Anda di halaman 1dari 3

NAMA : YOVITA DWI LESTARI

PRODI : D3 PERPAJAKAN

UPBJJ : PANGKALPINANG

MATKUL : PENGANTAR ILMU EKONOMI

DISKUSI 7

Berikan pendapat anda mengenai motif permintaan uang menurut Keynes. Apakah anda setuju ?
Berikan penjelasan dan contohnya !

Teori Permintaan Uang Menurut Keynes

Pasar Uang adalah pertemuan antara permintaan akan uang (MD) dengan penawaran uang (MS).
MD adalah kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk menunjang kegiatan ekonominya. MS
adalah jumlah uang yang disediakan oleh pemerintah dan bank-bank, yaitu seluruh uang Kartal dan
uang Giral yang beredar.

Teori keuangan yang dikemukakan Keynes pada umumnya menerangkan 3 hal, yaitu :

1. Tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan uang)


2. faktor-faktor yang menentukan tingkat bunga
3. efek perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi negara.

Terkait dengan tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (memegang) uang, maka dapat
diklasifikasikan atas 3 motif utama, yaitu :

1. Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan untuk melakukan
pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk
tujuan transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar
tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami
peningkatan demikian sebaliknya.

MD = k . P . Q

2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi, maka uang diminta
pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa mendatang yang sifatnya berjaga-jaga. Besarnya
permintaan uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan pula. Semakin
besar tingkat pendapatan permintaan uang untuk berjaga-jaga pun semakin besar. MDp = f(Y)

3. Motif spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi modern dimana lembaga
keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong
masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan
untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya.
Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya suku
bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain, fungsi permintaannya adalah MDs = f(i).

Permintaan untuk spekulasi (yang membedakan teori keynes dengan teori kuantitas) adalah
permintaan akan uang tunai untuk tujuan memperoleh keuntungan. Caranya adalah dengan
“berspekulasi” dalam pasar obligasi (surat berharga). Apabila harga obligasi diharapkan untuk naik
untuk naik di masa mendatang, maka orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya hari ini. Ini
berarti uang tunai yang saat ini untuk berspekulasi akan berkurang. Sebaliknya, apabila harga
obligasi diharapkan turun, maka permintaannya akan uang tunai saat ini akan bertambah (obligasi
dijual).

K = i . P atau P = K/i

Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah berkebalikan. Harga obligasi
naik sama saja artinya dengan tingkat bunga turun. Sebaliknya, harga obligasi turun berarti tingkat
bunga naik. Bila harga obligasi diharapkan naik, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dianggap
terlalu rendah. Bila harga obligasi diharapkan turun, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dirasa
terlalu tinggi.

Dari ketiga motif diatas, maka formula untuk permintaan uang menurut Keynes adalah:

MD = MDt + MDp + MDs

4. Keynes juga menambahkan tujuan masyarakat untuk meminta (memegang) uang yaitu sebagai
motif alat untuk menyimpan nilai

Motif Permintaan Uang Menurut Keynes

Rumusan teori permintaan uang Keynes dikenal dengan teori Liquidity of Preference yang
mencerminkan perilaku masyarakat dalam memegang uang. Dalam pandangan Keynes bahwa
permintaan uang untuk transaksi yang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional merupakan
hal yang tidak bisa dibantah. Keynes mengungkapkan kebutuhan akan uang tidak hanya untuk
sesuatu yang sifatnya normal dan regular seperti halnya kebutuhan uang untuk transaski tetapi juga
ada kebutuhan uang untuk sesuatu yang diluar perencanaan sebelumnya misalnya untuk berobat
seandainya sakit. Artinya bahwa seseorang perlu menyediakan dana khusus untuk berjaga-jaga dan
mengantisipasi seandainya terjadi sesuatu diluar apa yang direncanakan dan besarnya kebutuhan
uang untuk berjaga terutama dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan nasional.

Pandangan Keynes tentang permintaan uang yang khas yaitu menyangkut kebutuhan untuk
spekulasi. Informasi tentang perlunya melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap factor-faktor
yang bersifat ketidakpastian (uncertainty) dan harapan-harapan akan masa depan (expectation).
Keynes memberikan penekanan tentang perilaku masyarakat dalam memegang uang disamping
motif untuk transaksi dan berjaga-jaga juga untuk kepentingan spekulasi. Disini diartikan bahwa
pilihan masyarakat dalam memegang kekayaannya menyangkut dua bentuk alternative yaitu uang
kas dan obligasi. Masing-masing bentuk kekayaan memberikan kemudahan dan keuntungan sendiri-
sendiri di mana uang kas memberikan kemudahan dalam bentuk likuiditas untuk kepentingan
transaksi ekonom. Sedangkan obligasi memberikan keuntungan berupa pendapatan bunga.

Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi apabila tingkat
bunga saat ini (dirasa) rendah dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah apabila tingkat bunga
untuk spekulasi mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan tingkat bunga (saat ini). Ini adalah
inti teori moneter Keynes.

Jhon Maynard Keynes dalam teori nya liquidity preference (preferensi likuiditas). Teori ini
menyebutkan bahwa ada tiga motif utama yang menentukan jumlah permintaan uang dalam sebuah
perekonomian, yaitu: motif transaksi (transaction motive), motif berjaga-jaga (precautionary
motive), dan motif spekulasi (speculation motive). Motif ketiga inilah yang menjadi permasalahan
yang dihadapi oleh sistem keuangan di Indonesia.
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam dunia global saat ini tindakan
spekulasi sangat tinggi, terutama dalam pasar finansial, seperti pasar modal, pasar uang, dan pasar
valuta asing. Ketika seorang spekulan meramal masa depan yang tepat yang tepat, maka ia akan
memperoleh keuntungan, begitu sebaliknya ketika seorang spekulan meramal dengan ramalan
yang salah, maka ia akan mengalami kerugian.
Oleh karena itu, Pasar finansial saat ini menjadi ladang spekulasi bagi para spekulan untuk meraup
keuntungan dari ramalan mereka. Tindakan spekulasi berdampak sistemik terhadap perekonomian,
karena dengan motif spekulasi orang lebih banyak menggunakan uangnya pada sektor non riil
seperti di pasar finansial dengan mengharapkan keuntungan ramalan bunga dan fluktuasi kurs.
Sehingga berdampak pada lesunya sektor riil yang berdampak pula pada lemahnya investasi dan
produksi, meningkatkan tingkat pengangguran, serta rawan terhadap melemahnya nilai mata uang
dan krisis.
Melihat karakteristik dan cara spekulasi dengan mengedepankan nilai ketamakkan (greediness)
tanpa mempedulikan nilai-nilai keadilan serta bertindak dhalim terhadap yang lain, maka Islam
secara tegas menentang motif spekulasi.Motif spekulasi ini tidak ada bedanya dengan perjudian,
karena keuntungan seseorang selalu disandarkan atas kerugian orang lain.
fungsi uang sebagai alat transaksi dan satuan hitung, pelarangan atas riba,dan larangan
memperdagangkan dan menimbun uang yang dianggap mampu menghindari motif spekulatif.
Dengan demikian, diharapkan uang lebih banyak beredar di sektor riil yang produktif dan mampu
menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan
produktifitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Nasional.
Indonesia sampai saat ini masih menganut dualisme sistem keuangan yakni kapitalisme
(konvensional) dan ekonomi Islam, bahkan sistem keuangan konvensional dengan instrumen bunga
masih dominan dibandingkan dengan keuangan syari‟ah di Indonesia, sehingga tidak mudah untuk
merubah suatu sistem yang sudah lama dipraktikan di negara ini. Berkembangnya sistem keuangan
syari‟ah merupakan indikator positif bahwa sebagian masyarakat Indonesia telah menerima dengan
baik sistem ini, hal ini juga terlihat pada lembaga-lembaga pendidikan negeri maupun swasta yang
berlomba-lomba membuka program studi yang berkaitan dengan keuangan syari‟ah. Tingginya
minat masyarakat akademisi untuk mempelajari system keuangan syari‟ah, harus menjadi sarana
untuk memberikan pemahaman dan kesadaran moral bahwa bunga, tindakan spekulatif,
perdagangan dan penimbunan uang merupakan akar permasalahan dalam sistem keuangan saat ini.
Peran para kaum cendekiawan, ilmuwan, dan „ulama menjadi sangat penting dalam mengedukasi
dan mensosialisasikan sistem keuangan syari‟ah kepada masyarakat umum. Edukasi dan sosialisasi
harus terus menerus dilakukan di berbagai kalangan masyarakat melalui berbagai media, baik itu
dalam bentuk seminar, diskusi, maupun ceramah dengan memberdayakan peran tokoh agama.
Pada tataran pelaksanaan, diperlukan adanya upaya dari kalangan praktisi (lembaga keuangan
syari‟ah) untuk meningkatkan kepercayaan dari masyarakat. Maka, lembaga keuangan syari‟ah
harus menunjukan komitmennya dalam menerapkan prinsip keuangan syari‟ah bebas bunga,
dengan mengeluarkan dan menerapkan produk-produk yang lebih memiliki nilai keadilan dan nilai
produktif seperti pola bagi hasil mudhârabah dan musyârakah.

Sumber referensi :
- https://adnantandzil.blogspot.com/2014/12/babii-pembahasan-a.html
- http://repository.radenintan.ac.id/156/6/Bab_IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai