Sedangkan tujuan utama dari Bank Dunia atau World Bank (IBRD)
adalah memberikan pinjaman dengan bunga relatif rendah kepada berbagai
negara untuk mendorong pembangunan ekonomi namun tetap berlandaskan
profit oriented.
Pada tanggal 19 Maret 1973, secara praktis mulai berlaku system kurs
mengambang (generalized floating) karena negara – negara anggota
European Community memberlakukan mata uang mereka dengan kurs
mengambang terhadap USD.
Sistem ini banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia pada saat
ini, termasuk Indonesia. Secara grafis mekanisme sistem dirty float dapat
dijelaskan, sebagai berikut (H.Hady, 1997) :
Bab 2 Perkembangan Sistem Moneter & Krisis Moneter Internasional 32
Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata
uang suatu negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah
mata uang tertentu. Sistem antara lain diterapkan oleh beberapa negara
Afrika yang mengaitkan mata uangnya dengan mata uang Prancis (FRF)
dan beberapa negara lain yang mengaitkan nilai tukar mata uang dengan
GBP, USD dan SDR. Selain negara – negara Afrika, beberapa negara Eropa
yang tergabung dalam EEC sejak April 1972 juga menjalankan pegged
system ini yang dikenal dengan ‘snake system’ yang kemudian diubah
menjadi European Monetary System (EMS). Dalam snake system dan EMS
setiap mata uang anggota EEC dikaitkan nilainya dengan European Currency
Unit (ECU) dan dapat berfluktuasi dalam batas 2,25% diatas atau dibawah
kurs tengah.
Contoh:
Kurs tengah DEM = 6.90 ECU
Kurs tengah FRF = 2.06 ECU
Kurs tengah antara FRF dan DEM = 6.90/2.06 = 3.35
Karena menurut EMS fluktuasi hanya pada batas 2,25% diatas ataupun
dibawah kurs tengah maka upper limit dan lower limit FRF/DEM adalah
sebagai berikut :
Upper limit FRF/DEM = central rate x (1 + 0/0225) = 3.35 x 1.0225
= 3.425
Lower limit FRF/DEM = central rate x (1 - 0,0225) = 3.35 x 0.9775
= 3.275
Salah satu variasi dari pegged system dikenal sebagai Currency Board
System (CBS) atau sistim Dewan Mata Uang sebagai pengganti sistim bank
sentral yang diterapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan
moneter seperti Argentina dan Rumania serta Hong Kong yang saat ini
masih menggunakan CBS yang dilaksanakan dengan cara mengkaitkan dan
menetapkan nilai tukar tetap antara mata uangnya dengan hard currency
Bab 2 Perkembangan Sistem Moneter & Krisis Moneter Internasional 35
Beberapa persyaratan yang perlu dimiliki oleh suatu negara untuk dapat
menjalankan sistim CBS ini antara lain :
1. Jumlah uang beredar harus dapat dikendalikan/dikontrol
2. Cadangan devisa harus mencukupi dan dapat ditingkatkan untuk dapat
mempertahankan nilai yang dikaitkan/ di-pegged
3. Utang luar negeri tidak banyak
4. Tidak ada intervensi asing
Secara teoritis menurut teori Irving Fisher, nilai tukar mata uang suatu
negara akan dapat stabil bila terdapat keseimbangan perkembangan antara
sector moneter (MV) dan sector riil (PT) atau dengan kata lain :
M x V = P x T
Dalam hal ini M = Money Supply atau Jumlah Uang Beredar, misalnya
Rp. 100 Triliun. V = Velocity atau kecepatan beredar setiap dalam setahun,
misalnya 5 kali. P = Unit Price barang yang beredar, misalnya Rp. 2000 per
unit dan T = Volume of Trade atau jumlah barang, misalnya sebanyak
250.000.000.000 unit.
Dengan demikian persamaan keseimbangan adalah :
1.
1. Adanya defisit BOP-USA sejak tahun 1960, karena :
a. Arus modal yang besar dari USA ke Eropa sebagai pelaksanaan
Marshall Plan, yaitu rencana bantuan modal USA ke negara – negara
Eropa untuk pembangunan Eropa yang hancur akibat Perang Dunia
II.
b. Kebijakan politik luar negeri USA sebagai polisi dunia sehingga
memerlukan dana (USD) yang banyak untuk membiayai tentaranya di
luar negeri seperti untuk perang Korea dan perang Vietnam.
Pelajaran yang menarik dari krisis moneter Asia ini adalah pengalaman
negara Malaysia yang diteliti oleh Marie-Aimee Tourres (2004).
Menurut peniliti ini, pada tahun 1996 tercatat net capital inflow ke Asia
selama tahun 1990-an mencapai USD. 102 billions yang disalurkan kepada
group politik dan individue yang berkuasa atau proyek investasi lainnya.
Sebagian besar dana tsb. masuk ke Malaysia dalam bentuk Foreign Direct
Investment dan Portfolio Investment dan dalam bentuk pinjaman yang
diatur dengan ketat oleh Bank Negaranya. Sedangkan yang masuk ke
Indonesia sebagian besar dalam bentuk pinjaman swasta dan pemerintah
yang relatif kurang/tidak terkontrol oleh Bank Pemerintah/Bank Indonesia.
Hal ini yang menyebabkan Indonesia terpaksa minta bantuan IMF,
sedangkan Malaysia adalah satu-satunya negara Asia yang tidak mengetuk
pintu IMF.
Bab 2 Perkembangan Sistem Moneter & Krisis Moneter Internasional 39
TAHUN 2013 KRISIS PERFECT STORM TAHUN 2018 KRISIS TRADE WAR USA
1. Melemahnya Ekonomi-Perdagangan Dunia VS CHINA
2. Perlambatan Perubahan Struktur Ekonomi 1.Pengenaan TBM tinggi oleh USA terhadap
China product China dan sebaliknya.
3. Rendahnya Harga Komoditi 2.Ekspor produk China ke USA menurun
4. Menurunnya Aliran Modal Ke NSB 3.Impor bahan baku China dari Indonesia
5. Meluaskan Conflict dan Serangan Teroris menurun
6. Perubahan Iklim Global 4.Ekspor bahan baku dari Indonesia ke
China dan Negara lain menurun
Bab 2 Perkembangan Sistem Moneter & Krisis Moneter Internasional 40
Dalam asset apa akan sdr. investasikan, jika sdr. memiliki dana tunai pada
tahun 1970 sebesar Rp. 1.000.000 untuk mendapatkan hasil maksimal pada
tahun 2018 ?
Jawaban :
Cross Rate :
Nilai tukar Rp/JPY 1970 = Rp/USD x USD/JPY = 325/400 = Rp. 0,8125/JPY
Nilai tukar Rp/JPY 2018 = Rp/USD x USD/JPY = 14.000/125 = Rp. 112/JPY
1. Investasi tahun 1970 dalam Rp. :
Rp. 1.000.000 ( 1 + 10%)48 = Rp. 97.017.000
1. Japan : 1970 JPY 400/USD --> 2018 JPY 125/USD : JPY apresiasi 220%
thd USD
2. Singapore : 1970 SGD 3/USD --> 2018 SGD 1,3/USD : SGD apresiasi
57% thd USD
3. Malaysia : 1970 MYR 3/USD --> 2018 MYR 3,59/USD : MYR deperesiasi
30% thd USD
4. Thayland : 1970 Bath 21/USD -->2018 Bath 31,86/USD : Bath depresiasi
52% thd USD
5. Philipina : 1970 Peso 6/USD --> 2018 Peso 51,9/USD : Peso depresiasi
756% thd USD
6. Indonesia : 1970 IDR 363/USD --> 2018 IDR 14.000/USD : IDR
depresiasi 3757%
Catatan :
Nilai Tukar mata uang suatu negara ditentukan al :
1. Secara Ekonomis : Tingkat Inflasi berdasarkan Purchasing Power Parity
Theory dengan Law of One Price
2. Secara Strategis : Keunggulan Daya Saing berdasarkan Comparative
Advantage atau Competitive Advantage
3. Secara Managerial : SDM berkualitas terutama Leadership kuat dan jujur
dalam arti tidak selingkuh jabatan
4. Secara Hukum : Akibat selingkuh jabatan dapat mengakibatkan
lemahnya Law Enforcement
5. Secara Sosiologis : Lemahnya Law Enforcement dapat menimbulan
Ketidak Adilan Sosial (Unjustice Social)
Bab 2 Perkembangan Sistem Moneter & Krisis Moneter Internasional 42
Beberapa langkah teoritis untuk pengendalian Nilai Tukar atau Kurs Rp/USD
antara lain sbb.
1. Penurunan Current Defirit BOP
2. Peningkatan Nilai Export
3. Pengendalian Nilai Import
4. Pengendalian Inflasi Dalam Negeri
5. Pengendalian SBI
6. Pengendalian Mismatch Currency, Maturity atau Tenor, Interest Rate,
Portofolio Investment
7. Pelaksanaan Hedging
SOAL LATIHAN
13. Mengapa Indonesia relatif lebih sulit mengatasi krisis moneter dan
krisis ekonominya dibandingkan dengan Malaysia. Jelaskan!
14. Jelaskan perbedaan antara krisis ekonomi-moneter Indonesia tahun
1998 dengan tahun 2008
17.Pada tahun2018 terjadinya Perang Dagang atau Trade War antara USA dan
China pada saat ini mulai diikuti dengan Perang Mata Uang
Atau Curency War dengan depresiasi uang Yuan oleh China untuk tetap
mendorong Ekspornya. Dampak Trade War tsb. bagi Indonesia antara
lain semakin menurunnya nilai tukar IDR terhadap USD menembus
Bab 2 Perkembangan Sistem Moneter & Krisis Moneter Internasional 45
Rp. 14.500/USD
Sebutkan dan jelaskan langkah2 teoritis yang mungkin dapat dilakukan
oleh pemerintah Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar IDR
terhadap USD.