sesuai dengan aturan yang disepakati sehingga cukup untuk mengatasi
fluktuasi perdagangan internasional. Hal ini memungkinkan neraca perdagangan internasional
dapat mencapai ekuilibrium ekonomi global, terutama dalam hal nilai pada setiap entitas
ekonomi yang dapat dikoreksi sewaktu-waktu sesuai nilai riilnya.
Padahal, dari jumlah produksi tersebut, Inggris sendiri hanya mengokonsumsi kurang dari
setengah yang diproduksinya. Sementara itu, Inggris Raya juga memiliki kemampuan ekonomi
yang kuat. Hal ini dilihat dari jumlah stok emas global yang yang dimilikinya semasa periode
1870 – 1913 yang merupakan terbesar di dunia.
Inggris juga mampu membiayai sekitar 60% kredit jangka pendek dari seluruh transaksi
perdagangan global. Kekuatan finansial Inggris ini kemudian membuat Inggris berinisiasi untuk
membentuk sistem keuangan berstandar emas. Sistem keuangan dengan standar emas ini mulai
dilakukan sejak 1875.
Sistem ini lalu diikuti oleh berbagai negara lain di dunia, terutama negara-negara di Eropa.
Momentum inilah yang mengawali terbentuknya sejarah pasar mata uang dunia, sekaligus sistem
moneter internasional.
Dalam sistem pasar mata uang ini, pemerintah masing-masing negara menjamin pertukaran mata
uang ke jumlah tertentu dalam hitungan emas (fixed weight) dan sebaliknya (convertibily).
Sederhananya, mata uang yang beredar didukung oleh emas (backed by gold).
Untuk menyesuaikan pada sistem ini, pada akhir abad 19, seluruh negara ekonomi utama pun
telah menentukan nilai mata uang dengan standar ons emas. Adapun nilai tukar (exchange rate)
dari kedua mata uang tersebut didasarkan pada perbedaan nilai ons emas antara dua mata uang.
Inilah yang menjadi alat standardisasi pertama mata uang dalam sejarah dunia.
Jaringan keuangan yang berlangsung antarnegara-negara secara luas inilah yang membuat para
ahli pantas menyebutnya sebagai sistem keuangan internasional atau International Monetary
System (IMS). Ketika itu, juga terjadi penyatuan mata-mata uang yang ada di kawasan regional
seperti Latin Monetary Union (Belgia, Italia, Swiss, dan Perancis) dan Scandinavian Monetary
Union (Denmark, Norwegia, Swedia, dan lain-lain).
Sejarah perkembangan sistem moneter internasional secara umum dapat dikelompokkan dalam
tiga masa, yakni masa pra perang dunia, masa perang dunia, dan masa pascaperang dunia.
Periodisasi ini dilakukan berdasarkan perbedaan karakteristik dari sistem moneter internasional
yang digunakan, sesuai keadaan ekonomi-politik dunia dari tiga periode waktu.
Pada akhirnya, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, negara-negara sekutu (allied countries),
yang diprakarsai Amerika Serikat dan Inggris memiliki inisiatif untuk memperbaiki sistem
keuangan global yang telah porak poranda akibat ditinggalkannya sistem gold standard.
Untuk membangun sistem moneter internasional yang lebih kuat lagi, sekaligus mendukung
liberalisasi ekonomi di seluruh dunia, pada Juli 1944 di Bretton Woods, Hampshire, AS,
diadakan konferensi yang melibatkan lebih dari 700 perwakilan 45 negara, terkait sistem Bretton
Wood.
Peristiwa ini menjadi tanda dari diawalinya rezim Bretton Woods yang membatasi kerja sama ad
hoc dalam dua isu utama, yakni dalam hal sistem pembayaran internasional dan nilai
internasional atas medium pembayaran. Secara ringkas, rezim Bretton Woods memiliki tiga poin
utama, meliputi :
Rezim Bretton Woods ini kemudian berlangsung dengan diperankan oleh ketiga institusi tadi.
Akan tetapi, IMF menjadi institusi hasil rezim Bretton Woods yang paling banyak berpengaruh
terhadap sistem moneter modern, selain International Bank for Reconstruction and
Development / IBRD (sekarang World Bank) yang bertugas untuk menyediakan kapital bagi
proses rekonstruksi negara-negara yang berperang.
Adapun peran IMF yang dominan tercermin dalam enam butir tujuan dasarnya, meliputi :
1. Untuk memajukan kerja sama moneter internasional dengan cara mendirikan lembaga
(IMF);
2. Untuk memperluas perdagangan dan investasi dunia;
3. Untuk memajukan stabilitas kurs valuta asing;
4. Untuk mengurangi dan membatasi praktik-praktik pembatasan terhadap pembayaran
internasional;
5. Untuk menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman jangka pendek
atau jangka menengah yang diperlukan untuk mempertahankan kurs valuta asing yang
stabil selama neraca pembayaran mengalami defisit, yang bersifat sementara, sampai
dapat diatasi dengan cara menyesuaikan tingginya kurs devisa;
6. Untuk memperpendek dan memperkecil besarnya nilai defisit atau surplus neraca
pembayaran.
Nilai mata uang pun juga ditentukan dengan berbagai indikator, meliputi :
Melalui indikator –indikator ini, sistem nilai tukar mata uang pun juga dapat ditentukan dengan
berbagai ragam, seperti :
Sistem kurs mengambang, yang ditetapkan melalui mekanisme kekuatan permintaan dan
penawaran pada bursa valas.
3# Managed Floating Exchange Rate System
Sistem nilai tukar ini berada di antara fixed system dan freely floating, hanya saja mempunyai
kesamaan dengan fixed exchange system. Dalam sistem ini pemerintah bisa melakukan intervensi
untuk menjaga nilai mata uang agar tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu.
Namun, dalam managed float masih lebih fleksibel terhadap suatu mata uang dibanding free
floating.
Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan mengaitkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan
nilai tukar mata uang dari negara lain atau sejumlah mata uang tertentu.
Referensi:
Freiden, Jeffery A. 2006. “The End of Bretton Woods”, dalam Global Capitalism: Its Fall and Rise
in the Twentieth Century. New York: W.W Norton & Co. Inc., pp. 339-360
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Helleiner, Eric. 2008. “The Evolution of the International Monetary and Financial System”, dalam
Ravenhill, John. Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press., pp. 213-240
Manurung, Mandala dan Rahardja, Prathama. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter
Kajian Kontekstual Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.