1
perang. Lahirlah sistem Bretton Woods di mana dalam aspek sistem moneter
internasional, dibentuk International Monetary Fund atau IMF dengan tujuan untuk
memonitori negara-negara agar mematuhi peraturan-peratuan yang telah disepakati
mengenai perdagangan dan keuangan internasional serta memberikan fasilitas
pinjaman bagi negara-negara untuk membenahi balance of payments (Salvatore
2013, 692).
Amerika Serikat kala itu menjadi pemasok uang bagi ekonomi dunia sehingga
negara ini memegang kendali sistem Bretton Woods yang menerapkan gold-
exchange standard. Sistem moneter internasional dijalankan Amerika Serikat
dengan menetapkan harga emas sebesar 35 dollar per ons dan mata uang lain
perlu menyesuaikan nilai tukarnya dengan dollar (Salvatore 2013, 692). Akan tetapi,
Amerika Serikat tidak bisa bertanggung jawab atas kestabilan nilai tukar tersebut.
Inflasi dan defisit perdagangan mengakibatkan nilai dollar Amerika Serikat jatuh
sehingga sistem Bretton Woods pun berakhir pada tahun 1973 (Gilpin 1987, 139-
40).
Berakhirnya sistem Bretton Woods mengantarkan sistem moneter
internasional pada floating exchange rate system sejak tahun 1973. Sistem ini
awalnya dianggap hanya menjadi solusi sementara untuk memperbaiki keadaan
keuangan. Akan tetapi, pada akhirnya floating exchange rate system digunakan
dalam sistem moneter internasional. Dalam sistem ini, otoritas moneter negara-
negara diperbolehkan untuk mengintervensi pasar voluta asing dengan catatan
negara-negara tersebut harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan untuk
mencegah depresiasi nilai tukar yang kompetitif. Hal ini dikakukan agar floating
exchange system tidak mengulang kesalahan yang sama dari sistem-sistem
sebelumnya. Disepakatilah the 1976 Jamaica Accords yang memperbolehkan
negara untuk berkontribusi dalam pasar voluta asing asalkan tindakan yang diambil
tidak merugikan mitra-mitra dagangnya dan perekonomian dunia (Salvatore 2013,
702).
Meskipun telah menerapkan floating exchange rate system yang lebih
fleksibel, negara-negara masih membutuhkan cadangan internasional untuk
membantu kondisi finansial mengingat nilai tukar bersifat fluktuatif. Saat ini,
mayoritas intervensi masih menggunakan dollar. Di tahun 1975, Amerika Serikat
menjual sebagian kecil emas yang dimilikinya di pasar bebas dan masyarakat mulai
diperbolehkan untuk memiliki emas yang menjadi cadangan selain dalam bentuk
perhiasan. Dengan dilandasi komitmen sebagai lembaga moneter internasional, IMF
juga menjual emas yang dimilikinya dari tahun 1976 hingga tahun 1980 untuk
menghapus emas sebagai aset cadangan internasional. Selain itu, disepakati pula
bahwa IMF dan negara-negara anggota tidak akan lagi bertransaksi dengan
menggunakan emas (Salvatore 2013, 702-3).
Hingga saat ini, IMF masih menjadi lembaga yang memonitori serta
membantu negara-negara dalam membenahi balance of payments. Selama
beroperasi, IMF tak hanya mengalami penambahan kuota negara anggota namun
juga pembaharuan New Arrangement to Borrow atau NAB untuk memperbesar
jumlah maksimum kredit namun dengan diikuti berbagai syarat dan ketentuan,
seperti initial flee dan bunga berdasarkan lamanya peminjaman. Tak hanya
bertanggung jawab mengawasi peminjaman, IMF juga membantu penanganan
2
masalah struktural negara-negara anggota. Beberapa fasilitas baru IMF di
antaranya Extended Fund Facility untuk membantu reformasi struktural negara
anggota dalam menangani permasalahan balance of payment secara jangka
panjang, Supplemental Reserve Facility untuk membantu permasalahan jangka
pendek mulai dari disekuilibrium balance of payment hingga krisis market
confidence, Compensatory and Contingency Financing Facility untuk membantu
kekurangan ekspor atau kelebihan impor dalam jangka waktu menengah. Terdapat
juga Flexible Credit Line, Precautionary Credit Line, Post-Catastrophe Debt Relief,
serta Systematic Transformation Facility yang dikhususkan sebagai bantuan jangka
panjang mengatasi berlarutnya permasalahan balance of payment dan
mengentaskan kemiskinan suatu negara (Salvatore 2013, 704-5).
Sistem moneter internasional akan terus dihadapkan pada kemunculan
tantangan-tantangan perekonomian internasional, seperti krisis finansial
internasional yang berpotensi hadir dalam kondisi ekonomi pasar. Pengalaman
krisis yang telah dihadapi sebelumnya antara lain Krisis Meksiko 1994-1995, Krisis
Asia Tenggara 1997-9, Krisis Rusia 1998, Krisis Brazil 1999, serta Krisis Turki dan
Argentina 2001-2000. Meskipun diakibatkan oleh permasalahan yang berbeda-
beda, terdapat kesamaan proses di antara kasus-kasus tersebut. Krisis diawali oleh
dampak pengambilan dana cair secara masif ketika negara menunjukkan gejala-
gejala kelemahan finansial. Melihat gejala tersebut, negara-negara investor pun
segera menarik investasinya secara besar-besaran untuk dialihkan ke negara lain.
Hal ini kemudian mengarah pada krisis yang dapat mengancam sistem moneter
internasional karena implikasinya dapat menyebar ke negara-negara lain di dunia
(Salvatore 2013, 709-11). Terdapat beberapa rekomendasi yang diajukan dan telah
diambil dalam menangani krisis yakni meningkatkan transparansi dalam hubungan
moneter internasional, memperkuat sistem perbankan dan sistem finansial, serta
pemajuan keterlibatan sektor privat. Rekomendasi ini tak hanya dijalankan oleh IMF
namun juga kekuatan-kekuatan besar ekonomi dunia, seperti G-20 (Salvatore 2013,
712-4).
Dari penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem moneter
internasional merupakan segala peraturan, kebiasaan, fasilitas, dan organisasi yang
mengatur pembayaran internasional. Sistem ini harus dapat mengarahkan distribusi
keuntungan bagi negara-negara. Sistem moneter berdasarkan cadangan
internasional bermula dari sistem standar emas yang merupakan fixed exchange
rate system, lalu berlanjut pada kelahiran sistem Bretton-Woods yang merupakan
gold-exchange standard. Kegagalan kedua sistem kemudian menghadirkan floating
exchange rate. IMF menjadi lembaga moneter internasional yang memonitori dan
membantu negara-negara dalam mengatasi permasalahan finansial. Akan tetapi,
potensi krisis tidak menutup kemungkinan bagi instabilitas sistem moneter
internasional maupun perekonomian internasional secara keseluruhan sehingga
diperlukan kesinambungan antara IMF dengan negara-negara anggota.
3
FOREIGN CURRENCY / FOREIGN EXCHANGE
PENGERTIAN FOREIGN EXCCHANGE
Foreign exchange atau yang biasa disingkat forex adalah sebuah transaksi
pertukaran mata uang asing. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan valuta asing
atau valas dalam bahasa Indonesia. Adapun terjadinya pertukaran mata uang asing
ini tidak lain adalah karena adanya kebutuhan atas mata uang asing tersebut,
seperti perjalanan ke luar negeri, berbelanja barang dari luar negeri, dan
sebagainya.
Di samping kebutuhan non-profit, beberapa orang melakukan perdagangan
forex dengan tujuan untuk mendapat laba. Pihak tersebut akan membeli sejumlah
nominal mata uang tertentu untuk mendapat selisih keuntungan. Pelaku trading
semacam ini tentu telah berpengalaman dan selalu memperhatikan berbagai
macam faktor yang memberi pengaruh terhadap naik dan turunnya mata uang
dunia.
Masyarakat dunia tidak dapat membeli mata uang asing sebelum tahun
1944. Seperti contoh, seorang Amerika Serikat yang hanya memiliki dolar tidak
dapat membeli mata uang Euro saat berjalan-jalan ke tanah Eropa. Pun ketika dia
terpaksa membayar beberapa kebutuhannya, dolar Amerika Serikat tidak akan
diterima sebagai alat jual beli.
Sebagai gantinya, seluruh transaksi internasional di semua penjuru dunia
menggunakan harga emas internasional sebagai acuan untuk seluruh mata uang
negara di perdagangan internasional. Barulah setelah 1970, mata uang dolar
Amerika Serikat dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang dapat diterima di
seluruh dunia.
Masih banyak pihak yang menganggap bahwa forex adalah hanya sebagai
permainan atau bahkan judi. Hal ini tidak lain didasari oleh kegiatan forex dinilai
mengandalkan keberuntungan serta sistem prediksi. Hal ini kurang tepat sebab
forex juga memerlukan kecermatan dan berbagai perhitungan serta analisis.
4
PERAN BROKER
Perlu diketahui bahwa dalam pasar forex tidak ada pusat atau acuan nilai
suatu mata uang. Dalam kata lain, tidak ada individu, lembaga, atau organisasi yang
dapat menggerakkan pasar forex kecuali pihak tersebut memiliki dana yang sangat
besar untuk menggerakkan harga pasar walaupun pada akhirnya pengaruh yang
diberikan tidak terlalu signifikan.
Adapun transaksi pada pasar forex dapat terjadi karena adanya fluktuasi
nilai tukar mata uang asing. Faktor penyebabnya pun beragam, seperti gejolak
ekonomi di negara-negara besar, kondisi geopolitik, tingkat suku besar, dan
sebagainya. Hal ini pun akan berujung pada konsep supply dan demand. Seperti
contoh, ketika kondisi global membuat banyak orang membutuhkan dolar Amerika
Serikat, maka nilai mata uang tersebut akan meningkat—sebaliknya, terlalu banyak
dolar Amerika Serikat yang beredar akan menurunkan nilai mata uang tersebut.
Forex trading pada prinsipnya adalah pembelian simultan dari sebuah mata
uang dan penjualan mata uang lainnya. Pasangan mata uang tersebut kemudian
diperdagangkan secara bersamaan. Untuk selengkapnya, simak contoh berikut.
Mata uang yang berada di sisi kiri (dalam hal ini Euro) adalah mata uang
dasar, dan mata uang di sisi lainnya disebut mata uang kutipan. Notasi di atas
menunjukkan bahwa 1 unit mata uang dasar senilai dengan 1,23700 mata uang
kutipan (1 euro = 1,23700 USD).
Dengan begitu, kamu harus membayar sebesar 1,23700 USD jika ingin
membeli 1 Euro. Sebaliknya, jika ingin menjual 1 euro yang dimiliki, maka kamu
akan mendapatkan 1,23700 USD.
Forex adalah sebuah transaksi mata uang asing yang semakin banyak
dipilih sebagai salah satu cara untuk melakukan investasi. Perdagangan valas ini
melibatkan pasangan mata uang tertentu sesuai yang dipilih dan dapat
diperjualbelikan sesuai kondisi tertentu untuk mencapai hasil maksimal.