Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Yulista Tunjung

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 045396252

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4227 – Ekonomi Moneter

Kode/Nama UPBJJ : 21 - Jakarta

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban Soal TMK 2 Ekonomi Moneter :

1. Apa definisi uang beredar menurut Bank Indonesia


Uang beredar dalam arti sempit (M1)
didefinisikan sebagai uang kartal ditambah dengan uang giral (currency plus demand deposits).
M1 = C + DD Dimana:
M1 = Jumlah uang beredar dalam arti sempit
C = Currency (uang cartal)
DD = Demand Deposits (uang giral) Uang giral (DD) di sini hanya mencakup saldo rekening
koran/ giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan saldo rekening koran
milik bank pada bank lain atau bank sentral (Bank Indonesia) ataupun saldo rekening koran milik
pemerintah pada bank atau bank sentral tidak dimasukan dalam definisi DD. Satu hal lagi yang
penting untuk dicatat mengenai DD ini adalah bahwa yang dimaksud disini adalah saldo atau
uang milik masyarakat yang masih ada di bank dan belum digunakan pemiliknya untuk
membayar/ berbelanja.
Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) bahwa uang beredar adalah daya beli
yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran, bisa diperluas dan mencakup alat-alat
pembayaran yang “mendekati” uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan
tabungan (saving deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito
berjangka dan tabungan ini sebenarnya adalah juga adalah daya beli potensial bagi pemiliknya,
meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya (Boediono, 1994: 3-5).
Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2).
Berdasarkan sistem moneter Indonesia, uang beredar M2 sering disebut
juga dengan likuiditas perekonomian. M2 diartikan sebagai M1 plus deposito
berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena
perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi
dan keadaan ekonomi pada umumnya.
M2 = M1 + TD + SD
Dimana:
TD = time deposits (deposito berjangka)
SD = savings deposits (saldo tabungan)
Definisi M2 yang berlaku umum untuk semua negara tidak ada, karena halhal khas masing-
masing negara perlu dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 besarnya 21 mencakup semua deposito
berjangka dan saldo tabungan dalam rupiah pada bankbank dengan tidak tergantung besar
kecilnya simpanan tetapi tidak mencakup deposito berjangka dan saldo tabungan dalam mata
uang asing (Boediono,1994:5-6).
Uang Beredar Dalam Arti Lebih Luas (M3).
Definisi uang beredar dalam arti lebih luas adalah M3, yang mencakup
semua deposito berjangka (TD) dan saldo tabungan (SD), besar kecil, rupiah atau
mata uang asing milik penduduk pada bank oleh lembaga keuangan non bank.
Seluruh TD dan SD ini disebut uang kuasi atau quasi money.
M3 = M2 + QM
Dimana :
QM = quasi money
Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh memiliki dan
memperjualbelikan devisa secara bebas), seperti Indonesia, memang sedikit sekali perbedaan
antara TD dan SD dalam rupiah dan TD dan SD dalam dollar. Setiap kali membutuhkan rupiah
dollar bisa langsung menjualnya ke bank, atau sebaliknya. Dalam hal ini perbedaan antara M2
dan M3 menjadi tidak jelas. TD dan SD dollar milik bukan penduduk tidak termasuk dalam
definisi uang kuasi (Boediono, 1994:6)
2. Silahkan analisis teori kuantitas uang menurut David Ricardo jika di ketahui M = 10; k = ¼.
Bagaimana hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi menurut Teori kuantitas uang
David Ricardo?
Jumlah uang beredar memiliki hubungan positif terhadap kenaikan inflasi. Menurut David
Ricardo, kenaikan JUB dangat mempengaruhi kenaikan harga. Artinya ketika terjadi kenaikan
JUB di masyarakat maka akan berpengaruh terhadap kenaikan harga barang. Ketika banyak
masyarakat yang memegang uang daripada menaruh uangnya di bank, maka harga barang secara
umum mengalami kenaikan harga. Untuk mempengaruhi tingkat JUB adalah dengan
mempengaruhi tingkat suku bunga bank.

3. Jelaskan penyebab terjadinya Inflasi dan bagaimana cara mengatasinya?


Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya inflasi. Secara umum, penyebab inflasi
adalah karena terjadinya kenaikan permintaan dan biaya produksi.

1. Meningkatnya Permintaan (Demand Pull Inflation)

Penyebab inflasi yang pertama yakni meningkatnya permintaan atau demand pull inflation.
Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu
barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat
yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Keinginan
yang terlalu berlebihan, permintaan menjadi bertambah, sedangkan penawaran masih tetap
yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik.

2. Inflasi karena Bertambahnya Uang yang Beredar (Quantity Theory Inflation)

Penyebab inflasi selanjutnya yakni dikarenakan bertambahnya uang yang beredar. Teori inflasi
disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar dikemukakan oleh kaum klasik yang
menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga.
Apabila jumlah barang tetap namun jumlah uang uang yang beredar lebih besar dua kali lipat
maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua kali lipat.

Jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa bertambah apabila suatu negara menggunakan
sistem anggaran defisit. Sehingga untuk menutup kekurangan anggaran tersebut, negara
mencetak uang baru yang menyebabkan harga naik.

3. Meningkatnya Biaya Produksi (Cosh Push Inflation)

Faktor penyebab inflasi selanjutnya yakni meningkatnya biaya produksi. Inflasi kenaikan biaya
produksi atau cost push inflation disebabkan karena adanya dorongan kenaikan biaya produksi
dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Secara umum inflasi kenaikan biaya
produksi ini disebabkan karena desakan biaya faktor produksi yang terus naik. Inflasi yang
disebabkan oleh kenaikan biaya produksi biasanya terjadi di negara dengan pertumbuhan
ekonomi yang sedang berkembang atau tumbuh pesat namun dengan angka pengangguran
yang cukup rendah. Kenaikan biaya faktor produksi biasanya diakibatkan oleh beberapa hal:

- Turunnya nilai tukar mata uang dalam negeri dengan mata uang asing atau Depresiasi.
Kenaikan nilai tukar mata uang juga menyebabkan bahan baku atau barang dari luar negeri
menjadi semakin mahal.

- Inflasi di luar negeri, khususnya negara partner dagang menyebabkan barang dan produk dari
luar negeri juga semakin mahal.
- Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan permintaan barang produksi membuat
pemerintah akan menaikkan harga produksi. Salah satu cara menikkan harga produksi adalah
dengan menaikkan upah atau gaji karyawan serta merekrut karyawan baru dengan tawaran gaji
atau upah yang lebih tinggi. Kebijakan yang seperti ini menyebabkan biaya produksi
meningkat, sehingga harga barang produksi juga menjadi naik.

4. Inflasi Campuran (Mixed Inflation)

Inflasi campuran ini terjadi karena adanya kenaikan penawaran dan permintaan. Hal ini terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Ketika permintaan
terhadap suatu barang atau jasa bertambah, kemudian mengakibatkan penyediaan barang dan
faktor produksi menjadi turun. Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa
tersebut terbatas atau tidak ada.

Keadaan yang tidak seimbang ini akan menyebabkan harga barang dan jasa menjadi naik.
Inflasi jenis ini akan sangat sulit diatasi atau dikendalikan ketika kenaikan supply akan suatu
barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara dengan permintaan.

5. Inflasi ekspektasi (Expected inflation)

Penyebab inflasi selanjutnya yakni inflasi ekspektasi. Expected inflation atau inflasi inspektasi
terjadi sebagai akibat dari perilaku masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi ekonomi di
masa yang akan datang akan menjadi lebih baik lagi. Harapan masyarakat akan kondisi
ekonomi di masa yang akan datang juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi permintaan atau
juga inflasi biaya produksi. Inflasi jenis ini tergolong sulit untuk dideteksi karena kejadiannya
tidak terlalu signifikan.

Cara Mengatasi Inflasi

Jika terjadi inflasi tentunya akan berdampak terhadap beberapa sektor. Namun inflasi tersebut
juga bisa diatasi dengan beberapa cara tersebut. Cara-cara yang dapat diambil adalah dengan
memberlakukan kebijakan-kebijakan tertentu. Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi
masalah inflasi adalah:

1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah langkah mengatasi inflasi untuk memengaruhi penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, yang memiliki beberapa keuntungan seperti menghemat pengeluaran
pemerintah dan menaikkan tarif pajak.

2. Kebijakan Moneter

Kebijakan selanjutnya yang bisa diambil adalah kebijakan moneter. Kebijakan moneter
bertujuan menjaga kestabilan moneter, agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yakni
kebijakan penetapan persediaan kas, kebijakan diskonto yaitu untuk meningkatkan nilai suku
bunga, dan kebijakan operasi pasar terbuka.

3. Kebijakan Lainnya

Selain kedua jenis kebijakan di atas, ada pula kebijakan-kebijakan lain yang dapat ditetapkan
oleh pemerintah untuk mengendalikan atau mengatasi inflasi, yakni meningkatkan produksi
dan menambah jumlah barang di pasar. Selain itu juga dapat menetapkan harga maksimum
untuk beberapa jenis.

4. Jelaskan apa itu inflasi dan dampak negatif inflasi pada suatu negara?

dampak yang ditimbulkan dari faktor penyebab inflasi tersebut.

1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan

Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan masyarakat. Pada
kondisi tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong para pengusaha untuk
memperluas produksi sehingga meningkatkan perekonomian. Namun, inflasi akan berdampak
buruk bagi mereka yang berpenghasilan tetap karena nilai uangnya tetap sedangkan harga
barang/ jasa naik.

2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor

Dampak selanjutnya yakni inflasi juga dapat berdampak terhadap ekspor negara. Kemampuan
ekspor suatu negara akan berkurang ketika mengalami inflasi, karena biaya ekspor akan lebih
mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga mengalami penurunan, yang pada akhirnya
pendapatan dari devisa pun berkurang.

3. Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi Harga Pokok

Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok menjadi sulit karena
bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang terjadi di masa depan
seringkali tidak dapat diprediksi dengan akurat. Hal ini kemudian akan membuat proses
penetapan harga pokok dan harga jual menjadi tidak akurat.

4. Dampak Inflasi Terhadap Minat Menabung

Pada kondisi inflasi minat menabung sebagian besar orang akan berkurang. Alasannya, karena
pendapatan dari bunga tabungan jauh lebih kecil sedangkan penabung harus membayar biaya
administrasi tabungannya.

5. Jelaskan instrumen kebijakan moneter yang dapat digunakan dengan bank indonesia dalam
mencapai tujuan yang diambil?

Instrumen kebijakan moneter Seperti diketahui, kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi
terhadap kontrol peredaran uang dan pertumbuhan ekonomi. Ukuran utama sebagai variabel
makroekonomi yaitu tingkat pengangguran dan inflasi. Namun tak hanya itu, masih ada
instrumen kebijakan moneter lainnya, diantaranya sebagai berikut.

Kebijakan Diskonto (Discount Rate)


Kebijakan diskonto merupakan instrumen kebijakan moneter yang mengukur melalui
tingkat suku bunga bank. Kondisi dimana bank-bank umum meminjamkan dana kepada
bank Indonesia selaku bank sentral membuat peredaran jumlah uang teratur.
Ketika peredaran uang harus ditingkatkan, maka bank Indonesia menurunkan suku bunga
pinjaman. Sebaliknya, suku bunga kredit bank akan dinaikkan ketika peredaran uang harus
dikurangi.

Operasi Pasar Terbuka


Ketika pemerintah mengontrol peredaran uang melalui penjualan atau pembelian surat-
surat berharga milik pemerintah, maka yang dijadikan instrumen kebijakan moneter adalah
operasi terbuka.
Saat bank Indonesia ingin mengurangi peredaran uang, maka pemerintah menjual surat
berharga. Sebaliknya, ketika peredaran uang harus ditingkatkan, maka pemerintah membeli
surat berharga.

Kebijakan Rasio Cadangan Wajib


Selanjutnya, instrumen kebijakan moneter adalah rasio cadangan wajib. Saat Bank
Indonesia ingin mengurangi cadangan kas uang bank, maka uang diedarkan di masyarakat
melalui pinjaman. Sementara, bila cadangan kas uang bank harus ditambah, uang yang
beredar di masyarakat ditarik dengan peningkatan suku bunga tabungan.
Penetapan Suku Bunga Acuan
Dalam mencapai tujuan kebijakan moneter, maka bank Indonesia memiliki wewenang
dalam mengendalikan peredaran uang melalui suku bunga. Besaran suku bunga yang
ditetapkan oleh bank Indonesia akan menjadi acuan bank umum di seluruh Indonesia dalam
menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, instrumen kebijakan moneter adalah penetapan
suku bunga acuan.
Imbauan Moral
Terakhir instrumen kebijakan moneter adalah imbauan moral. Dalam hal ini, Bank
Indonesia selaku bank sentral menghimbau seluruh bank umum untuk menjalankan
kebijakan penurunan atau peningkatan suku bunga pinjaman.

Anda mungkin juga menyukai