EKONOMI MONETER
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
Secara teorinya, John Maynard Keynes membagi permintaan uang menjadi tiga motif yang berbeda.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap motif tersebut:
Motif Transaksi : Motif transaksi berkaitan dengan kebutuhan untuk melakukan transaksi sehari-
hari, seperti pembelian barang dan jasa. Permintaan uang untuk motif ini didasarkan pada
kebutuhan untuk melakukan pembayaran rutin. Contoh transaksi termasuk membayar tagihan,
membeli makanan, atau membayar sewa. Tuntutan uang atas motif transaksi yang cenderung
stabil dan menurun positif dengan tingkat pendapatan dan aktivitas ekonomi.
Motif Berjaga-jaga : Motif berjaga-jaga yang berkaitan dengan kebutuhan untuk memiliki uang
tunai sebagai cadangan untuk menghadapi kejadian tak terduga atau kebutuhan mendesak di
masa depan. Permintaan uang untuk motif ini didasarkan pada keinginan untuk memiliki
likuiditas yang cukup untuk mengatasi situasi darurat atau penutupan. Contoh situasi darurat
termasuk kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau kebutuhan mendesak lainnya. Permintaan
uang untuk motif pemeliharaan-jaga cenderung tidak stabil dan menurun positif dengan tingkat
kerusakan ekonomi.
Motif Spekulasi : Motif spekulasi yang berkaitan dengan keinginan untuk memanfaatkan
perubahan nilai aset atau instrumen keuangan. Permintaan uang untuk motif ini didasarkan
pada keinginan untuk memiliki uang tunai yang cukup untuk membeli aset atau instrumen
keuangan ketika harganya rendah, dengan tujuan menjualnya di masa depan ketika harganya
naik. Contoh aset atau instrumen keuangan termasuk saham, obligasi, atau properti. Tuntutan
uang untuk motif spekulasi cenderung tidak stabil dan mengecewakan negatif dengan tingkat
suku bunga.
Dengan pembagian permintaan uang menjadi tiga motif ini, Keynes mengakui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan uang tidak hanya terkait dengan transaksi sehari-hari, tetapi juga dengan
kebutuhan akan likuiditas dan peluang prospektif.
Dalam ekonomi Islam, terdapat dua alasan utama mengapa terjadi permintaan uang, yaitu untuk tujuan
transaksi dan tujuan berjaga-jaga.
Permintaan uang untuk tujuan pencegahan terjadi karena adanya kebutuhan akan uang cadangan untuk
menghadapi situasi darurat atau terjadi di masa depan. Dalam ekonomi Islam, tujuan pencegahan ini
dianjurkan agar individu dan masyarakat memiliki kestabilan finansial dan dapat menghadapi
kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga. Permintaan uang untuk tujuan pencegahan ini
mencerminkan kebutuhan akan keamanan dan ketahanan ekonomi.
Dengan adanya permintaan uang untuk tujuan transaksi dan tujuan jaga-jaga, ekonomi Islam mengakui
pentingnya peran uang dalam memfasilitasi kegiatan ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
Tingkat Suku Bunga : Tingkat suku bunga adalah biaya pinjaman atau imbal hasil dari
menyimpan uang. Ketika tingkat suku bunga naik, masyarakat cenderung lebih memilih
menyimpan uangnya daripada mengeluarkannya. Hal ini mengurangi penawaran uang di pasar.
Sebaliknya, ketika tingkat suku bunga turun, masyarakat cenderung lebih memilih mengeluarkan
uangnya daripada menyimpannya, sehingga meningkatkan uang penawaran.
Tingkat Inflasi : Inflasi adalah kenaikan umum harga barang dan jasa dalam perekonomian.
Ketika tingkat inflasi tinggi, nilai uang cenderung menurun. Masyarakat cenderung
mengeluarkan uangnya lebih cepat untuk menghindari kerugian akibat inflasi. Hal ini
meningkatkan penawaran uang di pasar. Sebaliknya, ketika tingkat inflasi rendah, masyarakat
cenderung menyimpan uangnya lebih banyak, sehingga mengurangi penawaran uang.
Pendapatan Nasional : Pendapatan nasional adalah total pendapatan yang dihasilkan oleh suatu
negara dalam jangka waktu tertentu. Ketika pendapatan nasional meningkat, masyarakat
memiliki lebih banyak uang untuk dikeluarkan. Hal ini meningkatkan penawaran uang di pasar.
Sebaliknya, ketika pendapatan nasional menurun, masyarakat memiliki lebih sedikit uang untuk
dikeluarkan, sehingga mengurangi penawaran uang.
Nilai Tukar : Nilai tukar adalah harga satu mata uang dalam mata uang lain. Ketika nilai tukar
suatu mata uang meningkat, maka harga barang impor menjadi lebih murah. Masyarakat
cenderung mengeluarkan uangnya untuk membeli barang impor, sehingga meningkatkan
penawaran uang di pasar. Sebaliknya, ketika nilai tukar suatu mata uang menurun, harga barang
impor menjadi lebih mahal. Masyarakat cenderung menyimpan uangnya, sehingga mengurangi
penawaran uang.
Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi penawaran uang secara keseluruhan
dalam perekonomian.
4. -Teori Kuantitas
Teori Kuantitas, juga dikenal sebagai Teori Kuantitas Uang, menyoroti hubungan antara jumlah uang
yang beredar di perekonomian dan tingkat inflasi. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi terjadi
ketika jumlah uang yang beredar melebihi jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dibeli. Dalam
teori ini, inflasi dianggap sebagai fenomena moneter yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan
dalam jumlah uang yang beredar.
Menurut Teori Kuantitas, jika jumlah uang yang beredar meningkat lebih cepat dari pertumbuhan
ekonomi, maka harga barang dan jasa akan naik. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan yang
melebihi penawaran, sehingga produsen dapat menaikkan harga mereka. Dalam teori ini, kebijakan
moneter yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi melibatkan pengendalian pertumbuhan jumlah
uang yang beredar.
-Teori Keynes
Teori Keynes, yang dikembangkan oleh ekonom John Maynard Keynes, menyoroti peran permintaan
agregat dalam menyebabkan inflasi. Teori ini berpendapat bahwa inflasi terjadi ketika permintaan
agregat melebihi kapasitas produksi penuh dalam perekonomian. Dalam teori ini, inflasi dianggap
sebagai fenomena yang disebabkan oleh kelebihan permintaan.
Menurut Teori Keynes, inflasi dapat terjadi ketika pengeluaran konsumen, investasi, atau pengeluaran
pemerintah meningkat secara tiba-tiba. Ketika permintaan melebihi kapasitas produksi, produsen dapat
menaikkan harga untuk mengimbangi peningkatan permintaan. Dalam teori ini, kebijakan fiskal dan
moneter dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi dengan mengurangi permintaan agregat.
-Teori Strukturalis
Teori Strukturalis menyoroti faktor-faktor struktural dalam perekonomian yang dapat menyebabkan
inflasi. Teori ini berpendapat bahwa inflasi terjadi ketika ada keterpaduan antara penawaran dan
permintaan dalam sektor tertentu atau dalam perekonomian secara keseluruhan. Faktor-faktor
struktural seperti kenaikan biaya produksi, ketidakseimbangan pasar tenaga kerja, atau
ketidakseimbangan sektor perdagangan dapat menyebabkan inflasi.
Menurut Teori Strukturalis, kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi harus fokus
pada mengatasi ketidakseimbangan dalam perekonomian. Misalnya, kebijakan yang mendorong
investasi dalam sektor yang mengalami keterbukaan penawaran dan permintaan dapat membantu
mengurangi inflasi.
Kesimpulannya, teori ketiga ini memberikan pandangan yang berbeda mengenai inflasi. Teori Kuantitas
menyoroti hubungan antara jumlah uang dan inflasi, Teori Keynes menyoroti peran permintaan agregat,
sedangkan Teori Strukturalis menyoroti faktor-faktor struktural dalam perekonomian. Pemahaman yang
baik tentang ketiga teori ini dapat membantu dalam menganalisis dan mengendalikan inflasi.