Anda di halaman 1dari 19

SISTEM MONETER

Disusun oleh :

Firda Awalul Nurjanah B1/192010200003

Deva Naenda Amalia B1/192010200011

Boby Arianto B1

Anggi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara

di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini

menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat

mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan

memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap


perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan

sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan

pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya system moneter internasional,

fenomena aktual yamg terkait moneter, serta Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata

uang tunggal di asean

Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional

telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak

ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian

semua negara dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi

rencana anggota Negara-negara asean untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang

bersama yang hanya berlaku tunggal di kawasan asean. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

mengangkat tema sistem moneter internasional


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Moneter

Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut

menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah

otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem

perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter.

Otoritas Moneter, Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia bertanggung jawab

menciptakan dan menawarkan uang primer berupa uang kartal (kertas dan logam) bagi masyarakat

umum dan bank reserves bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan perbankan

dan lembaga keuangan lainnya berdasarkan uang primer yang dimiliki menciptakan uang sekunder

dalam bentuk giral, seperti giro (demand deposits), deposito berjangka (time deposits), tabungan

(saving deposits), dan uang sekunder lainnya. Mereka yang terlibat dalam penciptaan dan

penawaran uang beredar merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem moneter.

Uang-uang yang ditawarkan melalui monetary system digunakan oleh masyarakat, baik

pengusaha maupun masyarakat biasa untuk keperluan konsumsi dan produksinya. Penciptaan uang

bukan semata-mata kehendak otoritas moneter (Bank Indonesia), melainkan juga harus ada

permintaan dari masyarakat sehingga jumlah uang beredar harus memenuhi tuntutan mekanisme

pasar yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran.


Pengetian Gross Domestic Product (GDP)

Gross Doestic Product atau GDP atau produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi diwilayah suatu negara dalam

jangka waktu setahun.

GDP tidak mempertimbangkan kebangsaan perusahaan atu warga negara yang menghasilkan

barang atau jasa negara tersebut. GDP dihitung berdarsarkan nilai barangdan jasa yang dihasilkan

oleh warga negara yang berdomisili dinegara tersebut. Baik pribmi maupun warga negara asing.

Niali GDP dapat dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku atau harga dasar yang konstan.

GDP nominal mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan harga yang berlaku dipasar pada tahun

tersebut. Sedangkan GDP riil mengukur niali barang dan jasa akhir dengan menggunakan harga

yang tetap.

Bentuk aljabar dari GDP dapat ditulis sebagai berikut :

Y = C+1+G+ (X – M)

Y = GDP

GDP nominal adalah nilai barang jadi dan jasa yang diukur dengan harga berlaku. Nilai ini bisa
berubah setiap saat, baik karena ada perubahan dalam jumlah (nilai riil) barang dan jasa atau ada
perubahan dalam harga barang dan jasa tersebut. Sehingga didapatlah :

GDP nominal Y = P ´ y,

dimana:P adalah tingkat harga


y adalah output riil (di sini output dan GDP serupa )
GDP Riil adalah total nilai produksi (barang dan jasa akhir), dengan menggunakan harga tetap
yang diambil dari tahun dasar tertentu, yang bisa saja berlangsung pada tahun output tersebut
dihasilkan atau diluar tahun tersebut.

Konversi dari satuan nominal ke riil ini memungkinkan kita untuk menghilangkan masalah yang
muncul ketika mengukur nilai rupiah yang berubah sepanjang waktu sebagaimana tingkat harga
berubah.

Teori kuantitas uang


Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara
perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang. Dari persamaan tersebut
dapat diketahui hal sbb : Apabila terdapat perubahan pada M atau V, maka akan mengakibatkan
perubahan yang sebanding terhadap P

Inflasi
inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Apa yang menyebabkan inflasi?

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat
tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi
(product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang
oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Konsekuensi dai inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi tersebut ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.

Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu

Dampak negatif:

 Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi
 Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas
bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan
dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Dampak positif:

 Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada
saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.
 Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan
untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk
sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Biaya sosial dari inflasi

Biaya Sosial dari Inflasi


Harus diakui, sampai tingkat tertentu, inflasi dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan penawaran
aregrat. Sebab kenaikan harga akan memacu produsen untuk meningkatkan outputnya.

Manfaat sosial dari inflasi

1. Pendapatan pemerintah tercipta ketika pemerintah mencetak uang.


Masyarakat memetik keuntungan karena pemerintah memiliki uang lebih banyak untuk
dibelanjakan, tetapi masyarakat juga dirugikan karena inflasi yang dihasilkan
menurunkan nilai riil mata uang yang mereka pegang. Akan tetapi, apabila jumlah yang
diciptakan tidak terlalu besar, maka manfaat sosial bersihnya positif.
Pendapatan pemerintah yang dihasilkan dari pencetakan uang baru disebut dengan
seignorage

2. Inflasi terkadang merangsang kegiatan ekonomi.


Asumsi bahwa gaji kerja nominal diakibatkan dari kesepakatan kerja tahunan atau karena
upah nominal seorang pekerja tidak berubah dalam jangka pendek. Karena upah nominal
nilainya tetap, semakin tinggi tingkat inflasi, semakin besar penurunan upah dengan
penyesuaian inflasi.

Federal Reserve

Bank sentral dan tujuan kebijakan moneter

Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang bertanggung jawab atas
kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai
mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan.

Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau
nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal ini dikenal dengan istilah
inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunnya suatu nilai uang. Bank Sentral
menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai yang serendah mungkin atau
pada posisi yang optimal bagi perekonomian (low/zero inflation), dengan mengontrol
keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka
bank sentral dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya.

Di AS, bank sentral disebut Federal Reserve Bank atau bisa disingkat the Fed. The Fed
menggunakan kebijakan moneter untuk mencapai dua sasaran atau tujuan : 1. Inflasi yang rendah
dan terukur dan 2. Tingkat lapangan kerja maksimum (berkelanjutan). Kedua sasaran ini disebut
dengan mandat ganda the Fed.
Cadangan bank

Cadangan bank adalah kepemilikan deposito bank di bank sentral (misalnya Bank Sentral
Eropa atau Federal Reserve; Federal Reserve juga menyertakan dana federal) ditambah mata
uang yang secara fisik disimpan di brankas bank (uang brankas).[1] Bank sentral di sejumlah
negara menetapkan batas cadangan minimal. Sekalipun tidak ada batas yang ditetapkan,
sejumlah bank masih ingin menyimpan cadangan yang disebut cadangan darurat (desired
reserves). Cadangan darurat bertujuan menghadapi peristiwa-peristiwa tak terduga seperti
penarikan bersih oleh nasabah dalam jumlah besar atau pengosongan bank (bank run).

Cadangan banknmerupakan perpaduan simpanan yang dilakukan bank swasta di bank sentral
ditambah uang yang dipegang bank swasta tersebut disebut sebagai dana khasanah (vault cash).
Cadangan bank tidak mempengaruhi jumlah uang beredar. Kuantitas cadangan bank memainkan
peranan penting adalam mekanisme sistem moneter. Bank swasta bisa saja sewaktu waktu
mengalami situasi dimana pemegang rekening mearik dana lebih besar daripada simpanan yang
masuk. Bank swasta juga memelurkan dana untuk memberikan pinjaman baru,
misalnyamemberikan KPR bagi pembeli rumah atau memberikan pinjaman usaha besar ke
perusahaan yang sedang membangun pabrik baru. Terakhir bank swasta mungkin memerlukan
dan untuk melunasi hutang ke bank lain.

Berbagai skenario ini menunjukan bahwa bank swasta perlu likuiditas, yang berati bahwa bank
tersebut memerlukan dana yang bisa digunakan langsung untuk melakukan transaksi.

Dipasar uang antar bank, bank bank meminjam dan memberi pinjaman cadangan satu sama lain.
Dipasar tersebut, bank biasanya memberikan pinjaman harian (24 jam), sehingga pasar uang
antar bank sering kali disebut sebagai pasar pinjaman semalam. Istilah instrumen pasar
uang/federal reserve merujuk pada kenyataan bahwa pinjaman pinjaman cadangan bank ini
disimpan di Federal Reserve Bank. Tingkat bunga yang berlaku di pasar ini disebut dengan
tingkat bunga acuan.

Sisi permintaan pasar uang antar bank


2.2 Pengendalian Moneter

Jumlah uang beredar, baik dalam standar barang (commodity standard) maupun standar

kepercayaan (fiat standard) tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang. Kontrol jumlah uang

beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan

ekonomi, serta kontrol terhadap kegiatan kredit. Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas

harga sangat penting artinya untuk mengurangi/menekan tingkat inflasi. Pertumbuhan jumlah uang

yang beredar sebaiknya mengikuti pertumbuhan ekonomi, sehingga secara tidak langsung dapat

menekan tingkat pengangguran. Bank Sentral selaku pelaksana kebijakan moneter, menjalankan

kebijakannya yang bersifat kuantitatif (quantitative control policy) dan kualitatif (qualitative

control policy). Instrumen-instrumen yang biasa digunakan dalam menjalankan kebijakan

kuantitatif adalah Pengaturan Tingkat Bunga dan Tingkat Diskonto (rediscount rate policy),

Pengatuan Operasi Pasar Terbuka (open market operation), dan Pengaturan Tingkat Cadangan
Minimal dan Tingkat Kelebihan Cadangan (reserves requirement policy). Dalam melaksanakan

kebijakan kualitatif pemerintah mengadakan pendekatan langsung (direct approach) kepada bank-

bank umum, dengan turut mengawasi kebijakan bank-bank umum dalam memberikan pinjaman

kepada para nasabahnya secara selektif.

2.3 Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia

Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka

kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja ini diterapkan secara

formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan

uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter.

Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi

kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan

oleh Pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter dilakukan

secara forward looking, artinya perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melalui evaluasi

apakah perkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah

dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan

akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara operasional, stance kebijakan moneter

dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi

suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan

suku bunga ini pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.

2.4 Persaingan Global dan Krisis Moneter

Sebagai antisipasi terhadap persaingan global sejalan dengan era perdagangan bebas,

dunia perbankan harus menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku secara internasional.
Dalam hubungan ini telah dikeluarkan SE BI No. 23/11/BPPP tanggal 28 Februari 1991, yang

antara lain menyatakan bahwa kewajiban penyertaan modal minimum tertentu terhadap aktiva

tertimbang menurut resiko sesuai dengan standar Bank for International Settlements (BIS) sebesar

8 %. Namun apabila terdapat faktor lain yang menambah resiko, maka perlu penyertaan modal

minimum lebih dari 8 %.

Sebagai akibat adanya krisis moneter dan diikuti dengan krisis ekonomi, hampir semua

bank mempunyai masalah, seperti kredit macet, diragukan, dan kurang lancer. Karena itu,

persyaratan modal minimum ditingkatkan lagi untuk terciptanya system perbankan yang sehat

sesuai dengan PP No. 38/1998, 9 Maret 1998. Modal disetor untuk mendirikan BU adalah Rp. 3

trilyun. BU yang telah berdiri wajib menyesuaikan modal setornya menjadi Rp. 1 trilyun pada

akhir tahun 1998, Rp. 2 trilyun pada akhir tahun 2000, dan Rp. 3 trilyun pada akhir tahun 2003.

Kondisi perbankan yang mulai tidak sehat ini menyebabkan pemerintah dan BI terpaksa

mengambil kebijakan melikuidasi 16 bank umum swasta terhitung mulai 1 November 1997.

Selang beberapa waktu kemudian, yaitu mulai 4 April 1998, pemerintah menghentikan operasi

tujuh bank swasta nasional (biasa disebut Bank Beku Operasi atau BBO). Pada tanggal 21 Agustus

1998 pemerintah membekukan lagi tiga buah bank, sehingga statusnya menjadi BBO.

Proses penyehatan terus dilakukan, pada tanggal 13 Maret 1999 kembali pemerintah

melikuidasi 38 buah bank swasta nasional, ditambah dengan 7 buah bank diambil-alih pemerintah,

dan 9 bank harus mengikuti program rekapitulasi. Sampai pada akhirya UU No. 13/1968 diganti

dengan UU No. 23/1999. Namun demikian segala peraturan perundang-undangan sepanjang

belum diperbaharui dan tidak bertentangan dengan undang-undang ini masih tetap berlaku.

Sebagai otoritas moneter untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank, Bank
Indonesia bersifat independen. Dengan demikian pihak mana pun termasuk eksekutif, tidak lagi

boleh ikut campur tangan atau intervensi. Bahkan Bank Indonesia wajib menolak atau

mengabaikan campur tangan itu.

Dalam bagan ini tidak tampak “pemerintah”, berbeda dengan bagan sebelumnya. Itu tidak

berarti bahwa sama sekali tidak ada hubungan. Hubungan itu tampak dalam: (1) BI adalah

pemegang kas pemerintah; (2) BI untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar

negeri, menatausahakannya, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah

terhadap luar negeri; (3) pemerintah wajin meminta pendapat BI dalam siding cabinet yang

membahas masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan tugas BI; (4) BI

memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai APBN serta kebijakan lain

yang berkaitan dengan tugas dan wewenang BI; (5) dalam hal pemerintah akan menerbitkan surat-

surat utang negara, pemerintah wajib berkonsultasi dengan BI; (6) BI dapat membantu penerbitan

surat-surat utang negara, tetapi BI dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang negara,

kecuali di pasar sekunder.

2.5 Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar dapat

berjalan sesui dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam

perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya

peningkatan output keseimbangan.

Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu;

1. Kebijakan moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy


Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan

kebijakan uang ketat (tight money policu)

Kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan tindakan otoritas moneter yang

terkoordinasi untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai uang, mendorong

kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan

taraf hidup rakyat. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa kebijakan moneter adalah

semua upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang

beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Sebagai

bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan kebijakan moneter adalah untuk membantu

mencapai sasaran-sasaran makroekonomi antara lain: pertumbuhan ekonomi, penyediaan

lapangan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut

merupakan tujuan/sasaran akhir kebijakan moneter (final target).

2.6 Fungsi Kebijakan Moneter

Dari pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah

(Bank Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.

Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk

mencapai stabilitas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam

pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan

kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka

panjang. Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan

uang ketat dan kebijakan uang longgar.


2.7 Tujuan Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moeneter (Bank

Indonesia) untuk mempengaruhi jumlah yang beredar dan kredit yang pada akhirnya akan

mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai

stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan:

1. Kesempatan Kerja

Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.

Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan

terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.

2. Kestabilan harga

Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat.

Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan

masa depan.

3. Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu

Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan

kebijakan-kebijakan moneter.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan moneter dapat mencapai

keberhasilan dalam pelaksanaannya. Prasyarat tersebut meliputi:

 Indepensi Bank Sentral.


Sebenarnya tak ada Bank Sentral yang bisa bersifat benar-benar independen tanpa campur tangan

dari pemerintah. Namun demikian, ada instrumen kebijakan yang tidak dipengaruhi oleh

pemerintah, misalnya melalui kebijakan fiscal.

 Fokus terhadap sasaran.

Pengendalian inflasi hanyalah salah satu di antara beberapa sasaran lain yang hendak dicapai oleh

Bank Sentral. Sasaran-sasaran lain kadang-kadang bertentangan dengan sasaran pengendalian

inflasi, misalnya sasaran pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, neraca pembayaran, dan kurs.

Oleh karena itu, seharusnya bank Sentral tidak menetapkan sasaran lain dan berfokus pada sasaran

utama pengendalian inflasi.

 Capacity to forecast inflation.

Bank Sentral mutlak harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi inflasi secara akurat,

sehingga dapat menetapkan target inflasi yang hendak dicapai.

2.8 Pemulihan Ekonomi Melalui Kebijakan Moneter di Indonesia

Kestabilan harga dan nilai tukar merupakan prasyarat bagi pemulihan ekonomi karena

tanpa itu aktivitas ekonomi masyarakat, sektor usaha, dan sektor perbankan akan terhambat. Oleh

karena itu, tidaklah berlebihan kiranya jika fokus utama kebijakan moneter Bank Indonesia selama

krisis ekonomi ini adalah mencapai dan memelihara kestabilan harga dan nilai tukar rupiah.

Apalagi Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara jelas menyebutkan

bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang di

dalamnya mengandung pengertian kestabilan harga (laju inflasi) dan kestabilan nilai tukar

rupiah. Dengan perkataan lain, sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999 sasaran kebijakan moneter

Bank Indonesia hanya satu (single objective), yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini

berbeda dengan Undang-undang tentang Bank Sentral yang lama, yaitu UU No. 13 tahun 1968,
yang menuntut Bank Indonesia untuk memenuhi beberapa sasaran sekaligus (multiple objectives),

yakni mendorong kegiatan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, dan memelihara kestabilan

nilai rupiah, yang pencapaiannya pada hakekatnya dapat saling bertolak belakang, terutama dalam

jangka pendek.

Adapun para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter

adalah apabila Negara tersebut:

 Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar

 Mengalami inflasi yang tidak terkontrol

 Defisit neraca pembayaran yang besar

 Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang

 Tingkat suku bunga yang diatas kewajaran

Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara, maka dapat dipastikan Negara tersebut

hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi.


BAB 1

PENUTUP

KESIMPULAN

sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut menciptakan uang giral.

Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank

Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian

integral dari suatu sistem moneter.

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar dapat

berjalan sesui dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam

perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya

peningkatan output keseimbangan.

pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank

Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.


DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2000. “Perkembangan Moneter Perbankan Indonesia“. PT. Gramedia, Jakarta.

Boediono, “Merenungkan Kembali Mekanisme Transmisi Moneter di Indonesia”,Buletin Ekonomi


Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.

Sarwono, Hartadi A., dan Perry Warjiyo, “Mencari Paradigma Baru ManajemenMoneter dalam Sistem
Nilai tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk

Penerapannya di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, BankIndonesia, Volume 1,


Nomor 1, Juli 1998.

Anda mungkin juga menyukai